Anda di halaman 1dari 16

I.

ISOLASI KUMAN PATOGEN

Pemeriksaan laboratorium merupakan bagian dari rangkaian pemeriksaan untuk


mengetahui penyebab penyakit, menilai perkembangan penyakit setelah diberikan pengobatan
atau menyakinkan kebenaran penyebab penyakit yang diduga berdasarkan gejala klinisnya
yang khas (gejala pathognomonic).
Untuk mengetahui penyakit infeksi, diusahakan isolasi dan identifikasi
mikroorganisme dari spesimen (sampel) yang diambil dari penderita. Hasil pemeriksaan ini
dipakai sebagai pedoman dalam pengobatan, perawatan ataupun tindakan lainnya pada
penderita.
Mengingat hasilnya yang sangat penting ini, maka pengambilan dan penanganan
spesimen harus dilakukan dengan benar. Secara umum pemeriksaan yang dilakukan di
laboratorium, adalah :
a. Pemeriksaan mikroskopis
b. Ditanam pada perbenihan buatan, binatang percobaan atau perbenihan jaringan
c. Test serologis
Isolasi adalah suatu usaha atau proses pemisahan berbagai mikroorganisme dari suatu
sampel (spesimen) menjadi satu spesies sehingga diperoleh kultur murni yang disebut
ISOLAT. Tujuan isolasi ini biasanya untuk dilakukan identifikasi.
Cara yang umum untuk mendapatkan isolat murni adalah :
a. Inokulasi langsung
Cara langsung berarti, sampel yang kita peroleh dari penderita langsung ditumbuhkan
dalam medium agar cawan tertentu. Cara ini menghasilkan pertumbuhan mikroorganisme
yang menumpu sehingga menimbulkan kesulitan dalam isolasi, selain itu menambah
pekerjaan.
b. Inokulasi tidak langsung (suspensi)
Cara suspensi maksudnya adalah sumber mikroorganisme dibuat suspensi, kemudian
suspensi tersebut ditumbuhkan pada médium agar cawan tertentu. Cara ini tertujuan agar
pertumbuhan mikroorganisme tidak menumpuk, meskipun masih banyak pertumbuhan
sehingga akan mempermudah dalam pengamatan.

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan


Jurusan Kedokteran
Unsoed-Purwokerto
Untuk mendapatkan isolat murni, isolasi harus dikerjakan secara bertahap. Setiap
pertumbuhan koloni yang menunjukkan kenampakan yang berbeda harus ditumbuhkan ulang
pada medium agar cawan yang baru dan dilakukan isolasi kembali.
Adapun medium yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorgansime tergantung
dari tujuan isolasi. Untuk isolasi bakteri, misalnya Staphylococcus aureus menggunakan
media MSA, Salmonella dan Shigella menggunakan media SSA, Escherichia coli
menggunakan Mac Conkey/Endo Agar/EMBA/BGLBA, Candida albicans menggunakan
media SDA, Neserria gonorrhoae menggunakan media Coklar Agar, golongan kapang
menggunakan media PDA dll.
PENGAMBILA DAN PENGIRIMAN SPESIMEN
Pengambilan Spesimen merupakan langkah awal yang penting untuk keberhasilan
isolasi dan identifikasi kuman, karena seringkali kegagalan usaha ini bukan disebabkan
kesalahan teknik di laboratorium, melainkan dalam pengambilan spesimen.
Untuk menghindari kesalahan tersebut, maka pengambilan dan pengiriman spesimen
harus dilakukan sebagai berikut :
1. Pengambilan harus dilakukan sebelum penderita diberi pengobatan antibiotik atau
kemoterapeutika.
Kadang-kadang dokter memberikan obat antibiotik berdasarkan gejala penyakitnya, tanpa
melakukan identifikasi kumannya, sehingga isolasi kuman menjadi sulit atau menjadi
tidak mungkin. Karena itu, pengambilan spesimen harus dilakkan sebelum obat
diberikan.
2. Pengambilan harus dilakukan pada saat di mana kemungkinan besar kumannya bisa
ditemukan.
Spesimen harus diambil pada saat dimana kemungkinan besar kuman bisa ditemukan.
Misalnya untuk mengisolasi Plasmodiium sp. pengambilan darah harus dilakukan saat
penderita sedang deman. Beberapa laboratorium melakukan pengambilan spesimen 3 hari
berturut-turut untuk memperbesar kemungkinan mendapatkan kumannya.
Beberapa jenis kuman patogen hanya bisa ditemukan pada stadium tertentu dari
penyakitnya. Misalnya Treponema pallidum, sangat mudah di isolasi pada saat stadium
awal sipilis dan sukar sekali ditemukan pada stadium lanjut. T. pallidum dengan mudah
bisa diisolasi dari spesimen yang berasal dari ulcus durum (gejala sipilis primer) dan
langsung dilihat dengan mikroskop Dark Field. Telihat bakteri yang berbentuk spiral dan
dapat bergerak.

