Disusun Oleh:
A. Latar Belakang
Pseudomonas aeruginosa adalah patogen oportunistik yang memanfaatkan mekanisme
pertahanan inang yang lemah untuk memulai infeksi. Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi
saluran kemih, infeksi pernafasan, dermatitis, infeksi jaringan lunak, sepsis, infeksi tulang dan sendi,
infeksi saluran cerna dan infeksi sistemik lainnya, terutama pada penderita luka bakar parah, kanker
dan AIDS yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Infeksi Pseudomonas aeruginosa
merupakan masalah serius pada pasien yang dirawat di rumah sakit karena kanker, fibrosis kistik,
dan luka bakar.
Pengendalian mikroorganisme yang terdapat pada produk hewani perlu dilakukan jika
kita ingin produk tersebut tidak cepat rusak atau busuk serta awet dalam jangka waktu yang lama.
Rusaknya pangan oleh mikroorganisme terjadi karena mikroorganisme tersebut berkembang biak
dan melakukan metabolisme sedemikian rupa sehingga pangan mengalami perubahan sehingga
menghambat penggunaannya sebagai pangan.
Proses penguraian ini dapat terjadi karena komponen makanan membatasi pertumbuhan mikroba.
Oleh karena itu, pembusukan bahan makanan dapat terjadi jika substrat yang sesuai (yaitu bahan
makanan) tersedia, jika bahan makanan tersebut terkontaminasi mikroorganisme, dan jika terdapat
kemungkinan mikroorganisme berkembang biak. Upaya pengendalian mikroba dapat dilakukan
apabila diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan atau penyebaran mikroorganisme.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ini umumnya terbagi dalam lima yaitu: waktu pengembangan,
faktor internal, faktor eksternal, faktor proses dan faktor laten.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana identifikasi bakteri Pseudomonas ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui identifikasi bakteri Pseudomonas
BAB II
IDENTIFIKASI BAKTERI PSEUDOMONAS AERUGINOSA
A. Judul
Identifikasi Bakteri Pseudomonas.
B. Tujuan
Untuk Mengetahui adanya Bakteri Pseudomonas pada sampel
C. Prinsip
Prinsip identifikasi Pseudomonas dengan melihat gambaran mikroskopi, isolasi
primer pada media, melihat penampakan koloni pada medium dan melakukan tes-
tes biokimiawi.
D. Dasar Teori
1. Pseudomonas sp
Pseudomonas berasal dari kata Yunani pseudo yang berarti palsu dan
monas yang berarti kesatuan. Pseudomonas sp merupakan bakteri
hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon.
Pseudomonas aeruginosa adalah patogen utama pada manusia. Bakteri ini
terkadang menjajah manusia dan menyebabkan infeksi jika fungsi pertahanan
inangnya tidak normal. Jadi, P. aeruginosa didefinisikan sebagai patogen
oportunistik, dalam arti bahwa ia memanfaatkan mekanisme pertahanan tubuh
yang lemah untuk memulai infeksi. Bakteri ini juga dapat hidup pada manusia
normal dan bertindak sebagai saprofit di usus normal dan kulit manusia. Namun,
infeksi P. aeruginosa merupakan masalah serius pada pasien yang dirawat di
rumah sakit karena kanker, fibrosis kistik, dan luka bakar. Angka kematian pada
pasien ini bisa mencapai 50%. P. aeruginosa termasuk dalam genus Pseudomonas,
sejenis bakteri gram negatif, berbentuk batang, polar, dan berflagel.
Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri gram negatif aerob obligat,
dilengkapi kapsul dan flagela polar, sehingga bersifat motil, dengan ukuran
berkisar antara 0,5 hingga 1,0 µm. Pseudomonas aeruginosa tidak menghasilkan
spora dan tidak dapat memfermentasi karbohidrat. Pada uji biokimia, bakteri ini
memberikan hasil negatif pada uji metil merah dan Voges-Proskauer. Bakteri ini
banyak terdapat di alam, misalnya di tanah, air, tumbuhan dan hewan.
Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Order : Pseudomonadales
Family : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Species : Pseudomonas aeruginosa
3. Tempat Hidup
Genus pseudomonas terdiri dari sejumlah kuman batang gram
negatif yang tidak meragi karbohidrat, hidup aerob di tanah dan di air.
P. aeruginosa disebut patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan
kerusakan pada mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu
infeksi. Bakteri ini dapat juga tinggal pada manusia yang normal dan
berlaku sebagai saprofit pada usus normal dan pada kulit manusia.
Tetapi, infeksi P.aeruginosa menjadi problema serius pada pasien
rumah sakit yang menderita kanker, fibrosis kistik dan luka bakar.
