PENYAKIT
TOPIK: TB PARU
Oleh :
Mahrumi Dewi Tri Utami 012123143015
Ludy Diana Wiradhika 012123143060
Visuddho 012123143062
Faizah Sugiarto 012123143160
Pembimbing :
Alfian Nur Rosyid, dr., Sp. P(K), FAPSR, FCCP
1.1 Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis complex. M. tuberculosis merupakan bakteri aerob bentuk
batang yang bertransmisi melalui rute udara. Infeksi TB dapat terjadi pada beberapa
bagian organ tubuh, dengan sebagian besar pasien TB mengalami infeksi pada
parenkim paru. (Bloom et al., 2017).
1.2 Epidemiologi
Sebagian besar kasus TB ditemukan di wilayah Asia Tenggara (43%) dengan Indonesia
merupakan negara dengan jumlah kasus TB tertinggi ketiga di dunia (WHO,
2021). Risiko infeksi TB juga lebih tinggi pada orang dengan gangguan sistem imun
seperti pada penderita dengan penggunaan obat immunosupresan, pasien diabetes
melitus, ataupun penderita HIV. Orang dengan kekurangan gizi memiliki risiko 3 kali
lebih tinggi untuk menderita TB. Pada tahun 2020, terdapat 1.9 juta kasus baru yang
disebabkan kekurangan gizi secara global. (WHO, 2021).
1.3 Patogenesis
Penularan TB paru terjadi karena partikel yang berisi bakteri M. tuberculosis terbawa oleh
udara (airborne), dengan ukuran 1-5 mikron, dan disebut sebagai droplet nuclei. Penularan
terjadi ketika droplet nuclei masuk ke saluran napas hingga mencapai alveolus. Jika jumlah
droplet nuclei yang terinhalasi sedikit, maka kuman TB dapat segera difagosit oleh makrofag.
Namun, apabila jumlah bakteri yang terinhalasi melebihi kemampuan makrofag untuk
memfagosit, kuman TB dapat bertahan dan bereplikasi secara intraseluler di dalam makrofag
sehingga menyebabkan pneumonia tuberkulosis yang terlokalisasi, disebut juga sebagai fokus
primer atau fokus ghon.
Kuman TB yang bereplikasi di dalam makrofag akan keluar ketika makrofag mati, dan sistem
imun akan memberi respon dengan mengisolasi area terinfeksi sehingga membentuk
granuloma. Jika respon imun tubuh tidak dapat mengontrol infeksi ini, maka kuman TB dapat
menembus area yang terisolasi dan menyebar ke organ yang lebih jauh melalui sistem limfatik
dan aliran darah. (PDPI, 2021).
2
1.5 Gejala Klinis
Gejala klinis penyakit TB terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
1. Gejala Utama: Batuk berdahak ≥ 2 minggu
2. Gejala Tambahan:
1. Batuk darah
2. Sesak napas
3. Badan lemas
4. Penurunan nafsu makan
5. Penurunan berat badan yang tidak disengaja
6. Malaise
7. Berkeringat di malam hari
8. Demam subfebris lebih dari satu bulan
9. Nyeri dada
Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis biasa dengan pewarnaan Ziehl-Nielsen dan pemeriksaan
mikroskopis fluoresens dengan pewarnaan auramin-rhodamin. Interpretasi pemeriksaan
mikroskopis dapat dibaca dengan skala IUATLD (menurut rekomendasi WHO), sebagai
berikut:
Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease) :
- Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif.
- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah basil yang ditemukan.
- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+).
- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+).
- Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+).
3
Indicator Tube/MGIT). Pada identifikasi Mycobacterium tuberculosis, pemeriksaan dengan
media biakan lebih sensitif dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopis. Pemeriksaan
biakan dapat mendeteksi 10 – 1000 mycobacterium/ml.
a. Media Lowenstein-Jensen
b. Mycobacteria Growth Indicator Tube (MGIT)
Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif sebagai berikut:
1. Bayangan nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior
lobus bawah.
2. Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opaque berawan atau nodular.
3. Bayangan bercak milier.
4. Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang).
