SKRIPSI
Nama : Nining
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam karena berbagai
jenis tanaman yang sangat bermanfaat baik dalam bidang pangan maupun dalam
bidang kesehatan. Masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi dengan istilah obat
tradisional, terlebih setelah krisis ekonomi melanda negeri ini, obat tradisional
semakin diminati untuk pengobatan suatu penyakit atau bahkan untuk sekedar
peningkatan jumlah industri obat tradisional dan fitofarmaka, serta dukungan dari
Pengembangan tanaman obat begitu pesat dari tahun ketahun. Tanaman obat
yang merupakan bahan alam adalah salah satu sumber bahan obat yang perlu digali,
diteliti, diuji dan dikembangkan agar kelestarian dan penggunaanya tetap terjaga. 2
Beberapa tanaman yang berkhasiat sebagai obat adalah belimbing wuluh (Averrhoa
daunnya dapat mengobati perut sakit, gondong (parotitis), tekanan darah tinggi, dan
rematik. Begitu pula dengan daun pegagan yang memiliki banyak manfaat seperti
mengobati penyakit akibat infeksi atau adanya batu pada saluran kemih, demam,
antihipertensi, wasir, pembengkakan hati, campak, bisul, mata merah, batuk darah,
melancarkan peredaran darah perifer (otak), mimisan, batuk kering, dan penambah
nafsu makan.3
dijadikan campuran obat. Zat kimia yang terkandung pada daun belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi. L) adalah tanin, sulfur, asam format, flavonoid dan peroksidase,4
penting dalam menekan terjadinya penyakit jantung koroner. Hal ini dikarenakan
penyebab terjadinya penyakit jantung.6 Penelitian yang telah dilakukan oleh Ilham R
membuktikan bahwa ekstrak daun belimbing wuluh dosis 150 mg/kgBB berkhasiat
sebagai antiagregasi platelet.4 Indri A juga membuktikan bahwa ekstrak daun pegagan
tahun 2008 menunjukkan 17,3 juta orang meninggal dunia akibat penyakit
kardiovaskular atau sekitar 30% dari total kematian dunia, dan diperkirakan 7,3 juta
disebabkan penyakit jantung koroner. Tahun 2030 WHO memperkirakan 23,6 juta
orang akan meninggal akibat penyakit jantung koroner. Penyebab utama penyakit
jantung koroner adalah penimbunan lipid dalam jaringan fibrosa pada pembuluh
darah atau disebut sebagai plak aterosklerosis. Individu dengan sindrom metabolik
meningkatnya Low Density Lipoprotein (LDL) dan rendahnya kadar High Density
tromboemboli plak dapat lepas yang akan menyebabkan terbentuknya bekuan darah,
terbentuk dapat menghambat suplai nutrisi dan oksigen kejaringan (iskemia) dan
bahkan kematian jaringan (infaktur). Iskemia dan infaktur akan memicu berbagai
penyakit yang mematikan seperti serangan jantung, stroke iskemia, emboli paru dan
tromboli vena.8 Agregasi platelet memberi banyak keuntungan bagi organisme, seperti
pada hemostasis, fagositosis benda asing, interaksi dengan virus, bakteri atau
akan tetap terbentuk walaupun tidak ada luka pada pembuluh darah. Trombus
patologis tersebut dapat berbahaya contohnya adalah thrombosis dan embolisme yang
adalah terapi yang sering digunakan dalam pencegahan dan pengobatan penyakit
Asetosal dosis rendah adalah salah satu dari golongan antiinflamasi non steroid yang
yang dilakukan sebelumnya, asetosal dilaporkan bersifat resisten pada pasien kasus
thrombosis dengan prevalensi 50%-60%. Selain itu adanya efek samping pada
Adanya resistensi dan efek samping dalam penggunaan asetosal sebagai antiplatelet,
meningkatkan pencarian alternatif sumber bahan alam dalam bentuk tunggal atau
bilimbi. L) dan herba pegagan (Centella asiatica) yaitu untuk menilai efektivitas
pemberian terapi ekstrak kombinasi kedua tanaman tersebut, apakah semakin baik
dengan bekerja secara sinergis yang akan berefek potensiasi yaitu kedua obat saling
memperkuat khasiatnya atau efeknya semakin berkurang karena terjadi interaksi obat
dan ekskresi dari obat yang lainnya atau bekerja secara antagonis pada reseptor yang
sama. Sehingga apabila belimbing wuluh dan herba pegagan dikombinasikan akan
kombinasi ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi. L) dan herba pegagan
(Centella asiatica) memiliki efek sebagai antiagregasi platelet pada tikus yang
belimbing wuluh dan herba pegagan yang efektif sebagai antiagregasi platelet pada
mengetahui efek antiagregasi platelet kombinasi ekstrak daun belimbing wuluh dan
herba pegagan dan mengetahui kombinasi dosis ekstrak daun belimbing wuluh dan
herba pegagan yang efektif sebagai antiagregasi platelet terhadap tikus putih yang
5 kelompok perlakuan yang masing masing terdiri dari 4 ekor hewan uji tikus putih
jantan. Data hasil pengamatan yang diperoleh dianalisis dengan mengunakan uji
statistik analisis two way ANOVA pada taraf kepercayaan 95%. Uji ini digunakan
kombinasi ekstrak daun belimbing wuluh dan herba pegagan yang digunakan sebagai
serapan plasma dan kadar kolesterol. Jika terdapat perbedaan yang signifikan maka
dilakukan uji lanjut Duncan untuk mengetahui kelompok perlakuan yang berbeda
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Belimbing wuluh (Gambar 2.1) tanaman obat yang merupakan bahan alam
adalah salah satu sumber bahan obat yang perlu diteliti, dikaji, dan dikembangkan
dimasyarakat. Salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai obat adalah belimbing
wuluh (Averrhoa bilimbi L.) karena mampu mengobati berbagai penyakit seperti sakit
Kerajaaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Oxalidales
Famili : Oxalidaceae
Genus : Averrhoa
Lampung : Balimbing
Makassar : Bainang
Minangkabau : Balimbieng
Nias : Malimbi
Sangir : Belerang
Sawu : Libi
Belimbing wuluh (Gambar 2.1) adalah sejenis pohon kecil yang diperkirakan
berasal dari Kepulauan Maluku (Indonesia), tetapi dari sumber lain juga mengatakan
buah ini berasal dari Amerika. Buahnya memiliki rasa asam dan sering digunakan
sebagai penyegar sirup, penyedap masakan, membersihkan noda pada kain dan
barang yang terbuat dari kuningan, membersihkan tangan yang kotor dan sebagai
bahan obat tradisional. Tanaman ini dapat mencapai tinggi 5-10 m dengan batang
yang tidak begitu besar dan diameternya hanya sekitar 30 cm. Ditanam sebagai pohon
buah, kadang tumbuh liar dan ditemukan dari dataran rendah sampai 500 m di atas
percabangan sedikit, arahnya condong ke atas. Cabang muda berambut halus seperti
bludru, warnanya coklat muda. Daun berupa daun majemuk menyirip ganjil dengan
21-45 pasang anak daun. Anak daun bertangkai pendek, bentuknya bulat telur, ujung
runcing, pangkal memundar, tepi rata, panjang 2-10 cm, lebar 1-3 cm, warnanya
8
hijau, permukaan bawah hijau muda. Perbungaan berupa malai, berkelompok, keluar
dari batang atau percabangan yang besar, bunga kecil-kecil berbentuk bintang
warnanya ungu kemerahan. Buah berbentuk bulat lonjong bersegi, panjang 4-6,5 cm,
warnanya hijau ketika muda, dan jika masak berwarna kuning atau pucat, bila masak
berair banyak, rasanya asam. Biji bentuknya kecil, datar, coklat, dan ditutupi dengan
lender. Kulit buahnya mengkilap dan tipis.11 Gambar tanaman belimbing wuluh
1. Buah
2. Daun
3. Batang
zat/senyawa kimia antara lain glukosida, tanin, peroksida, saponin, kalsium oksalat,
Salah satu bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai obat adalah daunnya.
Daunnya digunakan untuk mengobati sakit perut, gondong (parotitis), tekanan darah
tinggi, dan rematik.3 Bunganya digunakan untuk mengobati batuk dan sariawan
(stomatitis), dan bagian buah digunakan untuk pengobatan batuk rejan, gusi berdarah,
sariawan, sakit gigi berlubang, jerawat, panu, tekanan darah tinggi, kelumpuhan, dan
Pegagan merupakan salah satu tumbuhan obat yang telah banyak dikenal baik
didalam maupun diluar negeri. Pegagan ini memiliki rasa manis, bersifat
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Umbillales
Genus : Centella
Pegagan (Gambar 2.2) merupakan tanaman herba tahunan, tanpa batang tetapi
dengan rimpang pendek dan stolon-stolon yang melata, panjang 10-80 cm. Daun
tunggal, tersusun dalam roset yang terdiri dari 2-10 daun, kadang-kadang agak
berambut, tangkai daun panjang sampai 50 mm, helai daun berbentuk ginjal, lebar,
dan bundar dengan garis tengah 1-7 cm, pinggir daun beringgit sampai beringgit-
bergerigi, terutama ke arah pangkal daun. Perbungaan berupa payung tunggal atau 3-
5 bersama-sama keluar dari ketiak daun kelopak, gagang perbungaan 5-50 mm, lebih
pendek dari tangkai daun. Bunga umumnya 3, yang ditengah duduk, yang disamping
bergagang pendek, daun pelindung 2, panjang 3-4 mm, bentuk bundar telur, tajuk
berwarna merah lembayung, panjang 1-1,5 mm, lebar sampai 0,75 mm. Buah pipih
dan tinggi lebih kurang 3 mm, berlekuk dua, jelas berusuk, berwarna kuning
1. Daun
2. Batang
3. Akar
seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium dan besi. Diduga glikosida triterpenoida
yang disebut asiaticoside merupakan antilepra dan penyembuh luka yang sangat luar
biasa. Zat vellarine yang ada memberikan rasa pahit. Diduga senyawa glikosida
melindungi sel hati dari berbagai kerusakan akibat racun dan zat berbahaya.
minyak atsiri seperti sitronelal, linalool, neral, menthol, dan linalil asetat.11
antialergi dan stimulan. Saponin yang ada menghambat produksi jaringan bekas luka
meningkatkan daya ingat, mental dan stamina tubuh, serta menurunkan gejala stres
dan depresi.11
terhadap zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil
zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Ekstraksi bertujuan untuk
Adapun jenis ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara
sebagai berikut :
a. Cara dingin
komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, contohnya yaitu:
1. Maserasi
Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia yang
tersebut disimpan terlindung cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalis cahaya
atau perubahan warna) dan dikocok berulang-ulang (kira-kira 3 kali sehari). Waktu
hari.12
2. Perkolasi
13
yang memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan pengekstaksi yang
dialirkan secara kontinyu dari atas, akan mengalir turun secara lambat melintasi
simplisia yang umumnya berupa serbuk kasar. Melalui penyegaran bahan pelarut
secara kontinyu, akan terjadi proses maserasi. Jika pada maserasi sederhana tidak
terjadi ekstraksi sempurna dari simplisia maka akan terjadi keseimbangan kosentrasi
antara larutan dalam sel dengan cairan disekelilingnya, maka pada perkolasi melalui
demikian ekstraksi total secara teoritis dimungkinkan (praktis jumlah bahan yang
b. Cara Panas
1. Soxhletasi
molekul-molekul air oleh pendinginan balik dan turun menyari simplisia didalam
klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati
pipa siphon.12
Distilasi uap air merupakan salah satu metode yang termasuk dalam metode
terekstrak oleh uap air. Metode ini sering digunakan untuk mengisolasi minyak atsiri.
