Anda di halaman 1dari 93

1

HASIL PENELITIAN

Judul : Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Brokoli (Brassica oleracea


Var italica) Terhadap Kadar Kolesterol Total Pada Tikus
Putih (Rattus norvegicus L) Hiperkolesterolemia

Nama Mahasiswa : Mustika Utami

No. Stambuk : 10 12 047

Koordinator : Drs. Joni Tandi, M.Kes.,Apt

Pembimbing Utama : Dra. Nurhaeni.,M.Si

Pembimbing Pertama : Drs. Joni Tandi, M.Kes.,Apt

BAB I

PENDAHULUAN

Sejak jaman dahulu, manusia sangat mengandalkan lingkungan sekitar

untuk memenuhi kebutuhannya, misalnya untuk makan, pakaian, obat, pupuk,

parfum, dan bahkan untuk kecantikan dapat diperoleh dari lingkungan1. Kekayaan

alam di sekitar manusia begitu banyak memiliki manfaat dan belum sepenuhnya

digali, dimanfaatkan, atau bahkan dikembangkan. Bangsa Indonesia telah lama

mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya

dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman

berkhasiat obat berdasarkan pada pengalaman dan keterampilan yang secara turun

temurun telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Penggunaan

bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh nenek

moyang kita sejak berabad-abad yang lalu2.


2

Brokoli (Brassica oleracea Var italica) adalah salah satu tanaman yang

berkhasiat sebagai obat dan merupakan tanaman sayuran yang termasuk suku

kubis-kubisan. Varietas brokoli unggul umumnya mempunyai massa bunga

berwarna hijau gelap atau hijau kebiru-biruan3. Brokoli berasal dari daerah Laut

Tengah dan sudah dibudidayakan sejak masa Yunani Kuno, sayuran ini masuk ke

Indonesia sekitar tahun 1970-an dan banyak dikonsumsi sebagai sayuran segar

karena kaya akan vitamin dan mineral. Tanaman ini diketahui berkhasiat untuk

mencegah dan menghambat perkembangan sel kanker, selain itu brokoli masih

mempunyai khasiat untuk mencegah beberapa penyakit seperti kolesterol, stroke,

hipertensi, dan diabetes melitus. Brokoli juga dapat mencegah migrain, maag dan

dapat meningkatkan kekuatan otak dan juga digunakan sebagai antibiotik karena

kandungan sulforafannya bisa membunuh bakteri yang kebal antibiotik4.

Menurut hasil penelitian sebelumnya oleh Setyoadi et al., 2014, bahwa

pemberian jus brokoli dapat menurunkan kadar Low Density Lipoprotein (LDL)

serum darah pada tikus putih (Rattus norvegicus) pada tiga perlakuan yaitu dosis

2,52 g/Kg BB, 5,04 g/Kg BB, dan 7,56 g/Kg BB. Dosis yang efektif dalam

menurunkan kadar LDL serum darah tikus yaitu dosis 7,56 g/KgBB. Pemberian

jus brokoli berkhasiat untuk menurunkan LDL seperti Serat, asam lemak,

flavonoid omega-3, beta karoten, vitamin E, vitamin C, dan kromium5.

Berdasarkan penelitian selanjutnya yang dilakukan yang oleh Devi Windiarti 2014

dimana kubis putih (Brassica oleracea L. var. capitata) merupakan tanaman yang

satu famili dengan brokoli dapat menurunkan kadar kolesterol pada dosis 0,0185

g/200 g BB, 0,0370 g/200 g BB, dan 0,074 g/200 g BB. Dosis yang paling efektif

dalam menurunkan kadar kolesterol adalah dosis 0,074 g/200 g BB6.


3

Penyakit degeneratif dan kardiovaskular telah menjadi salah satu masalah

kesehatan di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh penumpukan kolesterol

secara berlebihan dalam darah. Kelebihan kolesterol inilah yang dapat memacu

aterosklerosis yang berpotensi menimbulkan penyakit jantung koroner7. Menurut

hasil survei RISKESDAS tahun 2013 menyatakan bahwa prevalensi jantung

koroner berdasarkan hasil yang sudah terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar

0,5%, dan berdasarkan gejala yang belum diketahui atau belum terdiagnosis

sebesar 1,5%. Prevalensi jantung koroner berdasarkan yang sudah terdiagnosis

dokter tertinggi Sulawesi Tengah (0,8%) diikuti Sulawesi Utara, DKI Jakarta,

Aceh masing-masing 0,7%. Sementara berdasarkan gejala yang belum diketahui

atau belum terdiagnosis tertinggi di Nusa Tenggara Timur (4,4%), diikuti

Sulawesi Tengah (3,8%), Sulawesi Selatan (2,9%), dan Sulawesi Barat (2,6%)8.

Kolesterol adalah senyawa lemak kompleks, yang 80% kolesterol

dihasilkan dari dalam tubuh (organ hati) dan 20% sisanya dari luar tubuh (zat

makanan) untuk bermacam-macam fungsi di dalam tubuh, antara lain untuk

membentuk dinding sel. Kolesterol juga terdapat dalam lemak, kuning telur dan

batu empedu9. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah

disamping diet adalah keturunan, umur, jenis kelamin, obesitas, stress, alkohol,

dan gaya hidup yang mendorong untuk selalu mengkonsumsi makan cepat saji

yang tinggi akan lemak namun minim akan serat dapat meningkatkan kadar

kolesterol total dalam plasma darah10. Hiperlipidemia (lebih tepat

hiperlipoproteinemia) adalah keadaan, pada mana kadar lipoprotein darah

meningkat akibat predisposisi genetik (keturunan) (hiperlipidemia primer) dan /

atau yang berhubungan pula diet individual11.


4

Kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) adalah jenis kolesterol yang

bersifat buruk atau merugikan (bad cholesterol) karena kadar kolesterol yang

tinggi akan menyebabkan penebalan pada dinding pembuluh darah. Sedangkan

pada kolesterol High Density Lipoprotein (HDL) adalah jenis kolesterol yang

bersifat baik atau menguntungkan (good cholesterol) karena mengangkut

kolesterol dari pembuluh darah kembali ke hati untuk dibuang sehingga mencegah

penebalan pada dinding pembuluh darah12. Salah satu golongan obat yang dapat

menurunkan kolesterol adalah golongan statin. Statin merupakan senyawa

penghambat Co-enzim-A reduktase ini berkhasiat menurunkan kolesterol total,

LDL, VLDL, dan trigliserida, sedangkan HDL dinaikkan sedikit11. Statin dapat

menurunkan lipid dengan cara menghambat 3-hydroxy-3-methyl-glutaryl koenzim

A (HMG-CoA)13.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui pengaruh

pemberian ekstrak etanol brokoli terhadap penurunan kolesterol total darah tikus

putih jantan (Rattus norvegicus L.) dan pada dosis berapakah ekstrak etanol

brokoli efektif menurunkan kadar kolesterol total darah tikus putih jantan. Tujuan

penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh ekstrak etanol brokoli terhadap

penurunan kolesterol total darah tikus putih jantan dan untuk menentukan dosis

yang efektif menurunkan kadar kolesterol total darah tikus putih jantan. Dengan

adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuaan kepada

masyarakat mengenai khasiat tanaman brokoli sebagai penurun kadar kolesterol

dan dapat membantu ilmu pengetahuan khususnya bidang farmasi dalam

memberikan alternatif pengobatan untuk menurunkan kadar kolesterol total darah

yang berasal dari alam.


5

Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan kadar kolesterol sebelum

dan sesudah pemberian ekstrak etanol brokoli. Hewan uji yang digunakan

sebanyak 25 ekor tikus putih jantan yang dibagi dalam 5 kelompok. Kelompok I

diberi Na CMC sebagai kontrol negatif. Kelompok II diberikan simvastatin

sebagai kontrol positif. Kelompok III, IV dan V sebagai kelompok perlakuan

diberikan ekstrak etanol brokoli dengan dosis 300 mg/Kg BB, 600 mg/Kg BB dan

900 mg/Kg BB secara oral. Tikus akan diberi pakan tinggi kolesterol berupa

kuning telur puyuh, kuning telur bebek dan lemak kambing. Untuk pengukuran

kadar kolesterol menggunakan alat pengukur kolesterol (Easy Touch®).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

laboratorium dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan

Acak Kelompok (RAK). Data hasil pengamatan yang diperoleh akan dianalisis

dengan uji statistik Analisis Sidik Ragam (Uji-F). Uji ini dilakukan untuk

mengetahui apakah antara dosis ekstrak brokoli yang digunakan memberikan hasil

yang berbeda secara signifikan atau tidak dalam menurunkan kadar kolesterol

tikus putih, jika terdapat perbedaan yang signifikan, maka dilakukan dengan

pengujian lanjut sesuai dengan Koefisien Keragaman (KK) data yang diperoleh.
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Umum Tumbuhan

Brokoli merupakan tanaman dari keluarga tanaman kubis (Cruciferae).

Bagian yang dikonsumsi dari jenis ini adalah massa bunganya yang berwarna

hijau14. Adapun klasifikasi, nama daerah, morfologi dan kandungan kimia dari

tanaman brokoli sebagai berikut:

2.1.1 Klasifikasi Tumbuhan Brokoli

Kingdom : Plantae (Tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Brassicales

Famili : Cruciferae / Brassicaceae

Genus : Brassica

Spesies : Brassica oleracea Var italica15

2.1.2 Nama Daerah

Sulawesi : Brokoli

Jawa : Brokoli

Kalimantan : Brokoli

Sumatera : Brokoli

Bali : Brokoli

Maluku : Brokoli15
7

2.1.3 Morfologi Tumbuhan

Brokoli (Gambar 2.1) memiliki tangkai daun agak panjang dan helai daun

berlekuk-lekuk panjang. Tangkai bunga brokoli lebih panjang dan lebih besar

dibandingkan dengan bunga kubis. Massa bunga brokoli tersusun secara kompak

membentuk bulatan berwarna hijau tua, atau hijau kebiru-biruan, dengan diameter

antara 15-20 cm atau lebih.

Kondisi lingkungan yang sesuai, massa bunga brokoli dapat tumbuh

memanjang menjadi tangkai bunga yang penuh dengan kuntum bunga, tiap bunga

terdiri atas 4 helai kelopak bunga (calyx), empat helai daun mahkota bunga

(corolla), enam benang sari yang komposisinya empat memanjang dan dua

pendek. Bakal buah terdiri atas dua ruang, dan setiap ruang berisi bakal biji.

Biji brokoli memiliki bentuk dan warna yang hampir sama, yaitu bulat

kecil berwarna coklat sampai kehitaman. Biji tersebut dihasilkan oleh

penyerbukan sendiri ataupun silang dengan bantuan sendiri ataupun serangga.

Buah yang terbentuk seperti polong-polongan, tetapi ukurannya kecil, ramping

dan panjangnya sekitar 3-5 mm.

Sistem perakaran relatif dangkal, dapat menembus kedalaman 60-70 cm.

Akar yang baru tumbuh berukuran 0,5 mm, tetapi setelah berumur 1-2 bulan

sistem perakaran menyebar ke samping pada kedalaman antara 20-30 cm.

Brokoli tersusun dari bunga-bunga kecil yang berwarna hijau, panen

bunga brokoli dilakukan setelah umurnya mencapai 60-90 hari sejak ditanam,

sebelum bunganya mekar, dan sewaktu kropnya masih berwarna hijau. Jika

bunganya mekar, tangkai bunga akan memanjang dan keluarlah kuntum-kuntum

bunga berwarna kuning15.


8

Gambar 2.1 Brokoli


Keterangan :
A : Gambar bunga
B : Gambar batang
C : Gambar daun

2.1.4 Kandungan Kimia

Brokoli mengandung air, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, zat

besi, vitamin (A, C, E, tiamin, riboflavin, nikotinamid), flavonoid, omega-3,

kromium, beta karoten, dan glutation5. Selain itu brokoli mengandung senyawa

sianohidroksibutena (CHB), sulforafan, dan iberin yang merangsang pembentukan

glutation15.

2.1.5 Uraian Senyawa Kimia

A. Flavonoid

Flavonoid (Gambar 2.2) merupakan salah satu kelas yang banyak tersebar

dari senyawa fenolat. Golongan ini memberikan warna pada buah dan bunga.
9

Flavonoid telah banyak dikarakterisasi dan digolongkan berdasarkan struktur

kimianya. Flavonoid adalah senyawa fenolat yang terhidroksilasi dan merupakan

senyawa C6-C3-C6 dimana C6 diganti dengan cincin benzene dan C3 adalah rantai

alifatik. Ada 7 tipe flavonoid yaitu flavon, flavonol, khalkon, xanton, isoflavon,

dan biflavon16.

Gambar 2.2 Struktur Kerangka Dasar Flavonoid17

Flavonoid memiliki efek biologis dalam sistem sel mamalia yang berperan

dalam kesehatan manusia. Beberapa flavonoid, terutama quercetin meningkatkan

kemungkinan untuk mengkonsumsi senyawa ini dan substansi yang terkait di

dalamnya dapat mengurangi resiko kanker, penyakit jantung, dan stroke pada

manusia. Senyawa quercetin merupakan golongan flavonol yang paling banyak

terdapat dalam tanaman dan merupakan senyawa yang paling aktif dibandingkan

senyawa lain dari golongan flavonol. Banyak tanaman obat menunjukkan

khasiatnya yang baik seiring dengan tingginya kandungan quercetin. Quercetin

juga telah terbukti memiliki aktivitas sebagai anti peradangan, karena langsung

menghambat penyebab utama dari proses peradangan tersebut. Kemampuan

quercetin sebagai anti tumor juga luar biasa. Selain itu, quercetin juga memiliki

pengaruh yang positif dalam membantu untuk mencegah kanker, prostatitis,

gangguan jantung, katarak, dan gangguan pernafasan, seperti bronkitis dan

asma18.

Di dalam tubuh flavonoid memiliki banyak peran. Sebagai antioksidan,

flavonoid bertindak sebagai pereduksi LDL di dalam tubuh. Selain mereduksi


10

LDL, flavonoid juga menaikkan densitas dari reseptor LDL di liver dan mengikat

apolipoprotein B. Flavonoid berperan sebagai senyawa yang dapat mereduksi

trigliserida dan meningkatkan HDL. Selain itu menurut studi yang dilakukan oleh

Casaschi 2004 dan Ogawa 2005 dalam flavonoid bekerja menurunkan kadar

kolesterol dari dalam darah dengan menghambat kerja enzim 3-hidroksi 3-

metilglutaril koenzim A reduktase (HMG Co-A reduktase)19.

