Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering terjadi di
masyarakat dan merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan (morbidity) dan angka
kematian (mortality) pada negara-negara berkembang seperti indonesia. Penyakit infeksi dapat
disebabkan oleh mikroorganisme patogen seperti bakteri, virus, dan jamur. 1 Mikroorganisme
patogen penyebab infeksi tersebut dapat berada pada tubuh akibat kurangnya kesadaran dalam
menjaga kebersihan disertai dengan sistem imun yang rendah. Mikroorganisme patogen dapat
meyebabkan berbagai macam infeksi oleh karena lokasi mikroorganisme yang tidak sesuai pada
tubuh. Penyebaran mikroorganisme patogen dapat secara langsung maupun tidak langsung. 2
Berbagai macam infeksi dapat terjadi yaitu infeksi pada saluran pernapasan,infeksi pada
kulit/mukosa,infeksi pada saluran pencernaan, dan infeksi pada urogenitalia. Salah satu bakteri
yang dapat menyebabkan infeksi adalah bakteri Pseudomonas aeruginosa. 3
Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) adalah bakteri Gram negatif berbentuk batang,
bergerak dengan flagella, bersifat aerob, ukurannya 0,6 x 2 μm dan terlihat sebagai bentuk
tunggal,ganda dan beberapa dapat berbentuk rantai pendek. 4 P. aeruginosa menjadi patogenik
hanya jika berada pada tempat dengan daya tahan tidak normal, misalnya di selaput lendir dan
kulit yang rusak akibat kerusakan jaringan. 5 Berbagai penyakit yang dapat disebabkan oleh P.
aeruginosa yaitu infeksi pada luka dan luka bakar yang menimbulkan nanah hijau
kebiruan,infeksi saluran kemih,infeksi saluran napas yang menyebabkan pneumonia,otitis
eksterna ringan pada perenang,infeksi mata. 6

Infeksi bakteri patogen dapat diatasi dengan obat anti-bakteri (antibiotik) yang menghambat
pertumbuhan bakteri tertentu.7 Penggunaan antibiotik harus dengan dosis dan anjuran yang tepat.
Semakin luasnya penggunaan antibiotik, menimbulkan masalah baru yaitu meningkatnya
resistensi bakteri terhadap antibiotik.8 Resistensi terjadi akibat mikroorganisme tersebut sudah
membuat pertahanan terhadap reaksi antibiotik sehingga tidak lagi berpengaruh. Resistensi
mengakibatkan pengobatan penyakit menjadi sangat sulit, juga resiko timbulnya komplikasi atau
kematian akan meningkat. 9 Timbulnya resitensi telah menyebabkan salah satu kelompok
antibiotik tertentu tidak lagi digunakan dalam terapi, sehingga penggunaaan berbagai tumbuhan
dalam pengobatan penyakit infeksi dapat menjadi pilihan bagi masyarakat Indonesia. 10
 
Banyak masyarakat Indonesia yang mempercayai khasiat dari tanaman sebagai pengobatan
atau hanya untuk menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh. Tumbuhan obat adalah pemanfaatan
keanekaragaman hayati yang ada di sekitar kita, baik tumbuhan yang di budidayakan atapun
tumbuhan liar. Sejak nenek moyang, tumbuhan sudah digunakan sebagai obat tradisional.
Tumbuhan obat merupakan salah satu alternatif yang terjangkau bagi masyarakat. 11 Masyarakat
luas beranggapan bahwa penggunaan obat tradisional lebih aman dibandingkan dengan obat kimia
sehingga mereka lebih suka menggunakan obat tradisional untuk menyembuhkan penyakitnya.
Penggunaan obat tradisional jika kurang tepat dapat mengakibatkan efek samping yang
merugikan. Kurangnya informasi masyarakat tentang obat tradisional dapat menjadi salah satu
kendala dalam penggunaan obat tradisional sehingga penggunaannya menjadi kurang optimal.
12
 Banyak tanaman yang berkhasiat sebagai obat, salah satu tanaman yang digunakan oleh
masyarakat adalah tanaman Cyclea barbata Miers (cincau hijau rambat) Masyarakat Indonesia
sudah banyak menggunakan tanaman daun cincau hijau rambat sebagai salah satu bahan dalam
mengobati berbagai macam penyakit. Daun cincau hijau rambat (Cyclea barbata Miers)
digunakan untuk pengobatan peradangan, demam 13

Beberapa kandungan bioaktif yang terdapat dalam daun cincau hijau (Cyclea barbata Miers)
ini antara lain alkaloid, saponin, dan flavonoid. Senyawa alkaloid dan saponin dalam dunia medis
memiliki khasiat sebagai senyawa antibakteri. 14 Menurut penelitian yang dilakukan mengenai
kandungan senyawa kimia yang ada dalam daun cincau hijau di dapatkan hasil berupa senyawa
flavonoid sebesar 2,21% dan senyawa alkaloid sebesar 0,98%. 15 Kandungan Flavonoid dapat
menghambat mikroorganisme karena kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan
1
protein, dengan rusaknya protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu
sehingga mengakibatkan kematian mikroba. Alkaloid mempunyai aktivitas antimikroba dengan
menghambat esterase DNA, RNA polimerase, dan respirasi sel. 16 Ditemukan hasil bahwa saponin
bekerja sebagai antibakteri dengan mengganggu stabilitas membran sel bakteri sehingga
menyebabkan sel bakteri lisis. 17 Dari hasil penelitian yang di lakukan sebelumnya dapat di
temukan bahwa adanya pengaruh ekstrak daun cincau hijau terhadap luka bakar. 18 Penelitian
sebelumnya membuktikan perawatan menggunakan ekstrak daun cincau hijau dengan konsentrasi
45% dapat menurunkan jumlah neutrofil pada luka bakar secara signifikan bermakna. 18 Penelitian
lain juga membuktikan bahwa ekstrak etanol daun cincau hijau dapat meningkatkan kolagen tipe
1 pada luka bakar tipe 2B. 19

