DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
Rini Hartini
Iyang Johan
Wiwik Ambalan
Yanti Astuti
Yeni Ervina
Yulce Andriana
Jurnal :
Jurnal Pengabdian Masyarakat
Penulis :
Widia Purwaningrum, Julinar, Muharni
Tahun Penulis :
2018
Reviewer :
Kelompok 6
Latar Belakang :
khasiat tanaman buah sirsak yang begitu banyak dapat mengobati beragam
penyakit Tanaman buah sirsak (Annona muricata L.) merupakan tanaman
yang selain buahnya yang dapat dimakan, bagian tanaman buah sirsak (daun,
kulit kayu, bunga dan biji) sangat berkhasiat untuk menyembuhkan
berbagai macam penyakit.
Tujuan Penelitian :
Memberikan pengetahuan tentang manfaat penanaman tanaman obat
keluarga (TOGA) di halaman rumah.
Menggalakkan penanaman TOGA dengan cara mmberikan bibit tanaman
buah sirsak, pot dan tanah untuk ditanam di halaman rumah sebagai
TOGA.
Memberikan informasi kandungan senyawa aktif pada bagian –bagian
tanaman buah sirsak (buah, batang, daun, kulit, biji) sebagai ramuan
obat beragam penyakit.
Memperagakan cara pembuatan ramuan obat dari bagian tanaman buah
sirsak yaitu kanker, asam urat, ambeien, kolesterol, infeksi kandung
kemih, infeksi saluran kemih, dan sakit pinggang.
Memberikan alternatif pengobatan dengan ramuan herbal dari tanaman
buah sirsak
Meningkatkan kesehatan khalayak sasaran.
Metode Penelitian :
Untuk mencapai tujuan maka metode kegiatan yang akan dilakukan
adalah dengan mengadakan pertemuan sebanyak 3 kali yang dilakukan
dengan frekuensi 1 kali/minggu.
Manfaat Tanaman :
Tanaman buah sirsak (Annona muricata L.) merupakan tanaman yang
selain buahnya yang dapat dimakan, telah diteliti orang bahwa setiap
bagian tanaman buah sirsak (daun, kulit kayu, bunga dan biji) sangat
berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Berdasarkan riset terhadap kandungan fitokimia sirsak, tanaman ini
mempunyai khasiat untuk pengobatan beragam penyakit. Hal ini
dikarenakan tanaman sirsak bersifat sebagai antibakteri,
antivirus,antikanker,antitumor,antiparasit,antimalaria, hipotensif (zat
yang bersifat menurunkan tekanan darah), insektisida, vasodilator (zat
yang bersifat melebarkan pembuluh darah), diuretik, pestisida dsb.
Cara Pemakaian :
Diminum
Judul :
Flavonoid pada Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.)
Jurnal :
Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences
Tahun Penulis :
April 2021
Penulis :
Fahrauk Faramayuda, Silvy Julian, Ari Sr Windyaswari, Totik Sri
Mariani, Elfahmi, Sukrasno
Reviewer :
Kelompok 6
Latar Belakang :
Orthosiphon stamineus secara tradisional dapat digunakan untuk
pengobatan hipertensi, diabetes, gangguan kandung kemih dan ginjal,
batu empedu, asam urat, dan rematik.
Tujuan Penelitian :
Review jurnal ini bertujuan untuk meninjau studi terkait kandungan
metabolit sekunder, penggunaan secara tradisional, aktivitas
farmakologis, dan kadar flavonoid yang terkandung di dalam tanaman.
Metode Penelitian :
Penulisan jurnal ini berdasarkan dari buku literatur dan review jurnal-
jurnal terkait penelitian Orthosiphon stamineus dan flavonoid yang
terdapat pada Orthosiphon stamineus.
Manfaat Tanaman :
Secara tradisional dapat digunakan untuk pengobatan hipertensi,
diabetes, gangguan kandung kemih dan ginjal, batu empedu, asam urat,
dan rematik.
