ENCELOPHALITOZOON INTESTINALIS
Disusun oleh :
1. TAUSYIAH ANBIYA A.M NIM. P07134222001
2. PRASASTI RAHMA S NIM. P07134222015
Siklus Hidup
Morfologi
Spora berkisar dalam ukuran dari 1 hingga 10μm. Mantel spora terdiri dari
eksospora padat elektron (Ex), endospora lucent elektron (En) dan membran
plasma (Pm) yang lebih tipis di ujung depan spora. Sporoplasma (Sp)
mengandung inti tunggal (Nu), vakuola posterior (PV) dan ribosom. Filamen
polar melekat pada ujung anterior spora oleh cakram penahan (AD), dan dibagi
menjadi dua wilayah yakni manubroid atau bagian lurus (M), dan wilayah
posterior membentuk lima gulungan (PT) di sekitar sporoplasma. Filamen kutub
manubroid dikelilingi oleh polaroplast pipih (Pl) dan polaroplast vesikular
(VPl).Sisipan menggambarkan penampang gulungan tabung kutub (5 gulungan
dalam spora ini), menunjukkan berbagai lapisan konsentris dari kerapatan elektron
yang berbeda dan inti padat elektron yang ada dalam penampang tersebut.
Teknik Diagnosa
1. Pemeriksaan Mikroskopis
Diagnosa membutuhkan bantuan berupa mikroskop electron untuk melihat
spesimen biopsi usus halus. Penggunaan mikroskop elektron merupakan
pemeriksaan gold standard untuk identifikasi pasti organisme dengan mengetahui
bentuk tubulus dalam spora Mikrosporidia karena spora Mikrosporidia sulit
dibedakan dengan spora dari parasit lain seperti Toxoplasma gondii atau
Leishmania. Namun cara ini terlalu mahal dan memakan waktu yang lama
sehingga lebih sering digunakan pemeriksaan menggunakan mikroskop cahaya
dengan berbagai macam pewarnaan. Berbagai spesimen klinis yang dapat
digunakan untuk diagnosis adalah tinja, urin, sputum, bilasan bronkoavcolar,
sekresi nasal, cairan serebrospinal dan biopsi jaringan. Pemeriksaan 3 tinja dalam
sehari selama 3 hari perlu untuk menetapkan diagnosis mikropsoridiosis. Pada
pasien dengan Mikrosporidiosis diseminata, sebaiknya spesimen urin juga selalu
diperiksa. Spora mikrosporidia sering dikeluarkan secara periodik, maka untuk
pemeriksaan urin sebaiknya urin 24 jam.
a. Alat dan bahan
1. Mikroskop
2. Sampel feses
3. Wadah sampel
4. Stik
5. Handscoon
6. Objek glass
7. Deck glass
8. Pipet tetes
9. Eosin
b. Langkah kerja
1. Membuat sediaan feses dengan mengambil tetes Eosin dengan pipet tetes
lalu diteteskan di atas objek glass
2. Mengambil sedikit sampel feses menggunakan stik lalu diletakkan di atas
zat pewarna dan dihomogenkan
3. Tutup dengan deck glass sedemikian rupa hingga tidak terdapat
gelembung udara
4. Memeriksa sediaan dibawah mikroskop untuk mengamati parasit yang ada
2. Pemeriksaan PCR
Pilihan terbaik untuk diagnosis atau mengidentifikasi spesies
Mikrosporidia dapat dilakukan melalui PCR (Polymerase Chain Reaction) karena
dapat mendeteksi secara spesifik infeksi penyakit tersebut walaupun secara klinis
belum memperlihatkan gejala.
a. Alat dan bahan
1. Tabung reaksi
2. Termocycler
3. Sampel sputum
4. Buffer
5. DNA primer
6. DNA polimerase
b. Langkah kerja
1. Sampel yang sudah diambil dimasukkan ke dalam tabung reaksi
2. Tabung reaksi dimasukkan dalam Termocycler
3. Dalam Termocycler sampel pada tabung reaksi mengalami tahapan
denaturasi dengan proses pemanasan 98ºC
4. Selanjutnya dalam tahap annealing sampel diturunkan suhunya menjadi
60ºC sekitar 30 detik, DNA polymerase akan menempel pada DNA
primer
5. Sampel kembali dinaikkan suhunya menjadi 78ºC selama proses elongasi,
biasanya dikerjakan selama 10 menit
6. Kemudian sampel diturunkan suhunya sampai 4ºC sehingga terjadi
terminasi
7. Proses denaturasi, annealing, elongasi biasanya diulang 25-30 kali dan
sampel akan berlipat ganda
8. Hasil dari reaksi PCR dilakukan analisa apakah hasilnya positif atau
negatif