DOSEN PEMBIMBING:
Di Susun Oleh :
Ayu Nurislami Wulandari, A.Md.,Kes
Alih Jenjang D-IV TLM / Nim : P07134122001A
Menurut World Health Organization, penyakit hati atau hepatitis merupakan salah satu
penyebab kematian terbesar di dunia. Sekitar 1,4 juta orang di dunia meninggal setiap
data Riset Kesehatan Dasar, penderita hepatitis mencapai 1,2%, hasil ini dua kali lipat lebih
tinggi jika dibandingkan dengan data pada tahun 2007 yang hanya 0,6%.
Penyakit hati atau hepatitis dapat disembuhkan dengan berbagai cara, seperti dengan
melakukan trasplantasi hati, mengonsumsi obat-obatan sintesis, atau obat-obatan dari bahan
alami. Namun, pengobatan penyakit hepatitis dengan obat-obatan sintesis yang dilakukan
secara terus-menerus dapat memberikan efek samping yang berbahaya, seperti terjadi
Maka dari itu, pengobatan dengan menggunakan bahan alami yang memiliki efek
kuratif pada kerusakan fungsi hati dapat dijadikan alternatif bagi masyarakat dan juga para
penderita penyakit hati atau hepatitis. Daun sukun sering digunakan oleh masyarakat untuk
pengobatan pada penyakit radang sendi, reumatik, hipertensi, sariawan, liver, sakit gigi,
hepatitis, dan ginjal. Menurut penelitian Agustina Varia Suryaningsih Basompe mahasiswa
Ilmu Gizi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana pada
"Potential of Breadfruit Leaf Extract (Artocarpus altilis) As Functional Beverage for Patients
with Hepatitis" yang dipublish oleh Jurnal Sains dan Kesehatan, ini karena daun sukun
mengandung banyak senyawa aktif seperti saponim, asam hidrosianat, polifenol, asetilcolin,
Selain itu daun sukun juga mengandung quercetin, champorol, dan antroindonesianin
yang merupakan kelompok senyawa flavonoid sehingga sangat berguna bagi penyembuhan
penyakit hepatitis karena memiliki efek preventif dan kuratif terhadap kerusakan hati yang
diakibatkan oleh radikal bebas. Dari hasil pengujian total flavonoid pada sirup daun sukun,
bahwa kandungan total flavonoid tertinggi terdapat pada sirup daun sukun PM 90 yang
mengandung 263 mg flavonoid dalam sehari. Sirup daun sukun direkomendasikan sebagai
pangan fungsional bagi penderita penyakit hepatitis karena berguna untuk memenuhi
Seperti yang telah di jelaskan di atas, daun sukun memiiki manfaat yang diguanakan
untuk mengatasi penyakit hepatitis. Dengan meracik daun sukun sebagai bahan alami obat
tradisional, salah satu manfaatnya yakni untuk mengatasi penyakit hepatitis. Ada dua cara
1. Cara Pertama
1) Siapkan daun sukun yang sudah berwarna kuning, empu, kunyit putih, kunyit
2) Cuci bersih semua bahan yang telah disiapkan kemudian potong hingga menjadi
3) Rebus 600 ml air dan masukkan seluruh bahan yang sudah disiapkan kecuali gula
diminum.
6) Tambahkan gula aren dan garam untuk menjagadaya tahan tubuh dan menurunkan
tekanan darah.
2. Cara Kedua
1) Ambil daun sukun yang sudah berwarna kuning tua yang jatuh dari pohon kemudian
cuci bersih.
3) Rebus rajangan daun sukun kuning tersebut dalam air sekitar 1600ml.
6) Setelah mendingin air rebusan tersebut dapat diminum, agar mendapatkan hasil
yang efektif, dapat diminum sebanyak 3 kali dalam sehari sesudah makan
1.1.1. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rosolales
Family : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus altilis
1.1.2 Morfologi
Sukun (Artocarpus altilis) adalah tanaman yang berasal dari papua dan filipina.