Pengelolaan Yang Tepat :
Untuk infeksi saluran kemih diobati dengan cara rebusan daun segar
yang diminum dua kali sehari, meskipun tidak ada pengetahuan yang
sistematis mengenai dosis yang diperlukan untuk perawatan yang
efektif
Cara Pemakaian :
Diseduh sebagai Teh
Jurnal Pengabdian Sriwijaya
ABSTRAK
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat Dana DIPA UNSRI dengan model kegiatan
pemberdayaan dan metode pembinaan sikap/kesadaran dengan judul ”PENINGKATAN
KESEHATAN MASYARAKAT MELALUI PENANAMAN TANAMAN BUAH SIRSAK
SEBAGAI TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA) DAN PEMBUATAN RAMUAN OBAT
DARITANAMAN BUAH SIRSAK UNTUK MENGOBATI BERAGAM PENYAKIT” telah
dilaksanakan. Tim pelaksana terdiri dari 2 orang dosen dan dibantu 2 orang mahasiswa dan 2 orang
alumni sebagai pembantu pelaksana. Kegiatan ini diikuti oleh 20 orang ibu rumah tangga RT 10
Kelurahan Indralaya Mulya Ogan Ilir sebagai khalayak sasaran. Output Kegiatan ini adalah 20 pot
tanaman obat keluarga (TOGA) di halaman rumah dan resep ramuan obat untuk penyakit kanker,
asam urat, kolesterol, ambeien, infeksi kandung kemih, infeksi saluran kemih dan sakit pinggang.
Di masa sekarang, kehidupan masyarakat semakin berat, semuanya dituntut serba cepat dan
instan. Tuntutan hidup semakin tinggi, sedangkan penghasilan tak sesuai. Dengan pola hidup yang
tidak sehat dan beban pikiran yang berat, akan memicu timbulnya berbagai macam penyakit.
Dengan penghasilan yang pas-pasan, akan mempersulit masyarakat untuk leluasa berobat, dimana
kita ketahui sekarang ini biaya pengobatan kesehatan tidaklah murah. Oleh karena itu, masyarakat
perlu diberikan pengetahuan dan ketrampilan dalam pemanfaatan halaman rumah dengan
penanaman tanaman obat keluarga (TOGA), dalam hal ini adalah tanaman buah Sirsak.
Tanaman buah sirsak dapat tumbuh baik ditanam di tanah maupun di dalam pot besar,
sehingga masyarakat yang tak memiliki pekaranganpun masih dapat menanam tanaman buah
sirsak di halaman rumahnya. Tanaman buah sirsak (Annona muricata L.) merupakan tanaman yang
selain buahnya yang dapat dimakan, telah diteliti orang bahwa setiap bagian tanaman buah sirsak
(daun, kulit kayu, bunga dan biji) sangat berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai macam
penyakit. Berdasarkan riset terhadap kandungan fitokimia sirsak, tanaman ini mempunyai khasiat
untuk pengobatan beragam penyakit. Hal ini dikarenakan tanaman sirsak bersifat sebagai
antibakteri, antivirus, antikanker, antitumor, antiparasit, antimalaria, hipotensif (zat yang bersifat
menurunkan tekanan darah), insektisida, vasodilator (zat yang bersifat melebarkan pembuluh
darah), diuretik, pestisida dsb.
I. PENDAHULUAN
Metode Kegiatan
Untuk mencapai tujuan maka metode kegiatan yang akan dilakukan adalah dengan
mengadakan pertemuan sebanyak 3 kali yang dilakukan dengan frekuensi 1 kali/minggu. Kegiatan
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penanaman tanaman obat keluarga (TOGA) yaitu tanaman buah sirsak yang memiliki
banyak khasiat mengobati penyakit. Hal ini dilakukan dengan cara membagikan bibit
tanaman buah sirsak, pot, pupuk dan tanah kepada masing-masing khalayak sasaran.