14
Selanjutnya distilasi yang berupa cairan, campuran antara air dan senyawa-senyawa
yang mudah menguap tersebut akan mengalami perlakuan lebih lanjut yaitu ekstraksi
3. Refluks
molekul-molekul cairan dan jatuh kembali kedalam labu alas bulat sambil menyari
4. Infusa
Infus merupakan proses preparasi tanaman obat dengan cara maserasi dalam
waktu singkat dan dalam air mendidih atau air dingin. Infus adalah ekstrak dengan
menggunakan air yang mendidih pada suhu 96-98oC, dalam wadah tertentu sekitar
15-20 menit.12
5. Dekok
Dekok adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati
dengan air pada suhu 900C selama 30 menit. Pembuatan simplisia dengan derajat
halus yang sesuai dengan air secukupnya sambil sesekali diaduk selama 30 menit.
Saring selagi panas melalui kain flannel tambahkan air panas secukupnya melalui
terlarut dalam ekstrak dengan cara mengurangi jumlah pelarutnya dengan cara
15
penguapan, tetapi tidak sampai kering. Ekstrak hanya menjadi kental atau pekat
menggunakan rotavapor.12
digunakan.12
2.4 Platelet
sel yang sangat besar dalam susunan hematopoietik dalam sumsum, megakariosit
pecah menjadi trombosit kecil, baik disumsum tulang atau segera setelah memasuki
darah, khususnya ketika memasuki kapiler. Kosentrasi normal trombosit dalam darah
adalah antara 150.000 dan 300.000 per mikroliter. Membran sel trombosit juga
dengan endotel normal dan justru menyebabkan pelekatan dengan daerah dinding
pembuluh yang cedera, terutama pada sel-sel endotel yang cedera, dan bahkan
melekat pada jaringan yang terbuka dibagian dalam pembuluh. Selain itu membran
proses pembekuan darah. Trombosit merupakan struktur yang aktif. Waktu paruh
hidupnya dalam darah 8 sampai 12 hari, jadi setelah beberapa minggu setelah tugas
fungsionalnya berahir, trombosit itu kemudian diambil dari sirkulasi, terutama oleh
sistem makrofak jaringan. Lebih dari separuh trombosit diambil oleh makrofag dalam
limpa, yaitu pada waktu darah melewati kisi-kisi trabekula yang rapat, didalam
16
platelet ini terdapat sejumlah granul, yang didalamnya terdapat antara lain faktor
c. dengan hancurnya platelet akan dibebaskan faktor platelet, yang bersama dengan
tertentu yang sangat komplek. Pada keadaan tertentu, keseimbangan ini dapat
Jika terjadi suatu kerusakan pada platelet, akan dilepaskan suatu zat tromboplastin.
Zat inilah yang akan merangsang proses pembentukan beku darah. Tromboplastin
akan mengubah protrombin yang terdapat didalam darah menjadi trombin, yang
kemudian bereaksi dengan fibrinogen menjadi fibrin. Fibrin seperti jala yang
menahan eritrosit dan leukosit, selain itu trombin juga menyebabkan pecahnya
platelet sehingga terbentuk lebih banyak tromboplastin. Dengan adanya darah yang
mengalir melalui tempat itu, faktor-faktor pembekuan yang dikeluarkan platelet akan
terbawa oleh aliran darah sehingga tidak terjadi proses pembekuan pada tempat itu,
tetapi hanya terjadi suatu thrombus, terjadinya proses pembentukan bekuan darah ini
dikarenakan beberapa faktor, diantanya adalah faktor pembuluh darah, faktor platelet
2.4.2 Hemostasis
17
Hemostasis berasal dari kata haima (darah) dan statis (berhenti), merupakan
proses yang amat kompleks, berlangsung secara terus menerus dalam mencegah
pembuluh darah. Komponen penting yang terlibat dalam proses hemostasis terdiri
Trombosit pecah pada saat menyentuh permukaan luka yang kasar akan
yang rusak untuk mengurangi aliran darah distal terhadap luka. Fase kedua terdiri dari
pembentukan sumbatan trombosit yang longgar, atau thrombus putih, pada tempat
luka bekerja sebagai respon terhadap kolagen pengikat trombosit, yang sebagai
melekat pada trombosit yang terikat pada kolagen, membentuk sumbat trombosit
longgar dan sementara. Fase hemostasis ini mengukur dengan menentukan waktu
pendarahan. Fase ketiga adalah pembentukan thrombus merah (bekuan darah). Fase
pengangkut, jantung sebagai pemompa dan pembuluh darah sebagai tempat peredaran
darah. Organ tersebut memungkinkan terjadinya sirkulasi darah yang berperan utama
1. Darah
Darah adalah jaringan cair dalam tubuh yang mengangkut oksigen dan nutrisi
dan dibawa pada tiap-tiap sel tubuh. Darah terdiri atas dua bagian, bahan interseluler
adalah cairan yang disebut plasma dan didalamnya terdapat unsur-unsur padat yaitu
kuning tua pucat tetapi dalam jumlah besar kelihatan merah dan memberi warna pada
darah. Sel darah merah dibentuk dalam sumsum tulang, dan memerlukan protein dan
zat besi karena strukturnya terdiri dari asam amino. Hemoglobin adalah protein yang
kaya akan zat besi, memiliki daya gabung terhadap oksigen dan dengan oksigen itu
membentuk oxihemoglobin didalam sel darah merah. Melalui fungsi ini maka
oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan. Dalam setiap milimeter kubik darah
terdapat 4.500.000 sampai 5.500.000 (rata-rata 5.000.000) sel darah merah .15
b. Sel Darah Putih (Leukosit)
19
Rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar dari sel darah
merah tetapi jumlahnya lebih kecil. Dalam setiap milimeter kubik darah terdapat
6.000 sampai 10.000 (rata-rata 8.000) sel darah putih. Granulosit merupakan hampir
75 persen dari seluruh jumlah sel darah putih. Mereka terbentuk dalam sumsum
tulang. Sel ini berisi sebuah nukleus yang berbelah banyak dan protoplasmanya
berbulir, karena ini disebut sel berbulir atau granulosit. Granulosit mempunyai
ke peredaran darah .
c. Butir Pembeku (Trombosit)
Trombosit adalah sel kecil yang ukurannya kira-kira sepertiga dari sel darah
merah. Terdapat 250.000 sampai 500.000 (rata-rata 350.000) trombosit dalam setiap
milimeter kubik darah. Peranannya penting dalam pembentukan gumpalan darah. Jika
banyaknya kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas membeku
Di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu terjadinya peristiwa
embekuan darah, yaitu Ca2+ fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh
mendapat luka. Ketika luka maka darah akan keluar, trombosit pecah dan
dengan protrombin dengan pertolongan Ca2+ akan menjadi trombin. Trombin akan
bertemu dengan fibrin yang merupakan benang-benang halus, bentuk jaringan yang
tidak teratur letaknya, yang akan menahan sel darah, dengan demikian terjadilah
pembekuan .15
2. Jantung
20
Jantung terletak pada bagian anterior rongga dada yang diselubungi oleh
rongga perikardial yang dibagi menjadi dua bagian yaitu jantung kiri dan jantung
kanan. Setiap bagian terdiri dari atrium atau serambi di bagian atas dan ventikel atau
bilik di bagian bawah. Jantung dilengkapi dengan otot khusus maka jantung dapat
berkontraksi disebut sistol (120 mmHg), sedangkan untuk kondisi bila jantung sedang
Atrium kanan menerima darah dari seluruh tubuh, kecuali paru-paru melalui
tiga jenis vena. Vena cava superior dan inferior menbawa darah dari seluruh bagian
tubuh atas dan bawah, sedagkan sinus koronari membawa darah untuk dinding
jantung. Darah dari atrium kanan akan dipompa menuju ventrikel kanan dan
diteruskan ke paru-paru dan terjadilah petukaran gas CO 2 dari darah dan O2 dari paru-
paru. Darah kembali kejantung melalui vena pulmunari kemudian masuk ke ventrikel
kiri dan dipompa menuju seluruh tubuh kecuali paru-paru dan kembali ke atrium
kanan. Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan, lapisan terdalam endokardium,
otot dinding jantung yang terdiri dari tiga jenis yaitu otot atrium, otot ventrikel dan
jantung memiliki pembuluh darah tersendiri. Pembuluh darah yang ada pada otot
3. Pembuluh Darah
21
Secara umum pembuluh darah dibagi menjadi dua jenis, arteri dan vena.
Dinding sel pembuluh arteri dan vena terdiri dari tiga lapisan yaitu tunika interna,
tunika media dan tunika eksterna. Tunika interna adalah lapisan paling dalam dari
pembuluh darah yang meliputi lapisan endothelial. Tunika media merupakan lapisan
yang mengandung otot polos yang mengelilingi lapisan endotelial. Tunika eksterna
pembuluh darah.15
2.4.4 Perdarahan
dapat terjadi hanya di dalam tubuh, misalnya saat terjadi peradangan dan darah keluar
dari dalam pembuluh darah atau organ tubuh dan membentuk hematoma atau terjadi
hingga keluar tubuh, seperti mengalirnya darah dari dalam vagina, mulut, rektum atau
saat kulit terluka dan mimisan. Pendarahan dapat menyebabkan memar pada lapisan
kulit, biasanya terjadi setelah tubuh dipukul atau jatuh dari suatu ketinggian.
Perdarahan juga menyebabkan kehilangan darah. Jika pembuluh darah terluka maka
akan segera terjadi kontriksi dinding pembuluh darah sehingga hilangnya darah dapat
berkurang. Platelet mulai menempel pada tepi yang kasar sampai terbentuk sumbatan.
