Dosen Pengampu :
1. Burhannuddin, S.Si., M.Biomed
2. Nyoman Mastra, S.KM., S.Pd., M.Si
3. I Nyoman Jirna, S.KM., M.Si
OLEH:
III A/KELOMPOK 8
Sarjana Terapan Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
Nama Anggota :
1. Komang Ayu Mirah Kumala Dewi (P07134222009)
2. Ni Made Arista Pramawati (P07134222013)
3. Ni Putu Filia Yunika Putri (P07134222020)
4. Ni Made Hening Fiona Maharani (P07134222028)
5. I Gusti Ayu Nency Candraningsih (P07134222031)
6. Ida Ayu Putu Kusuma Udyani (P07134222033)
7. Putu Shinta Letisia Dewi (P07134222043)
Anggota Kelompok:
1. Komang Ayu Mirah Kumala Dewi (P07134222009)
2. Ni Made Arista Pramawati (P07134222013)
3. Ni Putu Filia Yunika Putri (P07134222020)
4. Ni Made Hening Fiona Maharani (P07134222028)
5. I Gusti Ayu Nency Candraningsih (P07134222031)
6. Ida Ayu Putu Kusuma Udyani (P07134222033)
7. Putu Shinta Letisia Dewi (P07134222043)
Dosen Pembimbing
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pseudomonas aeruginosa
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Ordo : Pseudomonadales
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Antibiotik adalah obat yang berasal dari seluruh atau bagian tertentu
mikroorganisme dan digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Antibiotik ada
yang bersifat membunuh bakteri dan membatasi pertumbuhan bakteri.
Penggunaan antibiotik telah lama digunakan untuk melawan penyakit akibat
infeksi oleh mikroorganisme terutama bakteri. Antibiotik yang pertama kali
dihasilkan adalah penisilin golongan β laktam yang berspektrum sempit hanya
untuk bakteri gram negatif dan kemudian spektrumnya meluas. Setelah itu
antibiotik banyak dihasilkan seperti golongan sefalosforin, makrolida, kuinolon,
aminoglikosida (Tripathi, 2008).
1. Ciprofloxacin
2. Ampicillin
1. Ciprofloxacin:
- Ciprofloxacin adalah antibiotik golongan fluorokuinolon yang bekerja
dengan mengganggu fungsi DNA bakteri.
- Antibiotik ini menghambat enzim DNA gyrase dan topoisomerase IV,
yang diperlukan oleh bakteri untuk mereplikasi dan memperbaiki DNA
mereka.
- Dengan mengganggu proses ini, ciprofloxacin menghambat pertumbuhan
dan reproduksi bakteri Pseudomonas aeruginosa.
- Pemilihan ciprofloxacin sebagai antibiotik tergantung pada sensitivitas
bakteri Pseudomonas aeruginosa terhadap obat ini, yang biasanya
ditentukan melalui uji sensitivitas antibiotik.
2. Ampicillin:
- Ampicillin adalah antibiotik golongan beta-laktam yang termasuk dalam
keluarga penisilin. Ini bekerja dengan mengganggu pembentukan dinding
sel bakteri.
- Bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki resistensi alami terhadap
antibiotik beta-laktam seperti ampicillin karena mereka memiliki dinding
sel yang kuat dan enzim beta-laktamase yang dapat menghancurkan
antibiotik ini.
- Oleh karena itu, ampicillin biasanya tidak efektif sebagai pengobatan
utama untuk infeksi Pseudomonas aeruginosa, kecuali jika bakteri tersebut
telah terbukti sensitif terhadapnya atau jika ampicillin digunakan
bersamaan dengan inhibitor beta-laktamase seperti sulbactam
(ampicillin-sulbactam) untuk mengatasi resistensi enzim beta-laktamase.
C. Uji Sensitivitas
Digunakan suatu cakram kertas saring (paper disk) yang berfungsi sebagai
tempat menampung zat antimikroba. Kertas saring tersebut kemudian diletakkan
pada lempeng agar yang telah diinokulasi mikroba uji, kemudian diinkubasi pada
waktu tertentu dan suhu tertentu, sesuai dengan kondisi optimum dari mikroba uji.
Pada umumnya, hasil yang didapat bisa diamati setelah diinkubasi selama 18-24
jam dengan suhu 37oC. Hasil pengamatan yang diperoleh berupa ada atau
tidaknya daerah bening yang terbentuk di sekeliling kertas cakram yang
menunjukkan zona hambat pada pertumbuhan bakteri (Pelczar & Chan, 1988).
BAB III
METODE
Alat Bahan
Siapkan seluruh alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses Uji
Sensitivitas Bakteri Pseudomonas aeruginosa Pada Antibiotik Ciprofloxacin dan
Ampicillin Dengan Metode Difusi Cakram Pada persiapan alat, siapkan tabung
reaksi berukuran sedang dan tabung reaksi kecil, cawan petri, ose bulat, bunsen,
batang pengaduk, gelas ukur, erlenmeyer, BSC, inkubator, hot plate, neraca
analitik, dan oven. Cawan petri yang akan digunakan untuk pembuatan media dan
tabung reaksi kecil disterilisasi terlebih dahulu. Cawan petri dibungkus dengan
kertas buram lalu disterilkan dalam oven dengan suhu 180 selama 1 jam.