Penanaman dilakukan bersama-sama warga di setiap rumah sebanyak 20 buah.
2. Memberikan penyuluhan tentang kandungan zat aktif masing-masing bagian tanamann
buah sirsak dan khasiatnya dalam mengobati penyakit. Hal ini dilakukan dengan metode
ceramah (dengan menayangkan power point) dan tanya jawab bertempat di salah satu
rumah khalayak sasaran.
3. Memberikan ketrampilan meracik ramuan sebagai bahan obat dari tanaman sirsak untuk
mengobati beragam penyakit. Hal ini dilakukan dengan metode ceramah (penayangan
power point), pembagian resep ramuan (seperti pada power point, setiap khalayak sasaran
satu rangkap), dan peragaan pembuatan ramuan bertempat di salah satu rumah khalayak
sasaran.
4. Mengevaluasi pemahaman khalayak sasaran terhadap materi penyuluhan dan peragaan
yang diberikan dengan cara diskusi dan tanya jawab pada saat penyampaian materi dan
peragaan
Di masa sekarang, kehidupan masyarakat semakin berat, semuanya dituntut serba cepat dan
instan. Tuntutan hidup semakin tinggi, sedangkan penghasilan tak sesuai. Dengan pola hidup yang
tidak sehat dan beban pikiran yang berat, akan memicu timbulnya berbagai macam penyakit.
Dengan penghasilan yang pas-pasan, akan mempersulit masyarakat untuk leluasa berobat, dimana
kita ketahui sekarang ini biaya pengobatan kesehatan tidaklah murah. Hal ini, terjadi pula di
kehidupan warga RT 10 Kelurahan Indralaya Mulya. Oleh karena itu, masyarakat perlu diberikan
pengetahuan dan ketrampilan dalam pemanfaatan halaman rumah dengan penanaman tanaman
obat keluarga (TOGA), dalam hal ini adalah tanaman buah Sirsak.
Tanaman buah sirsak dapat tumbuh baik ditanam di tanah maupun di dalam pot besar,
sehingga masyarakat yang tak memiliki pekaranganpun masih dapat menanam tanaman buah
sirsak di halaman rumahnya. Tanaman buah sirsak (Annona muricata L.) merupakan tanaman yang
selain buahnya yang dapat dimakan, telah diteliti orang bahwa setiap bagian tanaman buah sirsak
(daun, kulit kayu, bunga dan biji) sangat berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai macam
penyakit. Berdasarkan riset terhadap kandungan fitokimia sirsak, tanaman ini mempunyai khasiat
untuk pengobatan beragam penyakit. Hal ini dikarenakan tanaman sirsak bersifat sebagai
antibakteri, antivirus, antikanker, antitumor, antiparasit, antimalaria, hipotensif (zat yang bersifat
menurunkan tekanan darah), insektisida, vasodilator (zat yang bersifat melebarkan pembuluh
darah), diuretik, pestisida dsb.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat Dana DIPA UNSRI dengan model kegiatan
pemberdayaan dan metode pembinaan sikap/kesadaran dengan judul ” PENINGKATAN
Gambar 2. Khalayak Sasaran Sedang Membaca Resep Ramuan Obat Herbal Tanaman
Buah Sirsak Untuk Beragam Penyakit
Gambar 4. Seorang Ibu Sedang Membuat Lubang Pada Pot Tempat Media Penanaman
Tanaman Buah Sirsak Dipandu Oleh Ketua Tim Pelaksana.
Pada saat ketua pelaksana menjelaskan tentang manfaat tanaman buah sirsak untuk
kesehatan, baik daun, buah, bunga maupun kulit batang, banyak dari khalayak sasaran yang belum
mengetahui manfaat tersebut. Selain itu mereka belum mengetahui ramuan dan takaran minum
untuk masing-masing resep penyakit. Setelah dibagikan resep ramuan obat herbal tanaman buah
sirsak untuk mengatasi penyakit kanker, asam urat, kolesterol, ambeien, infeksi kandung kemih,
infeksi saluran kemih, dan sakit pinggang, maka baru terbukalah pengetahuan mereka tentang
begitu banyak manfaat tanaman buah sirsak.