Bekuan mulai terbentuk dalam waktu 1-2 menit. Dalam waktu 3-6 menit, bekuan
sudah mengisi pembuluh darah dan menghambat aliran darah. Berdasarkan sumber
a. Perdarahan nadi (perdarahan arteri) pada perdarahan arterial ini darah tampak
a. Perdarahan luar (terbuka) yaitu apabila kulit juga cedera sehingga darah bisa
2.4.5 Koagulasi
yang bersirkulasi menjadi protein fibrin yang tidak larut. Trombin adalah alat dalam
mengubah fibrinogen menjadi benang fibrin. Trombin tidak ada dalam darah normal
yang masih dalam pembuluh, tetapi yang ada adalah zat pendahulunya, protrombin
yang kemudian diubah menjadi zat aktif tromin oleh trombokinase. Trombokinase
atau tromboplastin adalah zat penggerak yang dilepaskan ke darah di tempat yang
ada kalsium dalam darah akan mengubah protrombin menjadi trombin sehingga
Plasma darah adalah cairan berwarna kuning yang bekerja sebagai perantara
untuk penyaluran makanan, mineral, lemak, glukosa dan asam amino ke jaringan dan
juga merupakan perantara untuk mengangkat bahan buangan seperti urea, asam urat,
dan karbon dioksida. Plasma atau serum darah terdiri atas :air:91,0%, protein:8,0%
natrium bikarbonat, kalsium, fosfor, magnesium dan besi). Sisanya diisi oleh
sejumlah bahan organik yaitu glukosa, lemak, urea, asam urat, kreatinin, kolesterol
Salah satu penyebab penyakit jantung adalah iskemia jantung yang kemudian
(nekrosis) pada miokardium (otot jantung) akibat dari aliran darah ke bagian otot
jantung terhambat. Jaringan nekrosis akan mengalami autolisis dan sel darah merah
akan terhemolisis, inti dari sel-sel akan pecah menjadi fragmen-fragmen, dan diikuti
dengan reaksi inflamasi jaringan sehat disekitarnya. Hal ini terjadi karena adanya
hambatan berupa lesi aterosklerosis dan juga menyempitnya pembuluh darah karena
ketidak mampuan tubuh menghasilkan vasodilator secara normal saat terjadi infark
miokardial sehingga pembuluh darah tidak bisa berdilatasi untuk meningkatkan suplai
oksigen terutama pada saat beban kerja tubuh tinggi. Infark miokardial menyebabkan
yang tidak sesuai dengan kebutuhan tidak tertangani dengan baik sehingga
sel-sel jantung. Beberapa hal yang biasa mengganggu fungsi pembuluh darah
tubuh sampai kembali lagi ke jantung. Sehingga hal ini tidak lepas dari faktor
24
menurunnya cardiak out put. Penurunan cardiak out put yang diikuti penurunan
sirkulasi menyebabkan beberapa bagian tubuh tidak tersuplai darah dengan cukup,
daya angkut darah berkurang, maka sebagus apapun jalan (pembuluh darah) dan
pemompaan jantung maka hal tersebut tidak cukup membantu. Hal-hal yang
menyebabkan terganggunya daya angkut darah antara lain : anemia, hipoksemia dan
polisitemia.
B. Meningkatnya Kebutuhan Oksigen Tubuh
Pada orang normal meningkatnya kebutuhan oksigen mampu dikompensasi
tetapi jika orang tersebut telah mengidap penyakit jantung, mekanisme kompensasi
semakin meningkat, sedangkan suplai oksigen tidak bertambah. Oleh karena itu
terjadinya infark.
infark miokardial agar semua jaringan dapat terpenuhi jaringan oksigen dan
nutrisinya. Faktor yang terlibat dalam regulasi kardiovaskular antara lain faktor lokal,
mekanisme neural dan mekanisme endokrin. Faktor lokal menyesuaikan pola aliran
darah dengan kondisi atau perubahan pada cairan interstitial pada tingkat jaringan.
Mekanisme neural merespon perubahan tekanan arteri atau kandungan udara pada
25
bagian tertentu untuk mencegah infark miokardial melalui aliran darah yang cukup
1. Patofisiologi
Infark miokardial terjadi ketika iskemia yang terjadi cukup lama yaitu lebih
dari 30-45 menit sehingga menyebabkan kerusakan seluler yang ireversibel. Bagian
jantung yang terkena infark akan berhenti berkontraksi selamanya. Iskemia yang
terjadi paling banyak disebabkan oleh penyakit arteri koroner. Pada penyakit ini
terdapat akumulasi materi lemak, platelet dan sel darah putih dilapisan endotelial
maupun dilapisan tunika intima (lapisan sel otot polos) arteri koroner yang disebut
terbentuknya bekuan darah pada permukaan plak. Plak yang mengalami rupture
mempunyai inti yang sangat kaya lemak dan tertutup oleh selubung fibrosa tipis.
besar, maka bisa menghambat aliran darah baik total maupun sebagian pada arteri
koroner. Tahap awal dalam pembentukan aterosklerosis adalah adanya luka pada
dinding sel endotelial di lumen arteri. Kesatuan sel endotelial akan hancur dengan
adanya luka dan menginisiasi reaksi inflamasi dan akumulasi makrofag dan platelet.
Bekuan darah adalah sebagian besar sel-sel darah dan konstituen darah yang
proses ini, platelet dalam darah menjadi lengket dan mengumpul dilokasi cedera.
Namun, pembentukan gumpalan darah dapat berbahaya jika terjadi dalam pembuluh
darah yang sehat, atau jika tidak terdegradasi setelah waktunya. Banyak penyakit
bekuan darah yang tidak pantas. Bekuan darah dapat menyumbat pembuluh darah
yang disebut embolus dan sering merintangi sirkulasi sehingga terjadi iskemia dan
kematian yang banyak terjadi. Kelainan ini sering merupakan penyulit atau menyertai
penyakit lain misalnya gagal jantung, diabetes melitus, varises vena dan kerusakan
arteri. Data statistik WHO dalam laporan kesehatan dunia tahun 2003 menunjukkan
bahwa 16,7 juta atau sekitar 29,2% dari total kematian di seluruh dunia disebabkan
Trombosit atau platelet adalah sel kecil bergranula dengan diameter 2~4
µm. Jumlahnya berkisar antara 250.000 - 500.000 atau rata-rata sekitar 300.000/µL
darah dan pada keadaan normal mempunyai waktu paruh 4 hari Sekitar 60-
70% trombosit yang dibentuk sel megakariosit yang lepas dari sum sum tulang
limpa. Membran sel trombosit mengandung reseptor untuk kolagen, faktor dinding
miosin, glikogen, lisosom dan dua macam granula : (a) granula padat yang
juga dibentuk oleh makrofag dan sel endotelium. PDGF merangsang penyembuhan
luka dan merupakan mitogen kuat bagi otot polos vascular.15 Faktor von
Willebrand (vWF) berperan pada proses adhesi dan mengendalikan faktor VIII
dalam sirkulasi. Apabila dinding pembuluh darah ter1uka, trombosit melekat pada
kolagen, laminin dan vWF yang terpapar di dinding pembuluh melalui integrin.
dihasilkan melalui ADP dan trombin. Trombosit yang aktif akan berubah bentuk
dan melekat pada trombosit lain (agregasi trombosit), Proses agregasi dirangsang
kadar ADP yang dipakai sebagai aggregator. Setelah terjadi pelekatan trombosit
pada endotel yang rusak, akan teradi agregasi trombosit yang besar diikuti diikuti
fase berikutnya yaitu reaksi pelepasan dari trombosit (platelet release reaction),
dengan melepaskan bahan-bahan dari dalam trombosit antara lain fosfolipase A2.
Enzim ini akan melepaskan asam arakidonat (AA) dan fosfolipid mem bran. AA
sintesis prostasiklin pada sel endotel akan menjadi PGI2, atau disebut protasiklin
28
trombosit. PGH2 juga akan berubah menjadi tromboxan atau TXA2 dan
trombosit serta konstriksi arteri. TXA2, PGb merupakan hormon lokal yang
merupakan pembatas antara darah dan rongga ekstravaskular. Pada keadaan normal,
proses pembentukan fibrin dan thrombus pada plak aterosklerotik dapat dilihat pada
Gambar 2.5.
30
akumulasi monosit atau makrofag dan limfosit T pada intima. Adhesi monosit
Makrofag akan menangkap lipid dan berubah jadi sel busa, disamping itu karena
pengaruh growth factor terjadi proliferasi sel otot polos, akibat penumpukan lipid,
dapat terjadi perubahan lesi menjadi nekrotik dan selanjutnya kalsifikasi. Dalam
proses ini juga ikut berperan NO yang disintesis dari L-arginin dengan enzim
mengandung megakariosit yang sangat besar berdiameter 160 µm dengan inti yang
dalam membran tertutup, yaitu platelet dan akan didistribusikan ke pembuluh darah.
Pada saat platelet terstimulasi untuk menempel pada dinding pembuluh darah maka
akan terjadi pelepasan isi granul yang akan meningkatkan agregasi dengan platelet
yang lain. Agregasi ditingkatkan dengan adanya pelepasan faktor von Willebrand dari
sel endotelial yang merupakan senyawa pengikat untuk reseptor membran platelet,
yaitu glikoprotein GpIb dan fibrinogen. Platelet yang teraktivasi juga melepaskan
adenosin difosfat (ADP) dan tromboksan A2 yang akan menarik platelet yang
sehingga menyebabkan perubahan bentuk platelet, pelepasan isi granul dan agregasi
lebih jauh. Platelet yang teraktivasi selanjutnya akan melepaskan faktor yang
kompleks pada dinding pembuluh darah. Trombin sendiri dapat menstimulasi lebih
jauh pelepasan granul platelet dan menarik platelet yang baru. Protein membran
platelet GpIIIa selanjutnya berinteraksi dengan fibrin dan fibrinogen, suatu proses
mengandung megakariosit yang sangat besar berdiameter 160 µm dengan inti yang
dalam membran tertutup, yaitu platelet dan akan didistribusikan ke pembuluh darah.
