Anda di halaman 1dari 6

REVIEW JURNAL HERBAL DALAM KEBIDANAN UNTUK IMS (1)

Judul : Pemanfaatan Tanaman Kumis Kucing Sebagai Antibiotik Alami Terhadap Penyakit Gonore

Volume dan Halaman : Vol. 1 No. 1

Tahun : Januari – Juni 2021

Penulis : Afza Ruzaini, Rio Rikardo

Publikasi : Jurnal Cendekia Sambas

Reviewer : Desyana, Dhea, Elisia, Esty, Fitriani, Gloria

1. Pendahuluan
Penyakit akibat Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit terinfeksinya alat kelamin yang
diakibatkan dari penularan saat berhubungan seksual. Terinfeksinya tersebut disebabkan oleh kuman atau
bakteri yang berkembangbiak. Dari tahun ke tahun penyakit akibat IMS ini semakin meningkat yang
disebabkan maraknya seks bebas dimana-mana. Di Indonesia, infeksi menular seksual yang paling banyak
ditemukan adalah sifilis dan gonorea.
Satu diantara penyakit akibat IMS adalah gonore yang biasa dikenal penyakit kencing nanah. Gejala
penyakit gonore ini sangat susah untuk dikenali. Penyakit inilah yang sangat tinggi peningkatannya setiap
tahun. Gonore yang umum disebabkan oleh bakteri bernama Neisseria gonorrhoeae atau Gonococcus. Pria
maupun wanita bisa terjangkit penyakit ini. Bakteri gonococcus biasanya ditemukan di cairan penis dan
vagina dari orang yang terinfeksi. Penularan gonore berasal dari hubungan seks yang satu diantara
pasangannya yang tanpa disadari terjangkit bakteri tersebut.
Pengobatan gonore biasa mengguna kan antibiotik. Tapi pemakaian antibiotik tanpa arahan dari
dokter, hal tersebut bisa menjadi menambah masalah yang dimana akan terjadi resistensi. Oleh karena itu,
pemakaian antibiotik seharusnya diminimalisir dengan mengkonsumsi obat dari bahan alami yaitu tanaman.
Tanaman yang bisa dijadikan obat antibiotik bahan alami yaitu satu diantaranya kumis kucing.
a. Tanaman Kumis Kucing
Orthosiphon aristatus atau dikenal dengan nama kumis kucing termasuk tanaman dari famili
Lamiaceae/Labiatae. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman obat asli Indonesia yang mempunyai
manfaat dan kegunaan yang cukup banyak dalam menanggulangi berbagai penyakit (wikipedia,2019).
Klasifikasi tanaman kucing sebagai berikut:
Kingdom : Plantae ( Tumbuhan )
Subkingdom : tracheobionta ( Tumbuhan berpembulu )
Super Divisi : Spermatophyta ( Menghasilkan biji )
Divisi : Magnoliophyta ( Tumbuhan berbunga )
Kelas : Magnoliopsida ( berkeping dua / dikotil )
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Orthosiphon Benth
Spesies : Orthosiphoon Aristatus
Ciri-ciri umum tanaman kumis kucing sebagai berikut:
 Tanaman berupa semak pendek
 Batang berbentuk segi empat dan berbulu halus
 Mempunyai daun tunggal berbentuk bundar telur, sedikit lonjong dan memanjang, serta memiliki
bulubulu halus di tepi-tepinya
 Bunga yang berupa tandan yang di bagian ujung bercabang, berwarna putih keunguan
b. Manfaat Tanaman
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tanaman kumis kucing memiliki khasiat menurunkan
tekanan darah, mampu meningkatkan pengeluaran air seni, penurun asam urat, pelindung ginjal,
antioksidan, antidiabetes, antibakteri, dan antikanker (Laras Dewi, Nanang Fakhrudin, Arief
Nurrochmad, 2018). Daun kumis kucing memiliki kandungan mineral hingga 12% yang komponen
utamanya adalah kalium (Budiman, 2013). Selain itu, daun kumis kucing mengandung saponin,
polifenol, flavonoid, alkaloid, myoinositol, orthosipon glikosida, dan minyak atsiri (Astuti, 2012).
Gonore adalah salah satu penyakit menular seksual paling umum yang disebabkan oleh bakteri
Neisseria gonorrhoeae (Irianto, 2014). Neisseria gonorrhoeae (N. Gonorrhoeae) merupakan bakteri
diplokokkus gram negatif dan manusia merupakan satu-satunya faktor host alamiah untuk gonokokus,
infeksi gonore hampir selalu ditularkan saat aktivitas seksual (Sari et al., 2012).
Bakteri ini menyerang saluran reproduksi. Pada laki-laki umumnya menyebabkan uretritis akut,
sementara pada perempuan menyebabkan servisitis yang mungkin saja asimtomatik. Gejalanya pada
laki-laki antara lain dijumpai muara saluran kencing bengkak, merah, dan keluranya nanah kuning
kehijauan. Sementara pada wanita, karena tidak khas maka berupa vaginal discharge dan pemeriksaaan
laboratorium sebagai penunjang.
c. Pengolahan dan Pemakaian Tanaman
Cara mengolah daun kumis kucing sebagai obat cukup mudah. Langkah pertama, siapkan daun kumis
kucing sebanyak 5 lembar dan rebus dengan 3 gelas air, dengan merebusnya dengan air bertujuan agar
kandungannya dapat keluar kemudian terlarut ke dalam air. Jika sudah direbus, tunggu sampai dingin
rebusan tersebut disaring agar mudah untuk meminumnya tunggu dingin dan siap untuk diminum.
Dosis yang dianjurkan adalah minum 3 kali sehari sebanyak setengah gelas setiap minum atau minum
secara rutin dan teratur serta selalu dikonsultasikan kepada dokter.