Setelah dilaksanakannya penyuluhan dan tanya jawab mengenai manfaat TOGA dan manfaat
tanaman buah sirsak bagi kesehatan, maka khalayak sasaran diajak untuk praktek penanaman
tanaman buah sirsak dalam pot serta diberikan penjelasan untuk tiap-tiap tahapnya. Pot yang
digunakan berdiameter 75 cm dan memerlukan tanah 5 karung untuk tiap potnya. Tidak lupa
diberikan penjelasan bahwa tanaman buah sirsak memerlukan sinar matahari untuk tumbuh dan
disarankan agar disiram dua kali sehari. Pemupukan menggunakan NPK sebulan sekali satu
sendok makan.
Gambar 6. Bibit Tanaman Buah Sirsak Yang Akan Ditanam Di dalam Pot
Gambar 7. Ketua Pelaksana Dibantu Seorang Ibu Khalayak Sasaran Menanam Tanaman
Buah Sirsak Ke Dalam Pot
segera membawa tanaman buah sirsak, tanah dan pot ke ke rumah masing-masing untuk
ditanamnya dan diletakkan di halaman rumah.
Kesimpulan
Dari kegiatan pengabdian ini dapat disimpulkan :
1. Kegiatan pengabdian ini mendapat sambutan yang antusias dan baik dari ibu RT maupun
khalayak sasaran.
2. Khalayak sasaran merasa senang mendapatkan resep ramuan obat herbal tanaman buah
sirsak yang bermanfaat bagi pengobatan penyakit yang dideritanya.
3. Khalayak sasaran merasa senang mendapatkan manfaat pengetahuan tentang TOGA dan
satu paket tanaman buah sirsak dalam pot.
Saran
Dari kegiatan pengabdian ini disarankan :
1. Perlu adanya pembinaan yang terus menerus kepada khalayak sasaran agar mereka
semakin sadar akan pentingnya menjaga kesehatan melalui pola hidup yang sehat.
2. Perlu adanya pembinaan secara terus menerus agar terbentuk kebiasaan mengkonsumsi
obat herbal yang berasal dari TOGA yang ditanam sendiri di pot di halaman rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia
*Email: ramayuda.f@gmail.com
Abstract
Orthosiphon stamineus has long been used in traditional medicine in East India, Indo China, Southeast
Asia, and tropical Australia, where this plant is usually found. Based on the color of the flowers and
petals, Orthosiphon stamineus is classified into two varieties: white flowers (white varieties) and
purple flowers (purple varieties). Orthosiphon stamineus has traditionally been used to treat
hypertension, diabetes, bladder and kidney disorders, gallstones, gout, and rheumatism. The leaves of
Orthosiphon stamineus were introduced to Europe and Japan as tea for health. The main compounds
possessed by Orthosiphon stamineus are rosmarinic acid, eupatorium, and sinensetin. In addition,
several studies have isolated the plant of Orthosiphon stamineus. This journal review aims to review
studies related to the content of secondary metabolites, traditional uses, pharmacological activities,
and levels of flavonoids contained in plants.
