Anda di halaman 1dari 30

ASPEK

LABORATORIUM
DASAR PADA TB PARU
DISUSUN OLEH

Andi Fuad Ansyari | Indah Kurniati R | Octavia Ollen


Palayukan | Mufidah Ruslan | Nurdiana Sari | Alifah
Syafiqah Z | Glory Audrey Haurissa

Ummy Afifah | Achmad Nursyamsir | Puja Muh. Iqbal |


Fadilah Ramadhani | Muh. Rakib Yunus

Supervisor Pembimbing :
Dr. dr. Yuyun Widaningsih, M.Kes, Sp.PK
dr. Kartika Paramita, Sp.PK

Residen Pembimbing :
dr. Uswatun Hasanah
OUTLINE MATERI
01 DEFINISI

02 EPIDEMIOLOGI

03 ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI

04 GEJALA KLINIK

05 ASPEK LABORATORIUM TB PARU

06 TATALAKSANA DAN PROGNOSIS


PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting di dunia, dimana dapat ditularkan melalui droplet.

TB umumnya menyerang paru-paru, namun penyakit ini


dapat multi sistemik

Kasus TB di Indonesia mengalami peningkatan dari 272 per 100.000


penduduk di 2013 menjadi 647 per 100.000 penduduk pada 2014

Meskipun terdapat peningkatan dalam usaha pengendalian TB dan penurunan


kasus baru dan kematian, namun TB masih memiliki angka morbiditas dan
mortalitas tinggi

Apabila tidak dilakukan pengobata yang sesuai dan dengan dosis yang
tepat, maka bakteri ini dapat dorman dalam tubuh dan aktif kembali
saat imunitas tubuh menurun
TB merupakan penyakit
menular yang disebabkan
Bakteri MTB menyerang
oleh Mycobacterium
paru tapi dapat menyerang
tuberculosis. Selain MTB,
organ lain seperti sistem
terdapat bakteri yang dapat
gastrointestinal, limforetikuler,
menimbulkan gangguan
kulit dan saraf pusat.
pada saluran napas dikenal
sebagai MOTT

DEFINISI
TUBERKULOSIS (TB)
EPIDEMIOLOGI
TB PARU
WHO 2013
Melaporkan terdapat
KEMENKES RI 2017
sekitar 1,1 juta individu
Di Indonesia, jumlah kasus
terinfeksi TB dan HIV dan
baru TB pada laki-laki 1,4
450.000 individu dengan
kali lebih besar dibanding
TBMDR
perempuan.

Prevalensi TB
bakteriologis sebesar 759
KEMENKES RI 2017
per 100.000 kasus
Di Indonesia, jumlah kasus
baru TB sebesar 420.994
kasus
ETIOLOGI
TB PARU

Mycobacterium tuberculosis
merupakan bakteri gram Bakteri ini memerlukan
positif berbentuk batang dari media khusus untuk
famili Mycobacteriaceae biakan, seperti Lowenstein-
Jensen

Bakteri yang bersifat tahan


asam dan dapat bertahan Sangat peka terhadap panas,
pada suhu yang rendah sinar matahari dan sinar
dalam jangka waktu yang ultraviolet
lama
• Bakteri MTB berbentuk batang dengan filamen bercabang menyerupai
miselium jamur
• Struktur dinding selnya berlapis yang mengandung peptidoglikan,
arabinogalactan (AG), asam mikolat, glikolipid dan kapsul polisakarida yang
berada pada luar membrane plasma
PATOFISIOLOGI
TB PARU
GEJALA KLINIK
TB PARU

GEJALA RESPIRATORIK GEJALA SISTEMIK

Batuk > 3 minggu Demam

Batuk berdahak/batuk darah Malaise

Sesak napas Keringat malam

Nyeri dada Nafsu makan menurun

Manifestasi klinis spesifik lainnya bergantung pada Penurunan berat badan


organ yang terinfeksi, misalnya kelenjar limfe, susunan
saraf pusat, tulang, abdomen dan lainnya.
ALUR DIAGNOSTIK
TB DI INDONESIA
ASPEK
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
PADA TB PARU
JENIS PEMERIKSAAN LABORATORIUM TB
Pemeriksaan Mikroskopis