2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat kumis kucingInfeksi Menular Seksual, satu
diantaranya penyakit gonore. Gonore disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Adapun cara
penanganannya adalah dengan cara menggunakan antibiotik. Tetapi apabila terlalu sering menggunakan
antibiotik, tanpa arahan dokter dapat me sebagai antibiotik alami dan manfaat terhadap penyakit gonore.

3. Metode Penelitian
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah metode deskriptif.
Deskripsi yang dilakukan untuk menggambarkan bagaimana pemanfaatan tanaman kumis kucing sebagai
antibiotik alami terhadap penyakit gonore. Metode pengumpulan data adalah dengan kajian literatur
bersumber dari data utama yang relevan berupa jurnal, buku, dan dokumen lain yang mendeskripsikan teori
serta informasi baik masa lalu maupun saat ini berkenaan dengan objek yang dikaji.
4. Hasil dan Pembahasan
Penyakit gonore adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri maka dibutuhkannya obat antibiotik
yaitu sebagai pembunuh atau penghambat bakteri tersebut. Tapi penggunaan antibiotik sintetis dapat
menye babkan terjadinya resistensis yang sangat berbahaya sehingga menyebabkan tidak bisanya
disembuhkan penyakit tersebut. Bedasarkan penelitian Uji Efektivitas Ekstrak Daun Kemangi Dalam
menghambat Pertumbuhan Neisseria gonorrhoeae oleh: (Tifanny Nur Sabrina,dkk., 2017) didapatkan bahwa
daun kemangi terbukti memiliki kemampuan penghambat Pertumbuhan Neisseria gonorrhoeae secara in
Vitro yaitu pada konsentrasi 80% dan 100% dikarenakan efek antibakteri daun kemangi ini didapatkan dari
kandungan didalamnya yaitu tanin, flavonoid, dan juga minyak atsiri, Kandungan ini memiliki efek untuk
merusak membran sel bakteri, serta mendenaturasi protein yang pada umumnya merupakan penyusun
struktur penyusun Neisseria gonorrhoeae. Hal yang membuat kumis kucing bisa bermanfaat dalam
pengobatan gonore adalah kandungannya yang sama dengan tanaman kemangi memiliki kandungan
flavonoid yang besar.
Kandungan flavonoid akan menghambat pertumbuhan bakteri tersebut karena flavonoid memiliki
kandungan antiobakteri yang akan menghambat terjadinya radikal bebas dan didukungnya dengan
kandungan lain pada kumis kucing seperti saponin dan alkaloid yang memiliki sifat antibakteri. Dalam
pemanfaatannya tanaman kumis biasanya akan diestrak dengan etanol atau alkohol tetapi hal tersebut sulit
untuk orang awan.
5. Kesimpulan
Tanaman kumis kucing yang memiliki kandungan seperti flavonoid, alkaloid, saponin, dan polifenol
memilki potensi untuk dijadikannya obat antibiotik alami. Penggunaan antibiotik alami lebih aman dari
antibiotik sintetis yang mempunyai efek samping Penyakit gonore yang diakibatkan oleh Infeksi Menular
Seksual (IMS) yang tiap tahun berkembang. Penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri Neisseria
gonorrhoeae yang menyerang saluran reproduksi. Dalam pengobatannya dibutuhkan obat antibiotik.
Tetapi penggunaan antibiotik sintetis secara irasional dapat menyebabkan resistensis antibiotik.
Maka alternatifnya adalah penggunaan antibiotik alami yang berasal dari tanaman seperti kumis kucing.
Kumis kucing memiliki kandungan yang bersifat seperti antibiotik. senyawa flavonoid yang terkandung dalam
tanaman kumis kucing sangat efektif dalam pengobatan gonore. Flavonoid yang bersifat antibakteri akan
menangkal terjadinya radikal bebas dan memperlambat pertumbuhan bakteri. Selain itu metabolisme
bakteri juga akan terganggu akibat adanya denaturasi protein. Pemanfaatan tanaman kumis kucing yang
sangat mudah adalah dengan merebusnya dengan air.
REVIEW JURNAL HERBAL DALAM KEBIDANAN UNTUK IMS (2)