Dengan latar belakang yang sudah saya jelaskan di atas,saya berminat melakukan penelitian
ini yang diharapkan akan di dapatkannya obat alternatif anti-bakteri penyebab infeksi yaitu
Pseudomonas aeruginosa.

I.2 Rumusan Masalah

1. Apakah ekstrak daun cincau hijau rambat (Cyclea barbata Miers) memiliki kemampuan
sebagai anti-bakteri terhadap Pseudomonas aeruginosa?
2. Berapa nilai Kadar Hambatan Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) ekstrak
etanol daun cincau hijau rambat (Cyclea barbata Miers) terhadap bakteri Pseudomonas
aeruginosa ?

I.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui aktivitas nilai Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum
(KBM) daun cincau hijau rambat (Cyclea barbata Miers) terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa.

I.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan alternatif obat anti-bakteri dari daun cincau hijau
rambat (Cyclea barbata Miers) terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pseudomonas aeruginosa

II.1.1 Deskripsi Bakteri Pseudomonas aeruginosa


Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) merupakan patogen utama bagi manusia
dan hewan karena bakteri ini dapat berkolonisasi dan menimbulkan infeksi apabila fungsi
pertahanan inang abnormal. P. aeruginosa disebut patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan
kerusakan mekanisme pertahanan pada inang untuk memulai infeksi. Bakteri ini dapat
ditemukan sebagai flora normal pada usus,kulit manusia. Selain itu,bakteri ini dapat
menyebabkan infeksi nosokomial,yaitu infeksi yang didapat selama dalam perawatan di
Rumah Sakit. 19

Gambar II.1 Morfologi bakteri P. aeruginosa dengan pewarnaan Gram


(Sumber : http://www.textbookofbacteriology.net/pseudomonas.html )

II.1.2 Klasifikasi Pseudomonas aeruginosa


Klasifikasi dari Pseudomonas aeruginosa (P.aeruginosa) adalah.20:
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Order : Pseudomonadales
Family : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Species : Pseudomonas aeruginosa

II.1.3 Sifat dan Morfologi


Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) bersifat motil dan berbentuk batang,
dengan ukuran sekitar 0.6 × 2 μm . Bakteri ini tergolong kelompok bakteri Gram negatif dan
dapat muncul dalam bentuk tunggal, berpasangan atau kadang-kadang dalam bentuk rantai
pendek. Mempunyai flagel tunggal atau kadang terdiri atas 2-3 flagel yang mempunyai
ukuran ukuran 0,5-1 µm x 3-4 µm. Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) bersifat aerobik
obligat dan mudah tumbuh dengan cepat pada berbagai tipe media, tumbuh baik pada suhu
37°C sampai 42°C. 21

3
Gambar II.2 Pseudomonas aeruginosa dengan flagel tipe monotrik
(Sumber: https://www.cdc.gov/hai/organisms/pseudomonas.html )

Koloni Pseudomonas aeruginosa mengeluarkan bau manis atau menyerupai anggur


yang dihasilkan amino asetafenon.22
Piosianin, piorubin, dan piomelanin tidak berfluoresensi serta larut dalam air. Strain
yang tidak menghasilkan piosianin disebut apiosianogenik. Kebanyakan strain membentuk
koloni halus bulat dengan warna fluoresensi kehijauan, yang merupakan kombinasi pioverdin
dan piosianin. Pada biakan, Pseudomonas aeruginosa dapat menghasilkan beberapa jenis
koloni sehingga menghasilkan kesan biakan campuran dari berbagai spesies bakteri. Tiap
jenis koloni mempunyai aktivitas biokimia dan enzimatik yang berbeda serta pola kepekaan
mikroba yang berbeda pula. Seperti pembiakan pada spesimen klinik biasanya menghasilkan
satu atau dua tipe koloni, yaitu :
1. Koloni besar dan halus dengan permukaan rata dan meninggi (fried-egg appearance)
2. Koloni halus dan mukoid sebagai hasil produksi dari alginat yang berlebih
Pada tipe kedua ini sering di temukan pada hasil sekresi saluran pernapasan dan saluran dan
saluran kemih. 22
Pseudomonas aeruginosa menghasilkan satu atau lebih pigmen yang dihasilkan dari
asam amino aromatik seperti tirosin dan fenilalanin, pigmen tersebut antara lain pigmen
piosianin,yaitu pigmen kebiru-biruan yang tidak berfluoresensi dan berdifus kedalam agar.
Sedangkan spesies Pseudomonas yang lainnya tidak menghasilkan piosianin. Strain
Pseudomonas aeruginosa juga memproduksi pigmen pioverdin yang memberikan warna
kehijauan pada agar. Beberapa strain lainnya menghasilkan pigmen piorubin yang
memberikan warna merah gelap atau piomelanin yang memberikan warna hitam.23
Alginat merupakan suatu eksopolisakarida yang merupakan polimer dari glucuronic
acid dan mannuronic acid,membentul gel kental di sekeliling bakteri. Alginat membantu
bakteri dalam pembentukan biofilm,yaitu kumpulan koloni sel-sel mikroba yang menempel
pada suatu permukaan misalnya kateter intravena,atau jaringan paru. Alginat melindungi
bakteri dari pertahanan tubuh inang seperti fagosit,limfosit,silia di saluran
pernapasan,antibodi. Pseudomonas aeruginosa membentuk biofilm tersebut untuk pertahanan
hidupnya saat membentuk koloni pada inangnya. 24

