Kasus 4
Penyakit Menular
Seorang anak berusia 6 tahun dibawa oleh ibunya ke praktek dokter untuk
konsultasi. Ibu khawatir karena dikelas anaknya banyak yang sakit gondongan.
Sesuai dengan pengetahuan ibu gondongan itu penyakit menular, sehingga ia
khawatir anaknya akan tertular juga. Dokter menenangkan si ibu dan menjelaskan
selama sistem imun anaknya baik tidak akan mudah tertular oleh agen penyakit
termasuk virus.
STEP 1
1. Gondongan adalah penyakit yang terjadi akibat infeksi virus yang sifatnya
menular pada kelenjar parotis sehingga menyebabkan pembengkakan
contohnya virus paramyxovirus.
2. Virus adalah parasit yang berukuran mikroskopis yang menginfeksi sel
organ bersifat parasit obligat mengandung sejumlah kecil asam nukleat.
STEP 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
STEP 3
1. a. Prion
b. virus
c. bakteri
d. klamidia
e. parasit protozoa
f. fungus
g. cacing
A. Bakteri
: berukuran 0,1 sampai dengan 600 Mm
1. cocus ( bulat ) :
a. Diprokoki
b. Strekoki
c. Tetrat
d. Sacinae
e. Strafikoki
2. basilus
a. Diplobasili
b. Streptobasili
B. Virus
: bersama sel yang hidup mengandung asam nukleat
dilindungi kapsul yang terdiri dari protein yang bernama kapsid , ukuran
virus 20-30 nm
C. Parasit
a. zooparasit (berupa hewan)
1. protozoa ( sel 1)
2. metazoa (sel banyak) contohnya serangga dan cacing
b. Fitoparasit ( berupa tumbuhan)
1. Bakteri
2. Fungus
c. Spirochaeta dan virus
D. Klamidia
: ukuran 200-1000 nm
E. Mikoplasma
F. Fungus
G. Cacing
: ukuran 125-320 nm
: ukuran 2-200 Mm
: ukuran 3mm-10 m
: struktur permeabel
b. Saluran pernapasan
: mukus akan mengeluarkan zat kimiawi
sehingga mukus akan kental dam menginfeksi
c. Saluran cerna
flora
4. a. Peradangan Polimornukleus Supuratif
b. Peradangan Mononukleus
STEP 4
1. A. Bakteri
mempunyai membran
Struktur umum :
a. Cokus
dikelilingi
lapisan
lapisan peptidoglikan
B. Parasit
a. Parasit dibedakan menurut tempatnya
1. Endoparasit : hidup di dalam organ tubuh hospes contohnya cacing
2. Ekloparasit : hidup pada permukaan hospes ( Infestasi) contohnya tuma
b.Menurut keperluan akan hospes dibagi dalam :
1. Parasit obligat : tidak dapat hidup tanpa hospes
2. Parasit fakultati : meskipun memerlukan hospes untuk sebagian
makanannya
hanya
menghinggapi
satu
spesies
hospes
langsung
pada
kerusakan
jaringan
mengeluarkan
prostaglandin
Eksotoksin
seluruh jaringan
a. Kulit
Lapisan kulit luar padat dan berkeratin, mengandung mikroba residen secara
terus menerus diperbaharui, Ph kulit rendah (5,5) dan ada asam lemak
menghambat pertumbuhan mikroba. Kulit basah lebih permeabel terhadap
mikroorganisme contohnya HPV , sifilis. Infeksi oleh aureus atau jamur kulit
diperparah dengan panas dan lembab. Larva skistosoma mengeluarkan
kolagenase, elastase dan enzim untuk melarutkan matriks ekstrasel.
b.Saluran Urogenital
Saluran kemih dalam keadaan normal steril karena beberapa kali dalam
sehari. ISK ( Infeksi saluran kemih) wanita 10 kali lebih rentan daripada pria
karena jarak kulit dengan kandung kemih perempuan 5cm sedangkan pria 20 cm.
Jika ISK menyebar ke ginjal akan terjadi pielonefritis akut atau kronis
c.Saluran nafas
10000 mikroorganisme ( virus, bakteri, fungus) terhirup tiap hari. Mikroba
besar lapisan mukosiliaris yang melapisi hidung dan SPA. Mikroorganisme mukus
( sekresi oleh sel goblet) diangkut oleh gerakan silia ke bagian belakang
akut
b. Mononukleus
dengan kerusakan sel pejamu individual dengan sedikit atau tanpa respons
peradangan pejamu.
d. Nekrotikans
4. Endositosis yang diatur oleh reseptor permukaan yang mengikat dan transpor
melalui klatrin kadang menimbulkan fusi kedalam endosom intraseluler.
Lisogenik
1.
2.
3.
4.
5.
Bagan :
Cara agen
infeksi
menyebabkan
Respon
peradangan
terhadap agen
infeksi
Mekanisme
rusaknya sawar
oleh agen infeksi
Agen Infeksi
Mekanisme virus
memasuki sel
pejamu
Cara mikroba
menghindari sistem
imun
a.
b.
c.
d.
Otak
Urogenital
Kulit
Saluran
pencernaan
e. Saluran
napas
f. Hati
g. Ginjal
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Bakteri
Virus
Fungus
Parasit
Cacing
Klamidi
a
g. Prion
STEP 5
1.