Judul : Akivitas Antimikroorganisme Ekstrak Metanol Daun Gamal (Gliricidia Sepium) Terhadap

Neisseria gonorrhea Dan Candida albicans

Tahun : September-Desember 2021

Penulis : Maria Paolina Grazia, Tatang Sopandi

Publikasi : Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi

Reviewer : Desyana, Dhea, Elisia, Esty, Fitriani, Gloria

1. Pendahuluan
Mikroorganisme berkontribusi terhadap munculnya berbagai masalah kesehatan termasuk masalah
kesehatan saluran genital seperti kandidiasis vaginalis dan gonore. Kedua penyakit ini merupakan
penyakit infeksi menular yang masingmasing disebabkan oleh Candida albicans (Willems et al, 2020) dan
Neisseria gonorrhoeae (Piszczek et al., 2015). Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi mukosa yang
sangat umum pada saluran reproduksi wanita bagian bawah dan sebagian besar disebabkan oleh fungi
oportunistik polimorfik C. albicans (Achkar dan Fries, 2010). Penyakit infeksi candida ini diperkirakan
menimpa sekitar 75% wanita setidaknya sekali dalam kehidupannya (Sobel, 1997) bahkan dapat
berulang pada hampir 8% wanita di dunia (Denning et al., 2018). Penyakit kandidiasis vaginalis
membutuhkan terapi antifungi dengan obat azole untuk melemahkan kemunculan kembali penyakit
(Achkar dan Fries, 2010) Namun, terapi azole yang tidak terkontrol dapat berpengaruh terhadap
aktivitas seksual, kehamilan, dan bermasalah untuk pasien diabetes mellitus (Nyirjesy et al., 2012).
Sementara itu, gonore merupakan salah satu penyakit infeksi menular yang paling luas di dunia (Kruger
dan Botha, 2007), sekitar 62 juta kasus gonore didiagnosis setiap tahun di seluruh dunia (Sherrard,
2010).
Bakteri patogen N. gonorrhoea penyebab gonore mempunyai kemampuan untuk menginfeksi
permukaan mukosa (Sherrard, 2010), terutama pada saluran urogenital (Van Vuuren dan Naidoo, 2010).
Patogen ini terutama ditularkan melalui seks vaginal, anal dan oral, dan ditransmisikan dari pria ke
wanita (Sherrard, 2010). Gonore tampak telah mengembangkan resistensi terhadap berbagai obat
antibiotik. Pengobatan gonore dengan antibiotik yang sebelumnya telah direkomendasikan dilaporkan
tidak efektif (Bodie et al., 2019). Bakteri N. gonorrhoeae menunjukkan resistensi terhadap sulfonamid,
penisilin, sefalosporin, tetrasiklin, makrolida, dan fluorokuinolon (Unemo dan Shafer, 2014)
a. Manfaat Tanaman
Tanaman gamal (Gliricidia sepium) merupakan tanaman leguminosa perdu yang digunakan untuk