Sejak 3000 tahun yang lalu sukun pertama kali di budidayakan di daerah pasifik
bagian barat dan kemudian menyebar ke daerah tropis, dan menyebar ke daerah
polinesia di mana telah di budidayakan secara luas di daerah penduduk pulau pasifik
(Deivanai and Bhore, 2010). Dan sekarang sukun banyak tumbuh di berbagai negera
di dunia seperti diseluruh Asia selatan, Asia tenggara, Laut pasifik, Karibia, Amerika
Sukun merupakan tanaman yang memiliki tekstur buah seperti roti yang baru
dipanggang dan memiliki rasa yang mirip dengan kentang (Tropical plant researc,
education and conservation, 2017) (Board of trustees of the royal botanical gardens
UK, 2017). Di beberapa negara sukun banyak dimanfaatkan salah satunya sebagai
tanaman suku memiliki khasiat sebagai obat sariawan, infeksi kulit, pegal linu, diare,
tekanan darah rendah dan asma. Daun sukun dapat dijadikan obat tetes telinga, selain
itu juga serbuk dari daun sukun dapat digunakan sebagai obat mengatasi
pertama dilakukan adalah ekstraksi. Adapun dalam penelitian ini dilakukan ekstraksi
dengan cara meserasi menggunakan daun sukun sebanyak 500 mg yang direndam
selama 24 jam mengguanak pelarut etanol 70 % yang diaduk selama 6 jam sekali.
ekstraksinya. Prosesnya di ulang selama tiga kali dengan menggunakan pelarut yang
selanjutnya Daun sukun ekstraksi secara terpisah antara daun sukun hijau dan kuning
menggunakan pelarut etanol 70 % ( 1:10) pada suhu kamar 25º. Hasil ekstraksi di
Penelitian yang dilakukan (Rante, et al., 2019) dilakukan proses ekstraksi daun
sukun hijau 600 gram dan kuning 300 gram yang diekstraksi menggunakan n-heksan
dengan cara meserasi selama 3x24 jam yang kemudian disaring menggunakan filter
Vakum Bucner yang kemudian diuapkan menggukan rotary evaporator. Residu dari
70%. Dilakukan ekstraksi dengan metode meserasi dengan menggunakan pelarut etil
asetat selama 24 jam. Ekstraksi dilakukan sebanyak tiga kali menggunakan pelarut
yang baru untuk mendapatkan ekstrak yang banyak. Kemudian hasil ekstraksi
sebagian besar artikel yang dianalisis proses ekstraksi dilakukan dengan cara
berbagai macam penyakit. Hal tersebut tidak luput karena didalam daun sukun
& Donald, 2000). Daun sukun (Artocarpus altilis) memiliki kandungan triterpen,
dan antimikroba (Djabir, et al., 2021). Penelitian yang dilakukan oleh (Tandi, et al.,
2017) ekstrak etanol daun sukun (Artocarpus altilis) menunjukkan bahwa daun
1.1.5 Analisis Antihiperglikemia Dan Khasiat Untuk Liver (Pada Penyakit Hepatitis)
(Dwita, 2017). Dilakukan pengujian ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis) untuk
senyawa yang memiliki aktivitas antidiabetes, dimana pada penelitian ini diperoleh
Meskipun dari hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa daun
sukun memiliki aktivitas yang kurang kuat dibandingkan dengan acarbose denagan
Dimana enzim tersebut berperan dalam menghidrolisis pati dan memutus ikatan 1-4
glikosidik yang ada di bagian dalam rantai amilosa atau amilopektin. α-amilase
berperan dalam proses pemecahan pati menjadi maltotriosa dan maltosa yang terjadi
secara acak. Hasil akhir dari kerja enzim ini adalah menghasilkan pembentukan
glukosa dan maltosa yang terjadi secara tidak acak ( Tiwari, et al., 2015).