Sterilisasi BSC dengan menghidupkan lampu UV selama 30 menit.
● Pembuatan Media
a. BHIB
b. MHA
c. Larutan NaCl
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Uji difusi cakram adalah metode umum yang digunakan untuk mengetahui
resistensi dan sensitivitas mikroba terhadap penggunaan obat. Metode ini
dilakukan untuk mengetahui adanya zona hambatan yang terbentuk. Hasil
pengukuran diameter zona hambatan menunjukkan apakah mikroba resisten atau
sensitif terhadap suatu antibiotik. Jika strain Pseudomonas aeruginosa tidak
mengalami mutasi pada target kerja obat maka strain ini akan sensitif terhadap
antibiotik dan sebaliknya jika Pseudomonas aeruginosa mengalami mutasi pada
target kerja obat maka strain ini akan resisten terhadap antibiotik. Zona hambatan
yang terbentuk pada Pseudomonas aeruginosa dibandingkan dengan tabel standar
NCCLS dengan kategori resisten, intermediet dan sensitif.
Pseudomonas spp.
Konsentrasi Antibiotik dan Diameter Zona Hambat berdasarkan EUCAST Version 13.0 2023
Dilihat dari tabel hasil pengamatan diameter zona hambat uji difusi
cakram Pseudomonas aeruginosa berdasarkan konsentrasi antibiotik dan diameter
zona hambat berdasarkan EUCAST Version 13.0 2023 menunjukkan bahwa
Pseudomonas aeruginosa resisten terhadap antibiotik ampicillin dan
ciprofloxacin. Resistensi antibiotik merupakan konsekuensi dari penggunaan
antibiotik yang salah dan perkembangan dari suatu mikroorganisme itu sendiri.
Hal tersebut terjadi karena adanya mutasi atau gen resistensi yang didapat.
Penyebab utama terjadinya resistensi antibiotik disebabkan karena ketidaktepatan
serta ketidakrasionalan dalam penggunaan antibiotik.
Pada praktikum yang telah dilakukan tidak terbentuk zona bening yang
mengelilingi cakram antibiotik ampicillin dan zona bening hanya terbentuk di
sekitar cakram antibiotik ciprofloxacin karena target obat pada topoisomerase II
(gyrase A) sebagai target utama dan merupakan mekanisme kerja dari
ciprofloxacin. Ciprofloxacin menyekat sintesis DNA bakteri dengan jalan
menghambat topoisomerase II pada bakteri. Penghambatan DNA gyrase akan
mencegah relaksasi supercoiled DNA secara positif yang dibutuhkan untuk
transkripsi dan replikasi normal. Namun dinyatakan resisten karena diameter zona
hambat yang terbentuk di sekeliling cakram antibiotik ciprofloxacin ≤ 26
berdasarkan diameter zona hambat berdasarkan EUCAST Version 13.0 2023.
Pseudomonas aeruginosa mempunyai resistensi terhadap semua antibiotik
meskipun tidak semuanya mempunyai persentase yang tinggi. Pada beberapa studi
di Amerika menunjukan adanya potensi yang besar terjadinya resistensi yang
besar terhadap golongan sefalosporin dan aminoglikosida. Sedangkan untuk
golongan karbapenem (meropenem) masih poten untuk menghambat bakteri gram
negatif. Mekanisme terjadinya resistensi Pseudomonas aeruginosa terhadap
beberapa antibiotik secara umum sama dengan enterobacteriaceae ataupun kuman
gram negatif lainnya. Perbedaan mekanisme resistensi Pseudomonas aeruginosa
terjadi pada sistem efflux dimana bakteri ini memiliki permeabilitas membran
10-100 kali lipat lebih rendah dibandingkan dengan bakteri gram negatif lainnya,
hal ini mengakibatkan berkurangnya efektivitas antibiotik yang menyebabkan
terjadinya resistensi.
KESIMPULAN
Ari Kushuma, Y. S. (2019). Uji Teknik Difusi Menggunakan Kertas Saring Media
Tampung Antibiotik dengan Escherichia Coli Sebagai Bakteri Uji. Kesehatan
Prima, XIII, 151-155.
FKUI., 2002. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Binarupa Aksara.
Jakarta
Gunawan S., Setiabudy R dan Nafrialdi. 2009. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5.
Jakarta. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK-UI.
Refdanita., Maksum R., Nurgani A., Endang P. 2004. Pola kepekaan kuman
terhadap antibiotika di ruang rawat intensif RS Fatmawati Jakarta tahun
2001-2002. Makara Kesehatan, 8(2): 41-48
Soekiman, S., 2016, Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit, Edisi Pertama, Cetakan
Pertama., Sagung Seto, Jakarta, 233-240.
Sagar Aryal. 2022. Mueller Hinton Agar (MHA) – Composition, Principle, Uses
and Preparation
Utami ER. 2012. Antibiotika, Resistensi, dan Rasionalitas Terapi. Saintis, 1(1):
124-138.
LAMPIRAN