2.
3.
4.
5.
6.
STEP 6
Belajar Mandiri
STEP 7
1. Macam-macam agen infeksi dan strukturnya
Agen infeksi adalah organisme hidup atau kuasi hidup atau partikel yang
menyebabkan penyakit menular. Penyakit menular yang juga dikenal sebagai
penyakit infeksi adalah suatu penyakit yang dapat ditularkan, baik secara
langsung maupun melalui perantara. Macam-macam agen infeksi yang
berpotensi menjadi penular penyakit pada manusia meliputi virus, klamidia,
riketsia dan mikoplasma, bakteri, jamur, protozoa serta cacing. Agen infeksi
tersebut bersifat parasit, dimana organisme tersebut sangat tergantung pada
hospesnya yang menjadi tempat untuknya menggantungkan hidup dan
pembiakan. Parasitologi ialah ilmu yang mempelajari jasad-jasad yang hidup
untuk sementara atau tetap di dalam atau pada permukaan jasad lain dengan
maksud untuk mengambil makanan sebagian atau seluruhnya dari jasad itu
(parasites = jasad yang mengambil makanan; logos = ilmu). Pembagian parasit
adalah sebagai berikut:
a. Zooparasit = parasit yang berupa hewan, dibagi dalam:
1) Protozoa = hewan yang bersel satu seperti ameba
2) Metazoa = hewan yang bersel banyak yang dibagi lagi dalam helmintes
cacing) dan artropoda (serangga)
b. Fitoparasit = parasit yang berupa tumbuh-tumbuhan, yang terdiri dari:
1) Bakteri
2) Fungus (jamur)
c. Spirochaeta dan Virus (Rukmono, 2011)
Dalam parasitologi kedokteran dipelajari zooparasit yang termasuk dalam
golongan protozoa, helmintes, artropoda, dan fitoparasit, yaitu fungus.
Parasitisme mencakup setiap hubungan timbal balik suatu spesies dengan
spesies lain untuk kelangsungan hidupnya. Simbiosis menunjukkan hubungan
permanen antara dua jenis jasad yang tidak dapat hidup terpisah. Mutualisme
menunjukkan hubungan dua jenis jasad yang menguntungkan bagi keduanya.
Dalam hal komensalisme suatu jenis jasad mendapat keuntungan tetapi yang
lain tidak dirugikan. Istilah parasitisme menunjukkan bahwa satu jenis jasad
mendapat makanan dan lindungan dari jenis jasad lain yang dirugikannya dan
mungkin dibunuhnya. Sebenarnya parasit tidak bermaksud membunuh
hospesnya tanpa membahayakan dirinya sendiri, yang berlainan sekali dengan
pemangsa (predator) yang membunuh terlebih dahulu sebelum makan
mangsanya. Spesies yang dihinggapi parasit disebut hospes, yang mungkin
menderita berbagai kelainan fungsi dan organ sehingga dapat menimbulkan
kelainan. (Rukmono, 2011)
Parasitologi kedokteran mempelajari parasit yang menghinggapi manusia
dan dapat menyebabkan penyakit dan kematian. Parasit dapat dibagi dalam
berbagai golongan menurut sifat-sifatnya:
a. Menurut tempat hidupnya, parasit dapat dibagi dalam ektoparasit dan
endoparasit. Ektoparasit hidup pada permukaan hospes (infestasi), seperti
10
tuma, sedang endoparasit hidup di dalam organ tubuh hospes, seperti cacing
gelang di rongga usus muda manusia.
b. Menurut keperluan akan hospes, parasit dibagi dalam parasit obligat dan
parasit fakultatif. Parasit obligat tidak dapat hidup tanpa hospes, seperti
cacing perut, dan mati jika dikeluarkan dari hospes. Parasit fakultatif,
meskipun memerlukan hospes untuk sebagian makanannya, dapat hidup
tanpa hospes misalnya nyamuk yang sebenamya dapat hidup dengan cairan
tumbuh-tumbuhan dan air gula.
c. Menurut jumlah spesies hospes yang dapat dihinggapi, parasit dibagi
menjadi parasit monoksen dan parasit poliksen. Parasit monoksen hanya
menghinggapi satu spesies hospes, misalnya Ascaris lumbricoides hanya
dapat hidup pada manusia. Parasit poliksen dapat menghinggapi berbagai
spesies hospes, misalnya Trichinella spiralis yang menghinggapi babi, tikus,
manusia dll.
d. Menurut lamanya menetap pada hospes, parasit dibagi menjadi parasit
permanen dan parasit temporer. Cacing Ascaris lumbricoides merupakan
parasit permanen, karena ia menetap dalam usus manusia selama hidupnya,
sedangkan nyamuk dan sengkenit merupakan parasit temporer, karena hanya
sewaktu waktu menghinggapi hospes untuk mendapat makan (darah).
(Rukmono, 2014)
Dalam mempelajari parasit perlu dikenal berbagai istilah dan definisi.