II.1.4 Patogenesis
Pseudomonas aeruginosa hanya bersifat patogen bila masuk ke daerah yang memiliki
fungsi pertahanan yang abnormal seperti adanya robekan pada selaput mukosa akibat
4
penggunaan kateter intravena atau kateter urin,menyerang penderita neutropenia pada pasien
dalam perawatan kemoterapi kanker. Dalam kondisi imun yang rendah kuman melekat dan
berkoloni pada selaput mukosa,menginvasi secara lokal dan menimbulkan penyakit sistemik.
Proses ini dibantu oleh pili,enzim, dan toksin. Enzim-enzim ekstraseluler,seperti elastase dan
protease memiliki efek histotoksik dan mempermudah invasi organisme ini ke dalam
pembuluh darah.Lipopolisakarida berperan langsung dalam menyebabkan
demam,syok,oligouria,leukositisis,leukopenia,gangguan koagulasi darah, dan gejala susah
bernapas pada orang dewasa. 25
Lapisan alginat mengelilingi bakteri dan mikrokoloni bakteri,bahkan dapat
meningkatkan resistensi Pseudomonas aeruginosa terhadap antibiotik.24 Strain Pseudomonas
aeruginosa mempunyai sistem sekresi tipe III yang secara signifikan lebih virulen jika
dibandingkan dengan bakteri yang tidak mempunyai system sekresi tersebut. Sistem sekresi
tipe III adalah sistem yang ditemui pada bakteri Gram negatif,yang terdiri dari 30 protein
yang terbentang dari bagian dalam sampai bagian luar membran sel bakteri,mempunyai
fungsi seperti jarum yang menginjeksi toksin-toksin secara langsung ke sel inang sehingga
mencegah toksin di netralisasi oleh antibodi. 26
II.1.5 Gambaran Klinik
Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) menimbulkan infeksi pada luka dan luka
bakar terutama luka bakar derajat II dan III disertai dengan nanah hijau kebiruan yang
disebabkan oleh pigmen piosianin,menyebabkan meningitis yang masuk saat dilakukannya
pungsi lumbal, dan menyebabkan terjadinya infeksi saluran kemih yang masuk melalui
kateter. Dapat juga melibatkan saluran pernapasan,terutama respirator yang
terkontaminasi,sehingga mengakibatkan pneumonia yang disertai dengan nekrosis. Bakteri
ini dapat menginfeksi telinga sering ditemukan pada perenang dengan otitis eksterna ringan
dan menyebabkan otitis eksterna invasif (maligna). Infeksi mata dengan cepat mengakibatkan
keruskan mata,sering terjadi akibat cedera atau setelah pembedahan. Pada bayi atau orang
dengan imun lemah dapat menyerang melalui aliran darah dan mengakibatkan sepsis yang
fatal. 27

II.2 Cyclea barbata Miers (Cincau hijau rambat)


II.2.1 Cincau Hijau Rambat
Taksonomi Cincau hijau sebagai berikut. 27
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Ranales
Suku : Menispermae
Marga : Cyclea
Jenis : Cyclea barbata Miers

II.2.2 Karakteristik Daun Cincau Hijau


Tanaman ini berasal dari Asia Tenggara, termasuk tanaman rambat dari famili
Menispermae (Sirawansirawanan), sering ditemukan tumbuh sebagai tanaman liar tetapi ada
juga yang sengaja dibudidayakan di pekarangan rumah. Tumbuh subur di tanah yang gembur
dengan pH 5,5-6,5 dengan lingkungan teduh, lembab dan berair tanah dangkal. Tanaman ini
berkembang subur di dataran di bawah ketinggian ± 800 m di atas permukaan laut. Cara
pengembangbiakan tanaman rambat ini bisa dilakukan dengan cara generatif yaitu dengan
biji, bisa pula dengan cara vegetatif yaitu dengan stek batang maupun tunas akarnya. 28