Dan gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB inaktif adalah:
1. Fibrotik
2. Kalsifikasi
3. Schwarte atau penebalan pleura
4
Uji Tuberkulin
Uji tuberkulin yang positif menunjukkan terdapat infeksi TB. Di Indonesia dengan prevalensi
TB yang tinggi, uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik penyakit kurang berarti pada orang
dewasa. Uji ini akan mempunyai makna bila didapatkan konversi, bula, atau ukuran indurasi
yang besar. Ambang batas hasil positif berbeda tergantung dari riwayat medis pasien.
1.7 Diagnosis
Pemeriksaan TCM digunakan untuk penegakan diagnosis TB, sedangkan pemantauan
kemajuan pengobatan tetap dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis. Tidak dibenarkan
mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu
memberikan gambaran yang spesifik pada TB paru, sehingga dapat menyebabkan terjadi over
diagnosis ataupun under diagnosis.
Untuk wilayah yang memiliki laboratorium dengan kualitas terpantau melalui sistem
pemantauan kualitas eksternal, kasus TB Paru BTA positif ditegakkan berdasarkan hasil
pemeriksaan BTA positif, minimal dari satu spesimen. Sedangkan daerah dengan laboratorium
yang tidak terpantau kualitasnya, maka definisi kasus TB BTA positif bila paling sedikit
terdapat dua spesimen dengan BTA positif.
Diagnosis TB ekstra paru dapat ditegakkan dari gejala dan keluhan tergantung pada organ yang
terkena, seperti kaku kuduk pada meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis),
pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB serta deformitas tulang belakang
(gibbus) pada spondilitis TB dan lain-lainnya. Untuk diagnosis pasti pada pasien TB ekstra
paru ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, bakteriologis dan atau histopatologis dari contoh
uji yang diambil dari organ tubuh yang terkena. Pemeriksaan mikroskopis dahak wajib
dilakukan untuk memastikan kemungkinan TB Paru. Pemeriksaan TCM pada beberapa kasus
curiga TB ekstra paru dilakukan dengan contoh uji cairan serebrospinal (cerebrospinal
fluid/CSF) pada kecurigaan TB meningitis, contoh uji kelenjar getah bening melalui
pemeriksaan biopsi aspirasi jarum halus/BAJAH (fine needle aspirate biopsy/FNAB) pada
paasien dengan kecurigaan TB kelenjar, dan contoh uji jaringan pada pasien dengan kecurigaan
TB jaringan lainnya.
DM menjadi salah satu penyebab utama dari penurunan imunitas tubuh sehingga meningkatkan
prevalensi TB. Frekuensi DM pada pasien TB dilaporkan lebih tinggi di negara berpenghasilan
rendah dan menengah dimana kasus TB dan DM banyak terjadi. Seluruh pasien DM harus
dilakukan skrining untuk TB dengan pemeriksaan gejala TB dan foto toraks. Sebaliknya untuk
pasien TB, terutama usia > 45 tahun dan IMT > 25 dilakukan penapisan DM dengan
pemeriksaan gula darah puasa dan gula darah 2 jam post prandial atau gula darah sewaktu.
Diagnosis DM ditegakkan jika gula darah puasa lebih dari 126 mg/dl atau gula darah 2 jam
post pandrial/gula darah sewaktu lebih dari 200 mg/dl. Pemeriksaan HbA1C dapat dilakukan
bila fasilitas tersedia, didiagnosis DM jika nilai HbA1c ≥ 6,5% (Kemenkes RI, 2020).
5
kepada pasien DM, mengingat risiko neuropati perifer yang dapat memperburuk atau
menyerupai diabetik neuropati. Perlu diperhatikan penggunaan rifampisin karena akan
mengurangi efektivitas obat oral antidiabetes (golongan sulfonilurea) sehingga diperlukan
monitoring kadar glukosa darah lebih ketat atau diganti dengan anti diabetik lainnya seperti
insulin yang dapat meregulasi gula darah dengan baik tanpa mempengaruhi efektifitas OAT.