Pada artikel kedua dilakukan pengujian infus daun sukun yang diberikan pada
tikus putih yang telah di induksi aloksan yang dibagi sebanyak lima kelompok yang
sukun, terlebih dahulu dilakukan uji skrining fitokimia untuk mengetahui komponen
metabolit sekunder yang terkandung di dalam daun sukun. Dimana dalam penelitian
ini menunjukkan kandungan metabolit sekunder yang terdapat didalam daun sukun
pada daun sukun yang dilakukan secara in vivo pada hewan uji dengan dibentuk lima
Glibenclamide 0,65 mg/Kg BB, daun sukun infus 300 mg/Kg BB, 400 mg/Kg BB,
500 mg/Kg BB. Dari pengujian tersebut menunjukkan infus daun sukun dapat
menurunkan kadar glukosa darah. Dari ketiga simplisia tersebut yang dapat
menurunkan kadar glukosa darah lebih baik dari metformin yaitu pada kadar 400
Pada artikel ketiga menggunakan daun sukun yang direbus yang kemudian
diberikan kepada mencit putih jantan yang telah diinduksi glukosa. Pada penelitian
ini juga di bagi menjadi lima kelompok. Dimana pada kelompok pertama diberikan
kelompok tiga dan empat diberikan rebusan daun sukun sebanyak 300 mg/Kg BB
dan 600 mg/Kg BB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar
glukosa darah dari pemberian air rebusan daun sukun yang ditandai dengan adanya
penurunan yang signifikan setiap menitnya ( menit ke 0, 10, 20, 40, 90, 120) ( K
Sani, et al., 2017). Pada artikel ke empat menggunakan daun sebanyak 5% yang
diberikan kepada tikus yang telah di induksi aloxan serat diberi makan dengan diet
yang diformulasikan selama empat minggu. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini
glukosidase, dan meningkatkan G6PD pada tikus tersebut (Olobunmi, et al., 2019).
Pada artikel ke lima dilakukan pembuatan ekstrak daun sukun dengan menggunakan
daun sukun kuning dan hijau. Yang dilakukan dengan metode messerasi ganda
dari sampel tersebut, sehingga dapat diketahui bahwa daun sukun mengandung
senyawa kimia berupa alkaloid, flavanoid, dan triterpen/steroid. Pada penelitian ini
menunjukkan hasil pemberian ekstrak daun sukun kuning dan hijau yang memiliki
akitivitas penghambat terbaik yaitu dengan nilai IC50 masing-masing 9,07 dan 11,
menggunakan ekstrak daun sukun yang dibagi menjadi beberapa kelompok dimana
kelompok pertama di terdiri dari kelompok kontrol, dimana kontrol diberikan Na-
CMC, kontrol positif yang terdiri dari metformin dan simvastatin. Kelompok kedua
diberikan ektrak daun sukun dengan masing-masing kadar 100 mg/Kg BB, 200
dilakukan pengujian kandungan senyawa kimia yang terdapat di dalam daun sukun.
Dimana kandungan kimia yang terdapat didalam daun sukun yaitu alkaloid,
kemampuan daun sukun dalam menurunkan kadar glukosa darah, kolesterol, serta
memperbaiki pulau langerhans tikus putih jantan yang mengalami
hiperkolesterolimia. Selain itu juga ekstrak etanol daun sukun yang paling efektif
menurunkan kadar glukosa darah dan kolestrol pada tikus yang mengalami
hiperkolestrolimia yaitu dosis 200 mg/Kg BB. Sedangkan dosis yang paling efektif
dalam memperbaiki pulau langerhans pada tikus putih jantan yang mengalami
Pada artikel ke tujuh dilakukan penelitian penentuan kadar flavanoid pada daun
sukun. Yang pertama dilakukan yaitu pembuatan ekstrak kering daun sukun yag
gelombang 435 nm, sehingga diperoleh kadar flavanoid pada daun sukun yaitu
ekstraksi daun sukun kuning dan hijau. Sebelum itu dilakukan pengujian kadar
kandungan flavanoid dari daun sukun kuning dan hijau. Dimana setelah itu
insulin 6UI/200g. Dari pengujian menunjukkan bahwa semua dosis yang diberikan
tampaknya meringankan atrofi dan memperbaiki pulau langerhans pada tikus yang
diinduksi aloxan. Hanya saja dosis terbaik yang memiliki aktivitas yang sebanding
dengan pemberian insulin yaitu dosis 400 mg/Kg BB ( Djabir, et al., 2021).
