Anda di halaman 1dari 13

SALMONELLA TYPHOSA

PENDAHULUAN

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh kuman
batang gram negatif Salmonella typhi maupun Salmonella paratyphi A,B,C.
Penyakit ini ditularkan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh
kuman tersebut, dikenal sebagai penularan tinja-mulut (Fecaloral). Oleh karena
itu penting kebiasaan untuk cara hidup bersih. Kuman masuk ke saluran cerna, usus
dan kelenjar limfe usus, selanjutnya melalui aliran darah masuk ke hati dan limpa.
Di Indonesia, demam tifoid masih merupakan penyakit endemis utama. Bila timbul
penyulit maka penyakit ini dapat menimbulkan kematian. Diagnosis awal amat
penting untuk dapat ditegakkan agar penyakit dapat diterapi dengan adekuat untuk
mencegah timbulnya penyulit yang mungkin terjadi. Selain itu diperkirakan ada 3%
orang yang terinfeksi yang akan menjadi pembawa (carrier) sehingga dapat
menularkan penyakit kepada orang lain dan lingkungannya. Pada tulisan ini akan
dibahas secara singkat gejala klinis dan diagnosis laboratorium Demam tipoid.
Oleh Ewning Salmonella di klasifikasikan dalam 3 spesies : 1. Salmonella choleraesuis,
2. Salmonella typhi, 3. Salmonella enteritidis, dan kuman dengan tipe antigenic yang lain
di masukkan ke dalam serotip dari Salmonella paratyphi enteritidis bukan sebagai spesies
baru lainnya. Misalnya Salmonella paratyphi A sekarang diklasifikasikan sebagai
Samonella enteritidis biosero-tip paratyphi A.

Morfologi

Kuman berbentuk batang, tidak berspora, pada pewarnaan gram bersifat negative Gram,
ukuran 1-3,5 um x 0,5-0,8 um, besar koloni rata-rata 2-4 mm, mempunyai flagel peritrikh
kecuali Salmonella Pulllorum dan Salmonella gallinarum.
Fisiologi

Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob, pada suhu 15-410 C ( suhu
pertumbuhan optimum 37,50 C ) dan Ph pertumbuhan 6-8. Pada umumnya isolate kuman
Salmonella dikenal dengan sifat-sifat: gerak positif, reaksi fermentasi terhadap manitol
dan sorbitol positif dan memberikan hasil negatif pada reaksi indol,DNase,fenilalanin
deaminase,urease,Voges Proskouer,reaksi fermentasi terhadap sucrose,lactose,adonitol
serta tidak tumbuh dalam larutan KCN. Ketiga spesies salmonella dapat dibedakan
dengan reaksi biokimia di bawah ini :

S. choleraesuis S. enteretidis S.typhi

Sitrat Negative Positif Negative

Ornitin Positif Positif Negative


dekarboksilase
Gas dari fermentasi Positif Positif Negative
glukosa
Fermentasi trehalosa Negative Positif Positif

Dulsitol negatif Positif Negative

Sebagian besar isolate salmonella yang berasal dari bahan klinik menghasilkan H2S.
pembentukan H2S ini bervariasi, misalnya hanya pada 50% Salmonella choleraesuis dan
10% Salmonella enteritidis bioserotip A yang menghasilkan H2S. Salmonella typhi hanya
membentuk sedikit H2S dan tidak memebentuk gas pada fermentasi glukosa. Pada agar
SS,Endo,EMB dan MacConkey koloni kuman berbentuk bulat, kecil dan tidak berwarna,
pada agar Wilson-Blair koloni kuman berwarna hitam.
SKEMA CARA SALMONELLA MENGINFEKSI MANUSIA
KENALI GEJALA

Cara terbaik menghadapi demam tifoid adalah mengetahui gejala awal penyakit ini.
Antara lain:
* Demam lebih dari seminggu
Siang hari biasanya terlihat segar namun malamnya demam tinggi. Suhu tubuh naik-
turun.
* Mencret
Bakteri Salmonella typhi juga menyerang saluran cerna karena itu saluran cerna
terganggu. Tapi pada sejumlah kasus, penderita malah sulit buang air besar.
* Mual Berat
Bakteri Salmonella typhi berkumpul di hati, saluran cerna, juga di kelenjar getah bening.
Akibatnya, terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa
mual.
* Muntah
Karena rasamual, otomatis makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar
lagi lewat mulut. Karena itu harus makan makanan yang lunak agar mudah dicerna.
Selain itu, makanan pedas dan mengandung soda harus dihindari agar saluran cerna yang
sedang luka bisa diistirahatkan.
* Lidah kotor
Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan merasa
lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.
* Lemas, pusing, dan sakit perut
* Terkesan acuh tak acuh bahkan bengong
Ini terjadi karena adanya gangguan kesadaran. Jika kondisinya semakin parah, seringkali
tak sadarkan diri/pingsan.
* Tidur pasif
Penderita merasa lebih nyaman jika berbaring atau tidur. Saat tidur, akan pasif (tak
banyak gerak) dengan wajah pucat.

