Anda di halaman 1dari 22

Dosen :

Misbahul Huda, S.Si., M.Kes


Mycobacterium tuberculosis

Menyebabkan penyakit tuberkulosis, dapat menyebabkan


kematian, dapat dikendalikan degan obat-obat
tuberkulosttika dan vaksin BCG.
Robert Koch (1882), dengan Postulat Koch nya :
1.Bakteri penyebab tuberkulosis dapat dibuat biakan murni
2.Dari biakan murni diinokulasi pada hewan
3.dapat menimbulkan gejala klinis sama seperti pada
manusia (penderita).
4.Dari hewan coba tersebut, dapat dibuat biakkan murni
kembali.
Fenomena diatas dikenal dengan postulat koch
MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

M. Tuberculosis berbentuk batang langsing, lurus atau


sedikit bengkok dengan ujung tumpul, panjang 1-4 m dan
lebar 0,2-0,5 m, tidak bergerak, tidak berspora dan tidak
berkapsul. Dinding sel dan membran plas terdiri dari 3
lapisan. Dinding sel terdiri dari lapisan lilin (wax).

Granula Much dijumpai pada bahan opemeriksaan pus dari


abses tuberkulosis, eksudat yang serous atau sputum dan
bersifat non-acidfast. Granula much bersifat gram positif
dan apabila di inokulasikan pada hewan coba dapat
menimbulkan gejala mirip tuberkulosis.
Pewarnaan
M.Tuberculosis sukar diwarnai dengan cara pewarnaan untuk bakteri
Pada umumnya, bila dapat diwarnai dengan pewarnaan Gram maka
Bersifat Gram Positif.

Pewarnaan melihat morfologi diwarnai tahan asam (acid fast staining)


Misalnya pewarnaan cara Kinyoun, Tan Thiam Hok dan Ziehl Neesen
Bteri berwarna merah terang dengan latar belakang biru..

Perbenihan

Dapat tumbuh lambat pada media yang mengandung inpissated


serum, telur dan tepung kentang. Tumbuh baik pada pH 6-7,6
dan pH optimal 6,8.
Waktu inkubasi 3-8 minggu, bila 8 minggu tidak ada
pertumbuhan dan pengecatan tahan asam negatif, dinyatakan
tidak ada pertumbuhan.
Waktu regenerasi 20-24 jam dan dapat dipercepat menjadi 13-15
jam dengan menambah serum sapi pada media dasar. Bersifat
aerob obligat, suhu optimum 37oC.
Sifat-sifat koloni :

Koloni berwarna krem, permukaan nya tidak rata atau


berdungkul-dungkul seperti Bunga kubis kering.
Pada medium pepton broth + 5% gliserin tumbuh pad
permukaan medium, membentuk lapisan tipis dan semakin
menebal berwarna putih kekuningan, berkerut-kerut yg
menutup seluruh permukaan.

Pada media cair + Tween 80 yaitu derivat asam lemak yang


bersifat water-soluble wetting agent, maka prtumbuhan
M.tuberculosis dipercepat pada seluruh media perbenihan.

Media perbeihan :
1. LJ (Lowenstein Jansen) media : yaitu media yang
mengandung gliserol, asparagin, citrat, garam-garam
mineral dan bahan organik yang kompleks seperti kuning
telur dan tepung kentang.
2. Petragnani media, yaitu media yang mengandung tepung
kentang, gliserin dan telur, dan M.tuberculosis dapat
memproduksi vitamin B kompleks dan tidak perlu
tambahan vitamin dari luar.
3. MediumMiddlebrook 7H10 dan 7H11 merupakan media
semisintetik yang mengandung MgSo4, Fe, amonium
sitrat, amonium sulfat, L-asam glutamat, Na2HPO4,
Kh2PO4, glisrol, biotin dan malachit green
4. Media Sula
5. Media Tharsis

Pigmen :
M.tuberculosis berwarna krem atau putih kekuningan

Bau :
Semua mikobakteria yang saprofit berbau tidak enaknatau
busuk, sedangkan yang patogen beraroma buah
Variabilitas koloni :
Pada M.tubercuulosis koloni yang R (rough) yang virulen.
Terminologi koloni M.tuberculosis :
Sv : smooth virulent
Rv : rough virulent
Sav : smooth avirulent
Rav : rough avirulent
Rin : rough intermediate

Micro culture :
Menggunakan media Tharsis. Dibuat apusan (dari bahan px)
yang tebal pada objek glass dan dibagi 2 secara longitudinal.
Ditambahkan bahan kimia untuk mematikan bakteri
kontaminan, misalnya asam sulfat 6% selama 20 menit.
Dicuci dg aquadest, pada media ditambah
Kan darah manusia dan citrat, diinkubasi 1 mg.
Diwarnai tahan asam, diamati di bawah
mikroskop
Daya Tahan

Bakteri ini sangat tahan terhadap pemanasan.


