PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering terjadi di
masyarakat dan merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan (morbidity) dan angka
kematian (mortality) pada negara-negara berkembang seperti indonesia. Penyakit infeksi dapat
disebabkan oleh mikroorganisme patogen seperti bakteri, virus, dan jamur. 1 Mikroorganisme
patogen penyebab infeksi tersebut dapat berada pada tubuh akibat kurangnya kesadaran dalam
menjaga kebersihan disertai dengan sistem imun yang rendah. Mikroorganisme patogen dapat
meyebabkan berbagai macam infeksi oleh karena lokasi mikroorganisme yang tidak sesuai pada
tubuh. Penyebaran mikroorganisme patogen dapat secara langsung maupun tidak langsung. 2
Berbagai macam infeksi dapat terjadi yaitu infeksi pada saluran pernapasan,infeksi pada
kulit/mukosa,infeksi pada saluran pencernaan, dan infeksi pada urogenitalia. Salah satu bakteri
yang dapat menyebabkan infeksi adalah bakteri Pseudomonas aeruginosa. 3
Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) adalah bakteri Gram negatif berbentuk batang,
bergerak dengan flagella, bersifat aerob, ukurannya 0,6 x 2 μm dan terlihat sebagai bentuk
tunggal,ganda dan beberapa dapat berbentuk rantai pendek. 4 P. aeruginosa menjadi patogenik
hanya jika berada pada tempat dengan daya tahan tidak normal, misalnya di selaput lendir dan
kulit yang rusak akibat kerusakan jaringan. 5 Berbagai penyakit yang dapat disebabkan oleh P.
aeruginosa yaitu infeksi pada luka dan luka bakar yang menimbulkan nanah hijau
kebiruan,infeksi saluran kemih,infeksi saluran napas yang menyebabkan pneumonia,otitis
eksterna ringan pada perenang,infeksi mata. 6
Infeksi bakteri patogen dapat diatasi dengan obat anti-bakteri (antibiotik) yang menghambat
pertumbuhan bakteri tertentu.7 Penggunaan antibiotik harus dengan dosis dan anjuran yang tepat.
Semakin luasnya penggunaan antibiotik, menimbulkan masalah baru yaitu meningkatnya
resistensi bakteri terhadap antibiotik.8 Resistensi terjadi akibat mikroorganisme tersebut sudah
membuat pertahanan terhadap reaksi antibiotik sehingga tidak lagi berpengaruh. Resistensi
mengakibatkan pengobatan penyakit menjadi sangat sulit, juga resiko timbulnya komplikasi atau
kematian akan meningkat. 9 Timbulnya resitensi telah menyebabkan salah satu kelompok
antibiotik tertentu tidak lagi digunakan dalam terapi, sehingga penggunaaan berbagai tumbuhan
dalam pengobatan penyakit infeksi dapat menjadi pilihan bagi masyarakat Indonesia. 10
Banyak masyarakat Indonesia yang mempercayai khasiat dari tanaman sebagai pengobatan
atau hanya untuk menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh. Tumbuhan obat adalah pemanfaatan
keanekaragaman hayati yang ada di sekitar kita, baik tumbuhan yang di budidayakan atapun
tumbuhan liar. Sejak nenek moyang, tumbuhan sudah digunakan sebagai obat tradisional.
Tumbuhan obat merupakan salah satu alternatif yang terjangkau bagi masyarakat. 11 Masyarakat
luas beranggapan bahwa penggunaan obat tradisional lebih aman dibandingkan dengan obat kimia
sehingga mereka lebih suka menggunakan obat tradisional untuk menyembuhkan penyakitnya.
Penggunaan obat tradisional jika kurang tepat dapat mengakibatkan efek samping yang
merugikan. Kurangnya informasi masyarakat tentang obat tradisional dapat menjadi salah satu
kendala dalam penggunaan obat tradisional sehingga penggunaannya menjadi kurang optimal.