Gejala Klinik

Umumnya gejala klinis timbul 8-14 hari setelah infeksi yang ditandai dengan demam
yang tidak turun selama lebih dari 1 minggu terutama sore hari, pola demam yang
khas adalah kenaikan tidak turun selama lebih dari 1 minggu terutama sore hari,
pola demam yang khas adalah kenaikan tidak langsung tinggi tetapi bertahap seperti
anak tangga (stepladder), sakit kepala hebat, nyeri otot, kehilangan selera makan
(anoreksia), mual, muntah, sering sukar buang air besar (konstipasi) dan sebaliknya
dapat terjadi diare. Pada pemeriksaan fisik didapatkan peningkatan suhu tubuh,
debar jantung relative lambat (bradikardi), lidah kotor, pembesaran hati dan limpa
(hepatomegali dan splenomegali), kembung (meteorismus), radang paru
(pneumomia) dan kadang-kadang dapat timbul gangguan jiwa. Penyulit lain yang
dapat terjadi adalah pendarahan usus, dinding usus bocor (perforasi), radang
selaput perut (peritonitis) serta gagal ginjal.
Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Laboratorium meliputi pemeriksaan hematologi, urinalis, kimia klinik,


imunoreologi, mikrobiologi, dan biologi molekular. Pemeriksaan ini ditujukan untuk
membantu menegakkan diagnosis (adakalanya bahkan menjadi penentu diagnosis),
menetapkan prognosis, memantau perjalanan penyakit dan hasil pengobatan serta
timbulnya penyulit.

1. Hematologi

 Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit


perdarahan usus atau perforasi.
 Hitung leukosit sering rendah (leukopenia), tetapi dapat pula normal atau
tinggi.
 Hitung jenis leukosit: sering neutropenia dengan limfositosis relatif.
 LED ( Laju Endap Darah ) : Meningkat
 Jumlah trombosit normal atau menurun (trombositopenia).

2. Urinalis

 Protein: bervariasi dari negatif sampai positif (akibat demam)


 Leukosit dan eritrosit normal; bila meningkat kemungkinan terjadi penyulit.

3. Kimia Klinik

Enzim hati (SGOT, SGPT) sering meningkat dengan gambaran peradangan sampai
hepatitis Akut.

4. Imunorologi

 Widal

Pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya antibodi


(didalam darah) terhadap antigen kuman Samonella typhi / paratyphi
(reagen). Uji ini merupakan test kuno yang masih amat popular dan paling
sering diminta terutama di negara dimana penyakit ini endemis seperti di
Indonesia. Sebagai uji cepat (rapitd test) hasilnya dapat segera diketahui.
Hasil positif dinyatakan dengan adanya aglutinasi. Karena itu antibodi jenis
ini dikenal sebagai Febrile agglutinin.

Hasil uji ini dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga dapat memberikan hasil
positif palsu atau negatif palsu. Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh
faktor-faktor, antara lain pernah mendapatkan vaksinasi, reaksi silang
dengan spesies lain (Enterobacteriaceae sp), reaksi anamnestik (pernah
sakit), dan adanya faktor rheumatoid (RF). Hasil negatif palsu dapat
disebabkan oleh karena antara lain penderita sudah mendapatkan terapi
antibiotika, waktu pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit, keadaan
umum pasien yang buruk, dan adanya penyakit imunologik lain.

Diagnosis Demam Tifoid / Paratifoid dinyatakan bila a/titer O = 1/160 ,


bahkan mungkin sekali nilai batas tersebut harus lebih tinggi mengingat
penyakit demam tifoid ini endemis di Indonesia. Titer O meningkat setelah
akhir minggu. Melihat hal-hal di atas maka permintaan tes widal ini pada
penderita yang baru menderita demam beberapa hari kurang tepat. Bila hasil
reaktif (positif) maka kemungkinan besar bukan disebabkan oleh penyakit
saat itu tetapi dari kontrak sebelumnya.

 Elisa Salmonella typhi/ paratyphi lgG dan lgM

Pemeriksaan ini merupakan uji imunologik yang lebih baru, yang dianggap
lebih sensitif dan spesifik dibandingkan uji Widal untuk mendeteksi Demam
Tifoid/ Paratifoid. Sebagai tes cepat (Rapid Test) hasilnya juga dapat segera
di ketahui. Diagnosis Demam Typhoid/ Paratyphoid dinyatakan 1/ bila lgM
positif menandakan infeksi akut; 2/ jika lgG positif menandakan pernah
kontak/ pernah terinfeksi/ reinfeksi/ daerah endemik.