5
Batang dari cincau hijau kira-kira hanya berdiameter 1-3cm, dengan kulit batang yang
kasap. Daun merupakan daun tunggal, tersebar, berbentuk perisai dengan ujung yang lancip
dan pangkal yang berlekuk.29
Bunga cincau hijau berbentuk kecil dan berkelompok, bunga jantan berwarna hijau
muda dengan panjang 30 sampai 40 mm dan mempunyai kelopak bunga sebanyak 4 sampai 5
kelopak, sedangkan bunga betina berukuran lebih kecil dengan panjang 0,7 mm sampai 1,0
mm dan mempunyai kelopak bunga sebanyak 1-2 kelopak serta sebuah kelopak yang
berbulu. Benang sari pada bunga memiliki satu tangkai dengan kepala sari bergerombol di
bagian ujungnya. Buah tanaman cincau hijau berbentuk bulat dan agak berbulu. Setiap buah
mengandung 1-2 biji yang keras berbentuk bulat telur. Akar cincau hijau dapat tumbuh
membesar seperti umbi dengan bentuk yang tidak teratur. 30

Gambar II.2 Daun Cincau Hijau Rambat (Cyclea barbata Miers)


( Sumber: https://tropicalrichbiosciences.com/other-guidelines/cincau-rambat/ )

II.2.3 Kandungan Kimia


Secara umum kandungan daun cincau hijau rambat adalah karbohidrat, lemak, protein
dan senyawa-senyawa lainnya seperti polifenol, flavonoid serta mineral-mineral seperti
kalsium, fosfor, vitamin A, dan vitamin B. 30 Penelitian lain menyatakan bahwa daun cincau
hijau (Cyclea barbata Miers) memiliki senyawa metabolit sekunder seperti
flavonoid,alkaloid,saponin,tannin,dan steroid.31
Alkaloid merupakan salah satu metabolit sekunder yang terdapat pada tumbuhan yang
dapat dijumpai pada beberapa bagian tanaman seperti daun, biji, ranting, dan kulit batang.
Alkaloid memiliki efek dalam bidang kesehatan berupa pemicu sistem saraf, mengurangi rasa
sakit, antimikroba, obat penenang, dan dapat digunakan untuk menaikkan tekanan darah. 29
Mekanisme kerja antibakteri dari alkaloid adalah dengan menggangu komponen
penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara
utuh dan menyebabkan kematian sel. 32
Kandungan flavonoid dalam daun cincau juga dapat berfungsi sebagai penghambat
pembentukan biofilm dengan cara menghambat ekspresi gen bakteri.33 Mekanisme kerja
flavonoid untuk menghambat membran sel adalah dengan membentuk senyawa kompleks
dengan protein ekstraselular dan terlarut sehingga dapat merusak membran sel bakteri dan
keluarnya senyawa intraselular34
Terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri,mikrosom,dan lisosom akibat
flavonoid merupakan hasil interaksi antara flavonoid dengan DNA bakteri 35

6
Polifenol merupakan senyawa turunan dari fenol. Fenol bekerja dengan cara
mendenaturasi protein sel bakteri, sehingga aktivitas sel terganggu dan menyebabkan
kematian sel 36

II.3 Metode Ekstraksi


Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya,satu atau lebih
komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut (solven) sebagai separating
agent. Proses ekstraksi untuk bahan yang berasal dari tumbuhan adalah sebagai berikut: 37
1. Pengelompokan bagian tumbuhan (daun,bunga,dl),pengeringan, dan penggilingan
bagian tumbuhan
2. Pemilihan pelarut
3. Pelarut polar: air,etanol,methanol
4. Pelarut semipolar: etil asetat, diklorometan
5. Pelarut non polar: n-heksan, petroleum,kloroform

II.3.1 Ekstraksi Cara Dingin


Pada metode ini tidak terdapat proses pemanasan selama proses ekstraksi
berlangsung,tujuannya untuk menghindari kerusakan pada senyawa. Jenis ekstraksi dingin
meliputi maserasi dan perkolasi

II.3.1.1 Ekstraksi Metode Maserasi


Maserasi dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari,cairan
penyari tersebut akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel dan masuk ke
dalam rongga sel yang mengandung zat aktif,dengan adanya perbedaan konsentrasi antara
larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel membuat zat aktif tersebut
terlarut,larutan dengan konsentrasi paling pekat akan terdesak keluar. Dengan adanya
pengulangan tersebut akan membentuk keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel
dan di dalam sel.

II.3.1.2 Ekstraksi Metode Perkolasi


Perkolasi dilakukan dengan proses penyaringan simplisia dengan jalan melewatkan
pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu percolator,maka zat yang
berkhasiat akan tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan
pemanasan maupun yang tidak tahan terhadap pemanasan.Cairan penyari akan dialirkan dari
atas ke bawah yang menyebabkan larutnya zat aktif sel-sel yang di lewatinya sampai
mencapai keadaan jenuh. Gerak kebawah disebabkan karena adanya gaya gravitasi, kekuatan
gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya di kurangi dengan gaya kapiler yang berguna
untuk menahan. Kekuatan yang berperan pada perkolasi meliputi gaya berat,kekentalan,daya
larut,tegangan permukaan,difusi,osmosa,adhesi,daya kapiler serta gaya geseran (friksi).

II.3.2 Ekstraksi Cara Panas


Pada metode ekstraksi cara panas akan melibatkan panas di dalam prosesnya. Dengan di
berikannya panas akan mempercepat proses penyarian dibandingkan dengan cara dingin.
Metode yang termasuk dalam ekstraksi cara panas meliputi refluks, ekstraksi dengan Soxhlet
dan Infusa.