12
Banyak tanaman yang berkhasiat sebagai obat, salah satu tanaman yang digunakan oleh
masyarakat adalah tanaman Cyclea barbata Miers (cincau hijau rambat) Masyarakat Indonesia
sudah banyak menggunakan tanaman daun cincau hijau rambat sebagai salah satu bahan dalam
mengobati berbagai macam penyakit. Daun cincau hijau rambat (Cyclea barbata Miers)
digunakan untuk pengobatan peradangan, demam 13
Beberapa kandungan bioaktif yang terdapat dalam daun cincau hijau (Cyclea barbata Miers)
ini antara lain alkaloid, saponin, dan flavonoid. Senyawa alkaloid dan saponin dalam dunia medis
memiliki khasiat sebagai senyawa antibakteri. 14 Menurut penelitian yang dilakukan mengenai
kandungan senyawa kimia yang ada dalam daun cincau hijau di dapatkan hasil berupa senyawa
flavonoid sebesar 2,21% dan senyawa alkaloid sebesar 0,98%. 15 Kandungan Flavonoid dapat
menghambat mikroorganisme karena kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan
1
protein, dengan rusaknya protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu
sehingga mengakibatkan kematian mikroba. Alkaloid mempunyai aktivitas antimikroba dengan
menghambat esterase DNA, RNA polimerase, dan respirasi sel. 16 Ditemukan hasil bahwa saponin
bekerja sebagai antibakteri dengan mengganggu stabilitas membran sel bakteri sehingga
menyebabkan sel bakteri lisis. 17 Dari hasil penelitian yang di lakukan sebelumnya dapat di
temukan bahwa adanya pengaruh ekstrak daun cincau hijau terhadap luka bakar. 18 Penelitian
sebelumnya membuktikan perawatan menggunakan ekstrak daun cincau hijau dengan konsentrasi
45% dapat menurunkan jumlah neutrofil pada luka bakar secara signifikan bermakna. 18 Penelitian
lain juga membuktikan bahwa ekstrak etanol daun cincau hijau dapat meningkatkan kolagen tipe
1 pada luka bakar tipe 2B. 19
Dengan latar belakang yang sudah saya jelaskan di atas,saya berminat melakukan penelitian
ini yang diharapkan akan di dapatkannya obat alternatif anti-bakteri penyebab infeksi yaitu
Pseudomonas aeruginosa.
1. Apakah ekstrak daun cincau hijau rambat (Cyclea barbata Miers) memiliki kemampuan
sebagai anti-bakteri terhadap Pseudomonas aeruginosa?
2. Berapa nilai Kadar Hambatan Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) ekstrak
etanol daun cincau hijau rambat (Cyclea barbata Miers) terhadap bakteri Pseudomonas
aeruginosa ?
Mengetahui aktivitas nilai Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum
(KBM) daun cincau hijau rambat (Cyclea barbata Miers) terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa.
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan alternatif obat anti-bakteri dari daun cincau hijau
rambat (Cyclea barbata Miers) terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pseudomonas aeruginosa
3
Gambar II.2 Pseudomonas aeruginosa dengan flagel tipe monotrik
(Sumber: https://www.cdc.gov/hai/organisms/pseudomonas.html )
II.1.4 Patogenesis
Pseudomonas aeruginosa hanya bersifat patogen bila masuk ke daerah yang memiliki
fungsi pertahanan yang abnormal seperti adanya robekan pada selaput mukosa akibat
4
penggunaan kateter intravena atau kateter urin,menyerang penderita neutropenia pada pasien
dalam perawatan kemoterapi kanker. Dalam kondisi imun yang rendah kuman melekat dan
berkoloni pada selaput mukosa,menginvasi secara lokal dan menimbulkan penyakit sistemik.