Pada saat platelet terstimulasi untuk menempel pada dinding pembuluh darah maka
akan terjadi pelepasan isi granul yang akan meningkatkan agregasi dengan platelet
32
yang lain. Agregasi ditingkatkan dengan adanya pelepasan faktor von Willebrand dari
sel endotelial yang merupakan senyawa pengikat untuk reseptor membran platelet,
yaitu glikoprotein GpIb dan fibrinogen. Platelet yang teraktivasi juga melepaskan
adenosin difosfat (ADP) dan tromboksan A2 yang akan menarik platelet yang
sehingga menyebabkan perubahan bentuk platelet, pelepasan isi granul dan agregasi
lebih jauh. Platelet yang teraktivasi selanjutnya akan melepaskan faktor yang
kompleks pada dinding pembuluh darah. Trombin sendiri dapat menstimulasi lebih
jauh pelepasan granul platelet dan menarik platelet yang baru. Protein membran
platelet GpIIIa selanjutnya berinteraksi dengan fibrin dan fibrinogen, suatu proses
Pada saat terjadi perdarahan, secara alami tubuh akan merespon dengan
perdarahan yang berfungsi normal penting bagi kehidupan organisme, karena jika
hemostasis terganggu maka luka yang kecil sekalipun dapat menyebabkan perdarahan
emboli. Pada saat terjadi trauma, platelet, faktor pembekuan darah dalam plasma, dan
darah. Pembuluh darah yang rusak akan berkonstriksi melepaskan endotelin dan
platelet akan beragregasi pada situs luka dan menarik platelet lain untuk menutup
bocoran dengan sumbatan platelet. Waktu yang diperlukan untuk menutup luka
tersebut disebut waktu perdarahan yang berkisar pada 2-4 menit. Selanjutnya, sistem
33
koagulasi akan memproduksi fibrin yang saling berikatan silang yang membentuk
bekuan fibrin atau trombus yang memperkuat proses penutupan luka. Proses
hemostasis yang dimediasi oleh platelet dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Pada saat terjadi trauma pada sel endotelial, platelet merupakan sel darah yang
melekat pada serat kolagen subendotelial yang dijembatani oleh faktor von
Willebrand (vWF) yang dibentuk oleh sel endotelial dan bersirkulasi dalam kompleks
merupakan reseptor vWF. Proses adesi akan mengaktivasi pletelet dan mulai
sehingga menarik dan mengaktivasi lebih banyak platelet. Hal ini menyebabkan
bentuk dari platelet teraktivasi berubah drastis. Platelet diskoid berubah menjadi
sferik dan menghasilkan pseudopodia yang saling terjalin antar platelet. Agregasi
platelet ini ditingkatkan oleh trombin (IIA) yang berikatan dengan reseptor yang
34
diaktivasi oleh protease (PAR 1 dan PAR 4) dan distabilisasi oleh GP IIb/IIIa yang
diekspresikan pada permukaan platelet, yang mengarah pada ikatan fibrinogen dan
agregasi platelet. Reseptor P2Y1 dan P2Y12 merupakan reseptor untuk ADP dan
sekresi dan daya adesi platelet sehingga memudahkan untuk berikatan dengan
yang mengaktivasi agregasi platelet sedangkan PGI2 atau prostasiklin dihasilkan oleh
2.5.2 Fase Vaskular, Fase Platelet dan Fase Koagulasi Dalam Hemostatis
darah dari pembuluh darah yang rusak dan disertai dengan perbaikan jaringan yang
rusak, terdiri dari tiga rangkaian proses yaitu fase vaskular, fase platelet dan fase
dalam pembentukan trombus. Pembuluh darah yang luka akan memaparkan faktor
dan hormon yang berperan dalam proses hemostatis sehingga terjadi agregasi platelet
1. Fase Vaskular
Kerusakan dinding pembuluh darah akan memicu kontraksi serabut otot polos
bertujuan untuk mengurangi diameter pembuluh pada bagian luka selama proses
darah. Spasmus terjadi karena adanya otot polos yang rusak dan inisiasi dari reseptor
bawah ke aliran darah. Sel endothelial mulai melepaskan faktor kimia dan hormon
lokal, seperti ADP, faktor jaringan, serotonin, dan prostasiklin. Serotonin akan
menstimulasi kontraksi otot polos dan spasmus vaskular, serta menstimulasi beberapa
menjadi lengket. Pada kapiler kecil, sel endothelial pada posisi berlawanan
endothelial. Penempelan platelet terjadi karena adanya paparan serabut kolagen dari
sel endothelial yang luka. Pada fasa ini platelet juga akan melepaskan berbagai
platelet lain, yaitu serotonin, tromboksan A2, dan ADP, sehingga akan mempercepat
penempelan platelet satu sama lain membentuk plug platelet. Untuk menambahkan
untuk memperkuat plug platelet. Faktor lain yang terbentuk pada plug platelet adalah
fibrinogen yang bersirkulasi menjadi protein fibrin yang tidak larut. Selama jaringan
fibrin tumbuh, jaringan ini melingkupi permukaan plug platelet. Faktor yang berperan
pada fasa koagulasi disebut dengan faktor koagulan. Faktor koagulan yang penting
dalam proses koagulasi terdiri dari ion kalsium dan 11 protein bervariasi (fibrinogen,
36
plasma tromboplastin, faktor Stuart Prower, TPA, faktor Hageman, faktor stabilisasi
protrombin meliputi tiga jalur yaitu jalur ekstrinsik, intrinsik dan umum.Pada jalur
ekstrinsik dan intrinsik terjadi aktivasi faktor X yang merupakan tahap awal dari jalur
dimana jalur ekstrinsik dimulai karena adanya kerusakan sel endothelial yang
sedangkan pada jalur intrinsik dimulai karena aktivasi proenzim faktor XII.15
Jalur umum merupakan jalur pertemuan dari jalur ekstrinsik dan intrinsik
yang diawali dengan terbentuknya enzim dari kedua jalur untuk aktivasi faktor X
merubah fibrinogen larut dan protein plasma menjadi benang-benang fibrin tak larut
berdasarkan agen-agen yang berperan pada proses agregasi platelet, yaitu agen yang
platelet yang diinduksi ADP, yaitu clopidogrel dan tiklopidin, dan penyekat reseptor
Asetosal merupakan salah satu agen antiagregasi platelet yang bekerja dengan
siklooksigenase. Platelet adalah sel yang tidak memiliki inti, sehingga platelet tidak
mampu meproduksi enzim siklooksigenase yang baru sebagai pengganti. Hal ini
digunakan obat-obat anti platelet sebagai terapi obat dan trombolitik. Obat-obat
antiplatelet mengubah aktivasi platelet dari kerusakan vascular yang mana hal ini
dalam miokardial infark, dan kadang-kadang pada kerusakan otak. Tidak boleh
1. Asetosal
Asetosal atau asam asetil salisilat atau aspirin adalah agen analgesik,
yang rendah berhubungan dengan cAMP). Dosis rendah asetosal untuk pencegahan
pada penyumbatan aliran darah ke otak atau pada penyakit pembuluh darah jantung.
38
2. Farmakologi
yang berhubungan dengan saluran cerna, ginjal dan menghambat agregasi platelet.
dengan respon inflamasi. Tidak seperti obat antiinflamasi nonsteroid lain, efek
antiplatelet asetosal tidak dapat diubah dan permanen karena adanya transasetilasi
platelet selama kehidupan platelet (8-11 hari). Salisilat tanpa gugus asetil (natrium
salisilat) pada dasarnya tidak memiliki aktivitas antiplatelet tetapi tetap memiliki
aktivitas analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi. Pada saat terjadi trauma vaskular,
sistem koagulasi akan diaktivasi. Platelet dan molekul fibrin bergabung membentuk
hemostasis. Bekuan darah yang tidak diinginkan dalam pembuluh darah disebut
39
trombus. Trombosis biasanya muncul pada saat aliran darah lambat sehingga faktor
pembekuan darah yang teraktivasi terakumulasi dan tidak mengalir. Masalah yang
biasa muncul adalah trombosis pasca operasi pada vena kaki. Kadang sebagian
trombus pecah (emboli) dan dibawa jauh sehingga dapat menyebabkan kerusakan
parah seperti emboli paru-paru. Pada fibrilasi atrial, kehilangan kontraksi atrial
dapat lepas dan menyebabkan emboli pada otak atau yang lebih dikenal sebagai
stroke. Asetosal menurunkan risiko infark miokard pada pasien dengan angina yang
tidak stabil dan meningkatkan kelangsungan hidup pasien yang pernah mengalami
infark miokardia akut. Asetosal juga menurunkan risiko stroke pada pasien dengan
serangan iskemia transien. Efek yang menguntungkan dari asetosal pada penyakit
(Gambar 2.4).
membentuk ikatan silang antar platelet dan menyebabkan agregasi. Sel endotel pada
merupakan antagonis fisiologis dari TXA2. PGI2 menstimulasi reseptor yang berbeda
pada platelet dan mengaktivasi adenilsiklase. Hasil dari peningkatan cAMP ini
secara ireversibel. Platelet tidak dapat mensintesis enzim baru tetapi sel endotelial
dapat dan pada dosis rendah (75-300 mg) yang diberikan setiap hari, asetosal dapat
Dengan demikian keseimbangan efek antiagregasi platelet dari PGI2 dan efek
mekanisme kerja asetosal sebagai anti agregasi platelet dapat dilihat pada Gambar
2.8.
3. Efek Samping
cerna, dan pendarahan spontan sering terjadi, dengan perdarahan akut dari erosi
lambung juga mungkin terjadi Seperti dengan obat antiinflamasi nonsteroid lainnya,
asetosal dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal, khususnya pada mereka yang
sudah ada penyakit ginjal atau gagal jantung kronis. Hepatotoksisitas biasanya terjadi
pada anak-anak dengan artritis rematoid, orang dewasa dengan penyakit lupus atau
sudah memiliki gangguan hati. Asetosal dapat memicu sindrom asma, angioedema,
41
dan polip hidung. Dosis analgesik tunggal dapat menekan agregasi platelet dan
lebih lama.
4. Kontraindikasi
Untuk tindakan pencegahan, asetosal harus digunakan dengan hati-hati pada pasien
antikoagulan. Penggunaan salisilat tidak dianjurkan pada anak-anak dan remaja yang
mengalami infeksi virus dengan gejala seperti flu atau cacar air karena dapat
1. Clopidogrel
secara irreversible. Obat ini memiliki efek yang sinergis bila diberikan bersama
aspirin. Clopidogrel juga digunakan pada pasien yang kontraindikasi terhadap aspirin.
Efek samping rasa kurang enak di perut, nyeri perut, diare, pendarahan, sakit kepala.15
2. Ticlopidin
fibrinogen yang diinduksi oleh ADP secara irreversibel, serta menghalangi interaksi
3. Phosphodiesterase Inhibitors
42
dan kadarnya dalam trombosit meningkat. Dosis 300 – 600 mg sehari dalam dosis
terbagi sebelum makan. Efek samping seperti sakit kepala, gangguan lambung usus,
bersama dengan aspirin dan heparin untuk mencegah infark miokard pada pasien
beresiko tinggi dengan angina tidak stabil. Dosis abciximab (0,124 µg/kg/mencit).
yang memblok reseptor platelet dan mempunyai waktu paruh lebih singkat dan lebih
2.7 Hiperkolesterolemia
yang ditandai dengan tingginya kadar kolesterol total dalam darah. Pada kondisi
memiliki pengaruh terhadap timbulnya penyakit jantung dan pembuluh darah. Pada
43
darah mengalami penyempitan dan pengerasan. Hal ini menghambat aliran darah
yang kaya oksigen menuju ke jantung. Peningkatan kadar kolesterol dipengaruhi oleh
asupan karbohidrat, protein, lemak, serat dan kolesterol. Peningkatan kadar kolesterol
tersebut dapat ditekan dengan pengaturan pola diet. Pengaturan pola diet untuk
menurunkan kadar kolesterol dilakukan dengan mengontrol asupan zat gizi secara
seimbang sesuai dengan kebutuhan. Asupan serat yang tinggi dapat menurunkan
kadar kolesterol dengan cara meningkatkan pengeluaran cairan empedu. Selain itu
Kolesterol dibentuk melalui asetat yang diproduksi dari nutrien dan energi
berserta hasil metabolisme lainnya. Asam lemak akan menjadi lemak didalam proses
pembentukan asetat sebagai perantara juga berlebih, dan lemak tubuh akan
mengalami kegemukan akan membentuk kolesterol lebih 20% dari yang berat badan
apabila sistem kerja enzim tidak normal. 18 Tetapi apabila kerja enzim bekerja dengan
normal maka kolesterol akan disintesis dan diubah menjadi jaringan, hormon, dan
vitamin ada juga sebagian kolesterol kembali ke hati untuk diubah sebagai asam
Ada tiga lipoprotein yang utama yang ditemukan dalam darah pasien yang
puasa (10-12 jam), yaitu : Very- Low Density Lipoprotein (VLDL), Low Density
Penderita kadar kolesterol tinggi khususnya LDL adalah sasaran utama untuk
disebabkan oleh kadar LDL berlebihan yang membentuk plak aterosklerosis pada
pembuluh darah koroner jantung, sehingga otot jantung tidak menerima aliran darah
yang cukup. Dinding dalam (intima) pada pembuluh darah terutama pembuluh arteri
yang mengalirkan darah dari jantung tertutup lapisan sel-sel tipis karena melindungi
ketika sel darah putih yang secara normal terdapat dalam sistem peredaran darah
mulai menyerang dinding arteri. Gejala yang ditimbulkan penyakit jantung koroner
adalah rasa tertekan (nyeri, terjepit, diperas dan terbakar) didada dan menjalar ke
lengan kiri, leher dan punggung. Sel-sel darah putih menembus ke lapisan dalam
darah dan mulai menyerap lemak terutama kolesterol yang membran sel darah putih
45
berupa seperti kain biasa. Ketika mati, sel darah putih meninggalkan kolesterol
dibagian dasar dinding arteri karena tidak bisa mencerna kolesterol yang diserap,
yang terjadi adalah lapisan dibawah garis pelindung arteri berangsur-angsur mulai
Diabetes atau kencing manis adalah keadaan dimana kadar gula dalam darah
melalui batas normal. Diabetes yang tidak terkontrol dengan kadar glukosa tinggi
cenderung menigkatkan kadar kolesterol dan tigleserida dalam tubuh. Kolesterol LDL
pada penderita diabetes lebih ganas karena bentuknya lebih padat dan ukurannya
lebih kecil (small dense LDL) sehinga mudah masuk dan menempel pada lapisan
pembuluh darah yang lebih dalam arterogenik, sehingga pada diabetes melitus
penting untuk meneakan kolesterol khususnya LDL hingga <100 mg/dl. Hal ini
disebabkan oleh karena diabetes melitus adalah kondisi yang dianggap sama dengan
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian
otak terganggu. Dalam jaringan otak, kurangya aliran darah menyebabkan serangkain
reaksi biokimia, yang dapat merusak atau mematikan sel-sel otak. Kematian jaringan
otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu.