II.3.2.1 Ekstraksi Metode Refluks


Metode ini dilakukan apabila dalam sintesis tersebut menggunakan pelarut yang
volatil. Jika dilakukan pemanasan biasa maka pelarut dapat menguap sebelum reaksi berjalan
sampai selesai. Prinsip pada metodi refluks ini adalah pelarut volatile akan menguap pada

7
suhu tinggi,namun tetap di dinginkan dengan kondensor hingga pelarut yang berbentuk uap
tersebut akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga
pelarut akan tetap ada selama proses ekstraksi. Aliran gas N2 diberikan agar tidak terdapat
uap air atau gas oksigen yang masuk terutama pada senyawa organologam karena sifatnya
reaktif.

II.3.2.2 Ekstraksi dengan Soxhlet


Sokletasi merupakan metode pemisahan komponen yang terdapat dalam zat padat
dengan dilakukannya penyaringan secara berulang-ulang dengan pelarut tertentu,sehingga
semua komponen yang di inginkan akan terisolasi. Sokletasi dilakukan pada pelarut organic
tertentu. Dengan adanya pemanasan maka uap yang timbul setelah dingin secara
berkelanjutan akan membasahi sampel,selama berlangsung pelarut tersebut akan membawa
senyawa kimia yang di isolasi tersebut.38

8
II.4 Kerangka Teori

Cyclea barbata
Miers

Senyawa Aktif

Flavonoid
Alkaloid Polifenol

membentuk senyawa kompleks dengan protein mendenaturasi protein


menggangu komponen penyusun ekstraselular dan terlarut sehingga dapat sel bakteri, sehingga
peptidoglikan pada sel bakteri merusak membran sel bakteri dan keluarnya aktivitas sel terganggu
senyawa intraselular dan menyebabkan
kematian sel

Uji sensitivitas dengan Pertumbuhan bakteri


Metode Dilusi untuk dihambat
Menilai KHM dan KBM

9
II.5 Kerangka Konsep

Ekstrak Etanol Cyclea Suspensi bakteri Uji Sensitivitas


barbata Miers dalam Pseudomonas dengan Metode
berbagai konsentrasi aeruginosa Dilusi untuk Menilai
KHM dan KBM

Ukur zona hambatan


Pertumbuhan bakteri
dan kadar bunuh
dihambat
minimum

10
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui penelitian eksperimen dengan data kuantitatif
dengan menentukan Konsentrasi Hambatan Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh
Minimum (KBM) pada uji efektivitas daun cincau hijau (Cyclea barbata Miers)
terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa.

III.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2020 sampai bulan Januari 2021
di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia.
Proses ekstraksi daun cincau hijau (Cyclea barbata Miers) menggunakan etanol
dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Indonesia.

III.3 Variabel Penelitian


III.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun
cincau hijau (Cyclea barbata Miers) dengan beberapa pelarut organik dan dengan
berbagai variasi konsentrasi.

III.3.2 Variabel Terikat


Variabel terikat pada penelitian ini adalah uji efektivitas ekstrak daun cincau
hijau (Cyclea barbata Miers), nilai Konsentrasi Hambatan Minimum (KHM), jumlah
koloni bakteri yang dihasilkan pada media agar untuk Konsentrasi Bunuh Minimum
(KBM).

III.4 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur


Operasional

Variabel Terikat

11
Pertumbuhan
Konsentrasi bakteri yang Kualitatif Positif (+) Nominal
Hambat
tampak (visible dengan apabila
Minimum
Pseudomonas growth) diamati melihat jernih
aeruginosa
dengan cara
kejernihan Negatif (-)
melihat kekeruhan
media cair apabila
membandingkan
yang di terjadi
dengan kontrol
teliti kekeruhan
positif dan negatif
Ada atau
tidaknya
Kadar Bunuh pertumbuhan Quebec Numerik
Minimum Colony Pertumbuhan
mikroba setelah
Pseudomonas Counter bakteri
diberikan
aeruginosa
variabel
independen dan
kontrol

III.4 Alat dan Bahan


III.4.1 Alat-alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Cawan petri
2. Tabung reaksi
3. Rak tabung reaksi
4. Baki
5. Pinset
6. Bunsen
7. Tabung Erlenmeyer
8. Kapas lidi steril
9. Micro pipet
10. Pipet ukur
11. Autoklaf
12. Inkubator
13. Ose

III.4.2 Bahan Penelitian


1. Daun cincau hijau (Cyclea barbata Miers)
2. Pelarut etanol 96%
3. Bakteri Pseudomonas aeruginosa
4. Aquades Steril
5. Media Mueller-Hinton Agar (MHA)

12
6. Media Mueller-Hinton Broth (MHB)
7. Media Nutrient Agar (NA)

III.5 Prosedur Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

III.5.1 Persiapan Alat


Semua alat dan media penelitian dilakukan sterilisasi agar tidak terkontaminasi
mikroorganisme lain yang bisa mempengaruhi hasil penelitian. Semua alat di cuci
bersih,selanjutnya di keringkan dan kemudian di bungkus dengan kertas lalu di sterilisasi
dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121 derajat selama 15 menit.