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan


Jurusan Kedokteran
Unsoed-Purwokerto
3. Pengambilan harus dilakukan pada tempat dimana infeksinya sedang berlangsung.
Spesimen harus diambil dari bagian tubuh yang mengalami infeksi aktif karena kadang-
kadang kumannya hanya terdapat dibagian tersebut. Misalnya, penyakit karena jamur
Epidhermophyton floccusum yang menyebabkan tinea cruris, jamurnya akan mudah
diisolasi dari bagian kullit yang mengalami infeksi aktif, yaitu pada pinggir dari kelainan
kulitnya.
4. Spesimen harus diambil dalam jumlah yang cukup.
Spesimen harus diambil dalam jumlah yang cukup agar bisa memenuhi kebutuhan
berbagai jenis pemeriksaan yang diperlukan. Misalnya sputum biasanya dibagi menjadi
dua (2) bagian masing-masing 5 cc (ml) untuk perbenihan, sehingga paling sedikit
dibutuhkan 10 cc.
5. Pengambilan harus dilakukan dengan alat dan tempat penampungan yang tepat sebelum
dikirim ke laboratorium.
Alat untuk mengambil spesimen, misalnya kapas untuk apusan (swab) atau jarum suntik
dan tabungnya tidak boleh mengandung daya hidup kumannya. Alat penyimpanan
spesimen untuk pengiriman ke laboratorium harus steril dan terhindar dari kontaminasi
oleh mikroorganisme lain.
6. Harus segera dikirim ke laboratorium untuk analisis.
Spesimen haru segera dikirim ke laboratorium, apabila tidak memungkinkan harus
disimpan dalam medium khusus dalam pengirimannya agar kuman tetap hidup.
7. Harus disimpan dalam lingkungan atau medium yang tepat sebelum saatnya diproses.
8. Spesimen harus segera diproses agar kemungkinan untuk berhasilnya proses isolasi lebih
besar.

1. Salmonella sp.
Salmonella termasuk ke dalam bakteri enteropatogenik yaitu kelompok bakteri
penyebab iinfeksi gastrointestinal. Spesies-spesies dari Salmonella dapat menimbulkan
beberapa penyakit misalnya tifus oleh Salmonella typhii dan paratifus oleh Salmonella
paratyphii. Bakteri enteropatogenik pada umumnya terdapat dalam jumlah kecil di dalam
makanan, meskipun demikian jumlah tersebut sudah cukup untuk dapat menimbulkan
gejala sakit.
Gejala yang ditimbulkannya : demam dengan suhu tinggi terutama sore hari,
sering meracau dan gelisah. Penderita sangat lemas dan apatis, anorexia dan sakit kepala.