Perlu dipertimbangkan untuk mengukur konsentrasi obat dalam serum pasien TB DM
(pemantauan obat terapeutik) untuk mendapatkan informasi tentang kecukupan dosis obat dan
kebutuhan untuk penyesuaian yang pantas. Jika pasien DM memiliki penyakit ginjal stadium
akhir, maka pemantauan obat terapeutik mungkin diperlukan untuk menyesuaikan kadar obat
dalam konteks dialisis, menilai interaksi dengan obat lain untuk kondisi komorbiditas, dan
memantau toksisitas (Restrepo, 2019).
6
STUDI KASUS
ANAMNESIS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Christina Sutinah
Usia : 68 tahun
Alamat : Surabaya
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status Pernikahan : Menikah
No. RM : 12.67.82.83
Tanggal Pemeriksaan : 17 Mei 2022
BB : 72 kg
TB : 155 cm
V. RIWAYAT PENGOBATAN
7
• Insulin
• Gliklazid (diamicron)
• OBH
X. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
• Rokok disangkal
• Kopi rutin disangkal
• Keadaan rumah ventilasi dan pencahayaan baik
• Keluarga dengan keluhan yang sama tidak ada
• Tetangga dengan keluhan yang sama tidak ada
Umum Cukup
Kulit Kering (-), kuning (-), pucat (-), gatal (-), ruam (-),
benjolan (-), lebam (-), luka pada kaki kiri (+)
Kepala Nyeri kepala (+), pusing (-), trauma kepala (-)
Mata Pengelihatan kabur (+), nyeri belakang mata (+),
merah (-), gatal (-), mata berair (-), kotoran mata (-),
pengelihatan (-), mata kering (-)
Telinga penurunan pendengaran (-), berdenging (-), vertigo (-),
nyeri (-), sekret (-), menggunakan alat bantu
pendengaran (-)
Mulut perdarahan gusi (-), mulut kering (-), sariawan (-)
Leher kaku leher (-), pembesaran KGB (-), nyeri (-)
Sistem Pernafasan Sesak nafas (+), batuk (-), dahak (-), batuk darah (-),
nyeri saat bernafas (-)
8
Sistem Kardiovaskular Nyeri dada (-), berdebar (-), sesak (-), bengkak pada
kaki/tungkai (-)
Sistem Pencernaan Mual (-), muntah (-), diare (-), berak bedarah (-), perut
kembung (-), berak hitam (-), nyeri perut (-), konstipasi
(-), nafsu makan menurun (+)
Sistem Genitourinaria Sering kencing (-), warna kencing keruh (-), kencing
berbau (-), nyeri saat berkemih (-), bangun malam
karena BAK (-), nyeri pinggang (-), volume urin
menurun (+)
Ekstremitas Sering kesemutan (-), nyeri sendi (-), nyeri otot (-),
bengkak (-), kelemahan tungkai (-), pteki (-)
Sistem Saraf Pusing (keliyengan) (-), kelemahan anggota badan (-)
Endokrin Gemetaran (-), lebih suka udara dingin (-), suka udara
hangat (-), banyak keringat (-), rasa haus bertambah (-
), mudah mengantuk (-)
PEMERIKSAAN FISIK
I. PEMERIKSAAN UMUM
Kesadaran Compos Mentis
GCS 456
9
Mulut Tidak didapatkan sianosis atau edema bibir, atrofi papil lidah
(-)
Leher kesan simetris, pulsasi a. carotis tidak nampak, tidak teraba
pembesaran kelenjar leher ataupun thyroid, JVP meningkat (-)
IV. THORAKS
- Paru
Inspeksi Bentuk simetris, gerak dada simetris, tidak ada retraksi sela
iga dan tidak ada gerakan otot bantu napas.