B. Beta karoten

Beta karoten (Gambar 2.3) merupakan suatu kelompok pigmen organik

berwarna kuning orange, atau merah orange yang terjadi secara alamiah dalam

tumbuhan yang berfotosintesis, ganggang, beberapa jenis jamur dan bakteri. Beta

karoten adalah senyawa poliena isoprenoid yang tidak larut dalam air, mudah

diisomerasi dan dioksidasi, menyerap cahaya, meredam oksigen singlet, memblok

reaksi radikal bebas dan dapat berikatan dengan permukaan hidrofobik. Beberapa

manfaat betakaroten adalah sebagai provitamin A yang berguna pada

pembentukan vitamin A, menurunkan resiko penyakit kanker, meningkatkan

sistem daya kekebalan tubuh, memperlambat penuaan, serta mencegah penyakit

katarak.

Gambar 2.3 Struktur Kerangka β-karoten20

Beta karoten termasuk senyawa lipida yang tidak tersabunkan, larut

dengan baik dalam pelarut organik tetapi tidak larut dalam air. Sifat ini penting
11

terutama dalam pemisahan karotenoid dari bahan lain. sifat fisika dan kimia beta

karoten adalah:

1. Larut dalam minyak dan tidak larut dalam air

2. Larut dalam kloroform, benzen, karbon disulfida dan petroleum eter

3. Tidak larut dalam etanol dan metanol dingin

4. Tahan terhadap panas apabila dalam keadaan vakum

5. Peka terhadap oksidasi, autooksidasi dan cahaya

6. Mempunyai ciri khas absorpsi cahaya21.

C. Vitamin C

Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 178,13 g/mol

dengan rumus bangun C6H8O6, dalam bentuk kristal tidak berwarna dengan titik

cair 190-192°C. Asam askorbat mengandung tidak kurang dari 99,0% C 6H8O6.

Pemerian dari Vitamin C adalah serbuk atau hablur putih atau agak kuning, tidak

berbau, rasa asam, oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi gelap. Dalam

keadaan kering, mantap di udara, dalam larutan cepat teroksidasi. Kelarutannya

mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P, praktis tidak larut

dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam benzene P. Penyimpanan dalam

wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya. Vitamin C mengandung khasiat

sebagai antiskorbut.

Asam askorbat adalah suatu reduktor. Sifat reduktor tersebut disebabkan

oleh mudah terlepasnya atom-atom hidrogen pada gugus hidroksil yang terikat

pada atom C2 dan atom C3 (atom-atom C pada ikatan rangkap). Akibat pengaruh

oksigen, zat-zat pengoksidasi lemah, atau oleh pengaruh enzim asam askorbat

oksidase, asam askorbat mudah mengalami oksidasi menjadi asam


12

dehidroaskorbat. Reduksi asam dehidroaskorbat karena vitamin C bersifat

reduktor akan menghasilkan asam askorbat kembali. Oksidasi secara timbal balik

ini juga terjadi di dalam tubuh. Asam askorbat memiliki sifat mudah teroksidasi,

sehingga dapat digunakan sebagai antioksidan22.

D. Serat

Serat merupakan pengatur biologis yang aktif, yaitu sebagai pengikat

asam empedu, kation dan mungkin juga elektron. Beberapa jenis serat seperti

lignin, pektin, dan hemisellulosa dapat berikatan dengan enzim atau nutrien di

dalam saluran cerna, efek fisiologisnya adalah:

1. Berkurangnya absorbsi lemak

Baik serat larut (pektin, gum dan β-glukon) maupun serat tak larut (lignin)

dapat mempengaruhi absorbsi lemak dengan mengikat asam lemak, kolesterol dan

garam empedu di saluran cerna. Asam lemak dan kolesterol yang terikat dengan

serat tidak dapat membentuk micelle yang sangat dibutuhkan untuk penyerapan

lemak agar dapat melewati unstirred water layer masuk ke enterosit, akibatnya

lemak yang berikatan dengan serat tidak bisa diserap dan akan terus ke usus besar

untuk dieksresikan melalui feses atau didegradasi oleh bakteri usus membentuk

asam empedu sekunder yang diserap di usus besar dan ditransportasikan ke hati,

dikonjugasi serta disekresikan ke dalam empedu. Asam empedu yang direabsorbsi

sekitra 95% yang kembali melalui vena porta ke hati (sirkulasi enterohepatik) dan

5% dieksresikan ke feses.

2. Meningkatkan ekskresi garam empedu

Serat akan mengikat garam empedu sehingga micelle tidak dapat

terbentuk. Garam empedu yang telah terikat serat ini tidak dapat direabsorbsi dan
13

diresirkulasi melalui siklus enterohepatik, akibatnya garam empedu tidak akan

terus ke usus besar untuk dibuang melalui feses atau didegradasi oleh flora usus

membentuk asam empedu.

3. Mengurangi kadar kolesterol serum

Konsumsi serat dapat menurunkan kadar kolesterol dengan meningkatnya

eksresi garam empedu dan kolesterol melalui feses maka garam empedu yang

mengalami siklus enterohepatik juga berkurang. Berkurangnya garam empedu

yang masuk ke hati dan berkurangnya absorbsi kolesterol akan menurunkan kadar

kolesterol sel hati, hal ini akan meningkatkan pengambilan kolesterol dari darah

yang akan dipakai untuk sintesis garam empedu yang baru, akibatnya akan

menurunkan kadar kolesterol darah23.

2.2 Definisi Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari

simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya

matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk24.

Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan kandungan senyawa kimia dari

jaringan tumbuhan maupun hewan. Sebelum ekstraksi dilakukan biasanya bahan-

bahan dikeringkan terlebih dahulu kemudian dihaluskan pada derajat kehalusan

tertentu. Beberapa metode ekstraksi dengan mengggunakan pelarut yaitu:

2.2.1 Cara dingin

1. Maserasi

Proses penyarian simplisia dengan cara perendaman menggunakan pelarut

dengan sesekali pengadukan pada temperatur kamar. Maserasi yang dilakukan

pengadukan secara terus-menerus disebut maserasi kinetik sedangkan yang


14

dilakukan pengulangan panambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan

terhadap maserat pertama dan seterusnya disebut remaserasi.

2. Perkolasi

Ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyaringan

sempurna yang umum dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi

sebenarnya (penetesan/ penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh

ekstrak (perkolat).

2.2.2 Cara panas

1. Refluks

Proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat pada temperatur

titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

konstan dengan adanya pendingin balik.

2. Digesti

Proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada temperatur lebih tinggi

daripada temperatur ruangan, secara umum pada temperatur 40-50°C.

3. Sokletasi

Proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang selalu baru, dilakukan

dengan menggunakan alat soklet sehingga menjadi ekstraksi kontinu dengan

pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

4. Infludasi

Proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90°C

selama 30 menit.
15

5. Dekoktasi

Proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90°C

selama 30 menit15.

2.3 Uraian kolesterol

Kolesterol (Gambar 2.4) berasal dari bahasa Yunani yaitu chole yang

berarti empedu dan stereos yang berarti padat. Kolesterol adalah zat alamiah

dengan sifat fisik serupa lemak tetapi berumus steroida, seperti banyaknya

senyawa alamiah lainnya9. Steroid adalah lipid yang memiliki struktur kimia

khusus yang terdiri dari empat cincin atom karbon25.

Gambar 2.4 Struktur Kerangka Kolesterol26

Kolesterol merupakan komponen alamiah dari makanan seperti daging

sapi, babi, kambing, ayam dan ikan, serta daging unggas dan telur karena

kolesterol ini merupakan bagian normal dari sel binatang. Kolesterol hanya

terdapat pada sel binatang, dan tidak terdapat dari tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-

tumbuhan membuat phytosterol, suatu substansi yang mirip dengan kolesterol,

tetapi manusia tidak mengambil phytosterol dari dietnya ke dalam darah9.

Kolesterol tidak larut dalam cairan darah, untuk itu agar dapat dikirim ke seluruh

tubuh perlu dikemas bersama protein menjadi partikel yang disebut lipoprotein,

yang dapat dianggap sebagai ‘pembawa’ (carier) kolesterol dalam darah27.


16

2.3.1 Lipid

Sejumlah senyawa kimia dalam makanan dan dalam tubuh digolongkan

dalam lipid25. Lipid dalam makanan manusia yang utama adalah triagliserol,

sterol, dan membran fosfolipid yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Proses

metabolisme lipid membentuk dan mendegradasi simpanan lipid dan

memproduksi karakteristik struktur dan fungsi lipid dalam jaringan tertentu28.

Lipid adalah kelompok senyawa heterogen yang berkaitan, baik secara aktual

maupun potensial, dengan asam lemak. Lipid mempunyai sifat umum yaitu relatif

tidak larut dalam air dan larut dalam pelarut nonpolar seperti eter, kloroform, dan

benzena29.

Lipid adalah unsur makanan penting tidak hanya karena nilai energinya

yang tinggi tetapi juga karena vitamin yang larut dalam lemak dan asam lemak

esensial yang dikandung dalam lemak makanan alam. Dalam tubuh, lemak

berfungsi sebagai sumber energi efisien secara langsung dan secara potensial, bila

disimpan dalam jaringan adiposa, lipid berfungsi sebagai penyekat panas dalam

jaringan subkutan dan sekeliling organ-organ tertentu, dan lipid nonpolar bekerja

sebagai penyekat listrik (electrical insulator) yang memungkinkan perambatan

cepat gelombang depolarisasi sepanjang syaraf bermielin. Kandungan lemak

jaringan syaraf khususnya tinggi. Kombinasi lemak dan protein (lipoprotein)

merupakan unsur sel yang penting, terdapat dalam kedua membrane sel dan

mitokondria dalam sitoplasma, dan juga berfungsi sebagai alat pengangkut lipid

dalam darah29.

Klasifikasi lipid berikut ini telah dikemukakan oleh bloor :


17

1. Lipid sederhana: ester asam lemak dengan berbagai alkohol. Contohnya

lemak, lilin (Waxes).

2. Lipid campuran: ester asam lemak yang mengandung gugus tambahan selain

alkohol dan asam lemak. Contohnya fosfolipid, glikolipid, lipid campuran lain

seperti sufolipid dan aminolipid.

3. Derived lipid: termasuk asam lemak (jenuh dan tidak jenuh) gliserol, steroid,

alkohol disamping gliserol dan sterol, aldehida lemak, dan benda keton29.

Lemak adalah substansi yang tampak seperti lilin dan tidak larut dalam air.

Lemak yang terdapat dalam zat makanan umumnya terdiri dari gabungan tiga

gugus asam lemak dengan gliserol dan dikenal sebagai trigliserida. Lemak dalam

bahan mkanan dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:

1. Lemak Jenuh (Saturated fat)

Lemak jenuh pada temperatur kamar berbentuk padat. Lemak dari binatang

adalah sumber dari lemak jenuh, lemak jenis ini juga terdapat dalam susu,

mentega, keju, es krim, dan minyak yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan,

seperti minyak kelapa dan minyak palem. Semua makanan yang digoreng

dengan minyak tersebut berarti bercampur dengan lemak jenuh berkadar

tinggi. Kebanyakan asam lemak dalam lemak jenuh adalah asam lemak jenuh

yang dapat meningkatkan kolesterol LDL.

2. Lemak Tidak Jenuh Tunggal (Mono-unsaturated fat)

Merupakan lemak yang sebagian asam lemaknya mono-unsaturated, seperti

minyak olive dan canola. Minyak tersebut berbentuk cair pada temperatur

kamar, yang dapat meningkatkan kolesterol HDL.


18

3. Lemak Tidak Jenuh Majemuk (Poly-unsaturated fat)

Kandungan lemak tidak jenuh majemuk yang dominan adalah asam lemak

poly-unsaturated. Mempunyai dua ikatan rangkap atau lebih. Minyak yang

kaya akan asam lemak poly-unsaturated adalah minyak bunga matahari,

minyak jagung dan minyak kedelai30.

2.3.2 Biosintesis Kolesterol

Kolesterol merupakan steroid hewani yang terdapat paling luas dan banyak

dijumpai dalam hampir semua jaringan hewan. Batu kandung empedu dan kuning

telur merupakan sumber yang kaya akan senyawa ini. Kolesterol merupakan zat

antara yang diperlukan dalam biosintesis hormon steroid, namun tidak harus

berasal dari makanan, karena dapat disintesis dari asetil koenzim A. Kadar

kolesterol plasma menurun oleh hormon tiroid dan esterogen. Kedua hormon ini

meningkatkan kadar HDL plasma. Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah

dikaitkan dengan arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah), suatu keadaan

dimana kolesterol dan lipid-lipid lain menyalut dinding dalam pembuluh darah

serta penyakit jantung koroner31.

Kolesterol merupakan zat antara yang diperlukan dalam biosintesis

hormon steroid, namun tidak harus berasal dari makanan, karena dapat disintesis

dari asetil koenzim A. Koenzim A adalah suatu senyawa yang sangat penting yang

dibutuhkan untuk proses biosintesis kolesterol. Kolesterol dibentuk melalui

beberapa tahap, berikut ini merupakan jalur biosintesis kolesterol (Gambar 2.5):

1. Pembentukan Asetil KoA

Molekul asam asetil berikatan dengan Koenzim A (KoA) menghasilkan

Asetil Koa dibantu Asetil KoA sintetase32.


19

2. Pembentukan Asetosetil KoA

Dua molekul asetil-KoA terkondensasi menjadi molekul asetoasetil KoA,

dikatalisis oleh enzim tiolase32.

3. Pembentukan HMG KoA

Asetoasetil-KoA selanjutnya mengalami kondensasi dengan satu molekul

asetil-KoA menjadi HMG-CoA (3-Hydroxy 3-Methyl Glutaryl-CoA). Enzim yang

berperan dalam reaksi pembentukan ini adalah HMG-CoA sintetase32.

4. Pembentukan mevalonate

Mevalonate yang merupakan senyawa enam karbon, disintesis dari asetil

KoA. Kemudian dilanjutkan dengan pembentuka HMG-CoA dibantu oleh

NADPH+ H+ reduktase atau HMG-CoA reduktase32.

5. Pembetukan Squalene

Mevalonat yang terbentuk kemudian diubah menjadi squalene melalui

beberapa langkah. Squalene mengalami siklisasi untuk menghasilkan senyawa

steroid induk yaitu lanosterol. Kolesterol dibentuk dari lanosterol setelah

melewati beberapa tahap lebih lanjut32.