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan


Jurusan Kedokteran
Unsoed-Purwokerto
Beberapa mengalami diare tetapi umumnya mengalami konstipasi (susah buang air besar).
Bakteirnya masuk dalam aliran darah. Pada penyakit yang akut dapat terjadi perforasi
usus dan peritonitis. Angka kematian ± 25 %.
Dalam uji kuantitatif (jumlah) kadang-kadang bakteri ini tidak dapat terdeteksi
karena pertumbuhannya tertutup oleh kuman-kuman lainnya yang terdapat di dalam
makanan. Dengan alasan ini uji kuantitatif dianggap tidak efisien dilakukan terhadap
bakteri enteropatogenik an cukup hanya dilakukan uji kualitatif.
2. Staphylococcus aureus
S. aureus adalah suatu bakteri penyebab keracunan makanan yang memproduksi
enterotoksin. Bakteri ini sering ditemukan pada makanan-makanan yang mengandung
protein tinggi, misalnya sosis, telur dan sebagainya. S. aureus merupakan bakteri gram
positif berbentuk kokus, tumbuh secara anaerobik fakultatif dengan membentuk
kumpulan-kumpulan sel seperti buah anggur. Enterotoksin yang diproduksi bersifat tahan
panas, dan masih aktif setelah dipanaskan pada suhu 100 O
C selama 30 menit.
Enterotoksin dari S. aureus dapat dibedakan atas lima tipe yaitu A, B, C, D dan E.
S. aureus dapat menimbulkan infeksi bernanah dan abses, juga dapat menimbulkan
penyakit seperti infeksi pada folikel rambut dan kelenjar keringat, bisul, infeksi pada luka,
meningitis, endocarditis dan lain-lain, sedangkan di rumah sakit sering menimbulkan
infeksi nosokomial pada bayi, pasien luka bakar atau pasien bedah yang sebagian besar
disebabkan oleh personil rumah sakit.
Uji kualitatif S. aureus dapat dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu : (1). Tahap
”enrichment” pada medium cair selektif, (2). Tahap seleksi dan isolasi pada medium, (3).
Tahap identifikasi dan (4). Typing koagulase dan phage (jarang dilakukan karena bahan-
bahan untuk uji tersebut sukar diperoleh).
3. Candida albicans
C. albicans merupakan anggota flora normal selaput lendir, saluran pencernaan
dan saluran genitalia wanita, namun dapat bersifat oportunistik yaitu dalam kondisi
normal tidak menyebabkan penyakit tetapi apabila terdapat faktor predisposisi inang akan
berubah menjadi patogen. Penyakit yang ditimbulkannya adalah kandidiasis. Kandidiasis
dapat terjadi pada vagina, saluran pencernaan an pada mulut bayi yang disebut sariawan
bayi. C. albicans juga dapat menyebabkan peradangan yang hebat pada saluran anus dan
meluas sampai daerah pantat dan paha. Kandidiasis pada mukosa mulut dan vagina sering

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan


Jurusan Kedokteran
Unsoed-Purwokerto
kali terjadi karena pengobatan antibakteri yang lama, yang dapat menyebabkan
berkurangnya flora normal di daerah tersebut.
4. Escherichia coli
E. coli merupakan flora normal, hidup komersial di dalam kolon manusia dan di
duga membantu pembuatan vitamin K yang penting untuk pembekuan darah. E. coli
dapat digunakan untuk/sebagai indikator pencemaran air oleh tinja, terutama untuk air
yang digunakan keperluan rumah tangga. E. coli dapat menyebabkan epidemi penyakit
saluran pencernaan, seperti kolera, tipus, disentri dan penyakit cacing.
E. coli juga dapat menyebabkan pneumonia, endokarditis, infeksi pada luka-luka
dan abses pada berbegai organ. E. coli juga merupakan penyebab utama meningitis pada
bayi yang baru lahir dan penyebab infeksi tractus urinarius (pyelonephritis, cystisis).
5. Pseudomonas aeruginosa
Genus Pseudomonas terdiri dari sejumlah bakteri batang gram negatif, obligat
aerob, berflagella polar satu atau lebih, umumnya tidak meragikan karbohidrat dan mudah
tumbuh pada berbagai medium pertumbuhan. Bakteri ini merupakan flora normal di usus
dan kulit. Kebanyakan spesies ini tidak menyebabkan infeksi pada manusia, tetapi kuman
ini penting karena bersifat oportunis patogen dan dapat menimbulkan infeksi pada
individu dengan ketahanan tubuh yang menurun yaitu penderita dengan luka bakar, orang
sakit berat atau dengan penyakit metabolik atau mereka yang sebelumnya memakai atau
mempergunakan alat-alat kedokteran. Infeksinya biasanya gawat, susuah diobati dan
kebanyakan antibiotik tidak efektif terhadapnya dan biasanya merupakan infeksi
nosokomial. Pseudomonas aeruginosa merupakan satu-satunya spesies yang
menghasilkan (1) piosianin, zat berwarna kebiru-biruan dan mempunyai aktivitas anti
jasad renik dan (2) fluoresein, zat berwarna kehijau-hijauan berfluoresensi.
6. Clostridium sp.
Clostridium merupakan bakteri anaerob (kuman yang kurang atau tidak
membutuhkan oksigen (O2) untuk pertumbuhannya). Clostridium tidak mempunyai enzim
superoksid dismutase dan atau peroksidase. Dari proses metabolisme bakteri ini (reduksi
atau enzimatis) yang terjadi dalam suasana aerob akan terbentuklah zat-zat yang bersifat
bakteriosid terhadap kuman tersebut.
Bakteri anaerob dapat dibagi menjadi : (1). Anaerob obligat seperti seperti
Cl. tetani, Cl. botulinum dan (2). Aerotoleran seperti Cl. perfringens, B. fragillis.