Proses ini dibantu oleh pili,enzim, dan toksin. Enzim-enzim ekstraseluler,seperti elastase dan
protease memiliki efek histotoksik dan mempermudah invasi organisme ini ke dalam
pembuluh darah.Lipopolisakarida berperan langsung dalam menyebabkan
demam,syok,oligouria,leukositisis,leukopenia,gangguan koagulasi darah, dan gejala susah
bernapas pada orang dewasa. 25
Lapisan alginat mengelilingi bakteri dan mikrokoloni bakteri,bahkan dapat
meningkatkan resistensi Pseudomonas aeruginosa terhadap antibiotik.24 Strain Pseudomonas
aeruginosa mempunyai sistem sekresi tipe III yang secara signifikan lebih virulen jika
dibandingkan dengan bakteri yang tidak mempunyai system sekresi tersebut. Sistem sekresi
tipe III adalah sistem yang ditemui pada bakteri Gram negatif,yang terdiri dari 30 protein
yang terbentang dari bagian dalam sampai bagian luar membran sel bakteri,mempunyai
fungsi seperti jarum yang menginjeksi toksin-toksin secara langsung ke sel inang sehingga
mencegah toksin di netralisasi oleh antibodi. 26
II.1.5 Gambaran Klinik
Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) menimbulkan infeksi pada luka dan luka
bakar terutama luka bakar derajat II dan III disertai dengan nanah hijau kebiruan yang
disebabkan oleh pigmen piosianin,menyebabkan meningitis yang masuk saat dilakukannya
pungsi lumbal, dan menyebabkan terjadinya infeksi saluran kemih yang masuk melalui
kateter. Dapat juga melibatkan saluran pernapasan,terutama respirator yang
terkontaminasi,sehingga mengakibatkan pneumonia yang disertai dengan nekrosis. Bakteri
ini dapat menginfeksi telinga sering ditemukan pada perenang dengan otitis eksterna ringan
dan menyebabkan otitis eksterna invasif (maligna). Infeksi mata dengan cepat mengakibatkan
keruskan mata,sering terjadi akibat cedera atau setelah pembedahan. Pada bayi atau orang
dengan imun lemah dapat menyerang melalui aliran darah dan mengakibatkan sepsis yang
fatal. 27
5
Batang dari cincau hijau kira-kira hanya berdiameter 1-3cm, dengan kulit batang yang
kasap. Daun merupakan daun tunggal, tersebar, berbentuk perisai dengan ujung yang lancip
dan pangkal yang berlekuk.29
Bunga cincau hijau berbentuk kecil dan berkelompok, bunga jantan berwarna hijau
muda dengan panjang 30 sampai 40 mm dan mempunyai kelopak bunga sebanyak 4 sampai 5
kelopak, sedangkan bunga betina berukuran lebih kecil dengan panjang 0,7 mm sampai 1,0
mm dan mempunyai kelopak bunga sebanyak 1-2 kelopak serta sebuah kelopak yang
berbulu. Benang sari pada bunga memiliki satu tangkai dengan kepala sari bergerombol di
bagian ujungnya. Buah tanaman cincau hijau berbentuk bulat dan agak berbulu. Setiap buah
mengandung 1-2 biji yang keras berbentuk bulat telur. Akar cincau hijau dapat tumbuh
membesar seperti umbi dengan bentuk yang tidak teratur. 30
6
Polifenol merupakan senyawa turunan dari fenol. Fenol bekerja dengan cara
mendenaturasi protein sel bakteri, sehingga aktivitas sel terganggu dan menyebabkan
kematian sel 36
7
suhu tinggi,namun tetap di dinginkan dengan kondensor hingga pelarut yang berbentuk uap
tersebut akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga
pelarut akan tetap ada selama proses ekstraksi. Aliran gas N2 diberikan agar tidak terdapat
uap air atau gas oksigen yang masuk terutama pada senyawa organologam karena sifatnya
reaktif.
8
II.4 Kerangka Teori
Cyclea barbata
Miers
Senyawa Aktif
Flavonoid
Alkaloid Polifenol
9
II.5 Kerangka Konsep
10
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui penelitian eksperimen dengan data kuantitatif
dengan menentukan Konsentrasi Hambatan Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh
Minimum (KBM) pada uji efektivitas daun cincau hijau (Cyclea barbata Miers)
terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa.