III.5.2 Pembuatan Media

III.5.2.1 Pembuatan Media Mueller Hinton Agar (MHA)


Pembuatan media MHA dapat dilakukan dengan beberapa tahap sebagai berikut:
1. Siapkan bubuk mueller hinton sebanyak 38 gram lalu tambahkan 1 Liter aquades
steril dalam tabung Erlenmeyer

2. Panaskan campuran larutan sampai mendidih

3. Larutan dimasukan kedalam autoklaf pada suhu 121 derajat stabil selama 15 menit

4. Tuang larutan nutrient agar kedalam cawan petri steril ukuran 9cm lalu diamkan
sampai membeku. Kemudian di bungkus dengan kertas lalu tandai nama media dan
tanggal pembuatan

5. Simpan di kulkas pada suhu 4 derajat dengan posisi di balik

III.5.2.2 Pembuatan Media Mueller Hinton Broth (MHB)


Pembuatan media Mueller Hinton Broth (MHB) dilakukan dengan langkah- langkah
sebagai berikut :

1. Ditimbang MHB sebanyak 21 gram dilarutkan dalam 1 L aquadest didalam


erlenmayer.

2.  Dididihkan diatas hot plate pada suhu 200 oC kemudian dimasukkan magnetic stirer
untuk mempercepat pelarutan sampai didapatkan larutan media menjadi berwarna kuning
jernih.

3.  Erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil kemudian disterilisasi dengan Autoklaf


selama 15 menit pada suhu 121 oC.

4.  Dituang media steril ke Erlenmayer steril secara aseptis di dalam LAF

III.5.2.3 Pembuatan Media Nutrient Agar (NA)

Pembuatan media NA dapat dilakukan dengan beberapa tahap diantaranya sebagai


berikut:

13
1. Ditimbang sebanyak 28 gram bubuk agar nutrient ditambahkan 1 liter aquades steril
di dalam labu erlenmeyer
2. Panaskan campur hingga mendidih sambil diaduk agar bahan tercampur merata
3. Larutan dimasukan kedalam autoklaf pada suhu 121 oC selama 15 menit
4. Tuangkan larutan nutrient agar kedalam cawan petri steril ukuran 9 cm dan diamkan
sampai membeku. Kemudian dinumgkus dengan kertas dan ditandai nama media
5. Simpan dikulkas pada suhu 4 oC dengan keadaan dibalik

III.5.3 Pembuatan Suspensi Kuman


Bakteri Pseudomonas aeruginosa yang digunakan dalam penelitian ini di peroleh dari
Departemen Mikrobiologi Universitas Kristen Indonesia. Mengambil kuman menggunakan
ose dari kultur kemudian dimasukan ke dalam media agar nutrient,dan inkubasi dalam suhu
37 derajat selama 24 jam

III.5.4 Kontrol Kuman Pseudomonas aeruginosa

III.5.4.1 Media Mueller-Hinton Agar (MHA)


Bakteri di kultur pada media MHA kemudian di inkubasi selama 24 jam pada suhu ruang
28 derajat kemudian pada media MHA dilakukan uji efektivitas.

III.5.5 Pembuatan Ekstrak Daun Cincau Hijau


Daun cincau hijau di cuci bersih lalu dibiarkan di udara terbuka kemudian keringkan
dengan oven pada suhu 40 derajat sampai kering. Setelah kering haluskan sampai menjadi
serbuk menggunakan blender. Serbuk tersebut di saring dengan cara di ayak sampai
mendapatkan hasil yang sangat halus. Kemudian serbuk di maserasi dengan menggunakan
larutan etanol 96% lalu diambil filtratnya dengan penyaringan. Hasil penyaringan di uapkan
dalam pan evaporator dengan suhu 40 derajat. Pada akhir proses didapatkan ekstrak murni
berupa cairan kental berbentuk seperti pasta berawarna hijau. Ekstrak daun cincau hijau di
encerkan denngan etanol 96% sampai menemukan konsentrasi yang diharapkan.

III.6 Tahap Pengujian

III.6.1 Uji Aktivitas Anti-Bakteri

Ekstrak daun cincau hijau (Cyclea barbata Miers) konsentrasi 200% dimasukan ke
dalam tabung pertama dan ke-2 masing-masing sebanyak 1 ml. Akuades steril sebanyak
1ml ditambahkan pada tabung ke-2 sehingga konsentrasi di tabung tersebut menjadi
100%. Sebanyak 1ml larutan di tabung ke-2 yang telah dihomogenkan dimasukan ke
dalam tabung ke-3 dan ditambah 1 ml akuades sehingga konsentrasinya menjadi 50%.
Demikian seterusnya pengenceran dilakukan secara serial hingga tabung ke-12. Suspensi
bakteri sebanyak 1 ml ditambahkan pada tabung ke-1 hingga ke-12. Tabung ke-13
(kontrol positif) berisi 1 ml Mueller Hinton Broth dan 1 ml suspensi bakteri. Tabung ke-
14 (kontrol negatif) berisi 1 ml ekstrak daun cincau hijau (Cyclea barbata Miers) dan 1
ml Mueller Hinton Broth. Tabung ke-15 (kontrol pelarut) berisi 1 ml akuades dan 1 ml
suspensi bakteri. Semua tabung diinkubasi pada suhu 37 oC, selama 18-24 jam.
Pertumbuhan bakteri yang tampak (visible growth) diamati dengan cara melihat
kekeruhan dengan bantuan garis hitam dan membandingkan dengan kontrol positif dan

14
negatif untuk menentukan nilai konsentrasi hambat minimum (KHM).
Tabung yang menampakan kejernihan kemudian disubkultur pada MHA sebanyak 0,01
ml dan diinkubasi pada suhu 37 oC selama 18-24 jam. Pertumbuhan koloni diamati dan
ditentukan nilai konsentrasi hambat minimumnya (KBM).