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan


Jurusan Kedokteran
Unsoed-Purwokerto
Berbagai cara dipegunakan untuk mendapatkan kondisi anaerob :
1. Cara mekanik : sungkup Klein
2. Cara biologik : lempeng Fortener
3. Cara kimiawi : KOH pirogalol, gas pack system
4. Cara Kimia dan mekanik : vaccum replacement

Tujuan : Memisahkan jasad renik menjadi isolat murni


Bahan : 1. Madium SSA, Mac Conkey / EMBA / Endo Agar, MSA, SDA +
khloramphenikol, King’s B Agar / PSA, Clostridium Selective Agar, LB, SB
2. Sampel
3. Akuades steril
Alat : 1. Cawan petri steril 6. Pembakar bunsen
2. Mikropipet 100 μl-1000 μl 7. Ruang steril (laminar air flow)
3. Blue tips 8. Penangas air
4. Jarum ose 9. Inkubator
5. Drugalsky 10. Anaerobic jar + gas pack

Prosedur :
1. Isolasi Salmonella sp.
a. Sampel mutahan diambil ± 1 gram dan dihaluskan
b. Masukkan dalam medium Lactose Broth (LB) dan diinkubasi selama 1 x 24 jam, 37
C
O

c. Setelah inkubasi selesai, masukkan dalam medium Selenith Broth (SB) dan diinkubasi
selama 1 x 24 jam, 37 OC
d. Setelah inkubasi selesai :
d.1. dengan menggunakan jarum ose, inokulasikan pada medium SSA secara streak
atau kuadran; atau
d.2. 0,1 ml dengan mikropipet masukkan dalam medium SSA dan diratakan dengan
drugalsky
e. Inkubasi pada suhu 37 OC selama 2 x 24 jam
f. Amati pertumbuhan koloni yang terbentuk : koloni warna merah atau bening keruh
dan pada bagian tengahnya berwarna hitam menunjukkan adanya koloni Salmonella.
2. Isolasi Staphylococcus sp.