6. Pembentukan kolesterol

Tahap akhir pembentukan kolesterol dari lanosterol, terjadi dalam

membran retikulum endoplasma (mikrosom) dan mengikutsertakan perubahan-

perubahan pada inti steroid dan rantai samping. Gugus metil dikeluarkan sehingga

terbentuk zimosterol. Kolestadienol dibentuk dari zimosterol dengan ikatan

rangkap antara C8 dan C9 berpindah pada posisi antara C8 dan C7. Demosterol

dibentuk pada titik ini dengan pergeseran lebih lanjut dalam ikatan rangkap dalam
20

cincin B untuk mengambil posisi antara C5 dan C6 seperti pada kolesterol. Setelah

terjadi serangkaian perpindahan ikatan rangkap tersebut maka terbentuklah

kolesterol29.

Gambar 2.5 Alur Biosintesis Kolesterol32

2.3.3 Metabolisme Kolesterol

Kolesterol merupakan makromolekul dari alkohol atau sterol yang

berbentuk ester dengan asam lemak yang berada pada kelompok hidroksi karbon

nomor 3. Sekitar 2/3 dari total kolesterol plasma dinamakan kolesterol yang

teresterifikasi dan sisanya dinamakan kolesterol yang tidak teresterifikasi yang

disebut kolesterol bebas. Di dalam sel, kolesetrol merupakan komponen terbanyak

pada membran sel. Kolesterol ini disintesis di semua sel tubuh, kecuali pada
21

eritrosit. Sintesis terbanyak pada sel hepar dan mukosa usus halus. Esterifikasi

kolesterol dengan asam lemak terjadi di hepar dan usus halus. Produksi endogen

dari kolesterol memerlukan asetil KoA, asam amino, karbohidrat dan asam lemak.

Pembentukan kolesterol dari asetil KoA dikatalisis oleh enzim HMG KoA

reduktase menghasilkan mevalonat, lalu membentuk unit isoprenoid yang

kemudian akan menjadi bentuk intermediat, skualene. Skualene dengan bantuan

enzim squalene membentuk lanosterol. Lanosterol ini yang akan membentuk

kolesterol dengan bantuan 7-a-hidroksilase33.

Kolesterol bebas dikeluarkan dari jaringan oleh kolesterol HDL, kemudian

diangkut ke dalam hati untuk diubah menjadi asam empedu. Peran utama

kolesterol dalam proses patologi adalah suatu faktor yang menimbulkan

ateroskelosis pada pembuluh-pembuluh arteri penting, sehingga mengakibatkan

PJK. Pada orang dengan kadar kolesterol plasma yang jelas meningkat

(hiperkolesterolemia) terdapat peningkatan insiden aterosklerosis serta

komplikasi-komplikasinya, serta terdapat insiden percepatan aterosklerosis pada

penderita dengan kolesterol LDL plasma yang meningkat dan tampaknya

peningkatan kolesterol HDL plasma merupakan efek proteksi33.

Timbunan kolesterol terjadi pada dinding intima arteri yang akan difagosit

oleh makrofag di otot polos pada lapisan media dinding arteri, kemudian menjadi

bentuk proliferasi sebagai foam cell, yang nampak sebagai plak lipid yang besar.

Plak ini meluas ke lumen arteri. Jika plak kolesterol rusak akan tampak jaringan

kolagen, adhesi trombosit dan berkembang menjadi trombus. Jika sumbatan ini

terjadi pada arteri koroner dapat menyebabkan infark miokardial. Infark miokard

serta trombosit serebri dapat diakibatkan oleh infiltrasi kolesterol dan sel
22

Scavenger (sel yang menyerap dan membuang produk iritan) yang penuh berisi

foam cell (sel busa) ke dalam dinding pembuluh darah, sehingga dinding

pembuluh darah menjadi kaku33.

Gambar 2.6 Metabolisme kolesterol34

2.3.4 Tipe Kolesterol

Kolesterol tidak dapat bergerak sendiri di dalam tubuh karena tidak larut

dalam air, oleh karena itu, kolesterol diangkut sebagai bagian struktur yang

bernama lipoprotein. Lipoprotein adalah ikatan antara lemak (kolesterol,

trigliserid, dan fosfolipid) dengan protein. Lipoprotein dibedakan menjadi 5

golongan besar yaitu :

1. Kilomikron.

Lipoprotein dengan berat molekul terbesar ini lebih dari 80%

komponennya terdiri dari trigliserida dan kurang dari 5% kolesterol ester.

Kilomikron membawa trigliserida dari makanan ke jaringan lemak dan otot

rangka, juga membawa kolesterol makanan ke hati. Kilomikron dan trigliserida


23

akan mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase (LPL), sehingga diameter

lipoprotein ini mengecil. Komponen lipid permukaan dan apoprotein ditransfer ke

lipoprotein densitas tinggi (HDL, high density lipoprotein), kilomikron remnant

mengalami endositosis lewat reseptor di hepatosit. Kilomikron pasca makan

(postprandial) mereda 8-10 jam sesudah makan. Adanya kilomikron dalam plasma

sewaktu puasa, dianggap abnormal35.

2. Liporotein densitas sangat rendah (very low density lipoprotein, VLDL)

Lipoprotein ini terdiri dari 60% trigliserida (endogen) dan 10-15%

kolesterol. VLDL disekresi oleh hati untuk mengangkut trigliserida ke jaringan

perifer. trigliserida VLDL dihidrolisis oleh LPL menghasilkan asam lemak bebas

untuk disimpan dalam jaringan adiposa dan bahan oksidasi di jantung dan oto

skelet. Sebagian VLDL remnant akan diubah menjadi diubah menjadi LDL,

sehingga dapat terjadi peningkatan kadar LDL serum mengikuti penurunan

hipertrigliserida (delta shift). Karena asam lemak bebas dan gliserol dapat

disintesis dari karbohidrat, maka makanan kaya karbohidrat akan menigkatkan

jumlah VLDL. Efek aterogenik VLDL belum begitu jelas, tetapi hipertrigliserida

mungkin merupakan tanda bahwa kadar HDL kolesterol rendah dan sering

dihubungkan dengan kegemukan, intoleransi glukosa dan hiperurisemia35.

3. Lipoprotein densitas sedang (intermediate density lipoprotein, IDL)

IDL ini kurang mengandung trigliserida (30%), lebih banyak kolesterol

(20%) dan relatif lebih banyak mengandung apoprotein B dan E. IDL adalah zat

perantara yang terjadi sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi LDL, tidak terdapat

dalam kadar yang besar kecuali bila terjadi hambatan konversi lebih lanjut. Bila

terdapat dalam jumlah banyak IDL akan terlihat sebagai kekeruhan pada plasma
24

yang didinginkan meskipun ultra sentrifugasi perlu dilakukan untuk memastikan

adanya IDL35.

4. Lipoprotein densitas rendah (low density lipopretein, LDL)

LDL merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar pada manusia

(70% total). Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak 10% dan kolesterol

50%. Jalur utama katabolisme LDL berlangsung lewat resceptor-mediated

endocytosis di hati dan sel lain. Ester kolesterol dari inti LDL dihidrolisis

menghasilkan kolesterol bebas untuk sintesis sel membran dan hormon steroid.

Selain lewat proses endositosis sel juga mendapat kolesterol dari sintesis de novo

lewat enzim HMG-CoA reduktase. Produksi enzim ini dan reseptor LDL diatur

lewat transkripsi genetik berdasarkan tinggi rendahnya kadar kolesterol dalam

sel35.

5. Lipoprotein densitas tinggi (high density lipoprotein, HDL)

HDL dapat disubklasifikasikan ke dalam HDL1, HDL2, HDL3 dan

berdasarkan kandungan Apo A-I dan Apo A-II nya. Metabolisme HDL kompleks

dan terdapat petunjuk bahwa Apo A-I merupakan inverse predictor untuk resiko

penyakit jantung koroner yang lebih baik daripada kadar HDL. Kadar HDL kira-

kira sama pada pria dan wanita sampai pubertas, kemudian menurun pada pria

sampai 20% lebih rendah daripada kadar pada wanita. Kadar HDL menurun pada

kegemukan, perokok, pasien diabetes yang tidak terkontrol dan pada pemakai

kombinasi esterogen-progestin. Pada individu dengan nilai lipid yang normal,

kadar HDL relatif, menetap sesudah dewasa (kira-kira 45 mg/dL pada pria dan 54

mg/dL pada wanita). HDL merupakan lipoprotein protektif yang menurunkan

resiko penyakit jantung koroner. Efek protektifnya diduga karena mengangkut


25

kolesterol dari perifer untuk dimetabolisme di hati dan menghambat modifikasi

oksidatif LDL melalui paraoksonase, suatu protein antioksidan yang berasosiasi

dengan HDL35.

Tabel 2.1 Klasifikasi kolesterol Total, LDL, HDL dan Trigliserida36

Kadar plasma Nilai (mg/dL) Keterangan

Kolesterol total < 200 Ideal

200 – 239 Normal


≥ 240 Tinggi

LDL kolesterol <100 Ideal

100 – 129 Normal

130 – 159 Batas tinggi

160 – 189 Tinggi

≥ 190 Sangat tinggi

HDL kolesterol < 40 Rendah

≥ 60 Tinggi

Trigliserida <150 Normal

150 – 199 Batas tinggi

200 – 499 Tinggi

≥ 500 Sangat tinggi

2.3.5 Hiperlipidemia, Aterosklesrosis, dan Penyakit Jantung Koroner

Hiperlipidemia adalah kondisi kadar kolesterol dan atau trigliserida

meningkat melebihi batas normal. Hiperlipidemia dapat menimbulkan

penyempitan dan pengerasan pada pembuluh darah yang dikenal sebagai

aterosklesrosis (Gambar 2.7), yang merupakan faktor risiko penyakit jantung

koroner37. Berdasarkan jenisnya, hiperlipidemia terbagi atas dua jenis yaitu :


26

1. Hiperlipidemia primer dibagi dalam dua kelompok besar yaitu

hiperlipoproteinemia monogenik karena kelainan gen tunggal yang diturunkan

dan hiperlipoproteinemia poligenik atau multifaktorial. Kadar kolesterol pada

kelompok ini ditentukan oleh gabungan faktor-faktor genetik dengan faktor

lingkungan35.

2. Hiperlipidemia sekunder merupakan penyakit metabolik yang lebih umum

seperti diabetes mellitus, asupan alkohol yang berlebihan, hipotiroidisme, atau

sirosis biliar primer. Strategi pengobatan hiperlipidemia sekunder akibat salah

satu gangguan ini termasuk pengaturan diet.

Gambar 2.7 Pemyumbatan Pembuluh Darah38

Aterosklerosis (pengapuran pembuluh nadi) adalah gangguan arteri besar

dan sedang yang bercirikan bengkak lokal pada lapisan dalam (intima) dan

pengerasan pada lapisan tengah (media) dinding pembuluh10. Terjadinya

aterosklerosis dapat terpengaruh oleh banyak faktor-faktor endogen maupun

eksogen, misalnya faktor-faktor hormonal, gizi dan metabolisme, kadar kolesterol

dan lipid dalam darah, faktor keturunan, umur, obesitas, hipertensi, aktivitas fisik

atau gerak badan, kepribadian dan ketegangan batin dan sebagainya39.


27

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah ketidakseimbangan antara

“demand dan supply” atau kebutuhan dan penyediaan oksigen otot jantung,

dimana terjadi kebutuhan yang meningkat atau penyedian yang menurun, atau

bahkan gabungan diantara keduanya. Penyebabnya adalah denyut jantung yang

meningkat, kekuatan berkontraksi yang meninggi, tegangan dinding ventrikel

yang meningkat, merupakan beberapa faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan

akan oksigen dari otot-otot jantung. Sedangkan yang mengganggu penyediaan

oksigen antara lain, tahanan pembuluh darah koroner yang meningkat, yang salah

satunya disebabkan oleh aterosklerosis yang mempersempit saluran sehingga

meningkatkan tekanan, kemudian gangguan pada sistem otoregulasi jantung dan

lain sebagainya40.

2.4 Obat-obat Hiperlipidemia

Pengobatan hiperlipoproteinemia didasarkan karena adanya hubungan

hiperlipidemia dengan aterosklerosis (koroner dan perifer), pankreatitis akut

(dengan hipergliseridemia) dan tendinitis serta xantoma (kosmetik)35.

Pengobatan hiperkolestrolemia terutama ditujukan bagi pasien dengan

riwayat aterosklerosis prematur dalam keluarga dan dengan adanya faktor risiko

lain seperti diabetes melitus, hipertensi dan merokok35.

Berikut dibahas beberapa obat hipolipidemik dengan kegunaannya dalam

klinik. Pengobatan hiperlipoproteinemia meliputi penyusuran jenis kelainan lipid

pasien lalu pemberian obat sesuai dengan keadaan patofisiologis penyakit35.

1. Asam fibrat

Klofibrat sebagai hipolipidemik digunakan di Amerika Serikat pada tahun

1967. Derivat asam fibrat yang masih digunakan saat ini adalah gemfibrozil,
28

fenofibrat dan benzafibrat. Mekanisme kerja (Gambar 2.8) obat ini yaitu

menyebabkan penurunan triasilgliserol plasma dengan memacu aktivitas lipase

lipoprotein, sehingga menghidrolisis triasilgliserol pada kilomikron dan VLDL,

sehingga mempercepat pengeluaran partikel-partikel ini dari plasma. Sebaliknya

kadar HDL sedikit meningkat. Semua derivat asam fibrat diabsorbsi lewat usus

secara cepat dan lengkap (>90%), terutama bila diberikan secara bersama

makanan. Efek samping dari obat ini yaitu gangguan saluran cerna (mual,

mencret, perut kembung), ruam kulit, impotensi, leukopenia, anemia, gangguan

irama jantung35.

Gambar 2.8 Mekanisme Kerja Golongan Fibrat41

2. Resin pengikat asam empedu

Derivat resin tergolong obat yang aman, karena tidak diabsorbsi di saluran

cerna, serta relatif aman untuk anak-anak. Resin (Gambar 2.9) menurunkan kadar
29

kolesterol dengan cara mengikat asam empedu dalam saluran cerna, mengganggu

sirkulasi enterohepatik sehingga eksresi steroid yang bersifat asam dalam tinja

meningkat. Penurunan kadar asam empedu ini oleh pemberian resin akan

menyebabkan meningkatnya produksi asam empedu yang berasal dari kolesterol.

Karena sirkulasi enterohepatik dihambat oleh resin maka kolesterol yang

diabsorbsi lewat saluran cerna akan terhambat dan keluar bersama tinja35.