Dalam daur hidup parasit ditemukan berbagai stadium. Pada helmintes dikenal
stadium dewasa, telur dan larva, sedang pada protozoa dikenal stadium
trofozoit (vegetatif) dan kista. Berbagai stadium ini pada spesies-spesies
tertentu dapat mempunyai istilah tersendiri. Jasad tempat hidup parasit disebut
hospes. Hospes definitif menunjukkan hospes tempat parasit hidup, tumbuh
menjadi dewasa dan berkembang biak secara seksual, sedangkan hospes
perantara adalah hospes tempat parasit tumbuh menjadi bentuk infektif yang
siap ditularkan kepada manusia (hospes). Hospes reservoar meuunjukkan
hewan yang mengandung parasit yang merupakan sumber infeksi bagi
manusia. Hospes paratenik adalah hewan yang dapat mengandung stadium
infektif parasit tanpa menjadi dewasa dan stadium infektif ini dapat ditularkan
dan menjadi dewasa pada hospes definitif. Vektor adalah suatu jasad (biasanya
serangga) yang dapat menularkan parasit pada manusia dan binatang, misalnya:
11
nyamuk Anopheles adalah vektor parasit malaria, nyamuk Culex adalah vektor
filariasis. (Rukmono, 2014)
Dibawah ini merupakan penjabar lebih mendalam mengenai macammacam agen infeksi yang dapat menyerang sistem tubuh manusia:
A. Protozoa
Protozoa adalah hewan bersel satu yang hidup sendiri atau dalam
bentuk koloni. (Proto (J) = pertama; zoon = hewan). Tiap protozoa
merupakan kesatuan lengkap yang sanggup melakukan semua fungsi
kehidupan yang pada jasad lebih besar dilakukan oleh sel-sel khusus.
Sebagian besar protozoa hidup bebas di alam, tetapi beberapa jenis hidup
sebagai parasit pada manusia dan binatang. (Gandahusada, 2011)
a. Morfologi dan lingkaran hidup
Pada umumnya protozoa mempunyai dua stadium yaitu bentuk
vegetatif atau stadium trofozoit (trophos = makan) atau bentuk
proliferatif yang bergerak, dan bentuk kista (cystis = kandung) yang
tidak aktif. Ukurannya kecil sekali, hanya beberapa mikron sampai 40
mikron. Protozoa yang terbesar adalah Balantidium coli yang berukuran
70 mikron. Bentuk protozoa ada yang bulat, lonjong, simetris bilateral
atau tidak teratur. (Gandahusada, 2011)
Protozoa terdiri dari inti (satu atau lebih) dan sitoplasma. Inti
merupakan bagian penting yang diperlukan untuk mempertahankan
hidup dan untuk reproduksi. Inti terdiri atas selaput inti (membran inti)
yang meliputi retikulum halus (serabut inti) yang akromatik, cairan inti,
kariosom (karyosoma, endosoma, nucleolus) dan butir-butir kromatin.
Pada inti vesikular butir-butir kromatin berkumpul membentuk satu
masa atau tersebar merata. Pada inti padat terdapat lebih banyak butirbutir kromatin dan hanya sedikit cairan inti. Struktur inti, terutama
susunan kromatin dan kariosom, penting untuk membedakan spesies.
Sitoplasma terdiri atas endoplasma, bagian dalam yang lebih besar, dan
ektoplasma, bagian luar yang tipis. (Gandahusada, 2011)
Endoplasma yang berbutir-butir dan mengandung inti mengurus
gizi sel dan reproduksi. Endoplasma berisi pula vakuol makanan,
makanan cadangan, benda asing, vakuol kontraktil dan benda
kromatoid. Pada Mastigophora mungkin ada kinetoplas, yang terdiri
12
dari dua bagian, benda parabasal dan blefaroplas, yaitu tempat keluar
flagel. (Gandahusada, 2011)
Ektoplasma tampak jernih dan homogen. Fungsinya sebagai alat
pergerakan, mengambil makanan, ekskresi, respirasi dan bertahan diri.
Alat pergerakan ialah bagian dari ektoplasma yang menonjol atau
memanjang, berupa: (a) pseudopodium (kaki palsu), (b) flagel (bulu
cambuk), (c) bulu getar (cilium) dan (d) membran bergelombang. Alat
pergerakan digunakan untuk memperoleh makanan dan untuk bereaksi
terhadap rangsangan fisik dan kimia. Pada Flagellata dan Ciliata
pergerakan tampak sangat aktif, sedangkan pada Sporozoa pergerakan
hampir tidak kelihatan, kecuali pada beberapa stadium tertentu dalam
daur hidupnya. Pseudopodium pada Rhizopoda membentuk pergerakan
ameboid; bulu getar secara ritmis menggerakkan Ciliata; flagel yang
dibantu oleh membran bergelombang menggerakkan Mastigophora ke
segala jurusan. (Gandahusada, 2011)
Makanan dimasukkan melalui setiap tempat pada ektoplasma atau
dimasukkan melalui tempat khusus. Beberapa spesies memasukkan
makanan melalui perisotom, langsung ke dalam sitostorn (cytostom,
mulut rudimenter) dan kemudian melalui sitofaring (cytopharynx) yang
berbentuk tabung ke dalam endoplasma. Cara mengambil makanan
dilakukan
dengan
penyerapan
makanan
cair
(osmosis)
atau
13
kista terdapat selaput yang kuat, disebut dinding kista yang dibentuk
oleh ektoplasma bila keadaan lingkungan kurang menguntungkan.
