Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Genus Pseudomonas terdiri dari sejumlah kuman batang negatif Gram yang tidak meragi karbohidrat,
hidup aerob di tanah dan air.Dalam habitat alam tersebar luas dan memegang peranan penting dalam
pembusukan zat organik.Bergerak dengan flagel polar, satu atau lebih.Beberapa diantaranya adalah
fakultatif khemolitotrof, dapat memakai H2 atau CO sebagai sumber karbon.Katalase positif.

Ada yang patogen bagi binatang atau tanaman dan ada yang patogen bagi kedua-duanya.Kebanyakan
spesies Pseudomonas tidak menyebabkan infeksi pada manusia, tetapi kuman ini penting karena
bersifat oportunis patogen, dapat menyebabkan infeksi pada individu dengan ketahanan tubuh yang
menurun.Infeksinya biasanya gawat, sulit diobati dan biasanya merupakan infeksi nosokomial.Genus
Pseudomonas mempunyai spesies paling sedikit 10-12 yang penting dalam klinik.

Proteus spp. termasuk dalam famili enterobakteriaceae, bakteri bentuk batang, gram negatif, tidak
berspora, tidak berkapsul, flagel peritrik, ada yang cocobacilli, polymorph, berpasangan atau
membentuk rantai, kuman ini berukuran 0,4-0,8 x 1.0-0,3 mm. Bakteri proteus sp. Termasuk dalam
bakteri non fruktosa fermenter, bersifat fakultatif aerobe/anaerob.

Merupakan bakteri aerob/anaerob fakultatif.Mengeluarkan bau khas dan swarming pada media BAP.
Proteus sp. Menunjukan pertumbuhan yang menyebar pada susu 37o c. Proteus sp. membentuk asam
dan gas dari glukosa, sifatnya khas antara lain mengubah fenil alanin menjadi asam fenil alanin pirufat
atau PAD dan menghidrolisa urea dangan cepat karena adanya enzim urase pada TSIA bersifat alkali
asam dengan membentuk H2s. Proteusspdisebut juga bakteri proteolitik karena bakteri ini ini dapat
menguraikan dan dapat memecah protein secara aerob / anaerob sehingga menghasilkan komponen
berbau busuk seperti hidrogen, sulfid, amin, indol, dan asam lemak. Proteus dapat menghidrolisis urea
menjado CO3 dan NH3 serta melepas amoniak.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud bakteri Pseudomonas dan Proteus?

2. Bagaimana pertumbuhan bakteri Pseudomonas dan Proteus pada media?

3. Bagaimana pemeriksaan bakteri Pseudomonas dan Proteus di laboratorium?

1.3 Tujuan

Berdasarkan dengan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penyunan makalah ini adalah :

1. Mengetahui bakteri Pseudomonas dan Proteus


2. Mengetahui pertumbuhan bakteri Pseudomonas dan Proteus

3. Mengetahui pertumbuhan bakteri Pseudomonas dan Proteus

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Genus (kelompok) Pseudomonas

Pseudomonas berasal dari bahasa yunani yaitu pseudo berarti palsu dan monas berarti satu unit.
Pseudomonas sp merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi berbagai jenis
hidrokarbon. Keberhasilan penggunaan bakteri Pseudomonas dalam upaya bioremediasi lingkungan
akibat pencemaran hidrokarbon membutuhkan pemahaman tentang mekanisme interaksi antara
bakteri Pseudomonas sp. dengan senyawa hidrokarbon. Kemampuan bakteri Pseudomonas sp. dalam
mendegradasi hidrokarbon dan dalam menghasilkan biosurfaktan menunjukkan bahwa isolat bakteri
Pseudomonas sp. berpotensi untuk digunakan dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran
hidrokarbon.

Genus pseudomonas terdiri dari sejumlah kuman batang gram negatif yang tidak meragi karbohidrat,
hidup aerob di tanah dan di air. Dalam habitat alam tersebar luas dan memegang peranan penting
dalam pembusukan zat organik. Bergerak dengan flagel polar, satu atau lebih. Beberapa diantaranya
adalah fakultatif khemoliotrof, dapat memakai H2 atau CO sebagai sumber karbon katalase positif.