Kolestiramin dan kolestipol tidak diabsorbsi atau dimetabolisme dalam usus.

Semuanya dikeluarkan melalui feses41.

Gambar 2.9 Mekanisme Kerja Golongan Asam Empedu41

3. Penghambat HMG CoA reduktase

Obat-obat dalam golongan ini yaitu lovastin, pravastin, simvastatin,

fluvastatin, atorvastatin dan rosuvastatin. Statin bekerja dengan cara menghambat

(Gambar 2.10) sintesis kolesterol dalam hati, dengan menghambat enzim HMG

CoA reduktase. Akibat penurunan sintesis kolesterol ini, makan SREBP (Sterol

Regulatory Element Binding Protein) yang terdapat pada membran akan dipecah
30

oleh protease, lalu diangkut ke nukleus. Faktor-faktor transkripsi kemudian akan

berikatan dengan gen reseptor LDL, sehingga terjadi peningkatan sintesis reseptor

LDL pada membran sel hepatosit akan menurunkan kadar kolesterol darah lebih

besar lagi. Selain LDL, VLDL dan IDL juga menurun, sedangkan HDL

meningkat. Statin diabsorbsi sekitar 40-75%, kecuali fluvastatin yang diabsorbsi

hampir sempurna. Semua obat mengalami metabolisme lintas pertama di hati.

Efek samping obat ini yaitu potensial berbahaya miopati dan rabdomiolisis. Serta

pula efek samping dengan hati dan fungsi otot35.

Gambar 2.10 Mekanisme Kerja Golongan Inhibitor HMG-CoA Reduktase41

4. Asam nikotinat

Asam nikotinat (Gambar 2.11) mempunyai kemampuan menurunkan lipid

yang luas, tetapi penggunaan dalam klinik terbatas karena efek samping yang

tidak menyenangkan41. Asam nikotinat (niasin) merupakan salah satu vitamin B-


31

kompleks yang hingga kini digunakan secara luas di Amerika untuk pengobatan

dislipidemia35.

Gambar 2.11 Mekanisme Kerja Golongan Asam Nikotinat41

Asam nikotinat menurunkan kadar LDL dan VLDL dengan cara

menghambat hidrolisis TG oleh hormon-sensitive lipase, sehingga mengurangi

transport asam lemak bebas ke hati dan mengurangi sintesis TG ke hati.

Penurunan sintesis TG ini akan menyebabkan berkurangnya produksi VLDL

sehingga kadar LDL menurun. Selain itu asam nikotinat juga meningkatkan

aktivitas LPL yang akan menurunkan kilomikron dan TG VLDL26. Efek samping

niasin yang paling menonjol adalah kemerahan pada kulit (disertai perasaan panas

yang tidak nyaman) dan pruritus41.

5. Probukol

Mekaisme kerja probukol (Gambar 2.12) menurunkan kadar kolesterol

serum dengan menurunkan kadar LDL.


32

Gambar 2.12 Mekanisme Kerja Golongan Probukol41


Obat ini dianggap sebagai obat pilihan kedua pada pengobatan

hiperkolesterolemia dengan peninggian LDL. Obat ini menurunkan kadar LDL

dan HDL tanpa perubahan kadar TG. Walaupun probukol larut lemak, obat ini

diabsorpsi terbatas lewat saluran cerna (<10%), tetapi kadar darah yang tinggi

dapat dicapai bila obat ini diberikan bersama makanan. Waktu paruh eliminasi

adalah 23 hari, tetapi akan memanjang pada pemberian kronik35. Gangguan

pencernaan ringan merupakan efek samping yang sering dan umumnya

menghilang dengan pengobatan kontinu41.

6. Obat lainnya

Selain obat-obat diatas adapula beberapa obat hiperlipidemia yang

memiliki golongan tersendiri yaitu :


33

a. Neomisin sulfat

Neomisin sulfat yang diberikan per oral dapat menurunkan kadar

kolesterol dengan cara mirip resin yaitu membentuk kompleks tidak larut dalam

asam empedu. Efek penurunan kolesterol neomisin bersifat sedang, pada

pemberian 2 g/hari dalam dosis terbagi menurunkan LDL dan kolesterol total

sebanyak 10-30%, tanpa mengubah kadar TG.

b. Beta sitosterol

Beta sterol adalah gabungan sterol tanaman yang tidak diabsorbsi saluran

cerna manusia. Mekanisme kerjanya diduga menghambat absorpsi kolesterol

eksogen dan dindikasikan hanya untuk pasien hiperkolesterolemia poligenik yang

amat sensitif dengan penambahan kolesterol dari luar (makanan)33. Serat nabati

merupakan salah golongan obat ini yaitu polisakarida yang tidak dapat dicerna

oleh flora usus dan tidak diserap seperti selulosa, hemiselulosa, lignin, pektin dan

jenis gom. Banyak terdapat sebagai dinding sel dari jenis gandum, sayuran dan

buah-buahan. Berkhasiat menyerap asam empedu, yang dikeluarkan lewat tinja.

Tanpa asam ini resorpsi kolesterol (dan lipida lainnya) sangat berkurang, hingga

kadarnya dalam plasma berkurang11.

2.5 Simvastatin

Statin saat ini merupakan hipolipidemik yang paling efektif dan aman.

Obat ini terutama efektif untuk menurunkan kolesterol. Pada dosis tinggi statin

juga dapat menurunkan trigliserida yang disebabkan oleh peninggian VLDL35.

Simvastatin (Gambar 2.13) berdaya menurunkan kadar Low Density

Lipoprotein (LDL) dan kolesterol total dalam 2-4 minggu. Kadar Very Low

Density Lipoprotein (VLDL) dan trigliserida (TG) juga dapat diturunkan,


34

sedangkan High Density Lipoprotein (HDL) dinaikkan sedikit. Digunakan

tersendiri atau dikombinasi dengan damar. Pada umumnya, efeknya sudah nyata

setelah 2 minggu dan maksimal sesudah 1 bulan. Khasiat menurunkan LDL-nya

kuat, tetapi lebih lemah dari pada atorvastatin. Dosis dari 10 mg simvastatin

perhari mampu menurunkan kadar LDL kolesterol dengan 27%11. Simvastatin

tidak larut dalam air, n-heksana, dan asam klorida; larut dalam kloroform, dimetil

sulfoksida, metanol, etanol, polietilen glikol, NaOH, dan propilen glikol42.

Gambar 2.13 Struktur Kerangka Simvastatin42

2.6 Uraian Hewan uji

Tikus (Gambar 2.14) putih sebagai hewan percobaan relatif resisten

terhadap infeksi dan sangat cerdas. Tikus putih tidak begitu bersifat fotofobik

seperti halnya mencit dan kecenderungan untuk berkumpul dengan sesamanya

tidak begitu besar. Aktifitasnya tidak terganggu oleh adanya manusia di

sekitarnya. Ada dua sifat yang membedakan tikus putih dari hewan percobaan

yang lain, yaitu bahwa tikus putih tidak dapat muntah karena struktur anatomi

yang tidak lazim di tempat esofagus bermuara ke dalam lambung.

Tikus laboratorium jantan jarang berkelahi seperti mencit jantan. Tikus

putih dapat tinggal sendirian dalam kandang dan hewan ini lebih besar

dibandingkan dengan mencit, sehingga untuk percobaan laboratorium, tikus putih

lebih menguntungkan dari pada mencit43.


35

Gambar 2.14 Rattus norvegicus L.

2.6.1 Klasifikasi tikus putih (Rattus novergicus)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Classis : Mammalia

Ordo : Rodentia

Familia : Muridae

Genus : Rattus

Species : Rattus norvegicus L.


36

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.1.1 Alat yang Digunakan

1. Alat pengukur kolesterol (Easy Touch®)

2. Batang pengaduk

3. Blender

4. Cawan porselin

5. Corong

6. Gelas kimia 500 mL (Iwaki)

7. Gelas ukur 100 mL (YZ)

8. Jarum oral

9. Kandang hewan uji

10. Labu ukur 100 mL

11. Mortir dan stamper

12. Penangas air

13. Pipet tetes

14. Rotary evaporator

15. Spoit 3 mL

16. Tempat pakan hewan uji

17. Timbangan analitik (Ohaus)

18. Timbangan kasar


37

19. Wadah maserasi

3.1.2 Bahan yang digunakan

1. Aquades

2. Aluminium foil

3. Amonia

4. Brokoli (Brasicca Olerace Var Italica)

5. Etanol 96%

6. Etanol 70%

7. FeCl3 1%

8. FeCl3 10%

9. Hewan uji

10. Kertas saring

11. Kloroform

12. Kuning telur bebek

13. Kuning telur puyuh

14. Larutan HCl 1N

15. Larutan HCl 2N

16. Larutan Na CMC 0,5%

17. Lemak kambing

18. Magnesium

19. Pereaksi Dagendrof

20. Pereaksi Meyer

21. Pereaksi wagner

22. Simvastatin 10 mg (Kimia Farma)


38

23. Tissue

3.2 Alur Penelitian

E
Klp I
R
Klp II
M
TIKUS KRITERIA RANDOMISASI Klp III
INKLUSI I
Klp IV
N
A B C
Klp V A

D E

- 14 0 1 14 21 28

Keterangan

A = Tikus diadaptasikan selama 14 hari

B = Pemilihan tikus yang memenuhi kriteria inklusi

C = Hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yang terdiri dari 25 ekor

tikus putih jantan, kelompok 1 diberikan Na CMC 0,5%, kelompok 2 diberikan

ekstrak tanaman dengan dosis 300 mg/Kg BB, kelompok 3 diberikan ekstrak

tanaman dengan dosis 600 mg/Kg BB, kelompok 4 diberikan ekstrak tanaman

dengan dosis 900 mg/Kg BB dan kelompok 5 diberikan simvastatin.

D = Pada hari ke-0 tikus diukur kadar kolesterol awal, lalu dilakukan

pemberian pakan lemak kolesterol tinggi dengan komposisi pakan standar (80%),
39

lemak kambing (10%), kuning telur bebek (5%), dan kuning telur puyuh (5%)

selama 14 hari. Setelah itu pengukuran kadar kolesterol pada hari ke-15.

E = Setiap kelompok diberi perlakuan

1. Kelompok 1. Pada hari ke-15 mulai diberikan Na CMC 0,5% secara per oral

setiap hari selama 14 hari sebagai kontrol negatif. Setelah itu pengukuran

darah pada hari ke-21 dan ke-28, sebelum pengukuran darah tikus dipuasakan

terlebih dahulu kemudian diobservasi masing-masing 5 ekor.

2. Kelompok II. Pada hari ke 15 mulai diberikan suspensi simvastatin secara per

oral setiap hari selama 14 hari sebagai kontrol positif. Setelah itu pengukuran

darah pada hari ke 21 dan ke 28, dipuasakan terlebih dahulu kemudian

diobservasi masing-masing 5 ekor.

3. Kelompok III. Pada hari ke 15 mulai diberikan ekstrak etanol brokoli dengan

dosis 300 mg/Kg BB secara per oral setiap hari selama 14 hari sebagai

kelompok perlakuan. Setelah itu pengukuran darah pada hari ke 21 dan ke 28,

dipuasakan terlebih dahulu kemudian diobservasi masing-masing 5 ekor.

4. Kelompok IV. Pada hari ke 15 mulai diberikan ekstrak etanol brokoli dengan

dosis 600 mg/Kg BB secara per oral setiap hari selama 14 hari sebagai

kelompok perlakuan. Setelah itu pengukuran darah pada hari ke 21 dan ke 28,

dipuasakan terlebih dahulu kemudian diobservasi masing-masing 5 ekor.

5. Kelompok V. Pada hari ke 15 mulai diberikan ekstrak etanol brokoli dengan

dosis 900 mg/Kg BB secara per oral setiap hari selama 14 hari sebagai

kelompok perlakuan. Setelah itu pengukuran darah pada hari ke 21 dan ke 28,

dipuasakan terlebih dahulu kemudian diobservasi masing-masing 5 ekor.


40

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di labotarorium Fitokimia dan Farmakognosi

STIFA Pelita Mas Palu dan Laboratorium Kimia Farmasi Prodi Farmasi FMIPA

Universitas Tadulako (UNTAD) Palu, mulai bulan Februari 2015 sampai dengan

bulan April 2015.

3.4 Subjek Penelitian

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus

norvegicus L.) galur Wistar dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi :

a. Berumur ± 3 bulan

b. Berat badan 150-200 gram

c. Jenis kelamin jantan

d. Warna bulu putih

e. Kondisi sehat (aktif dan tidak cacat)

2. Kriteria eksklusi

a. Tikus tidak bergerak secara aktif

b. Berat badan tikus menurun hingga kurang dari 150 gram

c. Tikus mati selama penelitian berlangsung 44.

3.5 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :

3.5.1 Pengambilan sampel

Sampel yang digunakan adalah simplisia brokoli (Brassica oleracea Var

italica) dalam bentuk serbuk, diperoleh dari Balai UPT Materia Medica Batu,

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.


41

3.5.2 Pembuatan Ekstrak Brokoli

Pembuatan ekstrak brokoli dilakukan dengan metode maserasi. Proses ini

dilakukan dengan cara merendam serbuk brokoli sebanyak 750 g dalam wadah

tertutup menggunakan pelarut etanol 96% selama 3 × 24 jam. Ampasnya

dipisahkan dengan cara disaring. Seluruh filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan

dipekatkan menggunakan rotary vacuum evaporator hingga diperoleh filtrat

kental. Filtrat kental selanjutnya dikeringkan diatas penangas air hingga diperoleh

ekstrak kental dan kemudian ekstrak kental ditimbang.

3.5.3 Uji Fitokimia

Beberapa uji fitokimia yang dilakukan yaitu identifikasi alkaloid, flavonoid,

saponin, tannin, dan polifenol.

1. Alkaloid

Sebanyak 0,5 g ekstrak sampel dicampur dengan 5 mL kloroform dan 5

mL amoniak kemudian dipanaskan, dikocok dan disaring. Ditambahkan 5 tetes

HCl 2 N pada masing-masing filtrat, kemudian kocok dan didiamkan. Bagian

atas dari masing-masing filtrat diambil dan diuji dengan pereaksi Meyer, Wagner,

dan Dragendorf. Terbentuknya endapan jingga, cokelat, dan putih menunjukkan

adanya alkaloid.45.

2. Flavonoid

Sebanyak 0,5 g ekstrak ditambahkan dengan 100 mL air panas, didihkan

selama 5 menit, kemudian disaring. Filtrat sebanyak 5 mL ditambahkan 0,05 mg

serbuk Mg dan 1 mL HCl pekat, kemudian dikocok kuat-kuat. Uji positif

ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah, kuning atau jingga46.