5. Mikrobiologi

 Kultur (Gall culture/ Biakan empedu)

Uji ini merupakan baku emas (gold standard) untuk pemeriksaan Demam Typhoid/
paratyphoid. Interpretasi hasil : jika hasil positif maka diagnosis pasti untuk Demam
Tifoid/ Paratifoid. Sebalikanya jika hasil negati, belum tentu bukan Demam Tifoid/
Paratifoid, karena hasil biakan negatif palsu dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu antara lain jumlah darah terlalu sedikit kurang dari 2mL), darah tidak segera
dimasukan ke dalam medial Gall (darah dibiarkan membeku dalam spuit sehingga
kuman terperangkap di dalam bekuan), saat pengambilan darah masih dalam
minggu- 1 sakit, sudah mendapatkan terapi antibiotika, dan sudah mendapat
vaksinasi.

Kekurangan uji ini adalah hasilnya tidak dapat segera diketahui karena perlu waktu
untuk pertumbuhan kuman (biasanya positif antara 2-7hari, bila belum ada
pertumbuhan koloni ditunggu sampai 7 hari). Pilihan bahan spesimen yang
digunakan pada awal sakit adalah darah, kemudian untuk stadium lanjut/ carrier
digunakan urin dan tinja.
6. Biologi molekular.

 PCR (Polymerase Chain Reaction) Metode ini mulai banyak dipergunakan.


Pada cara ini di lakukan perbanyakan DNA kuman yang kemudian
diindentifikasi dengan DNA probe yang spesifik. Kelebihan uji ini dapat
mendeteksi kuman yang terdapat dalam jumlah sedikit (sensitifitas tinggi)
serta kekhasan (spesifitas) yang tinggi pula. Spesimen yang digunakan dapat
berupa darah, urin, cairan tubuh lainnya serta jaringan biopsi.

Daya Tahan

Kuman mati pada suhu 560C juga pada keadaan kering. Dalam air bias tahan selama 4
minggu. Hidup subur pada medium yang mengandung garam empedu, tahan terhadap zat
warna hijau brillian dan senyawa Natrium tetrationat, dan Natrium deoksikholat.
Senyawa- senyawa ini menghambat pertumbuhan kuman koliform sehingga senyawa-
senyawa tersebut dapat digunakan di dalam media untuk isolasi kuman Salmonella dari
tinja. Salmonella choleraesuis dipakai sebagai control kuman terhadap preparat fenol.

Struktur Antigen

Antigen somatic, serupa dengan antigen somatic (O) kuman Enterebacteriaceae lainnya.
Antigen ini tahan terhadap pemanasan 1000C, alcohol dan asam. Antibody yang dibentuk
terutama IgM.
Antigen flagel, pada Salmonella antigen ini ditemukan dalam 2 fase; fase1. spesifik, fase
2. tidak spesifik. Antigen H rusak pada pemanasan diatas suhu 60 derajat C,alcohol,asam.
Antibody yang dibentuk bersifat IgG. Antigen Vi, adalah polimer dari polisakharida yang
bersifat asam, terdapat pada bagian yang paling luar dari badan kuman. Dapat dirusak
dengan pemanasan 600C selama 1 jam, pada penambahan fenol dan asam. Kuman yang
mempunyai antigen Vi ternyata lebih virulen baik terhadap binatang maupun manusia.
Antigen Vi juga menentukan kepekaan kuman terhadap bakteriofaga dan dalam
laboratorium sangat berguna untuk diagnosa cepat kuman S.typhi yaitu dengan cara tes
agglutination slide dengan Vi antiserum. Persamaan factor-faktor antigen O dan antigen
H menjadi dasar penggolongan kuman Salmonella ke dalam serogrup dan serotipnya
yakni : penggolongan ke dalam serogrup yang sama (serogrup A, B,C I) bila terdapat
persamaan factor-faktor yang dominanpada antigen O; dan penggolongan ke dalam
serotip (dulu disebut spesies) yang sama bila terdapat persamaan factor-faktor antigen H
(fase 1 dan 2) serta factor-faktor lain pada antigen O.
Sebagai contoh:
Antigen O AntigenO Antigen H Antigen K
grup
S. enteridis
Bioserotip A 1,2,12 -
paratyphi A
Bioserotip B 1,4,5,12 -
paratyphi B
Bioserotip C 6,7 Vi
paratyphi
S. typh D 9,12 Vi

Spesies Salmonella typhi dan Salmonella choleraesuis masing-masing terdiri dari satu
serotip sedangkan Salmonella enteritidis terdiri dari1400 serotip.