Abstrak
Orthosiphon stamineus telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional di India Timur, Indo Cina,
Asia Tenggara, dan daerah tropis Australia dimana tanaman ini biasanya ditemukan. Berdasarkan
dari warna bunga dan kelopaknya, Orthosiphon stamineus diklasifikasikan menjadi dua varietas: yaitu
bunga berwarna putih (varietas putih) dan bunga berwarna ungu (varietas ungu). Orthosiphon
stamineus secara tradisional dapat digunakan untuk pengobatan hipertensi, diabetes, gangguan
kandung kemih dan ginjal, batu empedu, asam urat, dan rematik. Daun dari Orthosiphon stamineus
diperkenalkan ke Eropa dan Jepang sebagai teh untuk kesehatan. Senyawa utama yang dimiliki oleh
Orthosiphon stamineus yaitu asam rosmarinat, eupatorin, dan sinensetin. Selain itu juga terdapat
beberapa penelitian yang telah melakukan isolasi dari tanaman Orthosiphon stamineus. Review jurnal
ini bertujuan untuk meninjau studi terkait kandungan metabolit sekunder, penggunaan secara
tradisional, aktivitas farmakologis, dan kadar flavonoid yang terkandung di dalam tanaman
DOI: https://doi.org/10.25026/mpc.v13i1.478
bunganya berwarna putih atau ungu pucat. 3.3 Penggunaan Secara Empiris
Mereka memiliki benang sari yang memanjang
Daun Orthosiphon stamineus biasanya
dari mahkota dengan panjang lebih dari 2 cm
digunakan sebagai teh herbal untuk diuretik,
[3]. Setelah penanaman, daun dari Orthosiphon
untuk mengobati rematik, diabetes, gangguan
stamineus dapat dipanen sekitar 2-3 bulan [2].
saluran kemih, edema, demam, influenza,
hepatitis, penyakit kuning, batu empedu, dan
hipetensi [5]. Daun Orthosiphon stamineus
diperkenalkan sebagai teh untuk kesehatan di
Eropa dan Jepang [3]. Untuk infeksi saluran
kemih diobati dengan cara rebusan daun segar
yang diminum dua kali sehari, meskipun tidak
ada pengetahuan yang sistematis mengenai
dosis yang diperlukan untuk perawatan yang
efektif. Rebusan dari daun kering juga sering
digunakan untuk pengobatan stranguria dan
disuria. Selain itu, rebusan daun kumis kucing
di Filipina digunakan untuk menghilangkan
asam urat. Ranting muda dan daun kumis
kucing digunakan untuk pengobatan sakit
punggung di Negara Malaysia. Batang kering
Gambar 1 Tanaman Kumis Kucing Varietas Ungu (kiri) dan daun biasanya diseduh sebagai teh untuk
dan Putih (kanan) berbagai keperluan, dari mengobati gangguan
peradangan hingga penyakit pada saluran
urogenital [1].
Menurut warna bunga dan kelopaknya, 3.4 Kandungan Metabolit Sekunder
Orthosiphon stamineus diklasifikasikan
Secara umum metabolit sekunder pada
menjadi dua varietas yaitu bunga putih
tanaman dibagi menjadi senyawa fenolik,
(varietas putih) dan bunga ungu (varietas
terpenoid, dan alkaloid yang kemudian dapat
ungu) [3]. Berdasarkan penelitian Keng et al.
dibagi lagi menjadi kelompok – kelompok kecil
[8] , terdapat perbedaan jelas yang terdapat
[2]. Orthosiphon stamineus mengandung
pada daun. Daun varietas ungu berbentuk
senyawa fenolik aktif seperti flavonoid [9].
bulat telur dengan ujung daun yang runcing,
Ekstrak daun O. stamineus mengandung tiga
pangkal daun nya rumpang atau datar dan
flavonoid (3’-hidroksi-5,6,7,40-
urat-urat daun berwarna ungu dan bintik-
tetrametoksiflavon, sinensetin, dan eupatorin)
bintik kekuningan terang bias tampak tersebar
sebagai zat bioaktif [10]. Berdasarkan hasil
tidak merata di permukaan atas (adaxial) dan
penelitian, kumis kucing mengandung
permukaan bawah (abaxial) daun.