Palpasi Tidak terdapat deviasi trakea, fremitus raba simetris, gerak
nafas simetris
Perkusi Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi Pada paru didapatkan suara napas bronkovesikuler
hemithorax dextra, wheezing (-) dan ronkhi (+) pada ⅔
inferior hemithorax dextra, bronkofoni (+) pada ⅔ inferior
hemithorax dextra
- Jantung
Inspeksi Iktus cordis tidak tampak
Palpasi Tidak teraba thrill
Perkusi Batas kanan jantung: ICS IV parasternal line dextra
Batas kiri jantung: ICS V midclavicular line sinistra
Batas pinggang jantung: ICS III parasternal line sinistra
Auskultasi Suara jantung dalam batas normal, S1 S2 tunggal, S3 S4 (-),
gallop (-), murmur (-)
V. ABDOMEN
Inspeksi Tidak ada pembesaran, striae (-), vena kolateral (-)
Palpasi Hepar dan lien tidak teraba, tidak ada nyeri tekan
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus : 30x/menit, dalam batas normal
VI. EKSTREMITAS
Atas Akral hangat, kering, merah, CRT < 2 detik, edema (-), kuning
(-), eritema palmaris (-), cyanosis (-), kuku pucat (-)
Bawah Pitting edema (+), luka kaki sebelah kiri bagian cruris yang
tertutup perban
10
PEMERIKSAAN PENUNJANG
HASIL
PARAMETER UNIT REF.RANGE
17/05/2022 18/05/2022 19/05/2022
HB g/dL 11.0 - 14.7 10,3 8.5 8.2
HCT % 35.2-46.7 32,6 27.5 26.1
WBC ribu/mm3 4.0 - 11.0 18,74 9.61 8.58
HASIL
PARAMETER UNIT REF.RANGE
17/05/2022 17/05/2022 18/05/22
Albumin g/dL 3.4-5.0 3,02 - 2.88
Bilirubin Direk mg/dL <0.2 0,13 - -
Bilirubin Total mg/dL 0.2-1.00 0,55 - -
SGOT U/L <35 57,0 - 61
SGPT U/L <35 - - 25
BUN mg/dL 7-18 28,0 - 34
Kreatinin Serum mg/dL 0.6-1.3 1,54 - 1.3
GDA mg/dL <200 70 92 212
HbA1C % <6.5 - - 7
APTT 28,6-42,2 30,6 - -
PTT 11,6-14,5 14,6 - -
Natrium mmol/l 136-145 137 145 137
Kalium mmol/l 3.5-5.1 6,1 5.3 5.2
Klorida mmol/l 98-107 103 104 102
LDH U/L 100-190 351 - -
11
CRP mg/dL 0-1 9 - -
Procalcitonin ng/ml - - 12.71
HASIL
PARAMETER UNIT REF.RANGE
17/05/2022
pH - 7.35-7.45 7,35
pCO2 mmHg 35 - 45 40
pO2 mmHg 80 – 100 77
HCO3 mmHg 22 – 26 22,1
BE mEq/liter -3.5-2.00 -3,5
SO2 % > 94 95%
A-aDO2 mmHg 15-50 23
%FiO2 % - 21%
P/F Ratio mmHg >300 367
12
3. Posisi dan marker : AP dan lateral, ada
4. Quality : Rotasi (-) , Inspirasi cukup, penetrasi cukup, angulasi (-).
Interpretasi:
A: Trakea tampak di tengah
B: Tulang tampak baik tidak ada dislokasi ataupun fraktur
C: CTR < 50%
D: sudut costrophernicus kiri tajam dan kanan tertutup bayangan opasitas inhomogen
E: Silhouette sign (+)
F: Terdapat opasitas inhomogen di 2/3 bawah hemithoraks dekstra
G: Gastric bubble (-)
H: Tampak infitrat parahilar paru bilateral dan kesan vaskularisasi meningkat
I: Tidak terdapat instrumen
13
DAFTAR MASALAH
Anamnesis
• Sesak nafas sejak 1 minggu
• Sesak memberat 1 hari SMRS
• Batuk sejak 1 minggu
• Batuk memberat 2 hari SMRS
• Batuk dahak tidak bisa keluar
• Badan lemas dan pegal
• Riwayat DMT2 sejak lama
• Ulkus diabetikum
Pemeriksaan Fisik
• Takipneu
• Anemis
• Redup 2/3 basal dextra