Angka fatalitas pasien-pasien tersebut mencapai 50 %. P. aeruginosa
termasuk dalam genus Pseudomonas, yang ditentukan oleh Migula
pada tahun 1984. Yang termasuk dalam genus tersebut adalah bakteri
gram negatif, berbentuk tangkai, polar da berflagel. Pada tahun 2000
spesies Pseudomonas spesies dideterminasikan meliputi Pseudomonas
aeruginosa strain PA01.
4. Siklus Hidup
Adanya rangsangan dari lingkungan (luar tubuh) akan memicu
pengaturan yang memberikan sinyal kepada system penginderaan
berupa sinyal mikroba. Kemudian bakteri ini akan membenrtuk sel
planktonik yang kemudian membuat formasi biofilm. Pembentukan
biofilm dimulai dengan terangkatnya mikroorganisme bebas-
mengambang ke permukaan. Koloni pertama menuju ke permukaan
secara perlahan (gaya van der Waals yang reversible). Jika koloni tidak
segera dipisahkan dari permukaan, mereka dapat membuat diri
mereka lebih permanen dengan menggunakan struktur sel adhesi
seperti pili.
Koloni pertama memfasilitasi kedatangan sel lain dengan
menyediakan situs adhesi lebih beragam dan mulai membangun
matriks yang memegang biofilm bersama-sama. Tahap akhir
pembentukan biofilm dikenal sebagai pembangunan, dan tahap di mana
biofilm didirikan dan hanya dapat berubah dalam bentuk dan
ukuran. Perkembangan biofilm memungkinkan untuk koloni sel
agregat (ies) menjadi semakin resisten antibiotik. Formasi biofilm ini
akan mengirimkan sinyal ke sel inang. Setelah proses pembentukkan
biofilm, sel inang mengirimkan sinyal sitokinesis kepada bakteri ini
yang kemudian menghasilkan sinyal adanya molekul metabolit
sekunder.
Pseudomonas aeruginosa akan keluar dari sumbernya,
mengalami penyebaran dan mempunyai gerbang masuk bagi inang
yang rentan. Pseudomonas aeruginosa akan keluar dari saluran yang
telah diinfeksinya. Apabila menginfeksi pada saluran pernapasan maka
akan meninggalkan saluran tersebut dan berpindah pada inang rentan
yang lain. Mengingat Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen
nosokomial, cara pemindahsebarannya dapat melalui penanganan dan
penggunaan alat yang tidak steril. Kemudian akan menginfeksi inang
lain yang rentan pada bagian tertentu misalnya saluran kencing. Inang
rentan ini biasanya pasien bedah, pasien yang terluka atau luka bakar,
pasien yang menjalani pengobatan radiasi, juga pasien dengan
peralatan yang menembus tubuh.
F. Cara Kerja
a. Naskah
1. Hari Pertama :
a) Tanam sampel pada media Nutrient Broth (NB)
b) Inkubasi selama 24 jam dengan suhu 37oC
2. Hari Kedua :
a) Lakukan pengamatan pada media NB kemudian lanjutkan penanaman
pada media cetrimide dan MCA
b) Inkubasi selama 24 jam dengan suhu 37oC
3. Hari Ketiga :
a) Lakukan pengamatan terhadap media cetrimide dan MCA
b) Ambil koloni yang dicurigai Pseudomonas sp. sebanyak satu koloni dan
lakukan pewarnaan gram. Amati hasil pewarnaan menggunakan
mikroskop dengan perbesaran 100x
c) Apabila hasil pengamatan mengarah pada morfologi Pseudomonas sp.,
lanjutkan penanaman pada media TSIA/KIA
d) Ambil koloni sebanyak 1 ose (koloni yang dicurigai Pseudomonas sp.)
dan inokulasikan pada media TSIA/KIA
e) Inkubasi selama 24 jam dengan suhu 37oC
4. Hari Keempat :
a) Lakukan pengamatan terhadap media TSIA/KIA
b) Ambil koloni sebanyak 1 koloni dan lakukan penanaman pada media
biokimia reaksi, kemudian inkubasi pada suhu 37 oC selama 24 jam
5. Hari Kelima :
a) Lakukan identifikasi terhadap media biokimia reaksi, kemudian lanjutkan
penanaman pada media IMVIC
b) Inkubasi selama 24 jam dengan suhu 37oC, kemudian di amati.
b. Skematis
SAMPEL
Nutrient Broth
Pewarnaan Gram
Media KIA/TSIA
Inkubasi 37oC, 24 jam
Pseudomonas aeroginosa
Lereng : Alkalis (Basa)
Dasar : Alkalis (Basa)
Gas :-
H2S :-
Biokimia Reaksi
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikun identifikasi Pseudomonas sp. ditemukan bakteri
Pseudomonas sp.
B. Saran
1. Praktikkan disarankan menggunakan APD lengkap pada saat praktikum
2. Proses identifikasi disarankan mengikuti prosedur kerja standar
3. Jagalah kebersihan diri dan lingkungan kerja setelah praktikum selesai
DAFTAR PUSTAKA