III.6.2 Uji Konsentrasi Hambat Minimum Metode Dilusi Tabung


Dalam penelitian ini dilakukan pengujian aktivitas antibakteri dengan menggunakan
dua kelompok ekstrak daun cincau hijau (Cyclea barbata Miers) yang disari dengan
pelarut, masing-masing adalah ekstrak etanol 96%. Setiap kelompok ekstrak terdiri dari
10 subkelompok perlakuan dengan konsentrasi dosis ekstrak daun cincau hijau (Cyclea
barbata Miers) yang berbeda yaitu konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%,
1,56%, 0,78%, 0,39%, 0,19% dan 3 subkelompok kontrol yaitu kontrol positif yang berisi
medium cair Mueller Hinton dan suspensi bakteri , kontrol negatif berisi medium cair
Mueller Hinton dan sisa pengenceran ekstrak serta kontrol pelarut yang berisi medium
cair Mueller Hinton, suspensi bakteri dan pelarut. Semua tabung ditutup dengan kapas
steril dan diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37 oC tabung diamati dan dibandingkan
dengan kontrol positif dan kontrol negatif.

III.6.3 Uji Konsentrasi Bunuh Minimum

Tabung-tabung yang telah dilakukan pengujian KHM disubkultur pada agar Mueller
Hinton dengan cara streaking. Biakan yang di-streaking diinkubasi pada suhu 37 oC selama
18-24 jam. Koloni hasil inkubasi dinyatakan dengan tumbuh atau tidak tumbuh.

15
III.7 Alur Penelitian

III.7.1 Alur Pembuatan Ekstrak Daun Cincau Hijau

Sediaan daun daun cincau hijau di daun cincau hijau di


cincau hijau cuci bersih lalu keringkan dengan
diamkan di udara oven pada suhu 40
terbuka derajat sampai kering

Serbuk di ayak Simplisia kering


agar halus diblender hingga Simplisia kering
menjadi serbuk didapatkan

Serbuk di maserasi Hasil filtrat di uapkan


Ambil hasil filtratnya
dengan larutan dengan pan
dengan penyaringan
etanol 96% evaporator

Ekstrak kental Di dapatkan hasil


tersebut di encerkan ekstrak kental
dengan etanol 96% berwarna hijau

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Darmadi. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta:salemba


medika;2008.
2. Kantor HA, Poblete R, Pusateri SL. Nosocomial Transmission of Tuberculosis from
Unsespected Disease. JAMA 1988;84:833-7.
3. Jawetz E, Melnick J, Adelberg E, Brooks G, Butel J, dan Ornston L. Mikrobiologi
Kedokteran Edisi ke-20. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC;1995. Halaman 63-69.
4. Brooks, Geo F, Butel S, dan Morse SA. Mikrobiologi Kedokteran Jakarta:Salemba
Medika.2001.
5. Brooks, Geo F, Butel S, dan Morse SA. “Jawetz,Melnick & Adelbergh’s:Mikrobiologi
Kedokteran”. Buku I Edisi I,Alih Bahasa: Bagian Mikrobiologi. FKU
UNAIR,Jakarta:Salemba Medika.2005.
6. Mayasari E. Pseudomonas aeruginosa:Karakter,Infeksi, dan Penanganan. Sumatra
Utara:USU Respository. 2006.
7. Pelczard, Michael J, dan Chan E. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid II. Jakarta:UI Press;1998.
8. Mardiastuti HW. Emerging Resistance Pathogen: Situasi Terkini di Eropa, Amerika
Serikat,Timur Tengah dan Indonesia. Vol: 57. Majalah Kedokteran Indon;2007.
9. Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. Obat-Obat Penting Khasiat,Penggunaan dan Efek-
Efek Sampingnya. Edisi 6. Jakarta:PT. Elex Media Komputindo: 2007. Halaman 262,269-
271.
10. Wibowo R dan Supardi S. Kepatuhan Berobat dengan Antibiotika Jangka Pendek di
Poliklinik Umum Departemen Ilmu Kesehatan Anak RS DR. Cipto Mangunkusumo.
Jakarta (serial on the internet) 2008 (cited 2020 May 30). Available from:
http://saripedati.idai.or.id/pdfile/10.3.5.pdf
11. Bangun A. Ensiklopedia Tanaman Obat Indonesia. Bandung:IPH;2012.
12. Hembing W. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia Jilid II. Jakarta:Pustaka Kartini;1992.
13. Ananta E. Pengaruh Ekstrak Cincau Hijau (Cyclea barbata miers) Terhadap Proliferasi Alur
Sel Kanker K-265 dan Hela (skripsi). Bogor:Institur Pertanian Bogor;2000.
14. Aksara R. Weny J dan Alio M. Identifikasi Senyawa Alkaloid dan Ekstrak Metanol Kulit
Batang Mangga (Magnifera indica L). Jurnal Entropi. Vol: VIII(I): 1-6.
15. Chalid S. Pengaruh Ekstrak Cincau Hijau Cyclea barbata L miers Terhadap Aktivitas
Enzim Superoksida Dismutase dan Katalase pada Mencit C3H Bertumor Kelenjar Susu.
Jurnal Valensi. 2017. 1(1).