Hubungan kolesterol dengan stroke merupakan faktor resiko stroke yang secara
konsisten dilaporkan dari berbagai hasil penelitian. Kolesterol LDL yang tinggi,
kolseterol LDL yang rendah, dan rasio kolesterol LDL dan HDL yang tinggi dan di
hubungkan dengan peninggkatan resiko terkena stroke. Hal ini akan diperkuat bila
46
ada faktor resiko yang lain (misalnya :Hipertensi, merokok dan obesitas). Hubungan
antara kolesterol dengan stroke tergambar pula dalam penelitian terapi kolesterol.
Keberhasilan terapi penurun kadar kolesterol dan akan menurunkan resiko stroke dan
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Orde : Rodentia
Famili : Muridae
47
Genus : Rattus
Tikus putih adalah binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat, termasuk dalam
keluarga rodentia, sehingga masih termasuk kerabat dengan hamster, gerbil, tupai,
dan mahluk pengerat lainnya. Tikus (Rattus norvegicus) merupakan makanan yang
paling digemari oleh reptilia karena kandungan gizinya lebih banyak dari pada katak.
Makanan tikus putih adalah biji-bijian, akar berdaging, daun, batang dan serangga.
Tikus putih sering digunakan sebagai sarana penelitian biomedis, pengujian dan
penyakit manusia dalam hal genetika. Hal tersebut karena kelengkapan organ,
kebutuhan nutrisi, metabolisme, dan biokimianya cukup dekat dengan manusia. Tikus
putih yang dimaksud adalah seekor tikus dengan seluruh tubuh dari ujung kepala
sampai ekor serba putih, sedangkan matanya berwarna merah jambu. Dilihat dari
struktur anatomisnya, tikus putih memiliki lima pasang kelenjar susu. Distribusi
jaringan mammae menyebar, membentang dari garis tengah ventral atas panggul,
dada dan leher. paru-paru kiri terdiri dari satu lobus, sedangkan paru kanan terdiri dari
empat lobus.
2.9 Spektrofotometri
elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Teknik yang sering
dan visible . Menggunakan dua buah sumber cahaya yang berbeda, sumber cahaya
UV dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah
menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode
paling banyak tersedia dan paling popular digunakan. Kemudahan metode ini adalah
dapat digunakan baik untuk sampel berwarna juga untuk sampel tidak berwarna.
pektrofotometri ini UV- Vis memiliki prinsip kerja yang sama dengan yang lainnya
yaitu “adanya interaksi antara materi dengan cahaya yang memiliki panjang
digunakan.24
menggunakan lampu deuterium atau disebut juga heavy hydrogen VIS menggunakan
photodiode yang telah dilengkapi monokromator. Infra merah, lampu pada panjang
gelombang IR.
cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya monaokromatis.
Jenis monokromator yang saat ini banyak digunakan adalan gratting atau lensa
prisma dan filter optik. Jika digunakan grating maka cahaya akan dirubah menjadi
spektrum cahaya. Sedangkan filter optik berupa lensa berwarna sehingga cahaya yang
diteruskan sesuai dengan warna lensa yang dikenai cahaya. Ada banyak lensa warna
dalam satu alat yang digunakan sesuai dengan jenis pemeriksaan.24 Pada gambar
dibawah (Gambar 2.13) disebut sebagai pendispersi atau penyebar cahaya. dengan
adanya pendispersi hanya satu jenis cahaya atau cahaya dengan panjang gelombang
tunggal yang mengenai sel sampel. Pada gambar dibawah (Gambar 2.7) di atas hanya
a. UV, VIS dan UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet biasanya
terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika
memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan yang terbuat dari kaca dan
sinar tampak (VIS). Kuvet biasanya berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm.
b. IR, untuk sampel cair dan padat (dalam bentuk pasta) biasanya dioleskan pada dua
lempeng natrium klorida. Untuk sampel dalam bentuk larutan dimasukan ke dalam
sel natrium klorida. Sel ini akan dipecahkan untuk mengambil kembali larutan yang
dianalisis, jika sampel yang dimiliki sangat sedikit dan harganya mahal.
4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan
yang berasal dari detektor. Ketika cahaya dengan panjang berbagai panjang
gelombang (cahaya polikromatis) mengenai suatu zat, maka cahaya dengan panjang
gelombang tertentu saja yang akan diserap. Di dalam suatu molekul yang memegang
peranan penting adalah elektron valensi dari setiap atom yang ada hingga terbentuk
suatu materi. Elektron-elektron yang dimiliki oleh suatu molekul dapat berpindah
(eksitasi), berputar (rotasi) dan bergetar (vibrasi) jika dikenai suatu energi. Jika zat
menyerap cahaya tampak dan UV maka akan terjadi perpindahan elektron dari
51
transisi elektronik. Apabila cahaya yang diserap adalah cahaya inframerah maka
elektron yang ada dalam atom atau elektron ikatan pada suatu molekul dapat hanya
akan bergetar (vibrasi). Sedangkan gerakan berputar elektron terjadi pada energi yang
dalam suatu sampel. Dimana zat yang ada dalam sel sampel disinari dengan cahaya
yang memiliki panjang gelombang tertentu. Ketika cahaya mengenai sampel sebagian
akan diserap, sebagian akan dihamburkan dan sebagian lagi akan diteruskan.25
2.10 Adenosine 5-diphosphate (ADP) Penginduksi Agregasi Platelet
Kadar 1-10 µM ADP sering dipakai pada pemeriksaan agregasi trombosit.
Kadar ADP yang rendah (1-3 µM) menghasilkan kurva tunggal (monofasik) atau
kurva bifasik. Pada kadar yang rendah, ikatan fibrinogen biasanya reversible dan
trombosit disagregasi. Kadar ADP yang lebih tinggi (10 atau 20 µM) dapat menutupi
respon bifasik oleh pelepasan ADP endogen. Ini masih dianggap respon bifasik
karena terjadi pelepasan ADP tetapi tidak tampak pada kurva. Asetosal akan
paling sering digunakan adalah ADP dengan berbagai konsentasi, kolagen, epinefrin,
ristosetin, thrombin dan asam arakidonat. ADP konsentrasi rendah memicu agregasi
bifasik dengan gelombang primer dan sekunder. ADP konsentrasi tinggi memicu
dengan kolagen menghasilkan suatu periode laten yang diikuti oleh sebuah
52
gelombang agregasi. Penurunan agregasi terhadap kolagen terjadi pada pasien yang
bersifat bifasik. Agregasi yang dipicu oleh epinefrin ini juga terganggu pada pasien
yang mendapat aspirin dan obat anti-inflamasi. Demikian juga, agregasi thrombin
bersifat bifasik dan mungkin terganggu pada defek trombosit intrinsik tertentu.
BAB III
METODE KERJA
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Corong
2. Gelas kimia (Pyrex)
3. Hot plate denville scientific
4. Inkubator (Shel lab)
5. Gunting steril (Yamaco Stainless)
53
6. Jarum oral
7. Kandang tikus
8. Labu alas bulat (Pyrex)
9. Labu ukur (pyrex)
10. Mortir dan stamper (Heldeneanger)
11. Mikropipet (Labnet autoclavable) 0,05 ml, 0,1 ml
12. Pinset (Yamako Stainless)
13. Pipet tetes (Pyrex)
14. Penangas air (Denville scientific)
15. Restrainer
16. Rotavapor (Eyela N-1200 B)
17. Sentrifuge (Centurion scientific c2006)
18. Spektrofotometer visible (Unica 2800 UV/Vis)
19. Spuit 1 mL, 3 mL, 5 mL
20. Stopwatch (Hanhart)
21. Tabung Eppendorf
22. Tabung reaksi (Pyrex)
23. Timbangan analitik (Citizen)
mengetahui suatu hasil penelitian. Kegiatan ini dimulai dari perencanaan untuk
melakukan setiap tahap-tahap dalam penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Kelompo O
k
B
I
Kelompok S
II
E
Kelompok
Kriteria R
Tikus Randomisas III
Inklusi dan
eksklusi i
V
Kelompok
IV A
A B C
Kelompok S
V I
Hari D E
-14 0 15 30 45
Keterangan :
C = Pada hari ke 0 tikus ditimbang berat badan, diukur kadar kolesterol, waktu
hari, kemudian diberikan larutan Na CMC 0,5% secara oral dan diukur pada
hari ke-30 (hari ke-15 setelah perlakuan) dan hari ke-45 (hari ke-30 setelah
perlakuan)
2. Kelompok 2, mulai hari ke-0 diinduksi pakan tinggi kolesterol selama 14
hari, kemudian diberikan larutan suspensi asetosal 7,2 mg/kg BB secara oral
dan diukur pada hari ke-30 (hari ke-15 setelah perlakuan) dan hari ke-45
hari, kemudian diberikan ekstrak herba pegagan 25% (37,5 mg/kg BB) dan
ekstrak daun belimbing wuluh 75% (112,5 mg/kg BB), secara oral dan diukur
pada hari ke-30 (hari ke-15 setelah perlakuan) dan hari ke-45 (hari ke-30
setelah perlakuan)
4. Kelompok 4, mulai hari ke-0 diinduksi pakan tinggi kolesterol selama 14
hari, kemudian diberikan ekstrak herba pegagan 50% (75 mg/kg BB) dan
belimbing wuluh 50% (75 mg/kg BB) secara oral dan diukur pada hari ke-30
(hari ke-15 setelah perlakuan) dan hari ke-45 (hari ke-30 setelah perlakuan)
5. Kelompok 5, mulai hari ke-0 diinduksi pakan tinggi kolesterol selama 14
hari, kemudian diberikan ekstrak herba pegagan 75% (112,5 mg/kg BB) dan
ekstrak daun belimbing wuluh 25% (37,5 mg/kg BB) secara oral dan diukur
pada hari ke-30 (hari ke-15 setelah perlakuan) dan hari ke-45 (hari ke-30
setelah perlakuan)
Tinggi Ilmu Farmasi (STIFA-PM) dan Laboratorium Kimia Farmasi Prodi Farmasi
L). dan simplisia herba pegagan (Centella asiatica) yang diperoleh dari UPT
bilimbi. L) dan herba pegagan (Centella asiatica) sebanyak 500 gram diekstraksi
dengan pelarut etanol masing- masing menggunakan sebanyak 2,75 liter belimbing
wuluh, 2,75 liter herba pegagan dimaserasi selama 3 hari. kemudian bobot ekstrak
kental daun belimbing wuluh yang didapat yaitu 40 gram dan bobot ekstrak kental
pegagan 60 gram. Sampel dimaserasi dengan etanol 96% sebanyak 2 L dalam wadah
maserasi selama 3 x 24 jam sambil sesekali diaduk. Dipisahkan hasil maserasi dengan
memisahkan ekstrak dengan pelarut kemudian dipekatkan di atas penangas air hingga
kimia yang terkandung dalam tumbuhan, karena pada tahap ini kita bisa mengetahui
golongan senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan yang sedang kita teliti.