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan


Jurusan Kedokteran
Unsoed-Purwokerto
a. Oleskan cotton buds steril yang sebelumnya sudah dibasahi dengan pepton water pada
sampel luka.
b. Cotton buds kemudian dimasukkan dalam akuades untuk dilakukan pengenceran (10 -
3
), pada dua pengenceran terakhir (10-2 dan 10-3) diambil 0,1 ml dengan mikropipet
masukkan dalam medium MSA atau MSA darah dan diratakan dengan drugalsky
c. Inkubasi pada suhu 37 OC selama 2 x 24 jam
d. Amati pertumbuhan koloni yang terbentuk : Staphylococcus aureus pada MSA akan
tampak berwarna kuning dengan zona kuning disekelilingnya dan MSA darah akan
tampak berwarna krem dengan zona betha haemolisis (jernih); S. epidemidis pada
MSA akan tampak berwarna merah atau ungu.
3. Isolasi Candida albicans
a. Diambil sampel air kencing sebanyak 5 ml menggunakan pipet steril atau sekre vagina
dengan menggunakan cotton buds steril
b. Lakukan pengenceran sampai 10-6 pada dua pengenceran terakhir (10-5 dan 10-6)
diambil 0,1 ml dengan mikropipet masukkan dalam medium SDA dan diratakan
dengan drugalsky
c. Inkubasi pada suhu 37 OC selama 2 x 24 jam
d. Amati pertumbuhan koloni yang terbentuk : C. albicans akan tampak berwarna putih
keruh (krem) dengan aroma khas seperti ragi tape.
4. Isolasi Escherichia coli
a. Diambil sampel air kemih sebanyak 5 ml dengan menggunakan pipet steril
b. Lakukan pengenceran sampai 10-6 ; pada dua pengenceran terakhir (10 -5 dan 10-6)
diambil 0,1 ml dengan mikropipet masukkan dalam medium Mac Conkey atau EMBA
dan diratakan dengan drugalsky
c. Inkubasi pada suhu 37 OC selama 2 x 24 jam
d. Amati pertumbuhan koloni yang terbentuk : E. coli pada medium Mac Conkey akan
tampak berwarna merah tua dengan koloni besar dan EMBA akan tampak berwarna
merah tua dengan kilap logam.
5. Isolasi Pseudomonas aeruginosa
a. Oleskan cotton buds steril pada sampel luka yang sebelumnya sudah dicelupkan dalam
pepton water steril

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan


Jurusan Kedokteran
Unsoed-Purwokerto
b. Lakukan pengenceran sampai 10-6 ; pada dua pengenceran terakhir (10 -5 dan 10-6)
diambil 0,1 ml dengan mikropipet masukkan dalam medium King’s B Agar atau PSA
dan diratakan dengan drugalsky
c. Inkubasi pada suhu 37 OC selama 2 x 24 jam
d. Amati pertumbuhan koloni Pseudomonas aeruginosa yang terbentuk
6. Isolasi Clostridium sp.
a. Oleskan cotton buds steril pada sampel luka yang sebelumnya sudah dicelupkan dalam
pepton water steril
b. Lakukan pengenceran sampai 10-6 ; pada dua pengenceran terakhir (10-5 dan 10-6)
diambil 0,1 ml dengan mikropipet masukkan dalam medium Cooked Meat Medium
atau Clostridium Selective Agar dan diratakan dengan drugalsky
c. Inkubasi menggunakan anaerobic jar pada suhu 37 OC selama 2 x 24 jam
d. Amati pertumbuhan koloni Clostridium sp. yang terbentuk

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan


Jurusan Kedokteran
Unsoed-Purwokerto
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan
Jurusan Kedokteran
Unsoed-Purwokerto
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan
Jurusan Kedokteran
Unsoed-Purwokerto
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan
Jurusan Kedokteran
Unsoed-Purwokerto
Gambar Hasil Isolasi :

Kuman .................................. Kuman ...................................


Media ................................... Media .....................................

Kuman .................................. Kuman ...................................


Media ................................... Media .....................................

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan


Jurusan Kedokteran
Unsoed-Purwokerto
II. MORFOLOGI SEL

A. Pewarnaan GRAM
Dalam pewarnaan gram bakteri diberi zat warna lebih dari satu macam dan diberikan
secara berurutan. Melalui pewarnaan gram, bakteri dapat dikelompokan menjadi dua
kelompok yaitu : (1). Gram positif, dinding sel akan berwarna ungu dan (2). Gram negatif,
dinding sel akan berwarna merah.
1. Buat preparat ulas dari suspensi kuman seperti : E. coli, S. aureus, S. typhi dll.
2. Lakukan fiksasi dengan hati-hati
3. Genangi preparat dengan kristal ungu dan dibiarkan selama 30 detik
4. Cuci dengan air mengalir dan dikeringkan
5. Genangi preparat dengan kalium iodida dan dibiarkan selama 45 detik
6. Cuci dengan air mengalir
7. Cuci dengan alkohol aseton sampai warna ungu hilang dan dikeringkan
8. Genangi preparat dengan safranin dan dibiarkan selama 30 detik
9. Cuci dengan air mengalir dan dikeringkan
10. Amati preparat dengan mikroskop.