42

3. Saponin

Sebanyak 0,5 g ekstrak ditambahkan 10 mL air sambil dikocok selama 1

menit, lalu ditambahkan 2 tetes HCl 1 N. Bila busa yang terbentuk tetap stabil ± 7

menit, maka ekstrak positif mengandung saponin46.

4. Tanin

Sebanyak 0,5 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan di

tambahkan 20 ml aquades mendidih, kemudian disaring. Filtrat ditambahkan

beberapa tetes feri klorida 1%. Terbentuknya warna coklat kehijauan atau biru

kehitaman menunjukkan adanya tanin45.

5. Polifenol

Sebanyak 0,5 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian

dipanaskan dengan air dalam penangas air hingga mendidih, menyaring dalam

keadaan panas dan setelah dingin ditambahkan dengan larutan besi (III) klorida

10%, jika terjadi perubahan warna biru tua, biru kehitaman atau hitam kehijauan

menunjukkan adanya senyawa polifenol47.

3.5.4 Pembuatan Larutan Na-CMC 0,5%

Larutan Na-CMC 0,5% dibuat dengan melarutkan 0,5 g Na-CMC dalam

akuades panas secukupnya sambil diaduk hingga terbentuk larutan koloidal.

Setelah itu dicukupkan dengan akuades hingga 100 ml.

3.5.5 Pembuatan Pakan Hiperkolesterol Hewan Uji

Pakan hiperkolesterol untuk hewan uji dibuat dengan mencampurkan 100

g lemak kambing (10%) dan 50 g kuning telur puyuh (5%) dan 50 g kuning telur

bebek (5%) dalam 800 g pakan standar (80%). Sebelum dicampur dengan pakan
43

standar, lemak kambing dipanaskan dahulu hingga mencair, dan kuning telur

diambil dari telur yang telah direbus. Jumlah pakan kolesterol yang diberikan

adalah 20 g/ekor/hari dan air minum yang diberikan secara ad libitum48.

3.5.6 Pembuatan Larutan Pembanding Simvastatin

Obat modern untuk menurunkan kadar kolesterol yang dipergunakan

dalam penelitian ini adalah simvastatin 10 mg. Dosis simvastatin pada manusia

dewasa adalah 10 mg per hari, jika dikonversi pada tikus dengan berat 200 g

adalah 0,018 mg, maka dosis simvastatin untuk tikus adalah 0,18 mg/200 g BB43.

Ditimbang serbuk tablet simvastatin sebanyak 92,88 mg kemudian

disuspensi dalam Na CMC 0,5% hingga 100 mL.

3.6 Pemilihan Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih (Rattus norvegicus L.) jantan

yang memiliki tubuh yang sehat, lincah, dengan berat badan 150 gram sampai 200

gram sebanyak 25 ekor.

3.6.1 Penyiapan dan Perlakuan Hewan Uji

Pada percobaan ini digunakan 25 ekor tikus jantan yang telah

diaklimatisasi selama 14 hari, dibagi secara acak menjadi 5 kelompok, yang

masing- masing kelompok terdiri dari lima ekor tikus. Tikus diadaptasikan

selama 14 hari di dalam kandangkan secara memadai pada suhu lingkungan

normal dengan siklus 12 jam siang dan 12 jam malam dan diberikan pakan standar

serta minum.

Kelompok I merupakan kontrol negatif (K-) yang diberi pakan standar

dan air minum ad libitium. Kelompok II merupakan kontrol positif (K+) yang

diberi pakan tinggi kolesterol dan simvastatin dengan dosis 0,18 mg/200 g BB.
44

Kelompok III, IV dan V masing- masing mendapat pakan tinggi kolesterol

yang sama jumlahnya dan ekstrak tanaman secara oral dengan dosis berturut-

turut 300 mg/Kg BB dan 600 mg/Kg BB dan 900 mg/Kg BB setiap hari secara

oral.

3.6.2 Pengujian Efek Antikolesterol Ekstrak Brokoli

Setelah hewan diadaptasikan selama 14 hari, semua hewan uji dipuasakan

selama ± 12 jam dan tetap diberi minum. Semua hewan uji kemudian diperiksa

kadar kolesterol totalnya sebelum diberi pakan lemak kolestrol tinggi dengan

komposisi pakan (80%), lemak kambing (10%), kuning telur bebek (5%), dan

kuning telur puyuh (5%) selama 14 hari. Setelah diberi pakan lemak kolesterol

tinggi, kadar kolesterol total darah diperiksa kembali, apabila kadar kolesterol

melebihi 200 mg/dL maka hewan uji dinyatakan hiperkolesterol. Kemudian

semua hewan uji diberi sediaan peroral, untuk kontrol negatif (K-) diberi suspensi

Na CMC 0,5%, untuk kelompok perlakuan (KP) diberi ekstrak brokoli dengan

dosis masing-masing 300 mg/Kg BB dan 600 mg/Kg BB dan 900 mg/Kg BB,

untuk kelompok kontrol positif (K+) diberi simvastatin. Kemudian kadar

kolesterol total diperiksa pada hari ke 7 dan hari ke 14 setelah perlakuan.

3.6.3 Pengkuran Kadar Kolesterol

Pengambilan sampel darah melalui vena ekor tikus, yaitu ekor tikus

dibersihkan terlebih dahulu menggunakan alkohol 70%. Setelah itu darah diambil

dengan menyayat ekor tikus dan diteteskan pada strip kolesterol yang telah

terpasang pada alat ukur kolesterol, namun sebelumnya alat Easy Touch ® telah

dipasang dengan chip untuk pengukuran kadar kolesterol. Setelah darah sudah
45

diteteskan pada strip, maka kadar kolesterol darah secara otomatis akan terukur

dan hasilnya dapat dilihat pada monitor (Easy Touch ®).

3.7 Analisis Data

Data hasil pengamatan yang diperoleh dianalisis dan dievaluasi dengan

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan uji statistik Analisis

Sidik Ragam (Uji-F) pada taraf kepercayaan 95%. Uji ini dilakukan untuk

mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara dosis ekstrak brokoli

yang digunakan atau tidak, dalam menurunkan kadar kolesterol pada tikus putih,

jika terdapat perbedaan yang signifikan, maka dilakukan uji lanjut sesuai dengan

Koefisien keragaman (KK) data yang diperoleh.


46

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak etanol brokoli

sebagai antihiperkolesterolemia ditinjau dari kadar kolesterol total darah tikus

putih jantan yang diberi pakan lemak kolesterol tinggi dengan komposisi pakan

(80%), lemak kambing (10%), kuning telur bebek (5%), dan kuning telur puyuh

(5%) selama 14 hari dan manentukan dosis ekstrak etanol brokoli yang efektif

sebagai antihiperkolesterolemia.

4.1.1 Hasil Determinasi Brokoli

Pada penelitian ini digunakan bahan uji brokoli. Determinasi dilakukan

untuk memastikan kebenaran bahan uji yang digunakan. Determinasi brokoli

dilakukan di UPT Materia Medica Batu, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

Hasil determinasi membuktikan bahwa brokoli yang digunakan dalam penelitian

benar adalah spesies Brassica oleracea Var italica.

4.1.2 Hasil Ekstraksi

Pembuatan ekstrak etanol brokoli dilakukan dengan cara maserasi

menggunakan pelarut etanol 96%. Hasil ekstraksi dengan menggunakan serbuk

simplisia kering brokoli sebanyak 750 gram dengan pengulangan 3 kali. Ekstrak

kental yang diperoleh dari hasil maserasi simplisia brokoli yaitu 42 gram dengan

nilai rendamen yaitu 5,6%.


47

4.1.3 Hasil Uji Penapisan Fitokimia

Sebelum dilakukan penelitian mengenai efek antihiperkolesterolemia

ekstrak brokoli (Brassica oleracea Var italica) pada tikus putih jantan (Rattus

norvegicus) yang diberi pakan lemak kolesterol tinggi, terlebih dahulu dilakukan

uji pendahuluan fitokimia ekstrak brokoli.

Uji penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa

metabolit sekunder yang terdapat pada ekstrak etanol brokoli. Pengujian

dilakukan untuk mengetahui adanya senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin

dan polifenol. Hasil uji fitokimia seperti tersaji pada Tabel 4.1 dibawah ini:

Tabel 4.1 Hasil uji pendahuluan ekstrak etanol brokoli (Brassica oleracea
Var italica)
No Kandungan Pereaksi Hasil pengamatan Ket
kimia
1 Alkaloid HCl 2N, Dragendorf, (+)
Meyer dan Wagner Endapan warna jingga

2 Flavonoid HCl Terbentuk warna jingga (+)


3 Saponin Dikocok + HCl 1 N Terbentuk busa selama (+)
15 menit
4 Tanin FeCl3 1 % Terbentuk warna hijau (+)
kehitaman
5 Polifenol FeCl3 10% Terbentuk warna hijau (+)
kehitaman
Keterangan :

(+) : Mengandung senyawa yang diuji

(-) : Tidak mengandung senyawa yang diuji

4.1.4 Uji Aktivitas Antikolesterol

Uji aktivitas antikolesterol dilakukan selama 14 hari. Pengukuran kadar

kolesterol total pada hewan uji dilakukan pada hari ke-7 dan ke-14. Hasil

pengamatan dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini :


48

Tabel 4.2 Data pengukuran kadar kolesterol total darah tikus sebelum dan
setelah perlakuan dengan pemberian ekstrak brokoli (Brassica
oleracea Var italica)
Pengukuran Kadar Kolesterol Total Darah
Kelompok Hewan Bobot
(mg/dL)
Perlakuan Uji Badan
T0 T1 T2 T3
1 287 172 267 182 150
2 311 136 270 185 143
Kontrol (+) 3 313 158 281 192 139
Simvastatin 4 194 183 262 179 144
5 242 163 263 181 156
Jumlah 812 1343 919 732
Rata-rata 162,4 268,6 183,8 146,4
1 292 170 269 227 192
Ekstrak Dosis 2 260 199 284 245 200
300 mg/Kg BB 3 239 188 261 221 189
4 322 183 249 204 188
5 287 199 231 194 176
Jumlah 939 1294 1091 945
Rata-rata 187,8 258,8 218,2 189
1 237 169 256 211 183
Ekstrak Dosis 2 253 179 273 226 186
600 mg/kg BB 3 269 172 280 227 190
4 206 199 269 219 171
5 268 175 278 226 195
Jumlah 894 1356 1109 926
Rata-rata 178,8 271,2 221,8 185,2
1 235 170 289 225 162
Ekstrak Dosis 2 246 183 273 223 142
900 mg/kg BB 3 245 164 268 206 148
4 172 172 272 218 150
5 259 160 244 194 117
Jumlah 849 1346 1066 719
Rata-rata 169,8 269,2 213,2 143,8
1 182 162 261 220 195
2 269 180 292 235 210
Kontrol (-) 3 280 177 273 230 212
Na CMC 0,5% 4 327 160 263 228 199
5 259 131 267 240 215
Jumlah 810 1356 1153 1031
Rata-rata 162 271,2 230,6 206,2
Keterangan :
T0 : Kadar kolesterol total darah awal
T1 : Kadar kolesterol total darah setelah induksi pakan
T2 : Kadar kolesterol total darah pada hari ke-7
T3 : Kadar kolesterol total darah pada hari ke-14
Hasil pengukuran kadar kolesterol total darah tikus putih jantan yang

diinduksi dengan pakan kolesterol tinggi sebelum pemberian ekstrak brokoli

(Brassica oleracea Var italica) yang dibandingkan dengan kadar kolesterol total

darah tikus setelah pemberian ekstrak brokoli pada hari ke-7, maka diperoleh data
49

selisih penurunan kadar kolesterol total darah tikus putih jantan dapat dilihat pada

Tabel 4.3 :

Tabel 4.3 Data selisih penurunan kadar kolesterol total darah setelah
perlakuan dengan pemberian ekstrak brokoli (Brassica oleracea
Var italica) pada hari ke-7
Kelompok Kelompok Pengulangan Jumlah Rerata
Perlakuan 1 2 3 4 5 (∑Yi) (yi)

Kontrol () Na
41 57 43 35 27 203 40,6
CMC 0,5%
Dosis 300
42 39 40 45 37 203 40,6
mg/Kg BB
Dosis 600
45 47 53 50 52 247 49,4
mg/Kg BB
Dosis 900
64 50 62 54 50 280 56
mg/Kg BB
Kontrol (+)
85 85 89 83 82 424 84,4
Simvastatin
Jumlah 277 278 287 267 248 1357 271

160

140

120
KONTROL POSITIF
100
KONTROL NEGATIF
80 DOSIS 300 mg/Kg BB
60 DOSIS 600 mg/Kg BB

40 DOSIS 900 mg/Kg BB

20

0
P1 P2 P3 P4 P5

Gambar 4.1 Grafik Selisih Penurunan Kadar Kolesterol Total pada Hari ke-7
50

Tabel 4.4 Data selisih penurunan kadar kolesterol total darah setelah
perlakuan dengan pemberian ekstrak brokoli (Brassica oleracea
Var italica) pada hari ke-14
Kelompok Kelompok Pengulangan Jumlah Rerata
Perlakuan 1 2 3 4 5 (∑Yi) (yi)

Kontrol () Na
66 82 61 64 52 325 65
CMC 0,5%
Dosis 300
77 84 72 61 55 349 69,8
mg/Kg BB
Dosis 600
73 87 90 98 83 431 86,2
mg/Kg BB
Dosis 900
127 131 120 122 127 627 125,4
mg/Kg BB
Kontrol (+)
117 127 142 118 107 611 122,2
Simvastatin
Jumlah 460 511 485 463 424 2343 468,6

160

140

120
KONTROL POSITIF
100
KONTROL NEGATIF
80 DOSIS 300 mg/Kg BB
60 DOSIS 600 mg/Kg BB
DOSIS 900 mg/Kg BB
40

20

0
P1 P2 P3 P4 P5

Gambar 4.2 Grafik Selisih Penurunan Kadar Kolesterol Total pada Hari ke-14
51

4.2 Pembahasan

Brokoli yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Balai UPT

Materia Medica Batu, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dalam bentuk

serbuk. Serbuk brokoli kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode

maserasi, keuntungan maserasi yaitu hasil esktraksi yang diperoleh akan lebih

banyak serta dapat menghindarkan perubahan kimia terhadap senyawa-senyawa

tertentu oleh karena pemanasan49. Pelarut yang digunakan untuk memisahkan

senyawa komponen atau senyawa metabolit dari tumbuhan yaitu pelarut etanol

96%, karena etanol merupakan pelarut ideal yang sering digunakan dan

merupakan pelarut pengekstraksi yang terbaik untuk hampir semua senyawa

dengan berat molekul rendah seperti saponin dan flavonoid, selain itu etanol

merupakan pelarut semipolar yang dapat melarutkan senyawa yang bersifat polar,

semipolar maupun nonpolar. Pemilihan kadar 96%, karena kadar airnya lebih

sedikit sehingga dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang tidak

diinginkan pada ekstrak yang diperoleh. Ekstraksi dengan metode maserasi

dilakukan perendaman selama 3 × 24 jam. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan

penarikan senyawa lebih sempurna, sehingga semua senyawa dapat terekstraksi

seluruhnya. Ekstrak kental yang diperoleh dari hasil maserasi serbuk brokoli

sebanyak 750 gram dengan nilai rendemen yaitu 5,6%.