1. Uji Alkaloid
57
dipisahkan dan diasamkan dengan 2 tetes H2SO4 2 M. Fraksi asam dibagi menjadi 3
Wagner. Adanya alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan putih pada pereaksi
Meyer, endapan merah pada pereaksi Dragendorf dan endapan coklat pada pereaksi
Wagner.
2. Uji Flavonoid
3. Uji Saponin
dikocok selama 5 menit, busa yang terbentuk setinggi kurang lebih 1 cm dan tetap
4. Uji Tanin
disaring dan filtratnya ditambahkan dengan 5 tetes FeCl3 1 % (b/v). warna biru tua
yang telah dipanaskan, didiamkan selama 15 menit hingga diperoleh massa yang
labu ukur 100 ml. Volumenya dicukupkan dengan akuades hingga 100 ml.
hingga homogen, suspensi asetosal dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml.
Pakan kolesterol dibuat dari pakan (80%), lemak kambing (15%), dan kuning
telur bebek (5%). Kuning telur dikeringkan dalam oven 700C selama ± 24 jam dan
digerus hingga halus. Jumlah pakan harian baik pakan kolestrol maupun pakan
standar yang diberikan adalah 20 g/ekor/hari dan air minum yang diberikan secara
ad libitum.26
Hewan yang digunakan adalah tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar
jantan dewasa usia 3-4 bulan dengan kondisi tubuh yang sehat, bobot badan
normal adalah 150-200 gram. dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi :
a. Berumur ±3-4 bulan
b. Berat badan 150-200 gram
c. Jenis kelamin jantan
d. Warna bulu putih
e. Tikus aktif
2. Kriteria eksklusi :
a. Cacat fisik
b. Tikus sakit
59
menyeragamkan cara hidup dan makanannya agar tidak stres. Pada pengujian ini,
hewan uji yang digunakan sebanyak 20 ekor yang dibagi sesuai kelompok perlakuan
yang diberikan. Sebelumnya hewan uji dipuasakan selama 16 jam dan ditimbang
bobot badannya. Sebelum diberikan perlakuan pada tikus terlebih dahulu dilakukan
tinggi selama 14 hari. Setelah diberi perlakuan pada hari ke-14 dilakukan kembali
Setelah itu tikus putih jantan dibagi menjadi 5 kelompok masing-masing terdiri atas 4
ekor tikus putih. Pada kelompok 1 merupakan kontrol positif yang diberi pembanding
suspensi asetosal dengan dosis 50 mg/kg BB, pada kelompok II merupakan kontrol
negatif Na CMC 0,5%, sedangkan pada kelompok III, IV, dan V masing-masing
tikus putih diberikan kombinasi ekstrak etanol daun belimbing dan herba pegagan
dalam bentuk suspensi secara oral seperti yang tertera pada (Tabel 3.1). Setelah
diberi perlakuan pada hari ke-15 dan hari ke-30, dilakukan kembali pengukuran kadar
Dibuat kombinasi ekstrak bahan uji dengan tiga variasi kombinasi seperti di
positif yang diberikan suspensi asetosal 50 mg/kg BB, kelompok kontrol negatif yaitu
kelompok yang diberikan suspensi Na CMC 0,5%, dan 3 kelompok perlakuan dosis
kombinasi sesuai yang tertera pada Tabel 3.1. Perlakuan diberikan setiap secara oral
selama 30 hari. Pengambilan data dilakukan pada hari ke 0, 15, dan 30.
herba pegagan meliputi tiga paramater. Adapun parameter yang diamati yaitu:
hingga darah berhenti mengalir, uji ini untuk melihat aktivitas platelet. Cara yang
dilakukan adalah ujung ekor tikus putih dibersihkan dengan alkohol 70%, lalu ekor
tikus putih dilukai secara melintang dengan pisau pemotong yang diberi pembatas
pada jarak 2 cm dari ujung ekor, sepanjang 2 mm dan sedalam 1 mm, darah yang
Darah tikus sebanyak 900 µL dicampur dengan natrium sitrat 3,18% dan
disentrifuge dengan kecepatan 1500 rpm, pada suhu 37 0C selama 15 menit. Plasma
darah diambil sebanyak 250 µL lalu ditambahkan 2 ml NaCl 0,9%. Serapan plasma
diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada λ 600 nm. Serapan plasma diukur
61
dan inkubasi selama 20 menit dalam inkubator, kemudian dikocok pada suhu 370C.
diinduksi pakan tinggi kolesterol, sebelum pemberian kombinasi ekstrak etanol daun
belimbing wuluh (Averrhoa bolombi L.) dan ekstrak etanol herba pegagan (Centella
asiatica) yang dibandingkan dengan pengukuran kadar kolesterol darah tikus putih
jantan setelah diinduksi pakan kolesterol, dan dilakukan kembali pengukuran setelah
pemberian kombinasi ekstrak atanol daun belimbing wuluh dan herba pegagan.
etanol daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi. L) dan herba pegagan (Centella
CMC 0,5% dan control positif yang diberikan suspensi asetosal maka dapat diketahui
dengan menganalisis secara statistik kadar kolesterol, waktu perdarahan dan serapan
plasma pada awal perlakuan, setelah induksi pakan kolesterol dan setelah perlakuan
hari ke-15 dan hari ke-30 dengan metode Anova dua arah (Two way Anova).
BAB IV
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek kombinasi ekstrak etanol daun
belimbing wuluh dan herba pegagan sebagai antiagregasi platelet terhadap tikus putih
bahwa bahan uji yang digunakan yaitu daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi. L)
dan herba pegagan (Centella asiatica). Determinasi dilakukan oleh UPT MATERIA
MEDICA Kota Batu, Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur. Hasil determinasi
herba pegagan yang digunakan adalah (Averrhoa bilimbi. L) suku Oxalidaceae dan
(Centella asiatica) suku Umbelliferae. Hasil determinasi dapat dilihat pada Lampiran
1.
Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etanol 96%.
63
Sebanyak 500 gram serbuk simplisia daun belimbing wuluh dan herba pegagan
diekstraksi dengan pelarut etanol 96% sebanyak 2,75 liter dan dimaserasi selama 3
hari. Bobot ekstrak kental daun belimbing wuluh yang diperoleh yaitu 40 gram dan
bobot ekstrak kental pegagan sebesar 60 gram. Persentase ekstrak etanol daun
belimbing wuluh yang diperoleh yaitu 8% dan untuk ekstrak etanol herba pegagan
sebesar 12%
golongan senyawa bioaktif yang terkandung di dalam ekstrak tersebut. Hasil uji
Pada penelitian ini terdapat tiga parameter yang diamati yaitu waktu
waktu perdarahan, penurunan serapan plasma dan pengukuran kadar kolestrol dapat
dilihat pada Tabel 4.3, Tabel 4.4, dan Tabel 4.5 berikut ini:
Waktu perdarahan adalah interval waktu mulai timbulnya tetes darah dari
pembuluh darah yang luka sampai darah berhenti mengalir keluar dari pembuluh
darah. Penghentian pembuluh darah ini disebabkan terbentuknya plak atau agregrat-
agregat didinding pembuluh darah yang menutupi celah pembuluh darah yang rusak
Waktu perdarahan diamati untuk melihat pengaruh bahan uji terhadap proses
Waktu dari mulai terjadinya luka sampai terbentuknya sumbat hemostatis sementara
pada darah yang luka disebut waktu perdarahan. Adanya efek ditunjukkan oleh waktu
perdarahan yang semakin panjang setelah pemberian bahan uji. Hasil uji antiagregasi
platelet dengan menggunakan metode waktu perdarahan dapat dilihat pada Tabel 4.3
Tabel 4.3 Waktu Perdarahan Tikus Pada Pengujian Efek Antiagregasi Platelet
berbagai kelompok perlakuan. Profil waktu perdarahan tikus yang diberi asetosal dan
ekstrak etanol herba pegagan dan daun belimbing wuluh menunjukkan peningkatan
Keterangan :
Hari ke-0 : Waktu perdarahan darah awal
Hari setelah diinduksi : Waktu perdarahan darah setelah diinduksi pakan kolesterol
Hari ke-15 : Waktu perdarahan darah pada hari ke-15
Hari ke-30 : Waktu perdarahan darah pada hari ke-30
Hasil pengukuran penurunan serapan plasma dapat dilihat dari perubahan nilai
absorbansi serapan plasma sebelum dan sesudah ditambahkan ADP yang diukur
secara turbidimetri pada panjang gelombang 600 nm. Data hasil pengukuran
67
penurunan serapan plasma sesudah perlakuan dan sebelum perlakuan dapat dilihat
pada Tabel 4.4 penurunan serapan plasma tikus pada pengujian efek antiagregasi
platelet dan grafik pada Gambar 4.2 melihat profil penuruanan serapan plasma pada
tikus putih.
kelompok perlakuan. Profil penurunan serapan plasma tikus yang diberi asetosal dan
ekstrak etanol herba pegagan dan daun belimbing wuluh menunjukkan peningkatan
Tabel 4.4 Penurunan Serapan Plasma Tikus Pada Pengujian Efek Antiagregasi
Platelet
Keterangan :
Hari ke-0 : Penurunan serapan plasma darah awal
Hari setelah diinduksi : Penurunan serapan plasma darah setelah diinduksi pakan
kolesterol
Hari ke-15 : Penurunan serapan plasma darah pada hari ke-15
Hari ke-30 : Penurunan serapan plasma darah pada hari ke-30
kombinasi herba pegagan (Centella asiatica) dan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi.
L) dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan grafik pada Gambar 4.3.
