Perbenihan
Media perbeihan :
1. LJ (Lowenstein Jansen) media : yaitu media yang
mengandung gliserol, asparagin, citrat, garam-garam
mineral dan bahan organik yang kompleks seperti kuning
telur dan tepung kentang.
2. Petragnani media, yaitu media yang mengandung tepung
kentang, gliserin dan telur, dan M.tuberculosis dapat
memproduksi vitamin B kompleks dan tidak perlu
tambahan vitamin dari luar.
3. MediumMiddlebrook 7H10 dan 7H11 merupakan media
semisintetik yang mengandung MgSo4, Fe, amonium
sitrat, amonium sulfat, L-asam glutamat, Na2HPO4,
Kh2PO4, glisrol, biotin dan malachit green
4. Media Sula
5. Media Tharsis
Pigmen :
M.tuberculosis berwarna krem atau putih kekuningan
Bau :
Semua mikobakteria yang saprofit berbau tidak enaknatau
busuk, sedangkan yang patogen beraroma buah
Variabilitas koloni :
Pada M.tubercuulosis koloni yang R (rough) yang virulen.
Terminologi koloni M.tuberculosis :
Sv : smooth virulent
Rv : rough virulent
Sav : smooth avirulent
Rav : rough avirulent
Rin : rough intermediate
Micro culture :
Menggunakan media Tharsis. Dibuat apusan (dari bahan px)
yang tebal pada objek glass dan dibagi 2 secara longitudinal.
Ditambahkan bahan kimia untuk mematikan bakteri
kontaminan, misalnya asam sulfat 6% selama 20 menit.
Dicuci dg aquadest, pada media ditambah
Kan darah manusia dan citrat, diinkubasi 1 mg.
Diwarnai tahan asam, diamati di bawah
mikroskop
Daya Tahan
Cord formation :
M.tuberculosis yang virulen bila dibiakkan pada media cair
yang mengandung gliserol akan membentuk serpentine cord,
yang akan tampak sebagai benang-benang yang menjulur ke
bawah dari permukaan ke dasar tabung dan sebagian
mengendap di dasar tabung. Sebaliknya, galur yang avirulen
tidak menunjukkan adanya pembentukan serpentine cord
bila kuman tersebut di tanam pada media yang sama.
Tes Merah Netral
Koloni bakteri yang virulen dapat mengikat bahan warna merah
netral, yang avirulen sebaliknya.
Tes Niasin
Tes ini berguna untuk membedakan antara M.tuberculosis dengan
M.tuberculosis sp yang lain. M.tuberculosis memproduksi niasin,
sedang yang lain tidak. Niasin ini dapat dideteksi dengan melarutkan
koloni bakteri M.tuberculosis pada larutan cyanogen bromide, yang
kemudian ditambahkan anilin sebagai indkator. Dengan reaksi ini,
bakteri yang memproduksi niasin akan memberikan fluoresensi
berwarna hijau.
Produksi katalase :
Katalase diproduksi oleh semua galur Mycobacterium, kecuali
beberapa galur yang resisten terhadap INH. Didapatkan hubungan
antara hilangnya kemampuan memproduksi katalase dengan
hilangnya sifat virulensi pada galur yang resisten terhadap INH.
Metabolit bakterial
Hasil test tuberkolin positif palsu terjadi karena beberapa hal dibawah ini :
1.Tuberkulin yang di gunakan terkontaminasi
2.Adanya infeksi ringan pada tempat penyempitan
3.Terjadinya hematum pada tempat penyuntikan
4.Jarum yang digunakan masih terlalu panas (untuk jarum yang dibakar
dengan sepirtus).
Infeksi Klinis
1. Eksperimen pada hewan coba
kera sangat peka terhadap infeksi oleh bakteri M. Tuberculosis dan M. Bovis,
juga hewan lain misalnya marmut, tikus dan kelinci.
marmut sangat berguna atau sangat ideal untuk menegakkan diagnosis,
terutama bila bahan yang dicurigai mengandung M. Tuberkulosis
terkontaminasi dan jumlahnya hanya sedikit.
2. Infeksi pada manusia
manusia sangat peka terhadap infeksi bakteri M. Tuberculosis, tetapi
sebaliknya manusia juga sangat tahan terhadap penyakit tuberculosis. Pada
suatu penelitian seorang guru yang menderita tuberculosis (open case
tuberculosis) yang mengajar di kelas, ternyata tidak semua murid di kelas
tersebut tertular tuberculosis, melainkan hanya sekitar 50-70 % yang
menunjukkan terinfeksi (memberikan test tuberkulin positif) dan hanya
beberapa orang dari murid tersebut yang menunjukkan gejala klinis
tuberculosis. Manusia dapat mengalami infeksi M. Tuberculosis, baik secara
primer maupun reinfeksi.