pagar hidup, hijauan pakan ternak, kayu bakar, pupuk hijau dan tanaman tumpang sari. Ekstrak
tanaman gamal diketahui mengandung berbagai komponen bioaktif (Dubal et al., 2020). Tanaman ini
merupakan salah satu hijauan pakan ternak utama yang mempunyai nilai nutrisi baik (Lowe et al.,
2004). Tanaman gamal mengandung banyak senyawa aktif yang berperan dalam pengobatan seperti
alkaloid, flavonoid, glikosida jantung, steroid, tanin, karbohidrat dan protein yang terdapat pada
bagian tertentu seperti daun, bunga, kulit kayu, biji, buah, dan akar (Singh et al., 2007)
Ekstrak metanol, etil asestat, dan kloroform bunga, ekstrak etil asetat kulit kayu dan ekstrak
metanol kulit kayu dan daun tanaman gamal menunjukkan aktivitas yang signifikan terhadap berbagai
strain bakteri yang berbeda. Namun publikasi ilmiah mengenai aktivitas antibakteri N. gonorrhoeae
dan antifungi C. albicans dari daun tanaman gamal belum banyak dilakukan.
b. Pengolahan dan Pemakaian Tanaman
Prosedur Penelitian Ekstraksi daun gamal Daun gamal diperoleh dari Daun daerah Perumahan
Bukit Bambe, Surabaya. Sebanyak 2 kg daun gamal segar yang telah dipisahkan dari batang dan ranting
dicuci bersih, dirajang dan dikering anginkan di atas nampan. Daun gamal selanjutnya dikering di
dalam pengering rak selama 6 jam pada suhu 60oC. Rajangan daun gamal kering dilumatkan dalam
pelumat Waring blender menjadi serbuk. Ekstraksi daun gamal dilakukan dengan metode meserasi
selama 6 hari dalam toples kaca dengan pelarut metanol sambil sekali-kali diaduk. Daun gamal yang
telah dimeserasi disaring menggunakan corong Buchner dan filtrat diuapkan dalam penguap putar
hampa udara pada suhu 40oC sampai diperoleh larutan kental. Sisa pelarut diuapkan dalam penangas
air. Ekstrak daun gamal selanjutnya dikeringkan dalam pengering rak pada suhu 60oC sampai beratnya
konstan. Sebanyak 5250 mg ekstrak metanol kering dibagi menjadi 5 masing-masing 250, 500, 1000,
1500 dan 2000 mg, untuk selanjutnya masing-masing dilarutkan secara homogen dalam 10 ml air
distilata.

2. Tujuan Penelitian
Studi ini bertujuan untuk membuktikan bahwa ekstrak metanol daun gamal dapat menghambat
pertumbuhan bakteri N. gonorrhoeae dan fungi C. albicans.

3. Metode Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. Penelitian dilakukan secara eksperimental menggunakan
rancangan acak kelompok.