Variabel Terikat
11
Pertumbuhan
Konsentrasi bakteri yang Kualitatif Positif (+) Nominal
Hambat
tampak (visible dengan apabila
Minimum
Pseudomonas growth) diamati melihat jernih
aeruginosa
dengan cara
kejernihan Negatif (-)
melihat kekeruhan
media cair apabila
membandingkan
yang di terjadi
dengan kontrol
teliti kekeruhan
positif dan negatif
Ada atau
tidaknya
Kadar Bunuh pertumbuhan Quebec Numerik
Minimum Colony Pertumbuhan
mikroba setelah
Pseudomonas Counter bakteri
diberikan
aeruginosa
variabel
independen dan
kontrol
12
6. Media Mueller-Hinton Broth (MHB)
7. Media Nutrient Agar (NA)
3. Larutan dimasukan kedalam autoklaf pada suhu 121 derajat stabil selama 15 menit
4. Tuang larutan nutrient agar kedalam cawan petri steril ukuran 9cm lalu diamkan
sampai membeku. Kemudian di bungkus dengan kertas lalu tandai nama media dan
tanggal pembuatan
2. Dididihkan diatas hot plate pada suhu 200 oC kemudian dimasukkan magnetic stirer
untuk mempercepat pelarutan sampai didapatkan larutan media menjadi berwarna kuning
jernih.
13
1. Ditimbang sebanyak 28 gram bubuk agar nutrient ditambahkan 1 liter aquades steril
di dalam labu erlenmeyer
2. Panaskan campur hingga mendidih sambil diaduk agar bahan tercampur merata
3. Larutan dimasukan kedalam autoklaf pada suhu 121 oC selama 15 menit
4. Tuangkan larutan nutrient agar kedalam cawan petri steril ukuran 9 cm dan diamkan
sampai membeku. Kemudian dinumgkus dengan kertas dan ditandai nama media
5. Simpan dikulkas pada suhu 4 oC dengan keadaan dibalik
Ekstrak daun cincau hijau (Cyclea barbata Miers) konsentrasi 200% dimasukan ke
dalam tabung pertama dan ke-2 masing-masing sebanyak 1 ml. Akuades steril sebanyak
1ml ditambahkan pada tabung ke-2 sehingga konsentrasi di tabung tersebut menjadi
100%. Sebanyak 1ml larutan di tabung ke-2 yang telah dihomogenkan dimasukan ke
dalam tabung ke-3 dan ditambah 1 ml akuades sehingga konsentrasinya menjadi 50%.
Demikian seterusnya pengenceran dilakukan secara serial hingga tabung ke-12. Suspensi
bakteri sebanyak 1 ml ditambahkan pada tabung ke-1 hingga ke-12. Tabung ke-13
(kontrol positif) berisi 1 ml Mueller Hinton Broth dan 1 ml suspensi bakteri. Tabung ke-
14 (kontrol negatif) berisi 1 ml ekstrak daun cincau hijau (Cyclea barbata Miers) dan 1
ml Mueller Hinton Broth. Tabung ke-15 (kontrol pelarut) berisi 1 ml akuades dan 1 ml
suspensi bakteri. Semua tabung diinkubasi pada suhu 37 oC, selama 18-24 jam.
Pertumbuhan bakteri yang tampak (visible growth) diamati dengan cara melihat
kekeruhan dengan bantuan garis hitam dan membandingkan dengan kontrol positif dan
14
negatif untuk menentukan nilai konsentrasi hambat minimum (KHM).
Tabung yang menampakan kejernihan kemudian disubkultur pada MHA sebanyak 0,01
ml dan diinkubasi pada suhu 37 oC selama 18-24 jam. Pertumbuhan koloni diamati dan
ditentukan nilai konsentrasi hambat minimumnya (KBM).
Tabung-tabung yang telah dilakukan pengujian KHM disubkultur pada agar Mueller
Hinton dengan cara streaking. Biakan yang di-streaking diinkubasi pada suhu 37 oC selama
18-24 jam. Koloni hasil inkubasi dinyatakan dengan tumbuh atau tidak tumbuh.
15
III.7 Alur Penelitian
16
DAFTAR PUSTAKA
17
16. Abdullatif. Daya Hambat Ekstrak Rumpang Kunyit (Curcuma domestica val) Terhadap
Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Secara In Vitro.
Program Studi D-IV Analis Kesehatan Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang:2016.
17. Kurniawan B,Aryana FW. Binahong (Cassia alata L) for Inhibiting The Growth of Bacteria
Escherechia coli. Faculty of medicine Lampung University. Vol: 4 No 4.