Biakan .tuberculosis yg disimpan pada suhu 37oC
tetap hidup tanpa kekurangan virulensinya selama
12 tahun.
Bakteri M.tuberculosis yg ada pada media
perbenihan, bila terkena sinar matahari secara
langsung akan mati dalam waktu 2 jam. Bila dalam
sputum dan terkena sinar matahari langsung akan
mati dalam 20-30 jam. Bila berada pada sputum
kering yang terlindung dari sinar matahari, akan
bertahan hidup 6-8 bulan. Pada butir-butir sputum
dalam debu, kuman M.tuberculosis akan tetap
infeksius selama 8-10 hari.
Terhadap pengaruh desinfektans bakteri ini sangat
tahan bila dibandingkan dengan bakteri lain.
Terhadap pengaruh 5% fenol, bakteri tersebut baru
mati dalam waktu 24 jam. Tindakan pasteurisasi
cukup efektif untuk mematikan kuman
M.tuberculosis yang berada dalam susu atau bahan
makanan lainnya yang berasal dari susu.
M.tuberculosis cepat mati oleh pengaruh
pemanasan basah.

Obat yang efektif untuk mematikan bakteri


tersebut, antara lain INH, pirazinamid,
streptomisin, rifampisin. PAS kurang efektif, tetapi
dapat terjadinya resistensi.
Bakteri tuberculosis yang virulen pada manusia
adalah bakteri yang cepat resisten terhadap
streptomisin, PAS dan pirazinamid.
Struktur Antigen

Beberapa bagian tertentu sel bakteri bersifat


antigenetik, misalnya dinding sel yang mengandung
polisakarida, protein dan polipeptida. Membran
sitoplasma yang terdiri atas protein juga bersifat
antigenik. Beberapa bahan yang bersifat antigenik
tersebut ada yang bersifat spesies spesifik, tetapi
yang lainnya bersifat sebagai common antigen.
Faktor Virulensi

Tidak memproduksi eksotoksin dan endotoksin.


Beberapa hal penyebab virulensi atau patogenitas, misalnya :
1. Cord formation
2. Tes merah netral
3. Migrasi sel PMN
4. Tes Niasin
5. Produksi katalase

Cord formation :
M.tuberculosis yang virulen bila dibiakkan pada media cair
yang mengandung gliserol akan membentuk serpentine cord,
yang akan tampak sebagai benang-benang yang menjulur ke
bawah dari permukaan ke dasar tabung dan sebagian
mengendap di dasar tabung. Sebaliknya, galur yang avirulen
tidak menunjukkan adanya pembentukan serpentine cord
bila kuman tersebut di tanam pada media yang sama.
Tes Merah Netral
Koloni bakteri yang virulen dapat mengikat bahan warna merah
netral, yang avirulen sebaliknya.

Migrasi sel PMN


M.Tuberculosis yang virulen dapat menghambat pergerakan sel-sel
leukosit PMN, yang avirulen sebaliknya.

Tes Niasin
Tes ini berguna untuk membedakan antara M.tuberculosis dengan
M.tuberculosis sp yang lain. M.tuberculosis memproduksi niasin,
sedang yang lain tidak. Niasin ini dapat dideteksi dengan melarutkan
koloni bakteri M.tuberculosis pada larutan cyanogen bromide, yang
kemudian ditambahkan anilin sebagai indkator. Dengan reaksi ini,
bakteri yang memproduksi niasin akan memberikan fluoresensi
berwarna hijau.

Produksi katalase :
Katalase diproduksi oleh semua galur Mycobacterium, kecuali
beberapa galur yang resisten terhadap INH. Didapatkan hubungan
antara hilangnya kemampuan memproduksi katalase dengan
hilangnya sifat virulensi pada galur yang resisten terhadap INH.
Metabolit bakterial

Bakteri M.tuberculosis tidak memproduksi


eksotoksin maupun endotoksin. Bakteri ini memiliki
bahan lipid yang jumlahnya 20-40% dari berat kering
sel bakteri. Bahan lipid inilah yang menyebabkan
bakteri bersifat hidrofobik dan tumbuh pad
permukaan media apabila dibiakkan pada media cair,
dan banyaknya bahan lipid ini menyebabkan bakteri
bersifat relatif sukar diwarnai, tahan terhadap
pelunturan oleh bahan yang bersifat asam, tidak
mudah mati dengan pemberian bahan-bahan alkalis,
dan resisten terhadap pengaruh proses fatogenitas,
serta pertumbuhannya lambat.
Tes Tuberkulin