4. Hasil dan Pembahasan


Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa diameter daerah hambatan ekstrak metanol daun
gamal terhadap bakteri N. gonorrhoeae signifikan (P lebih rendah dibandingkan terhadap fungi C.
albicans. Persamaan regresi penduga (Gambar 2) untuk hambatan pertumbuhan fungi C. Albicans oleh
ekstrak metanol daun gamal didapatkan Y=0,004X + 1,197 dan persamaan regresi untuk bakteri N.
gonorrhoeae Y=0,004X+1,102. Konsentrasi minimum ekstrak metanol daun gamal untuk memperoleh
diameter daerah hambatan 2 cm fungi C. albicans diduga 200,75 mg/ml.
Konsentrasi minimum hambatan ekstrak metanol daun gamal untuk memperoleh diameter
daerah hambatan 2 cm bakteri N. gonorrhoeae diduga 224,5 mg/m. Hasil penelitian ini memperlihatkan
bahwa ekstrak metanol daun gamal dapat menghambat pertumbuhan bakteri N. gonorrhoeae dan fungi
C. albicans. Kemampuan enstrak metanol untuk menghambat pertumbuhan bakteri N. gonorrhoeae dan
fungi C. albicans diduga karena aktivitas antimikroorganisme dari metabolit sekunder yang terkandung
dalam ekstrak metanol daun gamal. Artaningsih (2018) melaporkan bahwa ekstrak daun gamal
mengandung metabolit sekunder golongan alkaloid, steroid, tannin dan flavonoid.
Alkaloid dapat mengganggu pembentukan komponen membran sel peptodoglikan bakteri
sehingga membran tidak terbentuk sempurna dan mudah lisis (De Oliveira et al., 2011). Alkaloid juga
dilaporkan dapat menghambat pembentukan protein, respirasi sel, dan merusak komponen penyusun
peptidoglikan sehingga komponen tidak terbentuk sempurna (Balsundram et al., 2006). Tannin
menginaktifkan adhesin sel mikroba dan mengganggu transpor protein (El-Mogy dan Alsanius, 2012).
Saponin dapat menyebabkan ketidakstabilan struktur bakteri dan mempengaruhi metabolisme sehingga
mengakibatkan berkurangnya enzim metabolisme dan pertumbuhan bakteri tengganggu (Akinbode,
2010. Hasil ini sesuai dengan laporan beberapa peneliti yang melaporkan aktivitas antibakteri ekstrak
metanol daun gamal.
Hasil penelitian ini mengkonfirmasi penelitian Cáceres et al., (1995) dan Akinbode (2010) yang
masing-masing melaporkan bahwa ekstrak etanol daun gamal dapat menghambat pertumbuhan bakteri
N. gonorrhoeae. Balasundram et al., 2006 mengemukakan bahwa senyawa fenolik pada tanaman dapat
mengubah permeabilitas sel mikroba dan berinteraksi dengan protein membran, yang menyebabkan
deformasi pada struktur dan fungsionalitas protein membran. Perubahan dapat menyebabkan disfungsi
dan gangguan membran termasuk disipasi gradien pH dan komponen potensial listrik dari gaya gerak
proton, gangguan pada sistem pembangkit dan konservasi energi (adenosin tri fosfat) dari sel,
penghambatan enzim terikat membran, dan pencegahan pemanfaatan substrat untuk produksi energi
(De Oliveira et al., 2011; El-Mogy dan Alsanius, 2012).
Saponin memiliki aktivitas antifungi yang kuat karena mengaktifkan fosfotirosin kinase dan jalur
pensinyalan protein G monomer yang mengarah ke elevasi Ca2+ dan peningkata senyawa oksigen
reaktif dengan mengikat membran sel dan diikuti dengan kebocoran komponen sel dalam sel fungi
seperti F. oxysporum (Ito et al., 2007). Hasil penelitian ini mengkonfirmasi penelitian Sunder et al.,
(2012) yang melaporkan bahwa ekstrak etanol daun gamal dapat menghambat pertumbuhan C. albicans

5. Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa metanol daun gamal (G. sepium) terbukti menghambat
pertumbuhan bakter N. gonorrhoeae dan fungi C.albicans. daya hambat ekstrak metanol daun gamal
terhadap fungi C. albicans lebih tinggi dibandingkan daya hambat terhadap N. gonorrhoeae. Ekstrak
daun gamal berpotensi untuk dimanfaatkan dalam terapi dan penyegahan penularan penyakit infeksi
saluran genital terutama kandidiasis vaginalis dan gonore.

Anda mungkin juga menyukai