Uji penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa

kimia yang terkandung dalam ekstrak brokoli. Berdasarkan hasil uji penapisan

fitokimia (tabel 4.1) diperoleh bahwa ekstrak brokoli (Brassica oleracea Var

italica) mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, dan polifenol.


52

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

galur wistar yang diperoleh dari Dinas Pemerintahan dan Kehutanan Kabupaten

Bantul. Dipilih tikus putih jantan galur wistar karena metabolisme kolesterol pada

tikus wistar mirip dengan metabolisme kolesterol pada manusia. LDL dan HDL

pada tikus putih dan manusia memiliki fungsi yang sama yaitu untuk

memproduksi steroid dan apolipoprotein yang sama10. Ukuran badan tikus putih

juga menjadikan tikus lebih mudah dipegang, dikendalikan atau diambil darahnya.

Uji efektivitas antikolesterol ekstrak etanol brokoli dilakukan pada hewan

uji yang terlebih dahulu kadar kolesterolnya dinaikkan melebihi batas normalnya.

Untuk menaikkan kadar kolesterol pada hewan uji dilakukan dengan cara

memberikan pakan lemak kolesterol tinggi yang terdiri dari Lemak kambing 10%,

kuning telur bebek 5%, dan kuning telur puyuh 5% yang kemudian dicampurkan

dengan pakan standar sebanyak 80%. Pemilihan kuning telur untuk menaikkan

kadar kolesterol tikus, karena kuning telur merupakan sumber utama kolesterol

dari telur dengan kandungan kolesterol sekitar 250 mg/telur, dan lemak hewan

merupakan lemak jenuh yang dapat meningkatkan kolesterol dengan cara

menekan aktivitas reseptor lipoprotein densitas rendah dalam sel-sel hati yang

mengakibatkan peningkatan kadar LDL dalam darah50.

Dalam penelitian ini menggunakan ekstrak etanol brokoli untuk

menurunkan kadar kolesterol total darah tikus putih jantan dengan menggunakan

pembanding simvastatin (kontrol positif), simvastatin merupakan obat golongan

statin yang mekanisme kerjanya menghambat sintesis kolesterol dalam hati,

dengan menghambat enzim HMG CoA reduktase. Untuk kontrol negatif

menggunakan Na CMC 0,5%. Sedangkan untuk kelompok uji menggunakan


53

ekstrak brokoli dengan variasi dosis 300 mg/Kg BB, 600 mg/Kg BB, dan 900

mg/Kg BB. Pengukuran kadar kolesterol dilakukan pada hari ke 14 setelah

pemberian pakan lemak kolesterol tinggi. Setelah itu diberikan pelakuan pada

tikus putih selama 14 hari, kemudian pengukuran kadar kolesterol selanjutnya

dilakukan pada hari ke 7 dan pada hari ke 14 setelah perlakuan. Pengukuran kadar

kolesterol dilakukan dengan cara mengambil darah pada vena ekor tikus yang

sebelumnya telah dipuasakan selama 16 jam.

Penentuan adanya pengaruh perlakuan yang signifikan terhadap penurunan

kadar kolesterol total pada tikus putih dilakukan dengan uji statistik Analisis Sidik

Ragam (ANSIRA). Berdasarkan hasil perhitungan pada hari ke 7 diperoleh hasil

bahwa Fhitung (44,32) > Ftabel (3,01) pada taraf kepercayaan 95%, dan pada hari ke

14 diperoleh Fhitung (50,07) > dari Ftabel (3,01) pada taraf kepercayaan 95%. Dari

hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa ada perbedaan yang signifikan antara

dosis ekstrak etanol brokoli terhadap penurunan kadar kolesterol total tikus putih

pada hari ke 7 dan hari ke 14. Kemudian dilakukan uji lanjut untuk mengetahui

dosis yang efektif diantara ketiga dosis ekstrak etanol brokoli pada hari ke 7 dan

pada ke 14. Berdasarkan hasil analisis data, maka didapatkan Koefisien

Keseragaman (KK) pada hari ke-7 adalah 2,26% dan pada hari ke 14 adalah

1,92%, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Beda Nyata Jujur

(BNJ) karena nilai KK yang diperoleh kurang dari 5% sesuai dengan kondisi

heterogen.

Berdasarkan hasil uji BNJ, pemberian ekstrak etanol brokoli pada dosis

300 mg/kg BB pada hari ke 7 memberikan hasil berbeda nyata terhadap kontrol

positif, tetapi menunjukkan hasil tidak berbeda nyata terhadap kontrol negatif.
54

Pada hari ke 14 juga memberikan hasil berbeda nyata terhadap kontrol positif,

tetapi menunjukkan hasil tidak berbeda nyata terhadap kontrol negatif. Pada dosis

600 mg/Kg BB pada hari ke 7 menunjukkan hasil berbeda nyata terhadap kontrol

positif, tetapi menunjukkan hasil tidak berbeda nyata terhadap kontrol negatif.

Pada hari ke 14 memberikan hasil berbeda nyata terhadap kontrol positif dan

kontrol negatif, serta berbeda nyata pada dosis 300 mg/Kg BB dan 900 mg/Kg

BB. Pada dosis 900 mg/Kg BB pada hari ke 7 menunjukkan hasil berbeda nyata

terhadap kontrol positif dan kontrol negatif serta dosis lainnya. Pada hari ke 14

menunjukkan hasil tidak berbeda nyata terhadap kontrol positif, tetapi

menunjukkan hasil berbeda nyata terhadap kontrol negative dan dosis lainnya.

Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa ekstrak brokoli (Brassica

oleracea Var italica) pada dosis 900 mg/Kg BB terbukti dapat memberikan efek

dalam menurunkan kadar kolesterol total pada tikus putih, karena dosis tersebut

telah memberikan efek yang sama dengan kontrol positif sebagai pembanding

dalam menurunkan kadar kolesterol pada tikus putih.

Mekanisme kerja flavonoid, di dalam tubuh flavonoid memiliki banyak

peran. Sebagai antioksidan, flavonoid bertindak sebagai pereduksi LDL di dalam

tubuh. Selain mereduksi LDL, flavonoid juga menaikkan densitas dari reseptor

LDL di liver dan mengikat apolipoprotein B. Flavonoid berperan sebagai senyawa

yang dapat mereduksi trigliserida dan meningkatkan HDL. Selain itu flavonoid

bekerja menurunkan kadar kolesterol dari dalam darah dengan menghambat kerja

enzim 3-hidroksi 3-metilglutaril koenzim A reduktase (HMG Co-A reduktase)19.

Kandungan senyawa lain yang terdapat dalam brokoli yaitu tanin dan

saponin. Tanin memiliki kemampuan dalam mengikat asam empedu di usus dan
55

dibuang melalui feses. Hal ini dapat menurunkan total kolesterol darah, selain itu

tanin dapat menghambat kerja HMG-CoA reduktase dan asil-koenzim A

kolesterol asiltransferase (ACAT) yang merupakan enzim untuk mensintesis

kolesterol dan absropsi kolesterol serta pelepasannya ke darah51. Saponin dapat

berikatan dengan kolesterol pada lumen intestinal sehingga dapat mencegah

reabsorpsi kolesterol. Selain itu, saponin juga dapat berikatan dengan asam

empedu, sehingga dapat menurunkan sirkulasi enterohepatik asam empedu dan

meningkatkan ekskresi kolesterol. Saponin merupakan senyawa tanaman yang

memiliki surfaktan ysng dapat berikatan dengan kolesterol dan asam empedu

sehingga menurunkan absorpsi kolesterol dalam tubuh. Saponin dengan kolesterol

ternyata juga memiliki reseptor yang sama, sehingga dapat terjadi kompetisi

reseptor kolesterol pada sel. Selain itu, saponin juga dapat mempengaruhi

biosintesis kolesterol di hati52.


56

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian uji efektivitas ekstrak etanol brokoli

(Brassica oleracea Var italica) terhadap kadar kolesterol pada tikus putih (Rattus

norvegicus) hiperkolesterol maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Pemberian ekstrak etanol brokoli (Brassica oleracea Var italica) dengan

variasi dosis 300 mg/Kg BB, 600 mg/Kg BB dan 900 mg/Kg BB secara

oral dapat memberikan efek terhadap penurunan kadar kolesterol total

pada tikus putih (Rattus norvegicus) hiperkolesterol.

2. Ekstrak etanol brokoli (Brassica oleracea Var italica) yang efektif dalam

menurunkan kadar kolesterol total pada tikus putih (Rattus norvegicus)

hiperkolesterol yaitu dosis 900 mg/Kg BB.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan ekstrak terpurifikasi,

fraksi dan isolat brokoli (Brassica oleracea Var italica) untuk mengetahui

aktivitasnya sebagai antikolesterol.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan konsentrasi dosis yang lebih

tinggi agar dapat diketahui dosis maksimum yang efektif dari ekstrak

etanol brokoli (Brassica oleracea Var italica).


57

DAFTAR PUSTAKA

1. Sutarjadi. 1992. Tumbuhan Indonesia Sebagai Sumber Obat, Komestika dan


Jamu. Prosiding Seminar dan Loka Karya Nasional Etnobotani. Fakultas
Farmasi Universitas Airlangga. Surabaya.

2. Sari L.O.R.K. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan


Manfaat dan Keamanan. [Jurnal Ilmu Kefarmasian] Vol.3 No.1. Universitas
Jember. Hal: 1-7

3. Kusumaningrum G.S, Suranto, Ratna S. 2003. Aktivitas Penghambatan


Minyak Atsiri dan Ekstrak Kasar Biji Pala (Myristica fragrans Houtt dan
Myristica fattua Houtt) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Xanthomonas
campestris Oammel asal Tanaman Brokoli (Brassica oleracea var. italica).
[Jurnal Biofarmasi] Vol.1 No.1. Universitas Surakarta. Hal: 20-24

4. Anggota IKAPI. 2011. Health Secret of Brocoli. PT Elex Media Komputindo


Kelompok Gramedia. Jakarta.

5. Setyoadi, Yulian W.U, Leli Y, Lowita Fi S. 2014. Jus Brokoli Menurunkan


Kadar Low Density Lipoprotein Darah pada Tikus Model Diabetes Melitus.
[Jurnal Kedokteran Brawijaya] Vol.28 No.1. Universitas Brawijaya. Malang.
Hal: 26-29

6. Windiarti Devi. 2014. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Krop Kubis Putih
(Brassica oleracea L. var. capitata) Terhadap Kadar Kolesterol Total Tikus
Putih Jantan (Rattus norvegicus) Galur Wistar Hiperlipidemia. [Skripsi].

7. Ariantari N.P, Sagung C.Y, dan Dewa A.S. 2010. Uji Aktivitas Penurunan
Kolesterol Produk Madu Herbal Yang Beredar Di Pasaran Pada Tikus Putih
Diet Lemak Tinggi. [Jurnal Kimia] Vol.4 No.1. Universitas Udayana. Bukit
Jimbaran. Hal: 15-19

8. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.


2013. Riset Kesehatan Dasar( RISKESDAS 2013). Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta. Hal: 125.

9. Fikri F. 2014. Bahaya Kolesterol : Memahami, Mendeteksi, dan Mengontrol


Kolesterol. Ar-ruzz media. Jogjakarta.

10. Bachmid N, Meiske S.S, Julius S.P. 2015. Uji Aktivitas Antikolesterol Ekstrak
Etanol Daun Patikan Emas (Euphorbia prunifolia Jacq) Pada Tikus Putih
Wistar Yang Hiperkolesterolemia. [Junal MIPA UNSRAT] Vol. 4 No. 1.
Universitas Samratulangi. Manado. Hal: 29,32.
58

11. Tjay, Tan H., Kirana Rahardja, 2002. Obat-bat penting : Khasiat,
Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya. Edisi kelima. PT Elexmedia
Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta. Hal: 571, 573, 578, 579

12. Sriwahyuni E, Theresia P, Hippolyta A.P.P. 2007. Pengaruh Pemberian Teh


Hijau Terhadap Kadar Kolesterol LDL dan HDL Pada Tikus Putih (Rattus
norvegicus strain Wistar). [Jurnal Kesehatan] Vol.3 No.1. Universitas
Brawijaya. Malang. Hal: 1-10

13. Adesta F.E.A. 2010. Pengaruh Pemberian Simvastatin Terhadap Fungsi


Memori Jangka Pendek Tikus Wistar Hiperlipidemi. [Skripsi]. Universitas
Diponegoro.

14. Wasonowati Catur. 2009. Kajian Saat Pemberian Pupuk Dasar Nitrogen dan
Umur bibit Pada Tanaman Brokoli (Brassica Oleraceae var. Italica Planck).
[Jurnal Agroviro] Vol. 2 No.1. Universitas Tronojoyo. Madura. Hal: 14-22

15. Jusuf N K. 2012. Pengaruh Ekstrak Bunga Brokoli (Brassica Oleraceae var.
Italica Planck) Terhadap Penghambatan Penuaan Kulit Dini (PHOTOAGING):
Kajian pada Ekspresi Matriks Metalloproteinase-1 dan Prokolagen Tipe 1
Secara in vitro pada Fibroblas Kulit Manusia. [Skripsi]. Universitas Sumatera
Utara. Medan.

16. Mustarichie Resmi, Ida, Levita Jutti. 2011. Teori dan Implementasi Penelitian
Untuk Pengobatan. Buku Metode Penelitian Tanaman Obat. Hal 19-20.

17. Harborne, J.B., and Mabry, T.J., 1975, The Flavonoid, Academic Press, New
York.

18. Masitha Maya. 2011. Skrining Aktifitas Penghambatan Enzim α-Glukosidase


Dan Penapisan Fitokimia Dari Beberapa Tanaman Obat Yang Digunakan
Sebagai Antidiabetes di Indonesia. [Skripsi]. Universitas Indonesia. Hal: 11-
13.