flavanoid pada daun sukun menggunakan pelarut etanol dan metanol yaitu 0, 5554
% dan 0, 3727 % dari berat total sampel. Selain itu juga dilakukan pengujian
terhadap aktivitas daun sukun untuk menurunkan kadar glukosa darah. Dimana
dengan ekstrak daun sukun dengan pelarut etanol dan konsenterasi 39, 448 ppm
dengan ekstrak daun sukun menggunakan pelarut metanol. Terdapat hubungan yang
Semakin tingginya kadar flavanoid yang terkandung semakin tinggi pula aktivitas
antihiperglikemia pada daun sukun (Wardatun, et al., 2016). Pada artikel selanjutnya
dilakukan pengujian kandungan nutrisi, fitokimia serta yang terdapat didalam daun
jumlah kadar total flavanoid dan fenolik tertinggi yaitu 4, 22 ± 0,01 dan 9,76 ± 0,86
Mengapa pentingnya diketahui kadar fenolik total dan flavanoid didalam daun
sukun. Hal itu dikarenakan senyawa kimia berupa fenol dan flavanoid memiliki
terakhir menunjukkan hasil pengujian ekstrak daun sukun yang dibagi menjadi
empat kelompok yang diinduksi aloksan. Dari semua kelompok tersebut, daun sukun
dengan dosis 400 mg/Kg merupakan dosis terbaik yang dapat menurunkan kadar
yang tersusun dari 15 atom karbon, terdiri dari rantai propana (C-3) yang terikat pada
Flavanoid adalah senyawa polar karena memiliki gugus hidroksil yang tidak
tersubtitusi. Oleh karena itu, pelarut polar seperti air, etanol, metanol, etil asetat atau
campuran pelarut yang dapat digunakan untuk mengekstrak flavanoid dari berbagai
kombinasi glukosa dan alkohol yang terikat pada ikatan glikosidik. Flavanoid
ditemukan dalam bentuk mono-, di-, atau trigliserida. Gugus hidroksil dalam
bahwa senyawa flavanoid berperan sebagai agen antidiabetes (Leng et al., 2018).
flavanol dan flavon merupakan senyawa aktif yang berperan sebagai antidiabetes.
Studi epidemiologi dilakukan oleh Marotti dan Piccaglia (2002) menjelaskan bahwa
fungsi pankreas dengan diabetes tipe 2. Pada tahun 2009 (jo.,et al 2009)
Glukosidase, hasil penelitian lain juga menjelaskan bahwa quarcetin memiliki hasil
yang selama ini digunakan dalam obat antidiabetes. Sedangkan daun Artocarpus
altilis merupakan salah satu herbal alami yang dapat digunakan sebagai obat
activated receptors) dan peningkatan level insulin (Kaur et al., 2018). Pemberian
ekstrak daun sukun dengan dosis 400 mg/kg BB mampu melindungi dan mengurangi
tersebut lebih baik dibandingkan obat diabetes metformin 100 mg/kgBB (Sari, et al.,
2020).
menghambat radical oxygen species (Criddle, 2016). Senyawa yang diisolasi dari
fraksi etil asetat daun sukun menunjukkan efek antidiabetes, yaitu (1-(2,4-
dihidroksifenil)-3-[8-hidroksi-2-metil-2-(4-metil3-pentenil)-2H-1-benzopiran-5-
dibandingkan dengan AC-51, AC-33 dan siklokommunol dengan nilai IC50 masing-
masing sebesar 15,73; 24,41; 49,49; dan 72,20 μg/mL. Senyawa AC-31
asetat, metanol, dan etanol daun sukun mengandung alkaloid (Haryoto & Widowati,
2018). Penelitian tentang skrining senyawa kandungan dalam daun sukun sudah
gula darah pada penderita diabetes tipe II dengan meransang pelepasan insulin yaitu
fosfatase. Di dalam hati, enzim glukosa-6 fosfatase adalah jalur utama untuk
darah sehingga meningkatkan kadar gula darah. Mengurangi kadar glukosa darah
1.2. Hepatitis
Hepatitis B Virus hepatitis B (HBV) adalah virus DNA, suatu prototip virus
semua umur, gender, dan ras di seluruh dunia (Widoyono, 2011). Hepatits B dapat
menyebabkan peradangan hati akut atau kronis yang dapat berlanjut menjadi sirosis
sekitar 42 nm. Virus ini mempunyai lapisan luar (selaput) yang berfungsi
sebagai antigen HBsAg. Virus mempunyai bagian inti dengan partikel inti
HBcAg dan HBeAg (Widoyono, 2011). Masa inkubasi berkisar antara 15-
180 hari dengan rata-rata 60-90 hari (Sudoyo et al, 2009). Perubahan dalam
infeksi akut berubah menjadi kronis, sesuai dengan umur penderita. Makin
tua umur, makin besar kemungkinan menjadi kronis kemudian berlanjut
menjadi pengkerutan jaringan hati yang disebut dengan sirosis. Bila umur
(Yatim, 2007)
operasi, tusuk jarum, rajah kulit (tato), dan hubungan seksual, serta melalui
Penanda HBsAg telah diindentifikasi pada hampir setiap cairan dari orang
yang terinfeksi yaitu saliva, air mata, cairan seminal, cairan serebrospinal,
asites, dan air susu ibu. Beberapa cairan ini (terutama semen dan salive)
horizontal (kontak antar individu yang sangat erat dan lama, seksual,
iatrogenic, penggunaan jarum suntik). Virus Hepatitis B dapat didekteksi
pada semua sekret dan cairan tubuh manusia, dengan konsentrasi tertinggi
pada serum.