Kelompok Pseudomonas adalah batang gram-negatif, bergerak, aerob; beberapa di antaranya


menghasilkan pigmen yang larut dalam air. Pseudomonas ditemukan secara luas di tanah, air, tumbuhan
dan hewan. Dalam jumlah kecil, Pseudomonas aeruginosa sering terdapat dalam flora usus normal dan
pada kulit manusia dan merupakan patogen utama dari kelompoknya. Spesies Pseudomonas lain jarang
menyebabkan penyakit. Klasifikasi Pseudomonas didasarkan pada homologi rRNA/DNA dan ciri khas
biakan yang lazim. Pseudomonas yang penting dalam bidang kedokteran dicantumkan pada tabel 1.1.

Pseudomonas biasanya ditemukan hidup di dalam intestin dan tidak menyebabkan gangguan.
Pseudomonas seruginosa (pyocyanea) merupakan spesies yang ditentukan sebagai mikroorganisme
patogen pada luka dan luka bakar: pus berwarna hijau kebiruan dan mempunyai bau khas; otitis
eksterna; infeksi saluran kencing; meningitis.
Mikroorganisme ini dapat menyebabkan bahaya di rumah sakit pada masa yang akan datang karena
kemampuannya untuk hidup pada berbagai temperatur, resisten terhadap antibiotika, resisten terhadap
desinfektan lemah, mampu mengkontaminasi cairan streil, sumbat botol, tetes mata, salep, alat
pelembab ventilator mekanik dan inkubator bayi.

Salah satu spesies dari genus Pseudomonas yaitu Pseudomonas aeruginosa. Pseudomonas aeruginosa
tersebar luas di alam dan biasanya terdapat di lingkungan yang lembab di rumah sakit. Bakteri ini dapat
tinggal pada manusia yang normal, dan berlaku sebagai saprofit. Bakteri ini dapat menyebabkan
penyakit bila pertahanan tubuh inang abnormal.

A. Kelompok Pseudomonas

1. Bakteri Pseudomonas aeruginosa

a. Morfologi

Pseudomonas aeruginosa bergerak dan berbentuk batang, berukuran sekitar 0,6 x 2 µm. Bakteri ini
gram-negatif dan terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan, dan kadang-kadang membentuk rantai
yang pendek.

b. Klasifikasi Ilmiah

Kingdom : Bacteria

Phylum : Proteobacteria

Class : Gamma Proteobacteria

Order : Pseudomonadales

Family : Pseudomonadaceae

Genus : Pseudomonas

Species : Pseudomonas aeruginosa

c. Biakan

Psedomonas aeruginosa adalah aerob obligat yang tumbuh dengan mudah pada banyak jenis
perbenihan biakan, kadang-kadang menghasilkan bau yang manis atau menyerupai anggur. Beberapa
strain menghemolisis darah. Pseudomonas aeruginosa membentuk koloni bulat halus dengan warna
fluoresensi kehijauan. Bakteri ini sering menghasilkan piosianin, pigmen kebiru-biruan yang tak
berfluoresensi, yang berdifusi ke dalam agar. Spesies Pseudomonas lain tidak menghasilkan piosianin.
Banyak strain Pseudomonas aeruginosa juga menghasilkan pigmen pioverdin yang berfluoresensi, yang
memberi warna kehijauan pada agar. Beberapa strain menghasilkan pigmen piorubin yang berwarna
merah gelap atau pigmen piomelanin yang hitam.

Pseudomonas aeruginosa dalam biakan dapat menghasilkan berbagai jenis koloni, sehingga memberi
kesan biakan dari campuran berbagai spesies bakteri. Pseudomonas aeruginosa yang jenis koloninya
berbeda dapat mmepunyai aktivitas biokimia dan enzimatik yang berbeda dan pola kepekaan
antimikroba yang berbeda pula. Biakan dari pasien dengan fibrosis kistik sering menghasilkan
Pseudomonas aeruginosa yang membentuk koloni sangan mukoid sebagai hasil produksi berlebihan dari
alginat, suatu eksopolisakarida.