persentase sinensetin, eupatorin, dan 3’-
Varietas putih memiliki bentuk belah
hidroksi-5,6,7,40-tetrametoksiflavon dalam
ketupat dengan ujung daun yang meruncing,
ekstrak kloroform masing-masing sebesar
pangkal daun tumpul tapi tanpa bintik-bintik
1,48%, 2,26% dan 0,58% [11]. Ekstrak
warna dan urat-urat berwarna hijau muda
metanol menunjukkan adanya senyawa fenolik
pada umumnya. Selain itu, dilihat dari kedua
dan flavanoid. Enam senyawa flavonoid
batangnya memiliki bentuk yang serupa
diisolasi dari daun tanaman obat O. stamineus.
namun memiliki warna yang berbeda. Batang
Berdasarkan analisis kimia dan spektral,
dari dua varietas memiliki bentuk persegi
struktur digambarkan sebagai eupatorin,
namun untuk warna dari varietas putih yaitu
sinensetin, 5-hydroxy-6,7,30,40-
berwarna hijau dan varietas ungu berwarna
tetrametoxiflavone, salvigenin, 6-hydroxy-
merah kehijauan dan memiliki ruas yang lebih
5,7,40-trimethoxyflavone dan 5,6,7,30-
panjang daripada varietas putih [8].
tetramethoxy-40-hydroxy-8-Cprenylflavone
[12].
Namun, senyawa kimia utama yang sering f. Aktivitas Sitotoksik terhadap Sel Kanker
ditemukan yaitu asam rosmarinat, eupatorin, Ekstrak air daun kumis kucing memiliki
dan sinensetin [1]. Sinensetin dan eupatorin aktivitas sitotoksik pada sel kanker otot dan
termasuk dalam golongan senyawa flavonoid jaringan pendukung rahim (SK-UT-1) dengan
dan jika diklasifikasikan lebih spesifik adalah nilai IC 50 18 µg/mL [19].
senyawa polimetoksi yang diproduksi oleh g. Antimikroba
jaringan sekretori dan disimpan di dalam atau Minyak, ekstrak metanol, dan fraksi dari
di luar kelenjar minyak pada tanaman. ekstrak metanol kumis kucing menunjukkan
Senyawa flavon polimetoksi memiliki potensi besar aktivitas anti jamur fitofatogenik
beberapa aktivitas farmakologis baik in vitro seperti Botrytis cinerea, Rhizoctonia solani,
dan in vivo dan merupakan bagian dari Fusarium solani, Colletotricum capsici dan
mekanisme pertahanan kimiawi tanaman Phytophthora capsici, dalam kisaran 49.3 –
[13]. Flavon polimetoksi memiliki pengaruh 70.3% dan konsentrasi hambat minimum
pada proses biokimia dan fisiologi tanaman, mulai dari 500 hingga 1000 µg/mL [20].
dan juga memiliki aktivitas sebagai Ekstrak etanol dan ekstrak air O. stamineus
antioksidan, penghambat enzim, anti-alergi, menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap
anti-inflamasi, antivirus, antiproliferatif, dan bakteri Gram-positif (Staphylococcus aureus
antikarsinogenik. [14]. dan Streptococcus agalactiae). Ekstrak air O.
stamineus menunjukkan aktivitas yang
3.5 Aktivitas Farmakologi
signifikan terhadap Staphylococcus aureus dan
a. Antidiabetes Streptococcus agalactiae, masing-masing
Sub fraksi kloroform dari daun kumis dengan zona penghambatan 10,5 mm dan 8,1
kucing pada dosis 150 mg/kg BB mm. Selain itu, ekstrak air memiliki nilai
menunjukkan efek penurunan glukosa darah konsentrasi penghambatan minimum (MIC)
pada tikus puasa. Pada tikus diabetes yang 1,56 mg / mL, sedangkan konsentrasi
diinduksi streptozotocin akut, tidak bakterisida minimum (MBC) adalah 3,13 mg /
menunjukkan efek hipoglikemik pada kadar mL terhadap Staphylococcus aureus [21].