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan


Jurusan Kedokteran
Unsoed-Purwokerto
B. Pewarnaan SPORA Menurut Schaeffer Dan Fulton
Spora bakteri yang terkenal dengan sebutan endospora karena terdapat di dalam sel,
sukar menyerap zat warna. Sekali diberi warna dan diserap, warna itu tidak dapat dilunturkan
dan sebagai akibatnya zat warna lain tidak dapat diserap. Pewarnaan endospora menurut
Schaeffer dan Fulton disebut juga pewarnaan ”Malakhit Hijau” karena menggunakan zat
warna Malachit Green panas yang akan melekat pada spora dan sukar dilunturkan baik pada
saat pencucian maupun saat pemberian warna penutup. Endospora berwarna hijau dan bagian
sel vegetatif lainnyaq berwarna merah muda.
1. Buat preparat ulas dari Bacillus sp. dan Clostridium sp., dan dikeringkan di udara
2. Lakukan fiksasi dengan cara melewatkan preparat (objeck glass) di atas api bunsen.
3. Letakkan preparat pada rak yang ada di atas penangas air (air yang sedang mendidih)
4. Tutup preparat dengan kertas merang an basahai dengan larutan Malachit Green 5 % dan
dibiarkan selama 5 menit

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan


Jurusan Kedokteran
Unsoed-Purwokerto
5. Cuci preparat dengan air mengalir dan dikeringanginkan
6. Tetesi preparat dengan zat warna penutup Safranin dan dibiarkan selama 30-60 detik
7. Cuci preparat dengan air mengalir dan dikeringanginkan
8. Amati preparat di bawah mikroskop menggunakan minyak imersi.

C. Pewarnaan ACID-FAST (Basil Tahan Asam / BTA)


Pewarnaan ini dikenal dengan sebagai pewaranaan Ziehl Nelson, yaitu pewarnaan
bakteri yang mengandung banyak lemak. Bakteri semacam ini tidak dapat diwarnai baik
dengan pewarnaan sederhana maupun pewarnaan gram. Pewarnaan yang sudah melekat pada
sel, tidak dapat dilunturkan dengan pelarut biasa.
1. Buat preparat ulas dari sputum Mycobacterium tuberculosis
a. Objeck glass dibersihkan dengan alkohol sampai kotoran yang melekat hilang,
kemudian objeck glass dipanaskan di atas api bunsen dan diolesi sputum TBC

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan


Jurusan Kedokteran
Unsoed-Purwokerto
b. Objeck glass dibersihkan dengan alkohol sampai kotoran yang melekat hilang,
kemudian objeck glass diolesi sputum TBC dibarkan kering di suhu ruang
2. Lakukan fiksasi dengan cara melewatkan preparat (objeck glass) di atas api bunsen.
3. a. Teteskan karbol fukhsin di atas apusan sputum TBC dan panaskan dengan api bunsen
sampai 5 menit dan diusakan zat warna tidak sampai mendidih
b. Teteskan karbol fukhsin di atas apusan sputum TBC dan panaskan di atas air mendidih
sampai 5 menit dan diusakan zat warna tidak sampai kering
4. Cuci dengan air mengalir dan dikeringanginkan
5. Tetesi dengan zat peluntur warna (peluntur asam) : 20% H2SO4 atau campuran alkohol
95% dengan 2,5% HNO3, biarkan selama 10-30 detik sampai warna merah hilang
6. Cuci dengan air mengalir dan dikeringanginkan
7. Tetesi dengan metiline blue sebagai zat warna penutup dan dibiarkan selama 10 – 30
detik.
8. Cuci dengan air mengalir dan dikeringanginkan
9. Amati dibawah mikroskop menggunkan minyak imersi

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan


Jurusan Kedokteran
Unsoed-Purwokerto

Anda mungkin juga menyukai