Pemeriksaan biakan dan uji kepekaan

Pemeriksaan biomolekuler M. tuberculosis

Pemeriksaan serologi M. tuberculosis


1. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS

Pemeriksaan sputum secara mikroskopis


merupakan pemeriksaan awal yang sederhana,
cepat, murah dan cukup sensitif

Dapat dilakukan dengan menggunakan


mikroskopik biasa, yaitu Pewarnaan Ziehl-
Neelsen

Selain itu, mikroskopik fluoresens dapat


digunakan dengan pewarnaan fluorokrom
(auramine-rhodamine)
1. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS

Pemeriksaan mikroskop dengan ZN memiliki


spesifitas tinggi, namun sensitivitas hanya
50-80%

Penggunaan mikroskop fluoresens memilki


sensitivitas 10% lebih tinggi dibandingkan
metode ZN

Metode pewarnaan fluorokrom juga memiliki


keuntungan berupa pembacaan hasil yang lebih mudah
dan cepat, karena pembesaran yang lebih kecil
sehingga lapang pandang per unit lebih besar.
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
TB PARU

PEWARNAAN ZIEHL-NEELSEN

Buat sediaan apusan sputum pada object glass


Teteskan larutan carbol fuchsin 0,3% pada seluruh permukaan sediaan
Panaskan diatas nyala api sampai keluar asap (tetapi tidak sampai mendidih atau kering)
selama 5 menit. Biarkan kering di udara selama 5-7 menit. Lalu cuci dengan air yang meng
alir.
Beri larutan asam alkohol 3% (hydrochloric acid ethanol) dan biarkan 2-4 menit kemudian
dicuci dengan air mengalir selama 1-3 menit.
teteskan larutan methylene blue 0,1% sampai menutup seluruh permukaan dan ditunggu
selama 1 menit kemudian larutan dibuang dan dicuci dengan air mengalir.
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
TB PARU

PEWARNAAN FLUOROKROM

Genangi sediaan (apusan sputum pada object glass) dalam larutan Auramine-rhodamine
selama 15 menit. Lalu cuci dengan H2O destilata dan dikeringkan.

Genangi dengan asam alkohol selama 2 menit. Lalu cuci dengan H2O destilata dan
dikeringkan.

Genangi dengan potasium permanganat 0,5% selama 2 menit. Lalu cuci dengan H2O
destilata dan dikeringkan.
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
TB PARU

PEWARNAAN FLUOROKROM PEWARNAAN ZIEHL-NEELSEN


PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
TB PARU

Pembacaan hasil jumlah BTA di bawah mikroskop didasarkan pada skala International
Union Against Tuberculosis and Lung Disease (IUATLD)

Pembacaan dibawah mikroskop Pelaporan Hasil

Tidak ditemukan BTA pada 100 lap pandang Negatif

1-9 BTA dalam 100 lapangan pandang Tulis jumlah BTA yang ditemukan

10-99 BTA dalam 100 lapangan pandang +1

1-10 BTA dalam 1 lapangan pandang +2

>10 BTA dalam 1 lapangan pandang +3


2. BIAKAN DAN UJI SENSITIVITAS

Pada identifikasi M. tuberculosis,


pemeriksaan dengan media biakan lebih
sensitif dibandingkan dengan pemeriksaan
mikroskopis.