17
16. Abdullatif. Daya Hambat Ekstrak Rumpang Kunyit (Curcuma domestica val) Terhadap
Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Secara In Vitro.
Program Studi D-IV Analis Kesehatan Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang:2016.
17. Kurniawan B,Aryana FW. Binahong (Cassia alata L) for Inhibiting The Growth of Bacteria
Escherechia coli. Faculty of medicine Lampung University. Vol: 4 No 4.
18. Sinta D P. Pengaruh Ekstrak Daun Cincau Hijau (Cyclea barbata Miers) Terhadap Jumlah
Neutrofil pada Tikus Putih (Rattus norvegicus strain wistar) dengan Luka Bakar Derajat
2B. Thesis. Universitas Brawijaya. 2018
19. Fitria,Nur. Pengaruh Perawatan Luka Bakar Derajat 2B Menggunakan Ekstrak Etanol Daun
Cincau Hijau (Cyclea Barbata Miers) Terhadap Peningkatan Ekspresi Kolagen Tipe 1 Pada
Tikus Putih (Rattus novergicus) Thesis. Universitas Brawijaya.2014.
20. Mayasari E. Pseudomonas aeruginosa:Karakteristik,Infeksi, dan Penanganan. Sumatera
Utara: USU Repository. 2006
21. Siegrist J. Pseudomonas a Communicative Bacteria. Microbiology Focus Vol 2(4). 2010.
pp 2.
22. Todar K. Pseudomonas aeruginosa, University of Wisconsin - Madison
Department of Bacteriology, 2004. Available from URL:
http://www.textbookofbacteriology.net/pseudomonas.htmi

23. Madigan MT,Martinko JM,Parker J.Brock Biology of Microorganism, 10th Edition, Southern Illinois
University Carbondale, Pearson Education,Inc.Upper Saddle River,NJ 2003: 370,633-37,673,745.
24. Salyers AA, Whitt DD. Bacterial Pathogenesis: a molecular approach,American Society for
Microbology,Washington DC 1994: 265,268.
25. El-Fouly MZ. Biosynthesis of Pyocyanin Pigment by Pseudomonas aeruginosa. Journal of
Radiation Research and Applied Sciences. 8(1).2015.pp 37.
26. Levinston W, Jawetz E. Medical Microbiology & Immunology : Examination & Board
Review, 7th Edition, Mc-Graw Hill Companies USA 2003: 130-31.

27. Jawetz, E., Melnick, J. L., Adelberg, E. A. Mikrobiologi Kedokteran, Edisi XXII, Penerbit
Salemba Medika, Jakarta.2001
28. Heny AH, Dian H. Potensi Cincau hijau (Cyclea barbata Miers) sebagai pangan fungsional.
Jawa Barat:Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2004.
29. Supriadi. Tumbuhan Obat Indonesia:Penggunaan dan Khasiatnya. Yayasan obor Indonesia.
XI-XXVII. Jakarta. 2001.
30. Nurlela J. The Effect of Leaf Green Grass Jelly Extract (Cyclea barbata Miers) to Motility
in Mice balb/c male that Exposed Smoke. J Majority 4(4):58-64.2015
31. Farida Y dan Vanoria I. Uji Aktivitas Antioksidan dan Ekstrak Daun Cincau Hijau (Cyclea
barbata Miers),Cincau Hitam (Mesona palustris) dan Cincau Perdu (Premna parastica
Blume) dengan Metode Perendaman Radikal Bebas DPPH. Farmasi 26(2):211-219.2008
32. Aksara R,Weny J, dan Alio M. Identifikasi Senyawa Alkaloid dari Ekstrak Metanol Kulit
Batang Mangga (Magnifera indica L). Jurnal Entropi vol VIII(I):1-6.2013
33. Miftahendarwati. Efek Antibakteri Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix) terhadap
bakteri Streptococcus mutans (in vitro). Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanudin Makassar.Makassar. 2014
34. Nuria, Maulita C, Faizatun, Arvin, Sumantri. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol
Daun Jarak Pagar (Jatropha Curcas L) Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus,
Escherichia coli, dan Salmonella typhi. Mediagro. 2009:5(2):26-37.
35. Cushnie T, Andrew J. Antimicrobial Activity of Flavonoid. International Journal of
Antimicrobial Agent. 2005;26:343-356.
36. Loresta S, Murwani S, Trisunawati P. Efek Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera)
terhadap Pembentukan Biofilm Staphylococcus aureus secara In vitro. Malang:Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya.2012
37. Mukhriani. Ekstraksi Pemisahan Senyawa dan Indentifikasi Senyawa Aktif. Jurnal
Kesehatan. Volume VII NO 2.2014.

18
38. Aditya HT. Ekstraksi Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) dan Daun Mindi (Melia
azedarach) untuk Uji Kandungan azadirachtin Menggunakan Spektrofotometer (Thesis).
Universitas Diponogoro. 2015.

19

Anda mungkin juga menyukai