Tes tersebut mempunyai peranan yang sangat dalam


mengontrol penyakit tuberkulosis, sebab dengan melakukan
tes tuberkulin dapat diketahui apakah seseorang sudah
pernah atau sedang mengalami infeksi oleh M.tuberculosis
Dasar dari tes tuberkulin adalah bahwa seseorang yg
mengalami infeksi oleh M.tuberculosis akan menjadi
hipersensitif terhadap protein dari mikroorganisme ini.
Hanya dua macam tuberkulin yang secara praktis digunakan
saat ini, yaitu Old Tuberculin (OT) yang di perkenalkan oleh
Koch dan Seibert purified protein derifative atau PPD.
Cara melakukan tes tuberkulin
Ada beberapa cara untuk melakukan tes tuberkulin, yaitu :
1.Cara dari Koch
2.Cara dari Mantoux
3.Cara dari Volmer
4.Cara dari Von Pirquet
5.Cara Heaf/multiple puncture

Cara dari Koch


Tes tersebut diberikan subkutan. Pada tes yang positif,
biasanya, penderita atau orang yang di tes menunjukkan
febris 6-12 jam setelah penyuntikan. Pada manusia sudah
ditinggalkan cara seperti ini

Cara dari Mantoux


Sebagai bahan tes adalah OT atau PPD, yang
Disuntikkan secara intrakutan. Hasil tes dibaca
48 jam atau 72 jam setelah penyuntikan.
Hasil dikatakan positif bila pada tempat penyuntikan terdapat
indurasi seluas 5 mm atau lebih dianggap meragukan, dan bila luas
indurasinya 1-3 cm menunjukkan bahwa orang yang di tes adalah alerggi.
Hasil negatif palsu pada tes tuberkulin dapat disebabkan oleh beberapa hal di
bawah ini :
1.Tuberkulin yang digunakan sudah rusak,
2.Penyuntikan yang terlalu dalam,
3.Keadaan fisiologis dari kulit, dan
4.Adanya tes kulit yang lebih dari satu (multiple test).

Hasil test tuberkolin positif palsu terjadi karena beberapa hal dibawah ini :
1.Tuberkulin yang di gunakan terkontaminasi
2.Adanya infeksi ringan pada tempat penyempitan
3.Terjadinya hematum pada tempat penyuntikan
4.Jarum yang digunakan masih terlalu panas (untuk jarum yang dibakar
dengan sepirtus).

Cara dari Von Pirquet


setelah kulit digores (screatcheed), selanjutnya di tetesi dengan dua
tetes tuberkulin. Tetesan tuberkulin tadi di biarkan kering dengan sendirinya.
Cara dari Volmer
cara ini disebut pula dengan patch test.
Cara ini menggunakan pita plester yang mengandung larutan tuberkulin,
Selanjutnya ditempelkan pada kulit selama 24 jam

Cara Heaf/ multiple puncture


Cara ini digunakan untuk keperluan survei atau uji saring (screening test).
Untuk keperluan diagnostik, sebaiknya, cara ini tidak digunakan. pada cara ini,
digunakan alat yang mirip pistol yang dilengkapi banyak jarum pada ujungnya.
Pada ujung-ujung jarum diberi larutan tuberkulin yang selanjutnya di
tambakkan pada kulit penderita. Kedalaman tusukkan dapat diatur sehingga
tusukan tidak melampaui jaringan kulit. Pembacaan hasil dari cara ini seperti
pada cara mantoux, demikian pula interpretasinya.

Infeksi Klinis
1. Eksperimen pada hewan coba
kera sangat peka terhadap infeksi oleh bakteri M. Tuberculosis dan M. Bovis,
juga hewan lain misalnya marmut, tikus dan kelinci.
marmut sangat berguna atau sangat ideal untuk menegakkan diagnosis,
terutama bila bahan yang dicurigai mengandung M. Tuberkulosis
terkontaminasi dan jumlahnya hanya sedikit.
2. Infeksi pada manusia
manusia sangat peka terhadap infeksi bakteri M. Tuberculosis, tetapi
sebaliknya manusia juga sangat tahan terhadap penyakit tuberculosis. Pada
suatu penelitian seorang guru yang menderita tuberculosis (open case
tuberculosis) yang mengajar di kelas, ternyata tidak semua murid di kelas
tersebut tertular tuberculosis, melainkan hanya sekitar 50-70 % yang
menunjukkan terinfeksi (memberikan test tuberkulin positif) dan hanya
beberapa orang dari murid tersebut yang menunjukkan gejala klinis
tuberculosis. Manusia dapat mengalami infeksi M. Tuberculosis, baik secara
primer maupun reinfeksi.