Bentuk kista diperlukan untuk kelangsungan hidup di luar badan hospes
dan sebagai pertahanan terhadap zat pencernaan di saluran pencernaan.
Bentuk kista, selain berfungsi untuk bertahan (misalnya pada
Balantidium coil), juga dapat berfungsi untuk reproduksi (misalnya
pada ameba, Flagelata). (Gandahusada, 2011)
Kelangsungan hidup protozoa berdasarkan kemampuan reproduksi
yang tinggi. Reproduksi pada protozoa berlangsung secara aseksual dan
seksual. (Gandahusada, 2011)
a) Pembiakan aseksual
1) Belah pasang
Pada tipe ini satu parasit membelah menjadi dua parasit yang
sama bentuknya. Misalnya pada ameba, Mastigophora, Ciliata.
(Gandahusada, 2011)
2) Skizogoni
Pada tipe ini inti membelah menjadi banyak, dan masing-masing
inti diliputi oleh protoplasma sehingga terbentuk banyak
merozoit. (meros (J) = bagian). (Gandahusada, 2011)
3) Beberapa spesies berkembangbiak pada stadium kista. Inti
membelah
sehingga
waktu
ekskistasi
tiap
kista
dapat
14
15
entameba
terdapat
di
endoplasma
yang
berbutir-butir.
sehingga
pergerakannya
lambat.
Bentuk
minuta
16
jaringan hati, paru dan otak. Infeksi terjadi dengan menelan kista
matang. (Adjung, 2011)
17
18
19
20
21
Di
dalam
sporokista
dibentuk
sporozoit.
(Gandahusada, 2011)
Pada genus Isospora, ookista matang berisi 2 sporokista
yang masing-masing mengandung 4 sporozoit. Pada genus
Eimeria, ookista matang berisi 4 sporokista yang masing-masing
mengandung 2 sporozoit. (Gandahusada, 2011)
b) Haemosporidia: genus Plasmodium.
Parasit malaria termasuk genus Plasmodium. Pada manusia
terdapat 4 spesies yaitu: Plasmodium vivax, Plasmodium
falciparum, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale. Pada
kera ditemukan spesies-spesies parasit malaria yang hampir sama
dengan parasit manusia, antara lain adalah Plasmodium
cynomolgi menyerupai Plasmodium vivax, Plasmodium knowlesi
menyerupai Plasmodium falciparum dan Plasmodium malariae;
Plasmodium
rodhaini
pada
chimpanzee
di
Afrika
dan
22
berlangsung
terus
sampai
bertahun-tahun
23
24
protein
dan
hematin).
Pigmen
yang
infeksi
dan
menimbulkan
parasitemia
yang
25
26
di tengahnya
27
28
29
30
telur
31
ujung
(Zaman, 2014).
(4) Strongyloides stercoralis
anteriornya
melengkung
32
kucing
dan
ruminansia.
Cacing
S.
papillosus
33
34
35
menuju
usus.
Proses
tersebut
dinamakan
36
37
loaiasis
swelling/fugitive
atau
pembengkakan
swelling).
Penyakit
Calabar
banyak
(Calabar
dilaporkan
38
39
40
buski,
41
42
di
tengah-tengah
proglotid.
Telur
mempunyai
43
44
saginata
adalah
manusia,
sedangkan
hewan
45
buah
telur.
Waktu
proglotid
dilepas
dari
46
47
dewasa
(immature),
dewasa
(mature),
dan
cacing
gelembung
(sistiserkus)
babi,
dapat
dibedakan dari cacing gelembung sapi, dengan adanya kaitkait di skoleks yang tunggal. Cacing gelembung tersebut
biasanya ditemukan pada otot lidah, punggung dan pundak
48
49
Tetapi
jamur
juga
dapat
menyesuaikan
diri
dengan
50
yaitu
berfungsi
mengambil
makanan
untuk
pertumbuhan.
b) hifa reproduktif yaitu yang membentuk spora.
c) hifa udara yaitu yang berfungsi mengambil oksigen. (Susilo, 2011)
Spora dapat dibentuk secara aseksual atau seksual. Spora aseksual
disebut talospora (thallospora), yaitu spora yang langsung dibentuk dari
hifa reproduktif. Spora yang termasuk talospora ialah:
a) blastospora, yaitu spora yang berbentuk tunas pada permukaan sel,
ujung hifa atau pada sekat atau septum hifa semu.
b) artrospora, yaitu spora yang dibentuk langsung dari hifa dengan
banyak septum yang kemudian mengadakan fragmentasi sehingga hifa
tersebut terbagi menjadi banyak artrospora yang berdinding tebal.
c) kiamidospora, yaitu spora yang dibentuk pada hifa di ujung, di tengah
atau yang menonjol ke lateral, dan disebut kiamidospora terminal,
interkaler dan lateral. Diameter klamidospora tersebut lebih lebar dari
hifa yang membentuk, dan berdinding tebal.
d) aleuniospora, yaitu spora yang dibentuk pada ujung atau sisi dari hifa
khusus yang disebut konidiofora. Aleuriospora ini uniselular dan kecil,
51
tergolong
bakteri
tetapi
karena
penyakit
yang
52
53
oleh
berbagai
jamur,
yang
terbanyak
ialah
dalam
mikrobiologi
kedokteran
dikenal
istilah
54
adalah
Trichophyton
rubrum,
Trichophyton
Sporotrikosis
merupakan
infeksi
fungi
Sporothrix
55
patogen
Histoplasma
sestemik
capsulatum,
termasuk
Coccidioides
Blastomyces
immitis,
dermatitidis,
dan
Kandidiasis
dan
dapat
kandidiasis
dibedakan
dalam.