Sel hati manusia merupakan target organ bagi virus Hepatitis B. Virus
VHB akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel pada DNA hospes
dan berintergrasi pada DNA tersebut. Proses selanjutnya adalah DNA VHB
memerintahkan sel hati untuk membentuk protein bagi virus baru. Virus
infeksi.
Proses replikasi virus tidak secara langsung bersifat toksik terhadap sel,
kerusakan hati ringan. Respon imun host terhadap antigen virus merupakan
makin lengkap respon imun, makin besar klirens virus dan semakin berat
kerusakan sel hati. Respon imun host dimediasi oleh respon seluler
1.3. Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah kadar gula darah yang tinggi dengan nilai lebih dari
normal dikarenakan tubuh tidak memproduksi insulin atau insulin tidak bekerja
dengan baik (Hess-Fischl, 2016). Pada keadaan normal, glukosa diperlukan sebagai
stimulator sel β pancreas dalam meproduksi insulin. Kadar glukosa darah yang
mengalami glikolisis dan akhirnya akan menjadi asam piruvat. Dalam proses
demikian kalium akan tertumpuk dalam sel dan terjadi depolarisasi membran sel
pankreas, sehingga kanal kalsium terbuka dan kalsium akan masuk ke dalam sel.
insulin receptor substrat-1 (IRS-1) yang kemudian memberikan sinyal pada GLUT
ambilan glukosa di membrane sel otot oleh karena terjadinya gangguan translokasi
pada GLUT 4, penurunan aktifitas IRS-1 sehingga terjadi resistensi pada insulin.
Hal ini menyebabkan glukosa plasma akan meningkat. Resistensi insulin awalnya
dapat ditoleransi dengan peningkatan sekresi insulin yang apabila terjadi terus
menerus akan menyebabkan kelelahan pada sel beta pancreas yang mengakibatkan
Lotulung, P.D. N., T. Mozef, C. Risdian and A. Darmawan. In Vitro Antidiabetic activies
of extract and isolate flavonoid compound from Artocarpus altilis (Parkinson)
Fosberg. Indonesian J. Chem., 14: 7-11. 2014
Moeton JF. Breadfruit. In: Fruits of Warms Climates: Miami (FL), Florida Fair Book s.
1987
Saeedi P, Petersohn I, Salpea P, Malanda B, Karuranga S, Urwin N, et al. Global and
regional diabetes prevalence estimates for 2019 and projections for 2030 and
2045: Results from the International Diabetes Federation Diabetes Atlas, 9th
edition. Diabetes Res Clin Pract. 2019;157:107843
Saraswaty, V., Risdian, C., Lelono, R.A.A, & Mozef, T. Influence of Ethanol
Concentration and Temperature on Antioxidant and Antibacterial Activity from
Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg Leaves: Oxidants and Anntioxidants in
Medical Science. 2015
Sediarso, Hadi., Punaryo, dan Nurul., Amalia. Efek antidiabetes dan identifikasi
Senyawa Dominan dalam Fraksi Kloroform Herba Ciplukan (Physali angulata L):
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka. Jakarta. 2008
Shanmugapriya, K., Saravna, P.S., Payal, H., Mohammed, S. P., & Bennai, W. A
comperative study of antiicrobial potential and phytochemical analysis of
artocarpus heterophyllus and Manikara Zapota seed extract: J Pharm Res
Tandi, Joni., Rizky, Moh., Mariani, rio., dan Alan,Fajar. Uji Efek Efek Ekstrak Etanol
Daun Sukun (Artocarpus altilis) (Parkinson Ex F. A. Zorn) terhadap Penurunan
Kadaer Glukosa Darah, Kolesterol Total, dan Gambaran Histopatologi Pankreas
Tikus Jantan (Rattus novergicus) Hiperkolestrolemia – Diabetes. Jurnal Sains dan
Kesehatan. 2017. https://doi.org/10.25026/jsk.v1i8.73