 Perawatan dan Pengobatan Penyakit Demam Tifoid


Perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam Tifoid atau types
bertujuan menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah
terjadinya komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali. Pengobatan penyakit
tifus dilakukan dengan jalan mengisolasi penderita dan melakukan desinfeksi pakaian,
faeces dan urine untuk mencegah penularan. Pasien harus berbaring di tempat tidur
selama tiga hari hingga panas turun, kemudian baru boleh duduk, berdiri dan berjalan.

Selain obat-obatan yang diberikan untuk mengurangi gejala yang timbul seperti demam
dan rasa pusing (Paracetamol), Untuk anak dengan demam tifoid maka pilihan
antibiotika yang utama adalah kloramfenikol selama 10 hari dan diharapkan terjadi
pemberantasan/eradikasi kuman serta waktu perawatan dipersingkat. Namun beberapa
dokter ada yang memilih obat antibiotika lain seperti ampicillin, trimethoprim-
sulfamethoxazole, kotrimoksazol, sefalosporin, dan ciprofloxacin sesuai kondisi pasien.
Demam berlebihan menyebabkan penderita harus dirawat dan diberikan cairan Infus.

 Komplikasi Penyakit Demam Tifoid


Komplikasi yang sering dijumpai pada anak penderita penyakit demam tifoid adalah
perdarahan usus karena perforasi, infeksi kantong empedu (kolesistitis), dan hepatitis.
Gangguan otak (ensefalopati) kadang ditemukan juga pada anak.

 Diet Penyakit Demam Tifoid


Penderita penyakit demam Tifoid selama menjalani perawatan haruslah mengikuti
petunjuk diet yang dianjurkan oleh dokter untuk di konsumsi, antara lain :

1. Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.


2. Tidak mengandung banyak serat.
3. Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.
4. Makanan lunak diberikan selama istirahat.
Untuk kembali ke makanan "normal", lakukan secara bertahap bersamaan dengan
mobilisasi. Misalnya hari pertama dan kedua makanan lunak, hari ke-3 makanan biasa,
dan seterusnya.

 Pencegahan Penyakit Demam Tifoid


Pencegahan penyakit demam Tifoid bisa dilakukan dengan cara perbaikan higiene dan
sanitasi lingkungan serta penyuluhan kesehatan. Imunisasi dengan menggunakan vaksin
oral dan vaksin suntikan (antigen Vi Polysaccharida capular) telah banyak digunakan.
Saat ini pencegahan terhadap kuman Salmonella sudah bisa dilakukan dengan vaksinasi
bernama chotipa (cholera-tifoid-paratifoid) atau tipa (tifoid-paratifoid). Untuk anak usia 2
tahun yang masih rentan, bisa juga divaksinasi.
demam tifoid tak boleh dianggap enteng. "Harus diobati secara total." Karena itu, jika
dosis obat ditetapkan 4 kali sehari, harus ditaati. "Kalau cuma diminum 3 kali sehari,
kuman tak akan mati." Pengobatan yang tak tuntas, membuat bakteri akan terus terbawa
dan berkembang biak. "Tingkat kemungkinan kambuh lagi, sampai 15 persen."
betapa cepatnya bakteri ini berkembang biak dan menjalar ke mana-mana melalui
pembuluh darah. "Bisa menyLINGKUNGAN HIDUP

1. Sediakan air minum yang memenuhi syarat. Misalnya, diambil dari tempat yang
higienis, seperti sumur dan produk minuman yang terjamin. Jangan gunakan air yang
sudah tercemar. Jangan lupa, masak air terlebih dulu hingga mendidih (100 derajat C).
2. Pembuangan kotoran manusia harus pada tempatnya. Juga jangan pernah
membuangnya secara sembarangan sehingga mengundang lalat karena lalat akan
membawa bakteri Salmonella typhi. Terutama ke makanan.
3. Bila di rumah banyak lalat, basmi hingga tuntas.

* DIRI SENDIRI

1. Lakukan vaksinasi terhadap seluruh keluarga. Vaksinasi dapat mencegah kuman


masuk dan berkembang biak. Saat ini pencegahan terhadap kuman Salmonella sudah bisa
dilakukan dengan vaksinasi bernama chotipa (cholera-tifoid-paratifoid) atau tipa (tifoid-
paratifoid). Untuk anak usia 2 tahun yang masih rentan, bisa juga divaksinasi.
2. Menemukan dan mengawasi pengidap kuman (carrier). Pengawasan diperlukan agar
dia tidak lengah terhadap kuman yang dibawanya. Sebab jika dia lengah, sewaktu-waktu
penyakitnya akan kambuh.
penelitian menunjukkan, kini banyak kuman Salmonella typhi yang kebal terhadap
antibiotika. Akhirnya, penyakit ini makin sulit disembuhkan. "Tapi untungnya metode
pengobatan juga sudah maju sehingga separah apa pun, bisa disembuhkan

Anda mungkin juga menyukai