18. Sinta D P. Pengaruh Ekstrak Daun Cincau Hijau (Cyclea barbata Miers) Terhadap Jumlah
Neutrofil pada Tikus Putih (Rattus norvegicus strain wistar) dengan Luka Bakar Derajat
2B. Thesis. Universitas Brawijaya. 2018
19. Fitria,Nur. Pengaruh Perawatan Luka Bakar Derajat 2B Menggunakan Ekstrak Etanol Daun
Cincau Hijau (Cyclea Barbata Miers) Terhadap Peningkatan Ekspresi Kolagen Tipe 1 Pada
Tikus Putih (Rattus novergicus) Thesis. Universitas Brawijaya.2014.
20. Mayasari E. Pseudomonas aeruginosa:Karakteristik,Infeksi, dan Penanganan. Sumatera
Utara: USU Repository. 2006
21. Siegrist J. Pseudomonas a Communicative Bacteria. Microbiology Focus Vol 2(4). 2010.
pp 2.
22. Todar K. Pseudomonas aeruginosa, University of Wisconsin - Madison
Department of Bacteriology, 2004. Available from URL:
http://www.textbookofbacteriology.net/pseudomonas.htmi
23. Madigan MT,Martinko JM,Parker J.Brock Biology of Microorganism, 10th Edition, Southern Illinois
University Carbondale, Pearson Education,Inc.Upper Saddle River,NJ 2003: 370,633-37,673,745.
24. Salyers AA, Whitt DD. Bacterial Pathogenesis: a molecular approach,American Society for
Microbology,Washington DC 1994: 265,268.
25. El-Fouly MZ. Biosynthesis of Pyocyanin Pigment by Pseudomonas aeruginosa. Journal of
Radiation Research and Applied Sciences. 8(1).2015.pp 37.
26. Levinston W, Jawetz E. Medical Microbiology & Immunology : Examination & Board
Review, 7th Edition, Mc-Graw Hill Companies USA 2003: 130-31.
27. Jawetz, E., Melnick, J. L., Adelberg, E. A. Mikrobiologi Kedokteran, Edisi XXII, Penerbit
Salemba Medika, Jakarta.2001
28. Heny AH, Dian H. Potensi Cincau hijau (Cyclea barbata Miers) sebagai pangan fungsional.
Jawa Barat:Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2004.
29. Supriadi. Tumbuhan Obat Indonesia:Penggunaan dan Khasiatnya. Yayasan obor Indonesia.
XI-XXVII. Jakarta. 2001.
30. Nurlela J. The Effect of Leaf Green Grass Jelly Extract (Cyclea barbata Miers) to Motility
in Mice balb/c male that Exposed Smoke. J Majority 4(4):58-64.2015
31. Farida Y dan Vanoria I. Uji Aktivitas Antioksidan dan Ekstrak Daun Cincau Hijau (Cyclea
barbata Miers),Cincau Hitam (Mesona palustris) dan Cincau Perdu (Premna parastica
Blume) dengan Metode Perendaman Radikal Bebas DPPH. Farmasi 26(2):211-219.2008
32. Aksara R,Weny J, dan Alio M. Identifikasi Senyawa Alkaloid dari Ekstrak Metanol Kulit
Batang Mangga (Magnifera indica L). Jurnal Entropi vol VIII(I):1-6.2013
33. Miftahendarwati. Efek Antibakteri Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix) terhadap
bakteri Streptococcus mutans (in vitro). Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanudin Makassar.Makassar. 2014
34. Nuria, Maulita C, Faizatun, Arvin, Sumantri. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol
Daun Jarak Pagar (Jatropha Curcas L) Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus,
Escherichia coli, dan Salmonella typhi. Mediagro. 2009:5(2):26-37.
35. Cushnie T, Andrew J. Antimicrobial Activity of Flavonoid. International Journal of
Antimicrobial Agent. 2005;26:343-356.
36. Loresta S, Murwani S, Trisunawati P. Efek Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera)
terhadap Pembentukan Biofilm Staphylococcus aureus secara In vitro. Malang:Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya.2012
37. Mukhriani. Ekstraksi Pemisahan Senyawa dan Indentifikasi Senyawa Aktif. Jurnal
Kesehatan. Volume VII NO 2.2014.
18
38. Aditya HT. Ekstraksi Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) dan Daun Mindi (Melia
azedarach) untuk Uji Kandungan azadirachtin Menggunakan Spektrofotometer (Thesis).
Universitas Diponogoro. 2015.
19