glukosa darah hingga 7 jam setelah perawatan h. Antivirus
[11]. Ekstrak air daun, bunga dan seluruh bagian
b. Diuretik tanaman selain akar kumis kucing (0,39
Ekstrak air kumis kucing pada dosis 5 dan mg/mL) memiliki aktivitas antivirus yang
10 mg / kg menunjukkan aktivitas diuretik tinggi diamati setelah sel normal (sel vero)
(dose-dependent), namun ekskresi Na+ dan Cl− diinokulasikan dengan herpes simplex virus
tidak meningkat secara signifikan, tetapi type 1 (HSV-1) (post treatment) dengan
ekskresi K+ meningkat secara signifikan [15]. pengurangan 100 % plak HSV-1 [22].
c. Antihipertensi i. Hepatitis
50 % ekstrak methanol dan ekstrak air Paracetamol digunakan untuk mengurangi
dari kumis kucing pada dosis 1000 mg/kg demam, tetapi penggunaannya dapat
dapat menurunkan tekanan darah secara menyebabkan kerusakan hati. Paracetamol (2
spontan pada tikus [16]. g / kg) telah meningkatkan SGOT, SGPT, ALP
d. Rheumatoid arthritis dan lipid peroksida dalam hati, tetapi
Ekstrak etanol 50 % daun kumis kucing pemberian ekstrak metanol daun O. stamineus
dengan dosis 50, 100, 200 dan 400 mg / kg BB (200 mg / kg) mengembalikan sifat normal di
secara signifikan menekan peradangan akut hati, sehingga O. stamineus memiliki aktivitas
dan kronis pada tikus [17]. pelindung hati [23].
e. Antioksidan
3.6 Kajian Terkait Flavonoid dalam Kumis
Berbagai fraksi daun kumis kucing
menggunakan model in-vitro dari penangkap Kucing
radikal bebas 1,1-difenil-2-pikrillhidrazil Flavonoid merupakan salah satu golongan
memiliki potensi antioksidan yang sebanding fenol terbesar yang terdapat di alam [24].
dengan beberapa antioksidan standar, Flavonoid dalam tumbuhan terikat pada gula
termasuk kuersetin dan butylated sebagai glikosida [25]. Aglikon flavonoid
hydroxylanisole (BHA) [18].
(flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam [3] Ameer OZ, Salman IM, Asmawi MZ, Ibraheem
berbagai bentuk struktur [24]. Berdasarkan ZO, Yam MF. Orthosiphon stamineus:
hasil penelitian sebelumnya oleh Rivai dkk. traditional uses, phytochemistry,
[26] dengan menggunakan metode AlCl3, pharmacology, and toxicology. J Med Food.
2012;15(8):678-690.
diperoleh kadar flavonoid pada ekstrak etanol
doi:10.1089/jmf.2011.1973
dan air pada daun kumis masing – masing [4] Engku Hasmah EA, Ahmad Tarmizi S, Noor
sebesar 0,8162% ± 0,0012% dan 1,4977% ± Ismawaty N, Abdul Ghani O. Total phenolic,
0,0031%26. Menurut penelitian yang dilakukan total flavonoid and rosmarinic acid contents in
oleh penentuan kadar sinensetin pada kumis Orthosiphon stamineus (Misai Kucing) in
kucing dari beberapa eluen hidroalkohol yang relation to storage conditions. Acta Hortic.
bervariasi (etanol 96%, 70%, 50%, dan air), 2013;1012:837-842.
dengan menggunakan kromatografi lapis tipis- doi:10.17660/ActaHortic.2013.1012.113
densiometri, konsentrasi persen kadar [5] Tezuka Y, Stampoulis P, Banskota AH, et al.
sinensetin tertinggi yaitu pada etanol 96% Constituents of Vietnamese Medicinal Plant
Orthosiphon stamineus. Chem Pharm Bull.