menjadi
kandidiasis
Kandidiasis
superfisial
56
dan
kortikosteroid
Zigomycetes
dan
merupakan
faktor
Aspergillus
utama
mempunyai
Bakteri
Bakteri adalah prokariot yang tidak memiliki inti sel dan retikulum
endoplasma. Orang sehat normal dikolonisasi hampir 10 12 bakteri di kulit, 1010
bakteri di mulut, dan 1014 bakteri dalam saluran cerna.(Kumar,2010)
Dalam taksonomi, bakteri adalah salah satu dari dua sub divisi mayor pada
kingdom prokariot yaitu bakteri dan archaebacteria. Ciri menarik yang sama-sama
dimiliki archaebacteria dan eukariot adalah adanya intron di dalam gen.
(Brooks,2014)
57
atau
membentuk
kelompok.Contohnya
atau
membentuk
kelompok.
Contohnya
monococcus gonorrhoe
b) Diplococcus, yaitu bakteri coccus yang selalu berpasangan
(berdua) dengan spesies yang sama. Contohnya diplococcus
pneumonia
c) Streptococcus, yaitu bakteri coccus yang membentuk rantai
panjang dengan spesies yang sama. Contohnya Streptococcus
pyogenes
58
yang
berkelompok
dan
59
warna
ungu
saat
diberi
pewarnaan
gram.
(Campbell,2003)
2) Gram negatif
Bakteri gram negatif memiliki dinding sel yang lebih kompleks,
terdiri dari 2 lapis membran plasma yang dipisahkan oleh selapis
tipis peptidoglikan(5%-20%), ia memiliki lipopolisakarida yang
bersifat toksik yang juga menjadikannya lebih berbahaya
dibandingkan bakteri gram positif selain karena memiliki 2
membran sel, Bakteri gram negatif memiliki kandungan protein
mencapai 60% dan kandungan lipid mencapai 20%, ia tidak
mengandung asam teikoat dan akan memberikan warna merah saat
diberi pewarnaan gram.(Campbell,2003)
60
Gambar 1.34. Perbedaan bakteri gram positif dan negatif setelah diberi
pewarnaan gram(skematis).
Gambar1. 35. Perbedaan bakteri gram positif dan negatif setelah diberi
pewarnaan gram.
E. Virus
61
62
a.Morfologi virion, termasuk ukuran, bentuk, jenis simetris, ada atau tidak
adanya peplomer, dan ada atau tidak adanya membran.
b. Sifat genom virus, termasuk jenis asam nukleat (DNA atau RNA), ukuran
genom dalam kilobasa (kb) atau pasangan kilobasa (kbp), rantainya (tunggal
atau ganda), apakah linear atau sirkular, sensasi (positif, negatif, ambisense),
segmen (angka, ukuran), urutan nukleotida, kandungan G + C, dan adanya
gambaran khusus.
c.Sifat fisikokimia virion, meliputi massa molekular,densitas ringan, stabilitas
pH, stabilitas termal, dan kerentanan terhadap agen-agen fisik dan kimia,
terutama eter dan detergen.
d. Sifat protein virus, adalah jumlah, ukuran, dan aktivitas fungsional
protein-protein struktural dan nonstruktural, sekuens asam amino,
modifikasi (glikosilasi, fosforilasi, miristilasi), dan aktivitas fungsional
khusus (transkriptase, reverse transcriptase, neuraminidase, aktiviras fusi).
e.Susunan dan replikasi genom, adalah ordo gen, jumlah dan posisi pola
pembacaan terbuka, strategi replikasi (pola transkripsi, translasi), dan
tempat selular (akumulasi protein, assembly virion, pelepasan virion).
f. Sifat antigenik.
g. Sifat biologi, termasuk kisaran pejamu alami, cara transmisi, hubungan
vektor, patogenisitas, tropisme jaringan, dan patologi
Suatu sistem telah dibuat yang memisahkan virus kedalam kelompok
utama-disebut famili-berdasarkan morfologi virion, struktur genom, dan cara
replikasi. Nama-nama famili virus mempunyai akhiran -viridae.
Dalam setiap famili, subdivisi yang disebut genus biasanya didasarkan
pada perbedaan fisikokimia atau serologi. Kriteria yang digunakan untuk
menjelaskan genus bervariasi di antara famili-famili. Nama genus ditandai dengan
akhiran -virus.
Pada
empat
famili
(Poxviridae,
Herpesviridae,
Paruoviridae,
63
mempunyai
siklus
pertumbuhan
yang
lambat,
64
spesies
hewan
memiliki
satu
atau
lebih
dalam
pejamu
alaminya,
dan
semuanya
dapat
dalam
jaringan
limfoid.
Beberapa
adenovirus
Beberapa
adenovirus
manusia
dapat
65
polimerase
DNA
mampu
membuat
molekul
tersebut
kanker
hati.