d. Ciri-ciri Pertumbuhan

Psedumonas aeruginosa tumbuh dengan baik pada suhu 37-42oC; pertumbuhannya pada suhu 42oC
membantu membedakan spesies ini dari spesies Pseudomonas lain. Bakteri ini oksidase positif dan tidak
meragikan karbohidrat. tetapi banyak strain mengoksidasi glukosa. Pengenalan biasanya berdasarkan
morfologi koloni, sifat oksidase-positif, adanya pigmen yang khas, dan pertumbuhan pada suhu 42oC.
Untuk membedakan Pseudomonas aeruginosa dengan Pseudomonas yang lain berdasarkan aktivitas
biokimiawi, dibutuhkan pemujian dengan berbagai substrat.

Grup dan subgrup Homologi rRNA

Genus dan Spesies

I. Grup fluoresen

Grup nonfluoresen

Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas fluorescens

Pseudomonas putida

Pseudomonas stutzeri

Pseudomonas mendocina

Pseudomonas alcaligenes

Pseudomonas pseudoalcaligenes

II

Pseudomonas pseudomallei

Pseudomonas mallei

Pseudomonas cepacia

Pseudomonas picketti

III dan IV

Berbagai spesies yang jarang diisolasi dari manusia

Xanthomonas maltophilia

Tabel 1.1. Klasifikasi Pseudomonas yang menyebabkan penyakit pada manusia

e. Siklus Hidup

Adanya rangsangan dari lingkungan (luar tubuh) akan memicu pengaturan yang memberikan sinyal
kepada system penginderaan berupa sinyal mikroba. Kemudian bakteri ini akan membenrtuk sel
planktonik yang kemudian membuat formasi biofilm. Pembentukan biofilm dimulai dengan
terangkatnya mikroorganisme bebas-mengambang ke permukaan. Koloni pertama menuju ke
permukaan secara perlahan (gaya van der Waals yang reversible). Jika koloni tidak segera dipisahkan
dari permukaan, mereka dapat membuat diri mereka lebih permanen dengan menggunakan struktur
sel adhesi seperti pili.

Koloni pertama memfasilitasi kedatangan sel lain dengan menyediakan situs adhesi lebih beragam dan
mulai membangun matriks yang memegang biofilm bersama-sama. Tahap akhir pembentukan biofilm
dikenal sebagai pembangunan, dan tahap di mana biofilm didirikan dan hanya dapat berubah dalam
bentuk dan ukuran. Perkembangan biofilm memungkinkan untuk koloni sel agregat (ies) menjadi
semakin resisten antibiotik. Formasi biofilm ini akan mengirimkan sinyal ke sel inang. Setelah proses
pembentukkan biofilm, sel inang mengirimkan sinyal sitokinesis kepada bakteri ini yang kemudian
menghasilkan sinyal adanya molekul metabolit sekunder.

Pseudomonas aeruginosa akan keluar dari sumbernya, mengalami penyebaran dan mempunyai gerbang
masuk bagi inang yang rentan. Pseudomonas aeruginosa akan keluar dari saluran yang telah
diinfeksinya. Apabila menginfeksi pada saluran pernapasan maka akan meninggalkan saluran tersebut
dan berpindah pada inang rentan yang lain. Mengingat Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen
nosokomial, cara pemindahsebarannya dapat melalui penanganan dan penggunaan alat yang tidak
steril. Kemudian akan menginfeksi inang lain yang rentan pada bagian tertentu misalnya saluran
kencing. Inang rentan ini biasanya pasien bedah, pasien yang terluka atau luka bakar, pasien yang
menjalani pengobatan radiasi, juga pasien dengan peralatan yang menembus tubuh.

f. Struktur Antigen & Toksin

Pili (fimbriae) menjulur dari permukaan sel dan membantu pelekatan pada sel epitel inang. Simpai
polisakarida membentuk koloni mukoid yang terlihat pada biakan dari penderita penyakit fibrosiskistik.
Lipopolisakarida, yang terdapat dalam berbagai imunotipe, bertanggungjawab untuk kebanyakan sifat
endotoksik organisme itu. Pseudomonas aeruginosa dapat ditentukan tipenya berdasarkan imonotipe
lipopolisakarida dan kepekaannya terhadap piosin (bakteriosin). Kebanyakan isolat Pseudomonas
aeruginosa dari infeksi klinis menghasilkan enzim ekstrasel, termasuk elastase, protease, dan dua
hemolisin: suatu fosfolipase C yang tidak tahan panas dan suatu glikolipid yang tahan panas.

Banyak strain Pseudomonas aeruginosa menghasilkan eksotoksin A, yang menyebabkan nekrosis


jaringan dan dapat mematikan hewan bila disuntikan dalam bentuk murni. Toksin ini menghambat
sintesis protein dengan cara kerja yang sama kerja toksin difteria, meskipun stuktur kedua toksin itu
tidak sama. Antitoksin terhadapat eksotoksin A sitemukan dalam serum beberapa manusia, termasuk
serum penderita yang telah sembuh dari infeksi Pseudomonas aeruginosa yang berat.

g. Patogenesis

Pseudomonas aeruginosa hanya bersifat patogen bila masuk ke daerah yang fungsi pertahanannya
abnormal, misalnya bila selaput mukosa dan kulit “robek” karena kerusakan jaringan langsung; pada
pemakaian kateter intravena atau kateter air kemih; atau terdapat netropenia, misalnya pada
kemoterapi kanker. Kuman melekat dan mengkoloni selaput mukosa atau kulit, menginfasi secara lokal,
dan menimbulkan penyakit sistemik. Proses ini dibantu oleh pili, enzim, dan toksin, yang diuraikan
diatas. Lipopolisakarida berperan langsung dalam menyebabkan demam, syok, oliguria, leukositosis dan
leukopenia, disseminated intravascular coagulation, dan respiratory distress syndrom pada orang
dewasa.

Pseudomonas aeruginosa (dan spesies lain, misalnya Pseudomonas cepacia, Pseudomonas putida)
resisten terhadap banyak obat antimikroba sehingga akan berkembang biak bila bakteri flora normal
yang peka ditekan.
h. Gambaran Klinik

Pseudomonas aeruginosa menimbulkan infeksi pada luka dan luka bakar, menimbulkan nanah hijau
kebiruan; meningitis; bila masuk bersama kateter dan instrumen lain atau dalam larutan untuk irigasi.
Keterlibatan saluran napas, terutama dari respirator yang terkontaminasi, mengakibatkan pneumonia
yang disertai dengan nekrosis. Bakteri sering ditemukan pada otitis eksterna ringan pada perenang.
Bakteri ini dapat menyebabkan otitis ekterna infasif (maligna) pada penderita diabetes.

Infeksi mata, yang dapat dengan cepat mengakibatkan kerusakan mata, sering terjadi setelah cedera
atau pembedahan. Pada bayi atau orang yang lemah, Pseudomonas aeruginosa dapat menyerang aliran
darah dan mengakibatkan sepsis yang fatal; ini biasanya terjadi pada penderita leukemia atau limfoma
yang mendapat obat antineoplastik atau terapi radiasi, dan pada penderita dengan luka bakar berat.
Pada sebagian besar infeksi Pseudomonas aeruginosa, gejala dan tanda-tandanya bersifat nonspesifik
dan berkaitan dengan organ yang terlibat.

Kadang-kadang, verdoglobin (suatu produk pemecahan hemoglobin) atau pigmen yang berfluoresen
dapat dideteksi pada luka, luka bakar, atau urin dengan penyinaran fluoresen ultraungu. Nekrosis
hemoragik pada kulit sering terjadi pada sepsis akibat Pseudomonas aeruginosa; lesi yang disebut
ektima gangrenosum ini dikelilingi oleh eritema dan sering tidak berisi nanah. Pseudomonas aeruginosa
dapat dilihat pada bahan pewarnaan Gram dari lesi ektima, dan biakannya positif. Ektima gangrenosum
tidak lazim pada bakteremia akibat organisme selain Pseudomonas aeruginosa.

i. Tes Diagnostik Laboratorium

1) Bahan

Bahan dari lesi kulit, nanah, urin, darah, cairan spinal, dahak dan bahan lain harus diambil seperti yang
ditunjukkan oleh jenis infeksi.

2) Sediaan Apus

Batang Gram-negatif sering terlihat dalam sediaan apus. Tidak ada ciri-ciri morfologi khusus yang
membedakan pseudomonas dari batang enterik atau batang gram-negatif yang lain.

3) Biakan

Bahan ditanam pada lempeng agar darah dan perbenihan diferensial yang biasa digunakan untuk
menumbuhkan batang gram-negatif enterik. Pseudomonas tumbuh dengan mudah pada kebanyakan
perbenihan ini, tetapi mungkin tumbuh lebih lambat dibanding batang enterik lain. Pseudomonas
aeruginosa tidak meragikan laktosa dan dengan mudah dibedakan dengan bakteri peragi laktosa. Biakan
merupakan tes khusus untuk diagnosis infeksi Pseudomonas aeruginosa.

4) Pengobatan

Infeksi Pseudomonas aeruginosa yang penting dalam klinik tidak boleh diobati dengan terapi obat-
tunggal, karena keberhasilan terapi semaacam itu rendah dan bakteri dapat dengan cepat menjadi
resisten. Penisilin yang bekerja aktif terhadap pseudomonas aeruginosa-tikarsilin, mezlosilin, dan
piperasilin-digunakan dalam kombinasi dengan aminoglikosida, biasanya dengan gentamisin, tobramisin,
atau amikasin. Obat lain yang aktif terhadap Pseudomonas aeruginosa antara lain aztreonam;
imipenem; kuinolon baru, termasuk siprofloksasin. Sefalosporin generasi baru, seftazidim dan
sefoperakson aktif melawan Pseudomonas aeruginosa; seftazidim digunakan secara primer pada terapi
infeksi Pseudomonas aeruginosa. Pola kepekaan Pseudomonas aeruginosa bervariasi secara geografik,
dan tes kepekaan harus dilakukan sebagai pedoman untuk memilih terapi antimikroba.

5) Epidemiologi dan Pengendalian

Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen nosokomial, dan metode untuk mengendalikan infeksi ini
mirip dengan metode untuk patogen nosokomial dan lain. Karena pseudomonas dapat tumbuh dalam
lingkungan yang basah, perhatian khusus dapat ditunjukkan pada bak cuci, bak air, pancuran, bak air
panas, dan daerah basah lainnya. Untuk tujuan epidemiologi, strain dapat ditentukan tipenya
berdasarkan kepekaan terhadap thiosin dan imunotipe lipopolisakaridanya. Vaksin dari jenis yang tepat
yang diberikan pada penderita dengan resiko tinggi akan memberikan perlindungan sebagian terhadap
sepsis pseudomonas. Terapi semacam itu telah digunakan secara eksperimental pada penderita
leukemia, luka bakar, fibrosiskistik dan imunosupresi.

2. Bakteri Pseudomonas pseudomallei

a. Morfologi dan Biakan

Pseudomonas pseudomallaei adalah basil gram-negatif yang kecil, dapat bergerak dan aerobik. Bakteri
ini dapat tumbuh dengan baik pada perbenihan bakteriologik standar, membentuk koloni yang
bervariasi dari mukoid dan halus sampai kasar dan berkerut (membutuhkan waktu 72 jam) dan
berwarna dari kecoklatan sampai jingga. Bakteri tumbuh pada suhu 42oC dan mengoksidasi glukosa,
laktosa, dan berbagai karbohidrat lain.

b. Klasifikasi Ilmiah

Kingdom : Bacteria

Phylum : Proteobacteria

Class : Gamma Proteobacteria

Order : Pseudomonadales
Family : Pseudomonadaceae

Genus : Pseudomonas

Species : Pseudomonas pseudomallei

c. Gambaran Klinis

Pseudomonas pseudomallei menyebabkan melioidosis, suatu penyakit seperti kalenjar yang endemik
pada hewan dan manusia terutama di Asia Tenggara dan Australia bagian utara. Organisme ini adalah
saprofit alami yang dapat dibiak dari tanah, air segar, beras, dan sayur-sayuran. Infeksi pada manusia
berasal dari sumber-sumber tersebut melalui kontaminasi melalui luka dikulit dan mungkin melalui
pernapasan. Infeksi Pseudomonas pseudomallei epizootik terjadi pada sapi, domba, babi, kuda, dan
hewan lain, walaupun hewan-hewan ini tidak tampak sebagai reservoir utama bagi organisme.

Melioidosis dapat bermanifestasi sebagai infeksi yang akut, subakut, atau kronik. Masa inkubasi dapat
singkat 2-3 hari, tetapi masa latennya dapat terjadi berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Infeksi
supuratif setempat dapat terjadi pada tempat inokulasi dimana terjadi perlukaan kulit. Infeksi lokal
dapat menimbulkan infeksi bentuk septikemik akut dengan melibatkan banyak organ. Tanda-tanda dan
gejalanya bergantung pada tempat utama yang terkena. Bentuk melioidosis yang paling sering adalah
infeksi paru, yang dapat menjadi pneumonitis primer (Pseudomonas pseudomallei ditularkan melalui
saluran napas bagian atas atau nasofaring) atau berlanjut menjadi infeksi supuratif setempat dan
bakteremia. Pasien dapat mengalami demam dan leukositosis, dengan pemadatan lobus atas.
Selanjutnya, pasien menjadi tidak demam lagi, sementara itu timbul kavitas pada lobus atas,
menghasilkan gambaran yang mirip dengan tuberkulosis pada film sinar-X. Beberapa pasien mengalami
infeksi supuratif kronik dengan abses pada kulit, otak, paru, miokardium, hati, tulang, dan tempat-
tempat lain. Pasien dengan infeksi supuratif kronik mungkin tidak demam dan mengalami penyakit yang
berkembang lambat. Infeksi laten kadang-kadang teraktivasi kembali sebagai akibat penekanan fungsi
imun.

Diagnosis melioidosis harus dipertimbangkan pada pasien yang berasal dari daerah endemik dengan
penyakit paru lobus atas yang fulminan atau penyakit sistemik yang tidak dapat diterangkan. Pewarnaan
Gram pada bahan yang sesuai akan memperlihatkan basil Gram-negatif yang kecil; pewarnaan bipolar
(gambaran titik aman). Terlihat dengan pewaarnaan biru metilen atau pewarnaan Wright. Biakan yang
positif bersifat diagnostik. Tes serologi yang positif membantu secara diagnostik dan merupakan bukti
dari infeksi pada masa lalu.

d. Pengobatan

Melioidosis menimbulkan angka kematian yang tinggi jika tidak diobati. Mungkin diperlukan drainase
pembedahan pada infeksi setempat. Uji kepekaan antibiotik merupakan panduan penting untuk
pengobatan. Pseudomonas pseudomallei biasanya peka terhadap berbagai antibiotik, antara lain
tetrasiklin, sulfonamida, trimetoprim-sulfametoksazol, kloramfenikol, amoxicillin atau tikarsilin dengan
asam klavulanat, piperasilin, imipenem, dan sefalosporin generasi ketiga. Pasien dengan infeksi yang
berat sebaiknya diobati secara parenteral (misalnya, trimetoprim-sulfametoksazol atau sefalosporin
generasi ketiga seperti seftazidim); terapi kombinasi dapat memberi hasil.

Terapi oral untuk pasien dengan penyakit yang tidak begitu berat dapat dengan tetrasiklin, trimetoprim-
sulfametoksazol, atau kloramfenikol, seringkali dalam bentuk kombinasi. Lamanya pengobatan
antimikroba paling sedikit 8 minggu; pengobatan selama 6 bulan sampai 1 tahun harus dipertimbangkan
bagi pasien dengan lesi supuratif ekstrapulmoner. Sering terjadi kekambuhan melioidosis, dan pilihan
yang tepat serta lamanya pengobatan antibiotik untuk mencegah kekambuhan belum dapat ditetapkan.
Tidak terdapat vaksin atau cara-cara pencegahan yang spesifik.