69
Hasil pengukuran kadar kolestrol darah tikus putih jantan yang diinduksi
dengan pakan tinggi kolestrol sebelum pemberian kombinasi esktrak daun belimbing
wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dan herba pegagan (Centella asiatica) yang
dibandingkan dengan kadar kolestrol darah tikus putih jantan setelah pemberian
ekstrak kombinasi ekstrak daun belimbing wuluh dan herba pegagan maka diperoleh
rata-rata penurunan kadar kolestrol darah setiap kelompok dapat dilihat pada Gambar
4.3
Tabel 4.5 Kadar Kolesterol Darah Tikus Pada Pengujian Efek Antiagegasi
Platelet
No Kelompok Tikus Hari ke- 0 Setelah Hari ke- 15 Hari ke- 30
diinduksi
1 1 126 216 130 126
2 136 219 136 131
Kontrol positif
3 136 224 143 136
Asetosal
4 120 219 136 133
Rata-rata±SD 129,50±7,895 219,50±3,317 136,25±5,315 131,50±4,203
2 1 143 270 182 166
2 130 239 178 163
Keterangan :
Hari ke- 0 : Kadar kolesterol darah awal
Hari setelah diinduksi: Kadar kolesterol darah setelah diinduksi pakan kolesterol
Hari ke- 15 : Kadar kolesterol darah pada hari ke-15
Hari ke- 30 : Kadar kolesterol darah pada hari ke-30
Dilakukan uji analisis Anova dua arah untuk mengetahui apakah ada
CMC 0,5% dan pembanding aspirin dilihat dari waktu perdarahan, kadar kolesterol
dan serapan plasma pada awal perlakuan, setelah induksi pakan kolesterol, setelah
perlakuan hari ke-15 dan hari ke-30. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.6
yang diberikan pada tikus. Begitu juga dengan waktu pengamatan adanya perbedaan
yang bermakna serta adanya interaksi antara kelompok perlakuan dengan waktu
waktu pengamatan yang lebih kecil dari 0,05. Oleh karena itu dilakukan uji lanjut
dengan Duncan. Hasil uji lanjut Duncan dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan 4.8.
Tabel 4.7 Hasil Uji Lanjut Duncan Waktu Perdarahan Terhadap Kelompok
Perlakuan
Duncan
a.b
Kelompok_perlakuan N Subset
1 2 3
Kontrol negative 16 50.0575
Kntrol positif 16 50.3275
Kombinasi dosis 1 16 50.4750
Kombinasi dosis 2 16 52.9344
Kombinasi dosis 3 16 69.4875
sig 731 1.000
Tabel 4.8 Hasil Uji Lanjut Duncan Waktu Perdarahan Terhadap Waktu
Perlakuan
Duncan
Waktu_pengamatan N Subset
1 2 3 4
72
Tabel 4.9 Data Statistik Antar Perlakuan Untuk Penurunan Serapan Plasma
Source Type III Df Mean F Sig.
Sum of Square
Squares
Corrected Model .010a 19 .001 15.699 .000
Intercept .031 1 .031 954.612 .000
Kelompok_perlakuan .001 4 .000 7.119 .000
Waktu_perlakuan .008 3 .003 83.692 .000
Kelompok_perlakuan* 1.717 .086
waktu_pengamatan .001 12 5.506E-5
Error .002 59 3.206E-5
Total .043 79
Corrected Total .011 78
perlakuan yang diberikan pada tikus. Begitu juga dengan waktu pengamatan adanya
perbedaan yang bermakna serta adanya interaksi antara kelompok perlakuan dengan
waktu pengamatan.
pengamatan yang lebih kecil dari 0,05. Oleh karena itu dilakukan uji lanjut dengan
Duncan. Hasil uji lanjut Duncan dapat dilihat pada Tabel 4.10 dan 4.11.
Tabel 4.10 Hasil Uji Lanjut Duncan Penurunan Serapan Plasma Terhadap
Kelompok Perlakuan
Duncan
a.b
Kelompok_perlakuan N Subset
1 2 3
73
Tabel 4.11 Hasil Uji Lanjut Duncan Penurunan Serapan Plasma Terhadap
Waktu Pengamatan
Duncan
Waktu_pengamatan N Subset
1 2 3 4
Hari ke-30 19 .00784
Hari ke-15 20 .01185
Hari ke-0 20 57.5570 .02820
Hari setelah induksi 20 .03120
Sig. 1.000 1.000 1.000 .101
yang diberikan pada tikus. Begitu juga dengan waktu pengamatan adanya perbedaan
yang bermakna serta adanya interaksi antara kelompok perlakuan dengan waktu
74
waktu pengamatan yang lebih kecil dari 0,05. Oleh karena itu dilakukan uji lanjut
dengan Duncan. Hasil uji lanjut Duncan dapat dilihat pada Tabel 4.13 dan 4.14.
Tabel 4.13 Hasil Uji Lanjut Duncan Penurunan Kadar Kolesterol Terhadap
Kelompok Perlakuan
Duncan
a.b
Kelompok_perlakuan N Subset
1 2 3
Tabel 4.14 Hasil Uji Lanjut Duncan Penurunan Kadar Kolesterol Terhadap
Waktu Pengamatan
Duncan
a.b
Kelompok_perlakuan N Subset
1 2 3
4.3 Pembahasan
Tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah daun belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi. L) dan herba pegagan (Cantella asiatica). Metode ekstraksi yang
75
hanya dibutuhkan bejana perendam tanpa pemanasan, dan tidak banyak energi yang
diperlukan. Pelarut yang digunakan sebagai cairan pengekstraksi adalah etanol 96%,
karena etanol 96% dapat melarutkan sebagian besar kandungan kimia pada ektrak
daun belimbing wuluh dan herba pegagan serta memiliki beberapa kelebihan yaitu
Metode meserasi dipilih sebagai metode dalam ekstraksi karena adanya sifat
daun yang lunak dan mudah mengembang dalam cairan pengekstraksi. Selain itu,
meserasi merupakan cara penyarian yang sederhana karena cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif.
Zat aktif ini akan larut dan adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif
didalam dengan diluar sel menyebabkan larutan yang terpekat keluar hingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan didalam dengan diluar sel. Cairan penyari
yang digunakan dalam proses meserasi ini adalah etanol 96%. Etanol
dipertimbangkan sebagai cairan penyari karena: lebih selektif, kapang sulit tumbuh
dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral, absorbsinya baik, etanol dapat
bercampur dengan air dalam segala perbandingan dan zat pengganggu yang larut
terbatas. Pelarut etanol dipilih sebagai cairan penyari karena senyawa yang akan
tumbuhan dalam bentuk glikosida menggunakan pelarut etanol pada suhu kamar
efek biologis yaitu senyawa metabolit sekunder yang diharapkan dapat berperan
76
Pada penelitian ini ada tiga parameter yang digunakan untuk membuktikan
adanya aktivitas antiagregasi platelet kombinasi ekstrak daun belimbing wuluh dan
herba pegagan, yaitu waktu perdarahan, penurunan serapan plasma, dan kadar
kolesterol sebelum dan sesudah pemberian pakan kolestrol yang diukur pada awal
penelitian, setelah induksi pakan kolesterol, setelah perlakuan hari ke-15 dan ke-30.
Penelitian ini menggunakan variasi kombinasi dosis ekstrak daun belimbing wuluh
150 mg/kg BB dan herba pegagan 150 mg/kg BB dengan kombinasi I, herba
pegagan 25% (37,5 mg/kg BB): belimbing wuluh 75% (112,5 mg/kg BB), kombinasi
II herba pegagan 50% (75 mg/kg BB): belimbing wuluh 50% (75 mg/kg BB), dan
kombinasi III herba pegagan 75% (112,5): belimbing wuluh 25% (37,5 mg/kg BB).
mengukur interval waktu mulai timbulnya tetes darah dari pembuluh darah yang luka
sampai darah berhenti mengalir keluar dari pembuluh darah. 1. Waktu perdarahan
diamati untuk melihat pengaruh bahan uji terhadap proses pembentukan sumbat
hemostatik sementara, yaitu proses hemostasis fase platelet. Adanya efek ditunjukkan
oleh waktu perdarahan yang semakin panjang setelah pemberian bahan uji. 2.
cara melihat nilai absorbansi serapan plasma sebelum dan sesudah ditambahkan
penginduksi ADP. Setelah pemberian ADP, serapan plasma akan menurun karena
menunjukkan bahan uji memiliki efek antiagregasi platelet, dan 3. pengukuran kadar
induksi pakan kolesterol yang diberikan selama dua minggu dan adanya penurunan
mekanisme penghambatan ekstrak etanol daun belimbing wuluh dan herba pegagan
sama dengan mekanisme penghambatan oleh asetosal. Asetosal adalah obat anti
platelet yang efektif penggunaannya pada kasus iskemik dan stroke. Namun asetosal
memiliki efek samping reaksi penggunaan obat yaitu perdarahan dan efek samping
pada saluran gastrointestinal. Efek ini muncul karena asetosal menghasilkan efek anti
belimbing wuluh dan herba pegagan pada berbagai dosis selama 30 hari berturut-turut
mampu menurunkan agregasi platelet dan kadar kolesterol pada tikus jantan secara
nyata. Hal ini ditandai adanya perbedaan waktu perdarahan, selisih penurunan
serapan plasma dan penurunan kadar kolesterol darah tikus yang diukur pada hari ke
waktu perdarahan. Hal ini disebabkan karena waktu perdarahan dilakukan dengan
Hemostasis sementara terjadi ketika terjadi kerusakan pada pembuluh darah. Hal ini
dikarenakan waktu pemberian pakan kolesterol tinggi yang hanya diberikan selama 2
penimbunan lipid dan jaringan fibrosa pada pembuluh darah (Plak aterosklerosis)
adanya plak akan mempersempit lumen pembuluh darah dan pada kelainan
berlebihan ( Trombus).
Pada pengukuran waktu perdarahan seperti yang terlihat pada Tabel 4.3 dan
Gambar grafik 4.1 menunjukkan adanya peningkatan waktu perdarahan tikus putih
jantan pada kelompok kontrol positif asetosal dan kelompok kombinasi dosis ekstrak
etanol herba pegagan dan belimbing wuluh sedangkan pada kelompok kontrol negatif
Na CMC 0,5% tidak menunjukkan peningkatan waktu pendarahan. Hasil analisis two
way ANOVA dan uji lanjut Duncan (Tabel 4.7 dan Tabel 4.8) menunjukkan waktu
yang signifikan yang berarti semakin lama waktu perlakuan maka akan semakin
bertujuan untuk melihat aktivitas sebelum dan setelah pemberian larutan ADP. ADP
79
menyebabkan platelet melalui pengikatan pada protein reseptor yang terdapat pada
membrane platelet. Platelet yang beraktivitas akan melepaskan isi granul yang akan
meningkatkan agregasi dengan platelet yang lain. Aktivitas platelet tersebut dapat
terlihat dari perubahan serapan plasma yang diukur secara turbidimetri pada panjang
gelombang 600 nm. Serapan awal menunjukkan keruhan plasma yang mengandung
platelet yang belum teragregasi. Setelah pemberian ADP, serapan plasma akan
akan terjadi pada kelompok yang diberi bahan uji sehingga mengakibatkan selisih
nilai serapan plasma awal dan setelah penambahan ADP menjadi kecil.
Pada hasil pengukuran selisih serapan plasma seperti yang terlihat pada Tabel
4.4 dan Gambar 4.2 terlihat bahwa kelompok kontrol yang diberi suspensi Na CMC
0,5% memiliki selisih penurunan serapan plasma yang paling besar pada setiap
pengukuran. Sedangkan pada semua variasi kombinasi dosis ekstrak yang diberikan
menunjukkan selisih penurunan serapan plasma yang kecil pada setiap pengukuran.