Infeksi Primer
Bakteri penyebab tuberculosis memasuki tubuh dapat secara inhalasi,
tertelan maupun secara kontak langsung melalui kulit. Droplet infection (per
inhalasi) merupakan cara penularan yang paling sering terjadi. Kelainan
lokal yang terjadi tergantung pada cara masuknya bakteri. Bila bakteri
masuk secara inhalasi, kelainan lokalnya di Alveoli paru-paru, menyebar ke
kelenjar limfe, trakheobronkhial, selanjuytnya ke ductus thoracicus dan
terus ke peredaran darah.
Apabila bakteri masuk ke dalam tubuh lewat mulut bersama makanan atau
minuman (ingestion), kelainan primer yang terjadi biasanya di dapatkan
pada mulut atau tonsil. Biasanya, disertai pembesaran kelenjar limfe
servikalis yang disebut adenitis cervicalis atau scrofula. Jika bakteri dapat
melakukan penetrasi pada mukosa usus, lesi primernya akan dijumpai pada
dinding usus yang disertai dengan terjadinya adenitis pada kelenjar limfe
mesenterium yang disertai dengan peritonitis.
bila bakteri tuberculosis memasuki tubuh lewat kulit, maka pada tempat
masuknya tadi akan terjadi ulserasi yang disertai dengan adenitis pada
kelenjar limfe regional. Tes tuberkulin akan positif pada minggu ke-4 sampai
ke-12 setelah tubuh kontak dengan bakteri M. Tuberculosis. Sebagian
besar bakteri yang tersebar di badan tidak mendapatkan tempat yang
sesuai dan kemudian bakteri yang tersebar di badan tidak mendapatkan
tempat yang sesuai dan kemudian bakteri ini menghilang, tetapi ada
sebagian yang mampu membentuk focus kecil-kecil dan dapat
menimbulkan gejala setelah 1 tahun sampai 10 tahun dan dapat
menyebabkan infeksi pada tulang, sendi, paru-paru dan organ lainnya.
Pada kasus yang dapat mencapai otak, dapat menyebabkan terbentuknya
tuberkuloma yang terbungkus oleh kapsul, dan tuberkuloma ini ada yang
menyalami kesembuhan, tetapi ada juga yang mengalami klasifikasi.
Sebagian yang lain akan pecah dan menyebar sampai ke otak,
menimbulkan miningitis tuberkulosis yang di ikuti oleh infasi bakteri
keperedaran darah terjadilah keadaan yang disebut miliary tuberculosis.
Tuberculosis milier dapat pula terjadi sebagai akibat pecahnya limfonodi
kaseosa ke dalam pembuluh darah balik (vena) atau pembuluh limfe yang
besar. Di negara-negara yang keadaan sosial ekonominya baik, serta
kontrol terhadap penyakit tuberkulosis ini juga baik, angka kejadian
terhadap infeksi tuberculosis pada anak-anak dapat diturunkan.

Reinfeksi Tuberculosis
bentuk kliunis dari reinfeksi dari tuberculosis, umumnya adalah penyakit
yang didapatkan pada paru-paru. Keadaan ini umumnya terjadi sebagai
akibat penyebaran dari fokus yang mengalami pengejuan dari infeksi primer
pada sistem limfe. Reinfeksi tuberculosis ini dapat pula terjadi sebagai
akibat inhalasi bakteri dari sekitarnya (exogenous infection). Reinfeksi atau
reaktifasi tuberkulosis mempunyai ciri-ciri. Lesi yang kronis, bersifat
produktif disertai pembentukkan tuberkel, pengejuan, dan adanya fibrosis.
Kelenjar limfe regional tidak begitu terlibat dalam proses dan biasanya
prosesnya dimulai dari bagian afeks paru-paru.
Diagnosis Laboratorium
mikobakteria yang patogen maupun yang saprofit dapat di isolasi dari tubuh
manusia.

Bahan Pemeriksaan
sebaiknya, bahan pemeriksaan ditampung di tempat yang steril. Sebagai
bahan pemeriksaan, dapat berupa sputum masa yang mengalami
pengejuan (caseous mass), Urin, cairan pleura, cairan cerebrospinalis,
cairan peritoneum, cairan bilas lambung, dan biopsi jaringan. Dari bahan
pemeriksaan yang berasal dari sputum, urin, pus atau masa pengejuan,
umumnya akan didapatkan bakteri lain selain M. Tuberculosis oleh karena
itu, apabila yang akan di biakkan adalah spesimen berupa sputum, massa
kaseosa atau urin, maka terlebih dahulu dilakukan metode konsentrasi
untuk menghilangkan bakteri kontaminan dan meningkatkan kemungkinan
terisolasinya M. Tuberculosis. Sebaliknya, yang akan dibiakkan adalah
cairan serebrospinalis, cairan pleura, atau cairan peritoneum maka tidak
diperlukan metode konsentrasi karena bahan pemeriksaan tersebut
dianggap berasal dari daerah yang steril.

Anda mungkin juga menyukai