• Bronkovesikuler dengan ronkhi basah kasar dan bronkofoni (+) 2/3 basal
hemithorax dextra
Pemeriksaan Penunjang
• Lab:
• Penurunan Hb 10,3 -> 8,2
• HCT 32,6 -> 26,1
• WBC 19,74 -> 8,58
• PLT 471 -> 331
• Neut% 83,2% → 75,1%
• Lim% 12,5% →16.6%
• Alb 3,02 -> 2,88
• BUN 28,0 -> 34
• SK 1,54 -> 1,3
• PTT 14,6
• K 6,1 -> 5,2
• PO2 77
• CXR:
• Keradangan Paru
14
7. Hipoalbuminemia
8. Anemia normokromik normositik
P
Analis
P Diagnosis P Terapi Monitori Edukasi
No a
ng
1 Sesak - O2 Nasal Klinis - Bed rest
napas Kanul 3 lpm sesak - Tidak melepas Nasal
TTV Kanul/asal mengatur
kecepatan oksigen masuk
2 CAP - Smear Cefoperazone Klinis - Etika batuk dan batuk
PSI sputum gram sulbactam TTV efektif
Score - Kultur 2x1g CXR - Tidak menelan/menahan
58 sputum aerob DL dahak
Class - Tidak membuang dahak
II sembarangan
- Menjaga personal hygine
- Laporkan apabila terjadi
perburukan klinis (demam,
sesak napas, batuk berdarah)
3 TB - TCM sputum Menyesuaika Klinis -Perjalanan dan penyebab
paru (Gen Xpert n hasil TCM batuk penyakit, terapi, dan
kasus Mtb/Rif) Dengan bb TTV prognosis penyakit
baru - Smear 72 kg 5 CXR -Risiko penularan ke orang
sputum Zn Tablet OAT Sputum lain
- Kultur 4 FDC BTA -Hygiene dan anjuran cuci
sputum MTB + Lepasan: Lab faal tangan 6 langkah kepada
sensitivitas R/ tab hepar dan pasien dan keluarga
OAT Isoniazid 300 ginjal -Selalu menggunakan masker
- Konsul mata mg No 1 Monitorin -Etika batuk dan bersin
S 1 dd tab 1 g -Edukasi kepatuhan minum
R/ tab gangguan obat
Rifampisin mata -Perbaiki kualitas nutrisi
600 mg No 1 -Menjaga ventilasi rumah
S 1 dd tab 1 tetap baik
R/ tab
Pirazinamid
500 mg No 3
S 1 dd tab 3
15
R/ tab
Ethambutol
500 mg No. 2
S 1 dd tab 2
16
Anemi • Hapusan - Asam folat • DL Penyakit, perjalnan penyakit,
8 a Darah 1x1 tab serial komplikasi, prognosis
normo Tepi - Transfusi • Klini
kromi Retikulosit PRC 2 s
k kolf/hari
normo target Hb >10
sitik (
10,9
→8,2)
17
DAFTAR PUSTAKA
Bloom, B.R., Atun, R., Cohen, T., Dye, C., Fraser, H., Gomez, G.B., Knight, G., Murray, M.,
Nardell, E., Rubin, E., Salomon, J., Vassall, A., Volchenkov, G., White, R., Wilson, D.
and Yadav, P. (2017). Tuberculosis. 3rd ed. [online] PubMed. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK525174/.
Loddenkemper, R., Lipman, M. and Zumla, A. (2015). Clinical Aspects of Adult
Tuberculosis. Cold Spring Harbor Perspectives in Medicine, 6(1), p.a017848.
doi:10.1101/cshperspect.a017848.
PDPI. (2021). Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia. Jakarta:
PDPI.
Restrepo, B.I. (2019). Diabetes and Tuberculosis. Tuberculosis and Nontuberculous
Mycobacterial Infections, Seventh Edition, [online] pp.595–606.
doi:10.1128/microbiolspec.tnmi7-0023-2016.
WHO. (2021). Tuberculosis (TB). Available from: https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/tuberculosis#:~:text=Worldwide%2C%20TB%20is%20the%2013th,all%
20countries%20and%20age%20groups.
18
19