Hal yang sama pun terlihat kelompok asetosal. Hasil uji statistik Two way Anova dan
uji lanjut Duncan menunjukkan kelompok kontrol negatif yang diberikan Na CMC
0,5% memiliki selisih penurunan serapan plasma yang paling besar dan berbeda
sedangkan kelompok kontrol positif dan kelompok uji yang diberikan kombinasi
ekstrak memiliki selisih penurunan serapan plasma yang semakin kecil yang
Parameter lainnya yang diamati adalah kadar kolesterol seperti yang terlihat
pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.3 Pada pengukuran hari ke-0 kadar kolesterol hewan uji
berada dalam range kadar kolesterol normal yaitu dibawah 200 mg/dL. Setelah
yang signifikan pada semua hewan uji dan setelah perlakuan terjadi penuruan kadar
kolesterol yang signifikan pada hari ke-15 dan ke-30. Hasil uji statistik Two way
Anova dan uji lanjut Duncan (Tabel 4.13 dan Tabel 4.14) menunjukkan adanya
kontrol positif dan kelompok uji. Hal ini menunjukkan tidak terjadi penurunan kadar
kolesterol yang signifikan pada kelompok kontrol negatif sedangkan pada kelompok
kontrol positif dan kelompok uji yang diberikan ekstrak menunjukkan adanya
penurunan kadar kolesterol yang semakin signifikan hingga hari ke-30. Berdasarkan
kombinasi dosis ekstrak daun belimbing wuluh dan herba pegagan yang
efektif adalah kombinasi dosis 3 dengan perbandingan ekstrak herba pegagan 75%
(112,5 mg/kg BB) dan ekstrak daun belimbing wuluh 25% (37,5 mg/kg BB)
merupakan kombinasi dosis yang efektif sebagai antigaregasi platelet terhadap hewan
uji hiperkolesterolemia. Hal ini disebabkan karena pada kombinasi 3 terdapat ekstrak
herba pegagan dengan persentase yang lebih besar dibandingkan dengan ekstrak
belimbing wuluh. Semakin besar persentase ekstrak herba pegagan maka kadar
semakin besar. Hal ini sesuai literatur yang menyatakan bahwa kadar flavonoid pada
81
ekstrak herba pegagan lebih tinggi dibandingkan ekstrak daun belimbing wuluh.
Hasil penelitian oleh Mirna Lumbessy dkk, 2013 menunjukkan kandungan flavonoid
pada ekstrak herba pegagan sebesar 3816 mg/mL sedangkan pada ekstrak daun
belimbing wuluh oleh penelitian Ika T dkk, 2012 mengandung flavonoid sebesar
persentase ekstrak daun belimbing wuluh lebih besar daripada ekstrak herba pegagan.
Ekstrak daun belimbing wuluh dan herba pegagan selain mengandung flavonoid juga
mengandung tanin yang cukup tinggi. Adanya tanin diduga menghambat absorpsi
agregasi platelet. Tanin dapat membentuk kompleks dengan ion logam dan dapat juga
29
bereaksi dengan beberapa obat sehingga menurunkan absorpsinya. Hal ini sesuai
literatur yang menyatakan bahwa kadar tanin tertinggi dimiliki oleh daun belimbing
belimbing wuluh dan herba pegagan yang dapat memberikan efek anti agregasi
platelet adalah senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid merupakan salah satu jenis
antioksidan yang dapat menghambat pelekatan, agregasi dan sekresi platelet. Hal ini
akan ikut menurun sehingga dapat menghambat keping sel darah dan merangsang
produksi nitrit oksida yang dapat melebarkan pembuluh darah. Selain itu berdasarkan
penelitian sebelumnya oleh Hernani dkk, 2009 hasil identifikasi senyawa kimia
82
senyawa paling dominan adalah dietil phtalat (turunan asam dikarboksilat) yang
kerja yang menyerupai asetosal, yang dapat menghambat respon trombosit terhadap
kimia ekstrak daun belimbing wuluh dan herba pegagan dapat memberikan efek
beberapa kandungan yang dapat menurunkan kadar kolesterol salah satunya yaitu
flavonoid. Flavonoid adalah senyawa yang mengandung C15 yang banyak terdapat
didalam tanaman dan dalam bentuk flavon, isoflavon, antosianin, auron, leukosianin
dan kalkon. Flavonoid dapat menurunkan kadar kolesterol darah dengan cara
menurunkan penyerapan kolesterol dan asam empedu pada usus halus sehingga
menyebabkan peningkatan ekskresi lewat feses, hal ini menyebabkan sel-sel hati
lemak karena diubah menjadi energi. Selain itu flavonoid yang terdapat pada
konsentrasi LDL yang dapat berakibat penyakit jantung. Selain itu herba pegagan dan
belimbing wuluh mengandung senyawa saponin yang memberikan rasa pahit. Zat
tersebut mampu mengikat kolesterol LDL dalam darah dan mengangkutnya kembali
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
lama, selisih penurunan serapan plasma yang semakin dan penurunan kadar
kolesterol.
2. Kombinasi III dengan komposisi ekstrak herba pegagan 75% (112,5 mg/kg
BB) dan belimbing wuluh 25% (37,5 mg/kg BB) lebih efektif sebagai anti
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
2. Tim Redaksi Buku Murah. 2005. Khasiat Tanaman Obat. Edisi I. Penerbit
Pustaka Buku Murah. Hal 2.
5. Andriani, I. 2013. Uji Aktivitas Anti Agregasi Platelet Ekstrak Etanol Daun
Pegagan (Centella asiantica) Pada Mencit Jantan (Mus musculus). Skripsi.
14. Eka R,R. 2003. Proses Pembekuan Darah dan Gangguan Pembekuan Darah.
86
16. Tjay Tan Hoan. 2007. Obat-obat Penting. Penerbit PT Elex Media
Komputindo Gramedia. Jakarta.
20. Harjana, T. 2011. Jurusan Pendidikan Biologi. Potensi Bahan – Bahan Alami
Belimbing Wuluh Untuk Menurunkan Kadar Kolesterol Dara. Jurusan
penddidikan Biologi FMIPA UNY.
23. Tandi Joni, 2011. Toksikologi. Sistem KardioIlmu Farmasi dan pengetahuan
alam. Hal. 213-214.
24. Martini, F.H. Ober, W.C. Garrison, C.W. Welch, K. & Hutchings, R.T. (2001) :
Fundamentals of Anatomy & Physiology, 5th ed. Prentice Hall, Inc. New Jersey,
692-697.
27. I Wayan Arya, dr. Maimun Z. A, Dr.drg. Nur Permatasari, MS. 2012. Efek
Ekstrak Etanol Daun Tekelan (Chromolaena odorata) Terhadap Agregasi Platelet
pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar. Jurnal Pustaka.
29. List, P.H., and Schmidt, P.C., 1989, Phytopharmaceutical Technology, Florida,
CRC Press. p53-56.
31. Pawar, D., S. Shahani, S. Maroli.(1998). The Novel Antiplatelet Drug HKMJ. Vol.
4. No. 4. : 415-418.
Nama : Nining
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan alihan tulisan
atau pemikiran orang. Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa
sebagian atau keseluruhan skripsi hasil karya orang lain, saya bersedia menerima
Yang Menyatakan
Nining
LAMPIRAN 1
Sifat : Biasa
Perihal : Determinasi Tanaman Belimbing Wuluh
Nama : NINING
NIM : 1012053
FAKULTAS : FARMASI
Perguruan Tinggi : SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI DAN PENGETAHUAN ALAM PELITA MAS
PALU
Lanjutan Lampiran 1
LAMPIRAN 2
SURAT KETERANGAN KESEHATAN HEWAN UJI
91
Lanjutan Lampiran 2
Lanjutan lampiran 2
Lanjutan lampiran 2
LAMPIRAN 3
95
DALAM PENELITIAN
LAMPIRAN 4
DOKUMENTASI PENELITIAN
Uji Penapisan Fitokimia
97
Lanjutan lampiran 4
Alat- alat yang digunakan dalam penelitian
LAMPIRAN 5
Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Daun Belimbing Wuluh dan Herba Pegagan
Simplisia
Dipekatkan
dengan rotavapor
kemudian
diuapkan
Tikus
Ekstrak kombinasi etanol daun
Dipilih 25 ekor hewan uji jantan,
berumur 2 – 3 bulan. belimbing wuluh dan herba pegagan
LAMPIRAN 6
Tikus
Skema Kerja Pengukuran Waktu Pendarahan, Pengukuran Penurunan Serapan
Hiperkolesterolemia
Plasma, dan Pengukuran Kadar Kolesterol.
Tikus Sehat
Dikelompokkan
Lampiran 7
Stok =
= = 3 mg / mL
= 150 mg
Stok dosis untuk herba pegagan112,5 mg/kg BB
102
Stok =
= = 9 mg / mL
= 450 mg
Keterangan: ditimbang ekstrak daun belimbing wuluh 150 mg dan 450 mg ekstrak
herba pegagan. Ditambahkan suspensi Na CMC 0,5% ad 50 mL.
Pembuatan Stok dosis kombinasi ekstrak daun belimbing wuluh dan herba Pegagan
50% : 50%.
Stok =
= = 6 mg / mL
Stok =
=
103
= = 6 mg / mL
= 300 mg
Keterangan: ditimbang 300 mg ekstrak daun belimbong wuluh dan 300 mg ekstrak
herba pegagn. Ditambahkan suspensi Na CMC 0,5% ad 50 ml.
Pembuatan Stok dosis kombinasi ekstrak daun belimbing wuluh dan herba Pegagan
75% : 25%.
Stok dosis untuk belimbing wuluh 112,5 mg/kg BB
Stok =
= = 9 mg / mL
= 450 mg
Stok dosis pegagan37,5 mg/kg BB
Stok =
= = 3 mg / mL
= 150 mg
104
Keterangan: Ditimbang 450 mg ektsrak daun belimbing wuluh dan 150 mg ekstrak
herba pegagan. Ditambahkan suspensi Na CMC 0,5% ad 50 mL.
2. Perhitungan ADP 5 µM
M =
5 x 10-6 =
5 x 10-7=
g = 2136 x 10-7
g = 2,136 x 10-4
mg = 2,136 x 10-1
mg = 0,2136
Perhitungan pengenceran
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 500 µM = 50 mL x 5 µM
V1 =
= 0,5 mL
= 0,72 mg/mL
= 72 mg/mL
Cara pembuatannya :
= 0,207 gram
= 2 mL
= 2,25 mL
= 2,5 mL
= 5mL
107
LAMPIRAN 8
waktu_perdarahan
a,b
Duncan
kelompok_perlakuan N Subset
1 2 3
2. kelompok_perlakuan
Dependent Variable:penurunan_serapan_plasma
3. waktu_pengamatan
Dependent Variable:penurunan_serapan_plasma
4. kelompok_perlakuan * waktu_pengamatan
Dependent Variable:penurunan_serapan_plasma
KELOMPOK_PERLAKUAN
112
penurunan_serapan_plasma
Duncan
Subset
kelompok_perlakuan N 1 2 3
WAKTU_PENGAMATAN
penurunan_serapan_plasma
Duncan
Subset
waktu_pengamatan N 1 2 3
2. kelompok_perlakuan
Dependent Variable: waktu_perdarahan
3. waktu_pengamatan
Dependent Variable: waktu_perdarahan
4. kelompok_perlakuan * waktu_pengamatan
Dependent Variable: waktu_perdarahan
kadar_kolestrol
a,b
Duncan
kelompok_perlakuan N Subset
1 2 3
WAKTU_PENGAMATAN
kadar_kolestrol
a,b
Duncan
waktu_pengamatan N Subset
1 2 3
waktu_perdarahan
a,b
Duncan
waktu_pengamatan N Subset
1 2 3 4
LAMPIRAN 9
ADP
116