[27]. Selain itu, penelitian yang telah dilakukan
2000;(43):2091.
oleh [28], total flavonoid yang diperoleh pada [6] Miller AL. Antioxidant flavonoids: Structure,
ekstrak kumis kucing dari akar, batang, dan function and clinical usage. Altern Med Rev.
daun masing-masing adalah 410,12 ± 25,84, 1996;1(2):103-111.
170,00 ± 29,52, dan 367,44 ± 24,87 μg setara [7] Trisilawati O. respon tiga varietas kumis
kuersetin, selain itu juga diperoleh hasil kucing (Orthosipon aristatus) terhadap
penelitian kadar metabolit sekunder yang mikoriza arbuskula. Bul Penelit Tanam
berpotensi sebagai antioksidan di akar, batang, Rempah dan Obat. 2005;16(1):18-26.
dan daun pada kumis kucing menunjukkan doi:10.21082/bullittro.v16n1.2005.
bahwa ekstrak kumis kucing pada batang [8] Keng CL, Siong LP. Morphological Similarities
and Differences between the Two Varieties of
memiliki kandungan asam ursolat tertinggi.
Cat’s Whiskers (Orthosiphon stamineus Benth.)
Namun, untuk kandungan tertinggi pada grown in Malaysia. Int J Bot. 2006.
ekstrak daun kumis kucing yaitu sinensetin, doi:10.3923/ijb.2006.1.6
eupatorin, 3′-OH-TMF, asam rosmarinat, dan [9] Almatar M, Rahmat Z, Salleh F. Preliminary
asam kaffeat. morphological and anatomical study of
Orthosiphon stamineus. Indian J Pharm Biol
4 Kesimpulan Res. 2013;1:1-6. doi:10.30750/ijpbr.1.4.1
[10] Yam MF, Mohamed EAH, Ang LF, et al. A
Kandungan flavonoid utama yang Simple Isocratic HPLC Method for the
terkandung di dalam Orthosiphon stamineus Simultaneous Determination of Sinensetin,
yaitu sinensetin dan eupatorin yang Eupatorin, and 3’-hydroxy-5,6,7,4’-
merupakan golongan dari flavon polimetoksi. tetramethoxyflavone in Orthosiphon stamineus
Kandungan metabolit sekunder yang terdapat Extracts. JAMS J Acupunct Meridian Stud.
pada tanaman kumis kucing dapat digunakan 2012;5(4):176-182.
doi:10.1016/j.jams.2012.05.005
untuk pengobatan tradisional seperti diuretik.
[11] Mohamed EAH, Yam MF, Ang LF, Mohamed AJ,
O. stamineus memiliki kegunaan untuk
Asmawi MZ. Antidiabetic properties and
pengobatan secara tradisional dan mechanism of action of Orthosiphon stamineus
farmakologis yang luas. Pada penelitian yang Benth bioactive sub-fraction in
telah dilakukan, kadar flavonoid dapat streptozotocin-induced diabetic rats. J
diperoleh pada daun, batang, dan akar dengan Acupunct Meridian Stud. 2013;6(1):31-40.
jumlah kadar yang berbeda. doi:10.1016/j.jams.2013.01.005
[12] Hossain MA, Mizanur Rahman SM. Isolation
5 Daftar Pustaka and characterisation of flavonoids from the
leaves of medicinal plant Orthosiphon
[1] Gimbun J, Pang SF, Yusoff MM. Orthosiphon stamineus. Arab J Chem. 2015;8(2):218-221.
stamineus (Java Tea). Elsevier Inc.; 2018. doi:10.1016/j.arabjc.2011.06.016
doi:10.1016/b978-0-12-812491-8.00047-3 [13] Berim A, Gang DR. Methoxylated flavones:
[2] Silalahi M. Orthosiphon stamineus Benth (Uses occurrence, importance, biosynthesis.
and Bioactivities). Indones J Sci Educ. Phytochem Rev. 2016;15(3):363-390.
2019;3(1):26. doi:10.31002/ijose.v3i1.729 doi:10.1007/s11101-015-9426-0