3. Bakteri Pseudomonas mallei

a. Morfologi

Pseudomonas mallei adalah batang Gram-negatif, aerob, kecil, tak berpigmen dan tak bergerak, yang
tumbuh dengan mudah pada sebagian besar perbenihan bakteriologi.

b. Klasifikasi Ilmiah

Kingdom : Bacteria

Phylum : Proteobacteria

Class : Gamma Proteobacteria

Order : Pseudomonadales

Family : Pseudomonadaceae

Genus : Pseudomonas

Species : Pseudomonas mallei

c. Gambaran Klinis

Bakteri ini menyebabkan glander, penyakit kuda yang dapat menular pada manusia. Pada kuda,
penyakit ini terutama bermanifestasi sebagai penyakit paru-paru, lesi ulseratif subkutan, dan penebalan
saluran getah bening dengan nodul; juga terjadi penyakit sistemik. Infeksi manusia, yang dapat
berakibat fatal, biasanya dimulai sebagai bisul pada kulit atau selaput mukosa diiukuti dengan limfangitis
dan sepsis. Penghirupan bakteri ini dapat mengakibatkan pneumonia primer.

Diagnosis berdasarkan pada peningkatan titer aglutinin dan biakan bakteri dari lesi lokal pada
manusia atau kuda. Penderita pada manusia dapat diobati secara efektif dengan tetrasiklin ditambah
suatu aminoglikosida.
Penyakit ini dikendalikan dengan membantai kuda atau keledai yang terinfeksi, dan sekarang hal
ini sangat langka. Di beberapa negara, infeksi laboratorium merupakan satu-satunya sumber penyakit
ini.

4. Bakteri Pseudomonas lain

Beberapa dari berbagai spesies Pseudomonas dicantumkan pada tabel 1.1.; kadang-kadang
pseudomonas ini merupakan patogen oportunistik. Pseudomonas cepacia kadang-kadang dibiakkan dari
pasien dengan fibrosis kistik. Diagnosis infeksi yang disebabkan oleh pseudomonas ini dibuat dengan
membiakkan bakteri dan mengidentifikasinya dengan reaksi pembeda pada serangkaian substrat
biokimia. Di antara pseudomonas-pseudomonas ini banyak yang mempunyai pola kepekaan antimikroba
yang berbeda dari pola kepekaan Pseudomonas aeruginosa.

5. Bakteri Xanthomonas maltophilia

a. Morfologi dan Biakan

Xanthomonas maltophilia adalah nama yang telah diterima secara luas bagi organisme yang sebelumnya
disebut Pseudomonas maltophilia. Xanthomonas maltophilia adalah batang gram-negatif yang hidup
bebas yang tersebar di lingkungan. Pada agar darah, koloni berwarna hijau-lembayung muda atau abu-
abu. Organisme ini bersifat oksidase-negatif dan lisin dekarboksilase-positif. Xanthomonas maltophilia
umumnya tidak membentuk pigmen dan enzim seperti yang dihasilkan oleh Pseudomonas aeruginosa
dan yang berkaitan dengan virulensi Pseudomonas aeruginosa.

b. Klasifikasi Ilmiah

Kingdom : Bacteria

Phylum : Proteobacteria

Class : Gamma Proteobacteria

Order : Pseudomonadales

Family : Pseudomonadaceae

Genus : Pseudomonas

Species : Pseudomonas maltophilia

c. Patogenesis

Xanthomonas maltophilia adalah penyebab penting dari infeksi yang didapat di rumah sakit pada
penderita yang menerima terapi antimikroba dan pada penderita yang sistem imunnya terganggu.
Bakteri ini telah diisolasi dari berbagai tempat anatomi, seperti sekresi saluran pernapasan, air kemih,
cedera kulit, dan darah. Isolat sering merupakan bagian dari flora campuran yang terdapat dalam bahan
pemeriksaan. Bila biakan darah member hasil positif, hal ini biasanya berhubungan dengan penggunaan
kateter plastik intravena.

d. Pengobatan

Xanthomonas maltophilia biasanya peka terhadap trimetoprim-sulfametokasazol dan tahan


terhadap antimikroba yang biasa digunakan seperti sefalosporin, penisilin antipseudomonas,
aminoglikosida, imipenem, dan kuinolon. Penggunaan obat-obatan secara luas terhadap Xanthomonas
maltophilia memainkan peranan penting dalam menimbulkan resistensi sehingga meningkatkan
frekuensi penyakit.

Anda mungkin juga menyukai