19. Ranti, Gabriela Clementine, Fatimawali dan Frenly Wehantouw. 2013. Uji
Efektivitas Ekstrak Flavonoid dan Steroid dari Gedi Merah (Abelmoschus
manihot) Sebagai Anti Obesitas dan Hipolipidemik pada Tikus Putih Jantan
Galur Wistar. [Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT]. Vol. 2 No. 02. Hal: 37.

20. Susilowati. 2008. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Karotenoid dari Cabai
Merah (Capsicum annuum linn .). [Skripsi]. Jurusan Kimia Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN): Malang. Hal: 7-10

21. Widiyawanto Eko. 2007. Optimasi Karotenoid Pada Metil Ester Kasar (Grude
Methyl Ester) Minyak Sawit Dengan Menggunakan Metode Kromatografi
Kolom Adsorpsi. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Hal: 7-9
59

22. Silalahi Ruth., 2010. Karakteristik Simplisia, Skrining Fitokimia dan Uji
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Dan Fraksi Bunga Tumbuhan Brokoli
(Brassica Oleracea L. var botytis L.). [Skripsi]. Fakultas Farmasi Universitas
Sumatra Utara. Hal: 5-6,8-9,10-12.

23. Tala, Zaimah Z. 2009. Manfaat Serat Bagi Kesehatan. Departemen Ilmu Gizi
Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara. Hal: 8.

24. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta. Hal: 9.

25. Fatmawati Emi. 2008. Pengaruh Lama Pemberian Ekstrak Daun Sambiloto
(Androgrophis paniculata Ness.) Terhadap Kadar Kolesterol, LDL (Low
Density Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein) dan Trigliserida Darah
Tikus (Rattus norvegicus) Diabetes. [Skripsi]. Universitas Islam Negeri.
Malang.

26. Solomons, T.W. Graham. Fundamentals Of Organic Chemistry. Edisi II. John
wiley and Son Inc.

27. Mamat. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar Kolesterol


HDL di Indonesia. [Skripsi]. Universitas Indonesia. Jakarta.

28. Ngili Yohanis. 2009. Biokimia: Metabolisme dan Bioenergitika. Edisi


Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta. Hal: 125

29. Mayes, Peter A., Daryl K.G., Victor W.R., David W.M., JR. 1990. Biokimia:
Harper’s Review of Biochemistry. Edisi 20. EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Hal: 278-280.

30. Iman Soeharto. 2001. Kolesterol dan Lemak Jahat, Kolesterol dan Lemak
Baik dan Proses Terjadinya Serangan Jantung Dan Stroke. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta. Hal: 84, 85.

31. Fessenden, Ralp J. dan Joan S. Fessenden. 1982. Kimia Organik. Edisi II.
Erlangga: Jakarta. Hal: 439.

32. Anonim. 2005. Bhiochemistry: Higher Secondary- Second Year. Tamil Nadu
Text Book Corporation. Hal: 110-111.

33. Priskila Maria. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Bawang Putih (Allium
sativum, Linn.) terhadap Penurunan Rasio antara Kolesterol Total dengan
Kolesterol HDL pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang
Hiperkolesterolemik. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Hal: 21-23.
60

34. Harper’s. 2009. Illustration Biochemistry. 28th edition. The McGraw-Hill


Companies, Inc. USA. Hal: 1269.

35. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI. 2012.


Farmakologi Dan Terapi. Edisi 5. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Hal: 377,
383.

36. Blumi, Benjamin M., James M. McKenney dan Mark J. Czikary. 2000.
Pharmaceutical Care Services and Result in Project ImPACT: Hyperlipidemia.
[Journal of the American Pharmaceutical Association]. Vol. 40, No. 2. Hal:
157.

37. Ayuningtyas E.D, Arifah S.W. 2012. Profil Kadar Trigliserid Darah Tikus
Hiperkolesterolemi Oleh Ekstrak Etanol Jamur Lingzhi (Ganoderma
Licidum). [Jurnal Medika Planta] Vol.2 No.1. Universitas Muhammadiyah.
Surakarta. Hal: 26-35.

38. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2006. Pharmaceutical Care
Untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner : Fokus Sindrom Koroner Akut.
Departemen Desehatan. Hal: 15

39. Kertohoesodo Soehardo. 1985. Pengantar Kardiologi. Edisi Kedua.


Universitas Indonesia. Hal: 248.

40. Marganta Arcole. 1996. Mewaspadai Penyakit Jantung: Serangan Penyakit


Jantung Koroner, Kelainan Jantung Bawaan, Sakit Jantung Anak, Jantung
Lanjut Usia dll. C. V. Aneka. Solo. Hal: 81.

41. Mycek, M.J., Richard A.H. dan Pamela C.C. 2001. Farmakologi: Ulasan
Bergambar. Edisi 2. Widya Medika. Jakarta.

42. Anastasia A S. 2013. Penetapan Kadar Simvastatin Dalam Sedian Tablet


Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dengan Fase Gerak Metanol-Air.
[Skripsi]. Universitas Sumatera Utara. Medan.

43. Ermawati Elly Fauziah. 2010. Efek Antipiretik Ekstrak Daun Pare
(momordica charantia l.) Pada Tikus Putih Jantan. [Skripsi]. Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.

44. Orviyanti, Gerin. 2012. Perbedaan Pengaruh Yoghurt Susu, Jus Kacang Merah
dan Yoghurt Kacang Merah Terhadap Kadar Kolesterol HDL Serum Pada
Tikus Dislipidemia.[Skripsi]. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Hal: 22.
61

45. Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia. Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan. Terjemahan K. Padmawinata & I. Soediro, Penerbit ITB,
Bandung.

46. Harborne, J. B. 1996. Metode Fitokimia. edisi kedua. ITB. Bandung.

47. Robinson, T. (1991). Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi.


Bandung : Penerbit ITB. Hal.196.

48. Gani, Nanang, Lidya I.M. dan Mariska M.P. 2013. Profil Lipida Plasma
Tikus Wistar yang Hiperkolesterolemia pada Pemberian Gedi Merah
(Abelmoschus manihot L.). [Jurnal]. Universitas Sam Ratulangi. Manado.

49. Sundari, Ida. 2010. Identifikasi Senyawa Dalam Ekstrak Etanol Biji Buah
Merah (Pandanus conoideus Lamk.). [Skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Hal: 8.

50. Rusli dan M. Nur Salim. 2007. Pengaruh Lemak Sapi Dan Minyak Kelapa
Terhadap Kadar Kolesterol Ldl Darah Ayam Buras (Gallus gallus ). [Jurnal].
Vol. 1 No. 1. Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Hal: 8.

51. Dhesti, Adin, Pritanggo, Widyaningsih, Tri, dewanti. 2014. Pengaruh


Pemberian Liang Teh Berbasis Cincau Hitam (Mesona palustris BL) Terhadap
Kadar Kolesterol Tikus Wistar. [Jurnal] Universitas Brawijaya. Malang. Hal:
106.

52. Akanji, M. Ayorinde, B. and Yakubu, M. 2009. Anti-lipidaemic Potentials of


AqueousExtract of Tapinanthus globiferus Leaves in Rats. RPMP, (25) -
Chemistry andMedicinal Value.
62

LAMPIRAN 1

SKEMA KERJA PEMBUATAN EKSTRAK BROKOLI

Simplisia

Ditambahkan etanol 96% lalu


dimaserasi selama 3 x 24 jam
sambil sesekali diaduk,
kemudian disaring

Ampas Ekstrak etanol cair

Dipekatkan
dengan rotavapor
kemudian
diuapkan

Ekstrak etanol kental


brokoli
63

LAMPIRAN 2

SKEMA KERJA PENELITIAN

HewanUji Ekstrak Brokoli


Uji Pendahuluan

- Tikus putih jantan


- Umur ± 3 bulan
- Berat badan 150-200 gram
- Dipuasakan Dosis
- Pengukuran kadar divariasikan
kolesterol awal
- Pemberian
pakan lemak
kolesterol tinggi
- Pengukuran kadar
kolesterol setelah
pemberian pakan lemak
kolesterol tinggi
- Pembagian kelompok

300 mg/Kg 600 mg/Kg 900 mg/Kg


BB BB BB

HewanUji HewanUji HewanUji HewanUji HewanUji


Klp I Klp II Klp III Klp IV Klp V
Kontrol (-) Kontrol (+) Ekstrak Ekstrak Ekstrak
Na CMC Simvastatin brokoli brokoli brokoli

- Pengukuran kadar kolesterol pada


hari ke-7 dan ke 14

Analisis Data

Interpretasi

Pembahasan

Kesimpulan
64

LAMPIRAN 3

1. Perhitungan persen rendemen ekstrak

Penyaringan zat aktif brokoli dilakukan dengan metode maserasi

menggunakan pelarut etanol 96%.

Serbuk brokoli = 750 gram

Pelarut etanol 96% = 3 liter

Ekstrak yang diperoleh = 42 gram

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 (𝑔𝑟𝑎𝑚)


% hasil ekstrak = x 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
42 𝑔𝑟𝑎𝑚
= x 100%
750 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 5,6%

2. Dosis Pemberian Ekstrak Brokoli

a. Dosis 300 mg/kg BB

Stok =300 mg/kg BB × 0,2 kg


½ × Volume maksimal

= 300 mg/kg BB × 0,2 kg


½ × 5 mL

= 60 mg
2,5 mL

= 24 mg/mL

Untuk 100 ml = 24 mg/mL × 100 mL

= 2400 mg/100 mL = 2,4 g/100 mL

Ditimbang ekstrak sebanyak 2,4 gram disuspensikan dalam larutan koloid

Na CMC 0,5% ad 100 mL.


65

Volume pemberian standar = 300 mg/Kg BB × 0,2 Kg


24 mg/mL

= 2,5 mL

Vol. Pemberian ekstrak dosis 300 mg/kg BB

Bobot Badan Tikus


1. Untuk BB 292 g = x Volume Pemberian Standar
BB Standar Tikus

292 g
= x 2,5 mL
200 g

= 3,65 mL

Bobot Badan Tikus


2. Untuk BB 260 g = x Volume Pemberian Standar
BB Standar Tikus

260 g
= x 2,5 mL
200 g

= 3,25 mL

Bobot Badan Tikus


3. Untuk BB 239 g = x Volume Pemberian Standar
BB Standar Tikus

239 g
= x 2,5 mL
200 g

= 2,98 mL

Bobot Badan Tikus


4. Untuk BB 322 g = x Volume Pemberian Standar
BB Standar Tikus

322 g
= x 2,5 mL
200 g

= 4,02 mL

Bobot Badan Tikus


5. Untuk BB 287 g = x Volume Pemberian Standar
BB Standar Tikus
66

287 g
= x 2,5 mL
200 g

= 3,58 mL

b. Dosis 600 mg/kg BB

Stok = 600 mg/kg BB × 0,2 kg


½ × Volume maksimal

= 600 mg/kg BB × 0,2 kg


½ × 5 mL

= 120 mg
2,5 mL

= 48 mg/mL
Untuk 100 ml = 48 mg/mL × 100 ml

= 4800 mg/100 mL = 4,8 g/100 mL

Ditimbang ekstrak sebanyak 4,8 gram disuspensikan dalam larutan koloid

Na CMC 0,5% ad 100 mL.

Volume pemberian standar = 600 mg/Kg BB × 0,2 Kg


40 mg/mL

= 2,5 mL

Vol. Pemberian ekstrak dosis 600 mg/kg BB

Bobot Badan Tikus


1. Untuk BB 237 g = x Volume Pemberian Standar
BB Standar Tikus

237 g
= x 2,5 mL
200 g

= 2,96 mL
67

Bobot Badan Tikus


2. Untuk BB 253 g = x Volume Pemberian Standar
BB Standar Tikus

253 g
= x 2,5 mL
200 g

= 3,16 mL

Bobot Badan Tikus


3. Untuk BB 269 g = x Volume Pemberian Standar
BB Standar Tikus

269 g
= x 2,5 mL
200 g

= 3,36 mL

Bobot Badan Tikus


4. Untuk BB 206 g = x Volume Pemberian Standar
BB Standar Tikus

206 g
= x 2,5 mL
200 g

= 2,57 mL

Bobot Badan Tikus


5. Untuk BB 268 g = x Volume Pemberian Standar
BB Standar Tikus

268 g
= x 2,5 mL
200 g

= 3,35 mL

c. Dosis 900 mg/kg BB

Stok = 900 mg/Kg BB × 0,2 Kg


½ × Volume maksimal

= 900 mg/Kg BB × 0,2 Kg


½ × 5 mL

= 180 mg
2,5 mL

= 72 mg/mL
68

Untuk 100 ml = 72 mg/mL × 100 mL

= 7200 mg/100 mL = 7,2 g/100 mL

Ditimbang ekstrak sebanyak 7,2 gram disuspensikan dalam Na CMC 0,5%

ad 100 mL.

Volume pemberian standar = 900 mg/Kg BB × 0,2 Kg


72 mg/mL

= 2,5 mL

Vol. Pemberian ekstrak dosis 900 mg/Kg BB

Bobot Badan Tikus


1. Untuk BB 235 g = x Volume Pemberian Standar
BB Standar Tikus

235 g
= x 2,5 mL
200 g

= 2,93 mL

Bobot Badan Tikus


2. Untuk BB 246 g = x Volume Pemberian Standar
BB Standar Tikus

246 g
= x 2,5 mL
200 g

= 3,07 mL

Bobot Badan Tikus


3. Untuk BB 245 g = x Volume Pemberian Standar
BB Standar Tikus

245 g
= x 2,5 mL
200 g

= 3,06 mL

Bobot Badan Tikus


4. Untuk BB 172 g = BB Standar Tikus
x Volume Pemberian Standar
69

172 g
= x 2,5 mL
200 g

= 2,15 mL

Bobot Badan Tikus


5. Untuk BB 259 g = x Volume Pemberian Standar
BB Standar Tikus

259 g
= x 2,5 mL
200 g

= 3,23 mL

3. Pembuatan Na CMC 0,5%


0,5 𝑔
0,5% = 100 𝑚𝐿

0,5 gram Na CMC digerus kemudian ditambahkan 10 mL air panas, di

campur hingga terbentuk suspensi kemudian ditambahkan air panas hingga

100 mL.

Volume pemberian = 2,5mL untuk tikus dengan berat badan 200 gram.