Infeksi Primer
Bakteri penyebab tuberculosis memasuki tubuh dapat secara inhalasi,
tertelan maupun secara kontak langsung melalui kulit. Droplet infection (per
inhalasi) merupakan cara penularan yang paling sering terjadi. Kelainan
lokal yang terjadi tergantung pada cara masuknya bakteri. Bila bakteri
masuk secara inhalasi, kelainan lokalnya di Alveoli paru-paru, menyebar ke
kelenjar limfe, trakheobronkhial, selanjuytnya ke ductus thoracicus dan
terus ke peredaran darah.
Apabila bakteri masuk ke dalam tubuh lewat mulut bersama makanan atau
minuman (ingestion), kelainan primer yang terjadi biasanya di dapatkan
pada mulut atau tonsil. Biasanya, disertai pembesaran kelenjar limfe
servikalis yang disebut adenitis cervicalis atau scrofula. Jika bakteri dapat
melakukan penetrasi pada mukosa usus, lesi primernya akan dijumpai pada
dinding usus yang disertai dengan terjadinya adenitis pada kelenjar limfe
mesenterium yang disertai dengan peritonitis.
bila bakteri tuberculosis memasuki tubuh lewat kulit, maka pada tempat
masuknya tadi akan terjadi ulserasi yang disertai dengan adenitis pada
kelenjar limfe regional. Tes tuberkulin akan positif pada minggu ke-4 sampai
ke-12 setelah tubuh kontak dengan bakteri M. Tuberculosis. Sebagian
besar bakteri yang tersebar di badan tidak mendapatkan tempat yang
sesuai dan kemudian bakteri yang tersebar di badan tidak mendapatkan
tempat yang sesuai dan kemudian bakteri ini menghilang, tetapi ada
sebagian yang mampu membentuk focus kecil-kecil dan dapat
menimbulkan gejala setelah 1 tahun sampai 10 tahun dan dapat
menyebabkan infeksi pada tulang, sendi, paru-paru dan organ lainnya.
Pada kasus yang dapat mencapai otak, dapat menyebabkan terbentuknya
tuberkuloma yang terbungkus oleh kapsul, dan tuberkuloma ini ada yang
menyalami kesembuhan, tetapi ada juga yang mengalami klasifikasi.
Sebagian yang lain akan pecah dan menyebar sampai ke otak,
menimbulkan miningitis tuberkulosis yang di ikuti oleh infasi bakteri
keperedaran darah terjadilah keadaan yang disebut miliary tuberculosis.
Tuberculosis milier dapat pula terjadi sebagai akibat pecahnya limfonodi
kaseosa ke dalam pembuluh darah balik (vena) atau pembuluh limfe yang
besar. Di negara-negara yang keadaan sosial ekonominya baik, serta
kontrol terhadap penyakit tuberkulosis ini juga baik, angka kejadian
terhadap infeksi tuberculosis pada anak-anak dapat diturunkan.
Reinfeksi Tuberculosis
bentuk kliunis dari reinfeksi dari tuberculosis, umumnya adalah penyakit
yang didapatkan pada paru-paru. Keadaan ini umumnya terjadi sebagai
akibat penyebaran dari fokus yang mengalami pengejuan dari infeksi primer
pada sistem limfe. Reinfeksi tuberculosis ini dapat pula terjadi sebagai
akibat inhalasi bakteri dari sekitarnya (exogenous infection). Reinfeksi atau
reaktifasi tuberkulosis mempunyai ciri-ciri. Lesi yang kronis, bersifat
produktif disertai pembentukkan tuberkel, pengejuan, dan adanya fibrosis.
Kelenjar limfe regional tidak begitu terlibat dalam proses dan biasanya
prosesnya dimulai dari bagian afeks paru-paru.
Diagnosis Laboratorium
mikobakteria yang patogen maupun yang saprofit dapat di isolasi dari tubuh
manusia.
Bahan Pemeriksaan
sebaiknya, bahan pemeriksaan ditampung di tempat yang steril. Sebagai
bahan pemeriksaan, dapat berupa sputum masa yang mengalami
pengejuan (caseous mass), Urin, cairan pleura, cairan cerebrospinalis,
cairan peritoneum, cairan bilas lambung, dan biopsi jaringan. Dari bahan
pemeriksaan yang berasal dari sputum, urin, pus atau masa pengejuan,
umumnya akan didapatkan bakteri lain selain M. Tuberculosis oleh karena
itu, apabila yang akan di biakkan adalah spesimen berupa sputum, massa
kaseosa atau urin, maka terlebih dahulu dilakukan metode konsentrasi
untuk menghilangkan bakteri kontaminan dan meningkatkan kemungkinan
terisolasinya M. Tuberculosis. Sebaliknya, yang akan dibiakkan adalah
cairan serebrospinalis, cairan pleura, atau cairan peritoneum maka tidak
diperlukan metode konsentrasi karena bahan pemeriksaan tersebut
dianggap berasal dari daerah yang steril.