Tiga
jenis
virus
diketahui
Epstein-Barr
(mononukleosis
infeksiosa
dan
66
patogenik
terhadap
manusia
(cacar,
vaksinia,
selesma),
dan
hepatovirus
(hepatitis
A).
rendah.
manifestasi
Picornavirus
penyakit
kaki
menginfeksi
dan
mulut
hewan
pada
dengan
sapi
dan
67
Partikel
tampak
mempunyai
cekungan
berbentuk
gambaran
berbentuk
seperti
roda
dan
68
virus
tampaknya
tidak
membahayakan
artropoda
yang
69
orthomyxovirus
tetapi
mempunyai
tonjolan
korona
matahari.
Nukleokapsid
coronavirus
rentang
manusia
pejamu
yang
sempit.
menyebabkan
Kebanyakan
penyakit
saluran
akut
yang
berat
(SARS).
Torovirus,
yang
menyebabkan
gastroenteritis, membentuk genus yang berbeda. Coronavirus
hewan menyebabkan infeksi persisten dan meliputi virus
hepatitis tikus serta virus bronkitis infeksius burung.
10) Retrovirus
Virus sferis berselubung (diameter 80-100 nm) yang
memiliki genom yang mengandung salinan duplikat RNA
untai-tunggal, positive-sense, linear dengan polaritas yang sama
seperti mRNA virus. Masing-masing RNA monomer berukuran
7-11 kb. Partikel mengandung nukleokapsid heliks dalam
kapsid ikosahedral. Replikasi bersifat unik; virion mengandung
enzim reverse transcriptase yang menghasilkan salinan DNA
pada genom RNA. DNA tersebut menjadi bentuk sirkular dan
70
infeksi
terdahulu
pada
sel-sel
germinal
yang
didapat
(AIDS)
dan
memungkinkan
71
ukuran
keseluruhan
11-21 kb.
Partikel
virion
ekskreta
yang
terkontamiasi.
Virus
tersebut
Genomnya
merupakan
RNA
negatiuesense,
tidak
72
cukup
untuk
membuat
klasifikasi.
73
74
75
TH
2 yang
kerusakan
epitel
pernapasan
akibat
virus
76
77
subunit.
Pili
seks
digunakan
untuk
bakteri
(misal,
Myobacterium,
Pseudomonas,
78
atau
protein
matriks
ekstrasel,
termasuk
Myobacterium
dan
Legionella
menghambat
79
dalam
jumlah
pembentukan
besar,
berlebihan
yang
TNF
akhirnya
dan
sitokin
menyebabkan
lain
yang
80
beragam
organisme
infeksiosa,
termasuk
arbovirus
81
B. SALURAN UROGENITAL
Walaupun urine dapat menunjang pertumbuhan banyak bakteri,
saluran kemih dalam keadaan normal steril karena dibilas beberapa kali
sehari. Perempuan mengidap infeksi saluran kemih (ISK) 10 kali lebih
sering dibandingkan dengan lelaki, karena jarak antara kandung kemih dan
kulit yang dipenuhi oleh bakteri (yaitu panjang uretra) adalah 5 cm pada
perempuan, dibandingkan dengan 20 cm pada lelaki. Selain itu, anak
perempuan dan lelaki dengan obstruksi aliran kemih dan/atau refluks urine
ke dalam ureter jauh lebih rentan terhadap ISK. Apabila ISK menyebar
secara retrograd dari kandung kemih ke ginjal, terjadi pielonefritis akut
atau kronis, yang merupakan penyebab gagal ginjal yang dapat dicegah.
Patogen yang menginfeksi saluran kemih (terutama bakteri dari daerah
perianal atau dari pasangan seksual yang terinfeksi [misal, Gonococcus])
adalah patogen yang paling mudah melekat ke epitel saluran kemih.
Sebagian besar ISK akut disebabkan oleh beberapa strain E.coli yang
memiliki fimbria adheren, sedangkan infeksi kronis disebabkan oleh
Proteus, Pseudomonas, klebsiella, atau Enterococcus spp., yang sering
kebal terhadap obat.
C. SALURAN NAPAS
Sekitar 10.000 mikroorganisme, termasuk virus, bakteri, dan
fungus, terhirup setiap hari oleh setiap penduduk kota. Jarak yang
ditempuh oleh berbagai mikroorganisme ini di sistem pernapasan
bebanding terbalik dengan ukuran mereka. Mikroba besar terperangkap di
lapisan mukosiliris yang melapisi hidung dan saluran napas atas.
Mikroorganisme terperangkap di mukus yang dikeluarkan oleh sel goblet
dan kemudian diangkut oleh gerakan silia ke bagian belakang tenggorokan
tempat mikroorganisme tersebut ditelan atau dikeluarkan. Organisme yang
lebih kecil daripada 5 mikrometer berjalan secara langsung ke alveoli,
tempat organisme tersebut difagositosis oleh makrofag alveolus atau
neutrofil yang direkrut ke paru oleh berbagai sitokin.
Kerusakan pada sistemn pertahanan mukosiliaris terjadi akibat
cedera berulang pada para perokok dan pasien dengan fibrosis kistik,
82
sedangkan cedera akut terjadi pada pasien yang diintubasi dan mereka
yang mengalami aspirasi asam lambung.
D. SALURAN CERNA
Sebagian besar patogen saluran cerna ditularkan melalui makanan
atau minuman yang tercemar bahan feses. Oleh karena itu, pembuangan
kotoran yang sesuai sanitasi, meminum air bersih, mencuci tangan, dan
memasak makanan dengan benar dapat mengurangi pajanan. Apabila
hygiene kurang, penyakit diare akan merajalela.
Sistem pertahanan normal terhadap patogen yang tertelan antara
lain adalah (1) cairan lambung yang asam, (2) lapisan mukus kental yang
menutupi usus, (3) enzim litik pancreas dan deterjen empedu, dan (4)
sekresi antibodi immunoglobulin A (IgA).
Organisme patogen harus bersaing dengan bakteri komensal
penghuni tetap dalam usus bagian bawah yang berjumlah besar untuk
memperebutkan nutrien, dan semua mikroba usus secara intermiten
dikeluarkan melalui defekasi. Pertahanan pejamu melemah apabila
keasaman lambung berkurang, mendapat antibiotik yang menyebabkan
ketidakseimbangan bakteri flora normal atau terjadi hambatan peristalsis
atau obstruksi mekanis.
83
84
limfosit; yang lain, dengan respon imun lemah, memiliki lesi yang
mengandung banyak organisme, banyak makrofag, dan sedikit limfosit.
Peradangan granulomatosa adalah bentuk tersendiri dari peradangan
mononukleus yang biasanya dipicu oleh agen infeksi yang relative lambat
membelah (misalnya M.tuberculosis) dan oleh agen yang ukrannya
relatifbesar (misalnya telur skistosoma). Peradangan granulomatosa
hampir selalu mencerminkan reaksi imun selular. (Robbins,2007)
85
86
87
Gambar 1.41
Leukosit bergerak secara ameboid, Leukosit terlihat memiliki kemampuan
mengulurkan pseudopodi kedalam ruang yang mungkin ada di antara dua sel
endotel dan kemudia secara bertahap mendorong dan muncul disisi lain, suatu
proses yang disebut emigrasi atau diapedesis, memerlukan waktu beberapa menit.
Akibatnya, karena kejadian ini terjadi berulang kali di dalam venul dengan jumlah
tidak terhitung dan karena banyak leukosit yang dikirimkan ke daerah tersebut
melalui sirkulasi darah, maka sel-sel dalam jumlah yang sangat banyak masuk ke
dalam daerah peradangan dalam waktu yang relatif singkat. Berjuta-juta sel
beremigrasi ke dalam daerah peradangan yang bahkan kecil dalam waktu
beberapa jam.
b. Kemotaksis
Pergerakan leukosit di interstisial pada jaringan yang meradang setelah
leukosit tersebut beremigrasi tampaknya tidak secara acak tetapi terarah pada
berbagai sinyal kimia. Fenomena ini disebut sebagai kemotaksis. Berbagai agen
dapat memberikan sinyal kemotaktik untuk menarik leukosit, meliputi agen-agen
infeksius, jaringan rusak, dan zat-zat yang diaktifkan di dalam fraksi plasma yang
bocor dari aliran darah. Dengan demikian, kombinasi yang mulus antara
peningkatan pengiriman leukosit ke daerah tersebut (sebagai akibat hiperemia),
perubahan-perubahan dalam aliran darah yang mengakibatkan marginasi dan
pavementing, serta orientasi kemotaktik gerakan leukosit mengakibatkan
akumulasi cepat komponen leukosit yang signifikan di dalam eksudat.
88
Mediasi peradangan
Fenomena vaskular, cairan, dan selular yang dramatik pada peradangan
jelas dibawah pengawasan yang ketat. Meskipun beberapa cedera secara langsung
merusak endotel pembuluh darah dan dengan demikian menimbulkan kebocoran
protein dan cairan di daerah cedera, pada sebagian kasus cedera mencetuskan
pembentukan dan/atau pelepasan zat-zat kimia di dalam tubuh, dan mediatormediator ini menimbulkan peradangan. Banyak tipe cedera dapat mengaktifkan
mediator-mediator endogen yang sama, yang mungkin menjelaskan sifat
stereotipik respons peradangan terhadap stimulus yang berbeda. Periode laten
diantara stimulus cedera dan berkembangnya respons peradangan juga
menunjukkan peran mediator-mediator; kemampuan untuk menggelakkan aspekaspek tertentu pada reaksi dengan agen-agen penghambat farmakologik menekan
pentingnya mediator.
Banyak zat yang dilepas secara endogen dikenal sebagai mediator respons
peradangan. Pengetahuan semacam ini, pada satu sisi memberikan pengertian
yang lebih baik mengenai defisiensi dan gangguan respons peradangan dan pada
sisi lain, menunjukkan cara menekan peradangan yang tidak dikehendaki terjadi
secara klinis.
Mediator mediator digolongkan sebagai berikut:
1. amin-amin vasoaktif
2. Zat-zat yang dihasilkan oleh sistem-sistem enzim plasma
3. Metabolit asam arakidhonat
4. Produk-produk sel lain
Peradangan Granulomatosa
Suatu pola peradangan khas dan berbeda yang dapat terjadi dimana saja
adalah peradangan granulomatosa. Sifat khas peradangan ini adalah pengumpulan
makrofag dalam jumlah besar dan agregasi makrofag menjadi gumpalangumpalan nodular yang disebut granuloma. Walaupun banyak eksudat peradangan
mengandung makrofag yang cukup, pada peradangan granulomatosa, lapangan
pandang didominasi oleh lapisan sel-sel makrofag atau derivatnya, seperti sel-sel
epiteloid atau sel-sel raksasa berinti banyak. Granuloma memerlukan waktu untuk
tumbuh dan umumnya melalui tahap-tahap agak kurang akut yang terdapat
89
eksudasi cairan, neutrofil, dan protein. Emigrasi monosit yang terus menerus dan
proliferasi lokal sel-sel ini menyebabkan pembentukan massa sebagai granuloma.
Granuloma biasanya tebentuk karena adanya beberapa agen penyerang yang
menetapdidalam
jaringan
yang
resisten
terhadap
usaha
tubuh
untuk
90
91
6.
JC,
yang
menyebabkan
leukoensefalopati,
terbatas
pada
oligodendroglia pada susunan saraf pusat karena sekuensi promotor dan enhancer
DNA yang terletak di hulu gen virus JC aktif di sel glia, tetapi tidak aktif di
neuron atau sel endotel
a. Siklus Litik
92
(Saputra, 2012)
Gambar 1.42
Siklus litik ada lima (5) tahap yaitu sebagai berikut:
a.
b.
c.
93
setiap famili virus. DNA virus mengambil alih tugas DNA bakteri dan
menggunakan metabolik bakteri untuk menghasilkan komponenkomponen virus, seperti kapsid, ekor, serabut ekor, dan kepala. Sebagai
contoh, RNA polimerase digunakan oleh virs RNA negative-sense ntuk
menghasilkan RNA messenger (mRNA) positive-sense, sedangkan
reverse transcriptase digunakan oleh retrovirus untuk menghasilkan
DNA dari cetakan RNA. Enzim spesifik-virus ini merupakan titik-titik
yang dapat digunakan oleh obat untuk menghambat replikasi virus.
Subklompok HIV yang terdapat di Afrika sebelah selatan sangat virulen
karena transkripsinya sangat ditingkatkan oleh sitokin peradangan,
seperti tumor necrosis factor (TNF; faktor nekrosis tumor), yang
diinduksi oleh infeksi mikroba lain. Setiap komponen fage kemudian
bersatu dalam proses pematangan. Virus baru yang terbentuk dapat
mencapai jumlah 2001.000 virus.
d.
e.
b. Siklus lisogenik
94
Gambar 1.43
Tidak semua virus yang masuk ke dalam sel makhluk hidup lain langsung
menghancurkan dinding sel tersebut dan membuat sel tersebut lisis. DNA
virus yang masuk dalam bakteri menjadi bagian DNA inang melalui
rekombinasi. Meskipun menjadi bagian DNA inang, namun virus tidak
langsung mengambil alih metabolisme sel inang. Siklus seperti ini disebut
siklus lisogenik.
95
tertentu. Oleh sebab itu satu jenis virus hanya dapat menginfeksi
sel-sel tertentu.
b. Terjadi proses penetrasi ke sel inang.
Setelah menempel, virus menge-luarkan enzim untuk melubangi sel
bakteridan masuk ke dalam sel, asam inti virus keluar melalui
bagian ekor dan tetap berada dalam sel inang.
c. Pembentukan profage (calon virus)
DNA virus kemudian menyisip ke dalam DNA bakteri dan
membentuk profage. Jika bakteri membelah diri, profage ikut
membelah sehingga anakan sel bakteri pun mengandung profage.
Hal ini berlangsung terus-menerus sehingga jumlah bakteri yang
mengandung profage menjadi amat banyak. Jika keadaan
lingkungan mendukung, virus akan mengalami pematangan
sehingga memasuki keadaan litik.
d. Virus-virus baru pun dibentuk dan siap menyerang sel-sel lainnya.
96
d. Protein virus di permukaan sel pejam mungkin sikenal oleh sistem imun,
dan linfosit pejamu menyerang sel yang terinfeksi virus. Sebagai contoh,
gagal hati akut sewaktu infeksi HBV mungkin sipercepat oleh ligan Fas di
linfosit T sitotoksik, yang mengikat reseptor Fas di permukaan
hepatositdan memicu apoptosis (kematian sel terprogram) pada sel
sasaran. Respiratory synctitial virus, penyebab utama infeksi saluran napas
bawah pada bayi, menyebabkan pelepasan sitokin interleukin-4 (IL-4) dan
IL-5 dari sel T helper tipe TH2, yang masing-masing mengaktifkan sel
mast dan eosinofil, serta memicu mengi dan asma.
e. Virus juga dapat merusak sel yang terlibat dalam pertahanan antimikroba
pejamu sehingga terjadi infeksi sekunder. Sebagai contoh, kerusakan epitel
pernapasan akibat virus mempermudah timbulnya pnemonia yang
disebabkan oleh pneumokokus atau organisme Haemophilus, sedangkan
HIV menurunkan limfosit T helper CD4+ dan membuka gerbang untuk
membanjirnya berbagai infeksi opotunistik.
f. Infeksi virus lambat (misal, panensefalitis sklerotikans subakut yang
disebabkan oleh virus campak) memuncak pada penyakit progresif berat
setelah masa laten yang panjang. (Saputra, 2012)
DAFTAR PUSTAKA
97