Bobot Badan Tikus


a. Untuk BB 182 g = x Volume Pemberian Standar
BB Standar Tikus

182 g
= x 2,5 mL
200 g

= 2,27 mL

Bobot Badan Tikus


b. Untuk BB 269 g = x Volume Pemberian Standar
BB Standar Tikus

269 g
= x 2,5 mL
200 g

= 3,36 mL
70

Bobot Badan Tikus


c. Untuk BB 280 g = x Volume Pemberian Standar
BB Standar Tikus

280 g
= x 2,5 mL
200 g

= 3,5 mL

Bobot Badan Tikus


d. Untuk BB 327 g = x Volume Pemberian Standar
BB Standar Tikus

327 g
= x 2,5 mL
200 g

= 4,08 mL

Bobot Badan Tikus


e. Untuk BB 259 g = x Volume Pemberian Standar
BB Standar Tikus

259 g
= x 2,5 mL
200 g

= 3,23 mL

4. Perhitungan Pembuatan Suspensi Simvastatin

10 mg × 0,018 = 0,18 mg/ 200 g BB

= 0,9 mg/ Kg BB
Dosis ×BB
Stok =
½ volume maksimal
0,9 mg/kg BB × 0,2 Kg
=
½ ×5 mL
0,18 mg
=
2,5 mL

= 0,072 mg/ mL
Untuk 100 mL = 0,072 mg / mL × 100 mL

= 7,2 mg / 100 mL
71

Cara pembuatan larutan stok simvastatin :

1. Menimbang 10 tablet simvastatin 10 mg

2. Di gerus dalam lumpang, lalu ditimbang diperoleh 1,29 gram

1,29
3. Bobot rata-rata 1 tablet = = 0,129 gram = 129 mg
10

7,2 mg ×bobot rata−rata


Jadi pembuatan larutan simvastatin =
10 mg

7,2 mg ×129 mg
=
10 mg

= 92,88 mg

Ditimbang serbuk obat simvastatin sebanyak 92,88 mg disuspensikan dalam Na

CMC 0,5% ad 100 mL.

Perhitungan Volume Pemberian Larutan Simvastatin

0,9 mg/kg BB × 0,28 Kg


a. Untuk BB 287 g =
0,072 mg/ mL

= 3,5 mL

0,9 mg/kg BB × 0,31 Kg


b. Untuk BB 311 g =
0,072 mg/ mL

= 3,87 mL
72

0,9 mg/kg BB × 0,31 Kg


c. Untuk BB 313 g =
0,072 mg/ mL

= 3,87 mL

0,9 mg/kg BB × 0,19 kg


d. Untuk BB 194 g =
0,072 mg/ mL

= 2,37 mL

0,9 mg/kg BB × 0,25 Kg


e. Untuk BB 259 g =
0,072 mg/ mL

= 3,12 mL
73

LAMPIRAN 4

1. Data Hasil Pengamatan Kadar Kolesterol Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Bobot Pengukuran Kadar Kolesterol Total Darah


Kelompok Hewan Bobot
Badan (mg/dL)
Perlakuan Uji Badan
T0 T1 T2 T3
1 287 213 172 267 182 150
2 311 217 136 270 185 143
Kontrol (+) 3 313 286 158 281 192 139
Simvastatin 4 194 252 183 262 179 144
5 242 290 163 263 181 156
Jumlah 812 1343 919 732
Rata-rata 162,4 268,6 183,8 146,4
1 292 246 170 269 227 192
Ekstrak Dosis 2 260 246 199 284 245 200
300 mg/Kg BB 3 239 265 188 261 221 189
4 322 272 183 249 204 188
5 287 337 199 231 194 176
Jumlah 939 1294 1091 945
Rata-rata 187,8 258,8 218,2 189
1 237 286 169 256 211 183
Ekstrak Dosis 2 253 177 179 273 226 186
600 mg/kg BB 3 269 286 172 280 227 190
4 206 226 199 269 219 171
5 268 248 175 278 226 195
Jumlah 894 1356 1109 926
Rata-rata 178,8 271,2 221,8 185,2
1 235 260 170 289 225 162
Ekstrak Dosis 2 246 258 183 273 223 142
900 mg/kg BB 3 245 190 164 268 206 148
4 172 296 172 272 218 150
5 259 284 160 244 194 117
Jumlah 849 1346 1066 719
Rata-rata 169,8 269,2 213,2 143,8
1 182 231 162 261 220 195
2 269 313 180 292 235 210
Kontrol (-) 3 280 275 177 273 230 212
Na CMC 0,5% 4 327 287 160 263 228 199
5 259 194 131 267 240 215
Jumlah 810 1356 1153 1031
Rata-rata 162 271,2 230,6 206,2
Keterangan :
T0 : Kadar kolesterol total darah awal
T1 : Kadar kolesterol total darah setelah induksi pakan
T2 : Kadar kolesterol total darah pada hari ke-7
T3 : Kadar kolesterol total darah pada hari ke-14
74

2. Analisis Sidik Ragam (Ansira) Penurunan Kadar Kolesterol Pada Hari


ke-7

Kelompok Kelompok Pengulangan Jumlah Rerata


Perlakuan 1 2 3 4 5 (∑Yi) (yi)

Kontrol () Na CMC


41 57 43 35 27 203 40,6
0,5%
Dosis 300 mg/Kg
42 39 40 45 37 203 40,6
BB
Dosis 600 mg/Kg
45 47 53 50 52 247 49,4
BB
Dosis 900 mg/Kg
64 50 62 54 50 280 56
BB
Kontrol (+)
85 85 89 83 82 424 84,4
Simvastatin
Jumlah 277 278 287 267 248 1357 271

Perhitungan

a. Faktor Koreksi (FK)

Ti y2
FK =
rxt

13572
=
5×5

1841449
=
25

= 73657,96

b. Perhitungan jumlah kuadrat (JK)

Jumlah Kuadrat Total

JK total = T (Yij)2 – FK
= (412 + 572 + 432 + …..+ 892 + 832 + 822) – 73657,96
75

= 7441,04
Jumlah Kuadrat Perlakuan

TP21
JK perlakuan =  FK
t

2032 + 2032 + 2472 + 2802 + 4242


=  73657,96
5

401603
=  73657,96
5

= 6662,64

Jumlah Kuadrat Kelompok


∑ TK2
JK kelompok =  FK
r

2772 + 2782 + 2872 + 2672 + 2482


=  73657,96
5

369175
=  73657,96
5

= 177,04

JK galat = JK total – JK perlakuan – JK kelompok


= 7441,04 – 6662,64 – 177,04
= 601,36

c. Daftar Ansira (Uji F)


Perhitungan Derajat Bebas (DB)
DB Total = Total banyak pengujian  1
= (Pengulangan × perlakuan)  1
= (5 × 5)  1
= 25  1
= 24
DB Perlakuan = Banyak perlakuan  1
76

= 51
= 4
DB kelompok = Banyak kelompok  1
= 51
= 4
DB Galat = DB total  DB perlakuan  DB kelompok
= 24  4  4
= 16
Sumber Derajat Jumlah Kuadran F tabel
F hitung
Keseragaman Bebas Kuadran Tengah 1% 5%
Perlakuan 4 6662,64 1665,66
Kelompok 4 177,04 44,26 44,32**
3,01 4,77
Galat 16 601,36 37,58 1,17
Total 24 7441,04
Keterangan ** = Berbeda sangat nyata

Berdasarkan data tabel diatas, diperoleh F hitung (44,32) > F tabel (3,01).
Maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukan bahwa variasi dosis ekstrak
etanol brokoli berpengaruh sangat nyata terhadap penurunan kadar kolesterol total
tikus.

Koofisien Keragaman (KK)


√37,58
KK = × 100%
271
6,13
= × 100%
271
= 2,26%
Jadi, KK < 5% sehingga diuji lanjut dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ)
77

UJI BNJ (Beda Nyata Jujur)

KTG
Sӯ = √
r

37,58
= √
5

= √7,51
= 2,74

Wα = Qα (p.v) Sӯ

W0,05 = Q0,05 (5,16) Sӯ

= 4,34 (2,74)

= 11,89

Wα = Qα (p.v) Sy

W0,01 = Q0,01 (5,16) Sӯ

= 5,49 (2,74)

= 15,04

Perlakuan Rata-rata (ӯ) BNJ (Beda Nyata Jujur)

Kontrol negative 40,6 52,49 A


Dosis 300 mg/Kg BB 40,6 A
Dosis 600 mg/Kg BB 49,4 A
Dosis 900 mg/kg BB 56 67,89 B
Kontrol positif 84,4 96,29 C
78

3. Analisis Sidik Ragam (Ansira) Penurunan Kadar Kolesterol Pada Hari


ke-14

Kelompok Kelompok Pengulangan Jumlah Rerata


Perlakuan 1 2 3 4 5 (∑Yi) (yi)

Kontrol () Na
66 82 61 64 52 325 65
CMC 0,5%
Dosis 300 mg/Kg
77 84 72 61 55 349 69,8
BB
Dosis 600 mg/Kg
73 87 90 98 83 431 86,2
BB
Dosis 900 mg/Kg
127 131 120 122 127 627 125,4
BB
Kontrol (+)
117 127 142 118 107 611 122,2
Simvastatin
Jumlah 460 511 485 463 424 2343 468,6

Perhitungan

a. Faktor Koreksi (FK)

Ti y2
FK =
rxt

23432
=
5×5

5489649
=
25

= 219585,96

b. Perhitungan jumlah kuadrat (JK)

Jumlah Kuadrat Total

JK total = T (Yij)2 – FK
= (662 + 822 + 612 + …..+ 1422 + 1182 + 1072) – 219585,96
79

= 238065  219585,96
= 18479,04
Jumlah Kuadrat Perlakuan

TP21
JK perlakuan =  FK
t

3252 + 3492 + 4312 + 6272 + 6112


=  219585,96
5

1179637
=  219585,96
5

= 16341,44

Jumlah Kuadrat Kelompok


∑ TK2
JK kelompok =  FK
r

4602 + 5112 + 4852 + 4632 + 4242


=  219585,96
5

1102091
=  219585,96
5

= 832,24

JK galat = JK total – JK perlakuan – JK kelompok


= 18479,04 – 16341,44 – 832,24
= 1305,36

c. Daftar Ansira (Uji F)


Perhitungan Derajat Bebas (DB)
DB Total = Total banyak pengujian  1
= (Pengulangan × perlakuan)  1
= (5 × 5)  1
= 25  1
= 24
80

DB Perlakuan = Banyak perlakuan  1


= 51
= 4
DB kelompok = Banyak kelompok  1
= 51
= 4
DB Galat = DB total  DB perlakuan  DB kelompok
= 24  4  4
= 16
Sumber Derajat Jumlah Kuadran F tabel
F hitung
Keseragaman Bebas Kuadran Tengah 1% 5%
Perlakuan 4 16341,44 4085,36
Kelompok 4 832,24 208,06 50,07**
3,01 4,77
Galat 16 1305,36 81,58 2,55
Total 24 18479,04
Keterangan ** = Berbeda sangat nyata

Berdasarkan data tabel diatas, diperoleh F hitung (50,07) > F tabel (3,01).
Maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukan bahwa variasi dosis ekstrak
etanol brokoli berpengaruh sangat nyata terhadap penurunan kadar kolesterol total
tikus.

Koofisien Keragaman (KK)


√81,58
KK = × 100%
468,6
9,03
= × 100%
468,6
= 1,92%
Jadi, KK < 5% sehingga diuji lanjut dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ)
81

UJI BNJ (Beda Nyata Jujur)

KTG
Sӯ = √
r

81,58
= √
5

= √16,31
= 4,03

Wα = Qα (p.v) Sӯ

W0,05 = Q0,05 (5,16) Sӯ

= 4,34 (4,03)

= 17,49

Wα = Qα (p.v) Sy

W0,01 = Q0,01 (5,16) Sӯ

= 5,49 (4,03)

= 22,12

Perlakuan Rata-rata (ӯ) BNJ (Beda Nyata Jujur)

Kontrol negatif 65 82,49 A


Dosis 300 mg/Kg BB 69,8 A
Dosis 600 mg/Kg BB 86,2 103,69 B
Kontrol positif 122,2 139,69 C
Dosis 900 mg/kg BB 125,4 C
82

LAMPIRAN 5
Volume maksimum larutan sediaan uji yang dapat diberikan pada beberapa

hewan uji (Ritschel,1974).

Volume maksimum (ml) sesuai jalur pemberian


Jenis HewanUji i. i.m. i.p. s.c p.o
v . .
Mencit (20-30g) 0. 0,05 1,0 0,5-1,0 1,
, 0
Tikus (200g) 15 0,1 2-5 2- 5,
, 5 0
Hamster (50g) 0- 0,1 1-2 2, 2,
5 5
Marmut (250g) - 0,25 2-5 5, 10,0
0
Kelinci (2,5kg) 5-10 0,5 10-20 5-10 20,0

Kucing (3kg) 5-10 1,0 10-20 5-10 50,0

Anjing (5kg) 10-20 5,0 20-50 10,0 100,0


83

LAMPIRAN 6

Tabel konversi dosis antara jenis hewan dengan manusia (Laurence and

Bacharach)

Mencit Tikus Marmut Kelinci Kera Anjing Manusia

20g 200g 400g 1,2kg 4kg 12kg 70kg


Mencit
1,0 7 12,25 27,8 64,1 124,2 387,9
20g ,
Tikus 0
0,14 1 1,74 3,9 9 17,8 56,0
200g , ,
Marmut 0 2
0,08 0,57 1,0 2,25 5 10,2 31,5
400g ,
Kelinci 2
0,04 0,25 0,44 1,0 2 4,5 14,2
1,2kg ,
Kera 4
0,016 0,11 0,19 0,42 1 1,9 6,1
4kg ,
Anjing 0
0,008 0,06 0,10 0,22 0,52 1,0 3,1
12kg
Manusia
0,0026 0,018 0,031 0,07 0,16 0,32 1,0
70kg
84

LAMPIRAN 7

SURAT- SURAT PENELITIAN


85
86
87
88
89
90
91
92

LAMPIRAN 8

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1. Pakan Lemak Kolesterol Tinggi

Gambar 2. Pembuatan Esktrak Etanol Brokoli

Gambar 3. Hasil Pengujian Fitokimia Ekstrak Brokoli


93

Gambar 4. Pengukuran Kadar Kolesterol Total Tikus Putih, Pemberian oral


ekstrak brokoli

Gambar 5. Hasil Pengukuran Kadar Kolesterol Total

Gambar 6. Alat-alat dan Bahan yang Digunakan Selama Penelitian

Anda mungkin juga menyukai