Media yang memungkinkan M.tuberculosis


tumbuh adalah media yang kaya telur yang
mengandung gliserol dan asparagin

Media yang paling umum digunakan untuk


isolasi M. tuberculosis adalah
Lowenstein-Jensen (LJ)
BIAKAN DAN UJI SENSITIVITAS
TB PARU

MEDIUM LOWENSTEIN-JENSEN (LJ)

Merupakan media padat yang menggunakan media basa telur


LJ mengandung gliserol yang mendukung pertumbuhan
M. tuberculosis, sedangkan LJ tanpa gliserol tetapi mengandung
natrium piruvat meningkatkan pertumbuhan M. bovis
Morfologi koloni M.tuberculosis pada medium LJ adalah kasar,
kering, rapuh, tengah bertumpuh dengan tepi berjejas tipis,
kadang tipis menyebar, tidak berpigmen baik pada tempat yang
terang maupun gelap
Hari tumbuh 21-42 hari (sekitar 3-4 minggu)
3. PEMERIKSAAN BIOMOLEKULAR
Real Time Polymerase Chain Reaction Assay
(RT-PCR) semi kuantitatif yang menargetkan
wilayah gen rpoB pada Mycobacterium
tuberculosis (MTB)

Dalam mendeteksi MTB menggunakan TCM


memiliki sensitivitas 73,33%, spesifitas 90,12%

Sejak 2010, WHO telah menyarankan TCM yang


disebut GeneXpert MTB/RIF sebagai uji diagnostik
awal pasien HIV tersangka TB paru dan pasien TB
paru dengan dugaan resistensi terhadap rifampisin
4. PEMERIKSAAN SEROLOGIS

Prinsip tes serologis pada dasarnya adalah


untuk mendeteksi adanya antibodi yang
terdapat dalam tubuh penderita

Pemeriksaan serologis yang spesifik diperlukan


terutama pada kasus dimana hapusan sputum
tidak membantu

Beberapa reagen dari antigen spesifik yang digunakan


untuk diagnosis Tuberkulosis: Antigen 5 (Antigen 38
kDa), Antigen Kompleks 85, Early Secreted Antigen
Target (ESAT-6), Antigen Culture Filtrate Protein
(CFP)-10
TATALAKSANA
TB PARU

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah


kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman
terhadap OAT
PRINSIP PENGOBATAN TB PARU
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi
beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan
dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan

Dilakukan pengawasan langsung DOT (Directly


Observed Treatment) oleh seorang Pengawas
Menelan Obat (PMO).

Pengobatan TB diberikan dalam 2


tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan
lanjutan.
PANDUAN OAT DI INDONESIA
A. Kategori 1
• 2HRZE/4H3R3
• 2HRZE/4HR
B. Kategori 3
• 2HRZE/6HE • 2HRZ/4H3R3
B. Kategori 2 • 2HRZ/4HR
• 2HRZ/6HE
• 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
• 2HRZES/HRZE/5HRE

Kategori dan Peruntukan OAT


A. Kategori 1
• Pasien baru TB paru BTA positif.
• Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
• Pasien TB ekstra paru

B. Kategori 2
• Pasien kambuh
• Pasien gagal terapi
• Pasien dengan putus berobat
PANDUAN OAT DI INDONESIA
KATEGORI 1

Dosis yang digunakan untuk paduan OAT KDT Kategori 1: 2(HRZE)/4(HR)3

Dosis yang digunakan untuk paduan OAT Kombipak Kategori 1: 2HRZE/ 4H3R3
PANDUAN OAT DI INDONESIA
KATEGORI 2

Dosis yang digunakan untuk paduan OAT KDT Kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/ 5(HR)3E3
PANDUAN OAT DI INDONESIA
KATEGORI 2

Dosis yang digunakan untuk paduan OAT kombipak Kategori 2: 2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3
PROGNOSIS
Umumnya baik jika pengobatan dilakukan
adekuat dan rutin melakukan pemeriksaan
sesuai dengan alur tatalaksana.

Kadang disertai dengan penyakit penyerta


seperti efusi pleura yang dapat memperberat
kondisi pasien

Jika pengobatan tidak dilakukan dengan baik


maka dapat berujung dengan kondisi MDR-Tb
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai