Anda di halaman 1dari 19

RESPONSI BESAR DOKTER MUDA ILMU

PENYAKIT
TOPIK: TB PARU

Oleh :
Mahrumi Dewi Tri Utami 012123143015
Ludy Diana Wiradhika 012123143060
Visuddho 012123143062
Faizah Sugiarto 012123143160

Pembimbing :
Alfian Nur Rosyid, dr., Sp. P(K), FAPSR, FCCP

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA


SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
2022
TINJAUAN PUSTAKA
1. TUBERKULOSIS

1.1 Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis complex. M. tuberculosis merupakan bakteri aerob bentuk
batang yang bertransmisi melalui rute udara. Infeksi TB dapat terjadi pada beberapa
bagian organ tubuh, dengan sebagian besar pasien TB mengalami infeksi pada
parenkim paru. (Bloom et al., 2017).

1.2 Epidemiologi
Sebagian besar kasus TB ditemukan di wilayah Asia Tenggara (43%) dengan Indonesia
merupakan negara dengan jumlah kasus TB tertinggi ketiga di dunia (WHO,
2021). Risiko infeksi TB juga lebih tinggi pada orang dengan gangguan sistem imun
seperti pada penderita dengan penggunaan obat immunosupresan, pasien diabetes
melitus, ataupun penderita HIV. Orang dengan kekurangan gizi memiliki risiko 3 kali
lebih tinggi untuk menderita TB. Pada tahun 2020, terdapat 1.9 juta kasus baru yang
disebabkan kekurangan gizi secara global. (WHO, 2021).

1.3 Patogenesis
Penularan TB paru terjadi karena partikel yang berisi bakteri M. tuberculosis terbawa oleh
udara (airborne), dengan ukuran 1-5 mikron, dan disebut sebagai droplet nuclei. Penularan
terjadi ketika droplet nuclei masuk ke saluran napas hingga mencapai alveolus. Jika jumlah
droplet nuclei yang terinhalasi sedikit, maka kuman TB dapat segera difagosit oleh makrofag.
Namun, apabila jumlah bakteri yang terinhalasi melebihi kemampuan makrofag untuk
memfagosit, kuman TB dapat bertahan dan bereplikasi secara intraseluler di dalam makrofag
sehingga menyebabkan pneumonia tuberkulosis yang terlokalisasi, disebut juga sebagai fokus
primer atau fokus ghon.
Kuman TB yang bereplikasi di dalam makrofag akan keluar ketika makrofag mati, dan sistem
imun akan memberi respon dengan mengisolasi area terinfeksi sehingga membentuk
granuloma. Jika respon imun tubuh tidak dapat mengontrol infeksi ini, maka kuman TB dapat
menembus area yang terisolasi dan menyebar ke organ yang lebih jauh melalui sistem limfatik
dan aliran darah. (PDPI, 2021).

1.4 Klasifikasi Kasus TB


Klasifikasi pasien TB terbagi sebagai berikut:
1. Pasien TB yang terkonfirmasi bakteriologis : Merupakan pasien TB yang terbukti positif
bakteriologi pada hasil pemeriksaan sputum, cairan tubuh, atau jaringan melalui
pemeriksaan mikroskopis langsung, TCM TB, atau biakan.
2. Pasien TB terdiagnosis secara klinis : Merupakan pasien yang tidak memenuhi kriteria
terdiagnosis secara bakteriologis tetapi didiagnosis sebagai pasien TB aktif oleh dokter
berdasarkan bukti kuat lain, dan diputuskan untuk diberikan pengobatan TB.

2
1.5 Gejala Klinis
Gejala klinis penyakit TB terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
1. Gejala Utama: Batuk berdahak ≥ 2 minggu
2. Gejala Tambahan:
1. Batuk darah
2. Sesak napas
3. Badan lemas
4. Penurunan nafsu makan
5. Penurunan berat badan yang tidak disengaja
6. Malaise
7. Berkeringat di malam hari
8. Demam subfebris lebih dari satu bulan
9. Nyeri dada

1.6 Presentasi Klinis


a. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik pada pasien TB kurang spesifik. Hal ini disebabkan kelainan yang
dijumpai akan bergantung pada organ yang terlibat. Pada TB paru, kelainan yang ditemukan
akan tergantung dengan luas kerusakan struktur yang terjadi. Pada tahap awal perkembangan
penyakit, umumnya jarang sekali ditemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak
di daerah lobus superior terutama daerah apeks. Pada auskultasi seringkali tidak ditemukan
suara napas tambahan, namun dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara
napas melemah, ronki basah kasar/halus, wheezing. Pada pemeriksaan fisik lainnya, dapat
ditemukan demam dan peningkatan respiratory rate (Loddenkemper, Lipman and Zumla,
2015).
b. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis biasa dengan pewarnaan Ziehl-Nielsen dan pemeriksaan
mikroskopis fluoresens dengan pewarnaan auramin-rhodamin. Interpretasi pemeriksaan
mikroskopis dapat dibaca dengan skala IUATLD (menurut rekomendasi WHO), sebagai
berikut:
Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease) :
- Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif.
- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah basil yang ditemukan.
- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+).
- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+).
- Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+).

Pemeriksaan Kultur Bakteri TB


Pemeriksaan biakan bakteri merupakan gold standard dalam mengidentifikasi M.tuberculosis.
Biakan bakteri untuk kepentingaan klinis umum dilakukan menggunakan dua jenis medium
biakan, yaitu media padat (Lowenstein-Jensen) dan media cair (Mycobacteria Growth

3
Indicator Tube/MGIT). Pada identifikasi Mycobacterium tuberculosis, pemeriksaan dengan
media biakan lebih sensitif dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopis. Pemeriksaan
biakan dapat mendeteksi 10 – 1000 mycobacterium/ml.
a. Media Lowenstein-Jensen
b. Mycobacteria Growth Indicator Tube (MGIT)

Tes Cepat Molekular


Uji tes cepat molekular (TCM) dapat mengidentifikasi MTB dan secara bersamaan melakukan
uji kepekaan obat dengan mendeteksi materi genetik yang mewakili resistensi tersebut. Uji
TCM yang umum digunakan adalah GeneXpert MTB/RIF (uji kepekaan untuk
Rifampisin). GeneXpert MTB/RIF adalah uji diagnostic cartridge-based, automatis, yang dapat
mengidentifikasi MTB dan resistensi terhadap Rifampisin. Xpert MTB/RIF berbasis Cepheid
GeneXPert platform, cukup sensitive, mudah digunakan dengan metode nucleic acid
amplification test (NAAT). Metode ini mempurifikasi, membuat konsentrat dan amplifikasi
(dengan real time PCR) dan mengidentifikasi sekuenses asam nukleat pada genom TB. Lama
pengelolaan uji sampai selesai memakan waktu 1- 2 jam. Metode ini akan bermanfaat untuk
menyaring kasus suspek TB-RO secara cepat dengan bahan pemeriksaan dahak. Pemeriksaan
ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas sekitar 99%.

Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif sebagai berikut:
1. Bayangan nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior
lobus bawah.
2. Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opaque berawan atau nodular.
3. Bayangan bercak milier.
4. Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang).
Dan gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB inaktif adalah:
1. Fibrotik
2. Kalsifikasi
3. Schwarte atau penebalan pleura

Pemeriksaan Penunjang Lain


Analisis cairan pleura
Pada pasien efusi pleura, untuk membantu menegakkan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan
analisis cairan pleura dan uji Rivalta cairan pleura. Dengan interpretasi hasil analisis yang
menguatkan diagnosis tuberkulosis, yaitu uji Rivalta positif, kesan cairan eksudat, terdapat sel
limfosit dominan, dan jumlah glukosa rendah. Sedangkan pemeriksaan adenosine
deaminase (ADA) dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis efusi pleura TB.
Adenosine deaminase adalah enzim yang dihasilkan oleh limfosit dan berperan dalam
metabolisme purin. Kadar enzim ini meningkat (> 40 unit/L) pada cairan eksudat yang
dihasilkan pada efusi pleura TB.

4
Uji Tuberkulin
Uji tuberkulin yang positif menunjukkan terdapat infeksi TB. Di Indonesia dengan prevalensi
TB yang tinggi, uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik penyakit kurang berarti pada orang
dewasa. Uji ini akan mempunyai makna bila didapatkan konversi, bula, atau ukuran indurasi
yang besar. Ambang batas hasil positif berbeda tergantung dari riwayat medis pasien.

1.7 Diagnosis
Pemeriksaan TCM digunakan untuk penegakan diagnosis TB, sedangkan pemantauan
kemajuan pengobatan tetap dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis. Tidak dibenarkan
mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu
memberikan gambaran yang spesifik pada TB paru, sehingga dapat menyebabkan terjadi over
diagnosis ataupun under diagnosis.
Untuk wilayah yang memiliki laboratorium dengan kualitas terpantau melalui sistem
pemantauan kualitas eksternal, kasus TB Paru BTA positif ditegakkan berdasarkan hasil
pemeriksaan BTA positif, minimal dari satu spesimen. Sedangkan daerah dengan laboratorium
yang tidak terpantau kualitasnya, maka definisi kasus TB BTA positif bila paling sedikit
terdapat dua spesimen dengan BTA positif.
Diagnosis TB ekstra paru dapat ditegakkan dari gejala dan keluhan tergantung pada organ yang
terkena, seperti kaku kuduk pada meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis),
pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB serta deformitas tulang belakang
(gibbus) pada spondilitis TB dan lain-lainnya. Untuk diagnosis pasti pada pasien TB ekstra
paru ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, bakteriologis dan atau histopatologis dari contoh
uji yang diambil dari organ tubuh yang terkena. Pemeriksaan mikroskopis dahak wajib
dilakukan untuk memastikan kemungkinan TB Paru. Pemeriksaan TCM pada beberapa kasus
curiga TB ekstra paru dilakukan dengan contoh uji cairan serebrospinal (cerebrospinal
fluid/CSF) pada kecurigaan TB meningitis, contoh uji kelenjar getah bening melalui
pemeriksaan biopsi aspirasi jarum halus/BAJAH (fine needle aspirate biopsy/FNAB) pada
paasien dengan kecurigaan TB kelenjar, dan contoh uji jaringan pada pasien dengan kecurigaan
TB jaringan lainnya.

1.8 Tuberkulosis dengan Diabetes Mellitus

DM menjadi salah satu penyebab utama dari penurunan imunitas tubuh sehingga meningkatkan
prevalensi TB. Frekuensi DM pada pasien TB dilaporkan lebih tinggi di negara berpenghasilan
rendah dan menengah dimana kasus TB dan DM banyak terjadi. Seluruh pasien DM harus
dilakukan skrining untuk TB dengan pemeriksaan gejala TB dan foto toraks. Sebaliknya untuk
pasien TB, terutama usia > 45 tahun dan IMT > 25 dilakukan penapisan DM dengan
pemeriksaan gula darah puasa dan gula darah 2 jam post prandial atau gula darah sewaktu.
Diagnosis DM ditegakkan jika gula darah puasa lebih dari 126 mg/dl atau gula darah 2 jam
post pandrial/gula darah sewaktu lebih dari 200 mg/dl. Pemeriksaan HbA1C dapat dilakukan
bila fasilitas tersedia, didiagnosis DM jika nilai HbA1c ≥ 6,5% (Kemenkes RI, 2020).

Penggunaan etambutol perlu berhati-hati, karena pasien DM sering mengalami komplikasi


pada mata. Selama pengobatan, piridoksin (vitamin B6) harus diberikan dengan isoniazid

5
kepada pasien DM, mengingat risiko neuropati perifer yang dapat memperburuk atau
menyerupai diabetik neuropati. Perlu diperhatikan penggunaan rifampisin karena akan
mengurangi efektivitas obat oral antidiabetes (golongan sulfonilurea) sehingga diperlukan
monitoring kadar glukosa darah lebih ketat atau diganti dengan anti diabetik lainnya seperti
insulin yang dapat meregulasi gula darah dengan baik tanpa mempengaruhi efektifitas OAT.
Perlu dipertimbangkan untuk mengukur konsentrasi obat dalam serum pasien TB DM
(pemantauan obat terapeutik) untuk mendapatkan informasi tentang kecukupan dosis obat dan
kebutuhan untuk penyesuaian yang pantas. Jika pasien DM memiliki penyakit ginjal stadium
akhir, maka pemantauan obat terapeutik mungkin diperlukan untuk menyesuaikan kadar obat
dalam konteks dialisis, menilai interaksi dengan obat lain untuk kondisi komorbiditas, dan
memantau toksisitas (Restrepo, 2019).

6
STUDI KASUS

ANAMNESIS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Christina Sutinah
Usia : 68 tahun
Alamat : Surabaya
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status Pernikahan : Menikah
No. RM : 12.67.82.83
Tanggal Pemeriksaan : 17 Mei 2022
BB : 72 kg
TB : 155 cm

II. KELUHAN UTAMA


Sesak Napas

III. RIWAYAT PASIEN SEKARANG


Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 1 minggu namun memberat
1 hari SMRS hingga pasien tidak bisa tidur. Sesak tidak dipengaruhi posisi dan
jumlah bantal. Sebelumnya, sesak muncul hilang timbul diperberat dengan
batuk dan diperingan dengan istirahat. Pasien sering terbangun ketika malam
akibat sesaknya. Pasien tidak meminum obat untuk sesaknya. Pasien juga
mengeluh batuk sejak 1 minggu namun memberat 2 hari SMRS. Batuk
disertai dahak yang tidak bisa keluar. Awalnya, batuk muncul hilang timbul
namun sejak 2 hari terakhir batuk terus-terusan sepanjang hari. Batuk sempat
diobati dengan OBH namun tidak membaik. Nyeri dada disangkal, batuk darah
disangkal. Pasien juga mengeluh badan lemas, mudah lelah, dan nyeri sejak
3 hari SMRS dan belum pernah diobati. Demam atau badan meriang disangkal,
penurunan nafsu makan disangkal, berat badan disangkal, keringat malam
disangkal. Keluhan gangguan penciuman dan rasa disangkal. Gangguan diare,
mual, muntah disangkal. Pasien juga sering BAK dan sering haus.

IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


• DMT2 sejak 20 tahun yang lalu dan rutin kontrol
• Ulkus diabetikum Desember 2022 hingga sekarang rutin rawat luka tiap 4
hari sekali
• TB, asma, COVID19 disangkal
• HT, penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal disangkal

V. RIWAYAT PENGOBATAN

7
• Insulin
• Gliklazid (diamicron)
• OBH

VI. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


• Ayah : DM
• Asma (-) tumor/kanker (-)

VII. RIWAYAT ALERGI


Tidak ada

VIII. RIWAYAT NUTRISI


- Nafsu makan menurun karena mual dan muntah
- Minum terbatas karena membuat pasien mual dan muntah, sehingga pasien
merasa dehidrasi

IX. RIWAYAT IMUNISASI


Lengkap

X. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
• Rokok disangkal
• Kopi rutin disangkal
• Keadaan rumah ventilasi dan pencahayaan baik
• Keluarga dengan keluhan yang sama tidak ada
• Tetangga dengan keluhan yang sama tidak ada

XI. REVIEW OF SYSTEM

Umum Cukup
Kulit Kering (-), kuning (-), pucat (-), gatal (-), ruam (-),
benjolan (-), lebam (-), luka pada kaki kiri (+)
Kepala Nyeri kepala (+), pusing (-), trauma kepala (-)
Mata Pengelihatan kabur (+), nyeri belakang mata (+),
merah (-), gatal (-), mata berair (-), kotoran mata (-),
pengelihatan (-), mata kering (-)
Telinga penurunan pendengaran (-), berdenging (-), vertigo (-),
nyeri (-), sekret (-), menggunakan alat bantu
pendengaran (-)
Mulut perdarahan gusi (-), mulut kering (-), sariawan (-)
Leher kaku leher (-), pembesaran KGB (-), nyeri (-)
Sistem Pernafasan Sesak nafas (+), batuk (-), dahak (-), batuk darah (-),
nyeri saat bernafas (-)

8
Sistem Kardiovaskular Nyeri dada (-), berdebar (-), sesak (-), bengkak pada
kaki/tungkai (-)

Sistem Pencernaan Mual (-), muntah (-), diare (-), berak bedarah (-), perut
kembung (-), berak hitam (-), nyeri perut (-), konstipasi
(-), nafsu makan menurun (+)
Sistem Genitourinaria Sering kencing (-), warna kencing keruh (-), kencing
berbau (-), nyeri saat berkemih (-), bangun malam
karena BAK (-), nyeri pinggang (-), volume urin
menurun (+)
Ekstremitas Sering kesemutan (-), nyeri sendi (-), nyeri otot (-),
bengkak (-), kelemahan tungkai (-), pteki (-)
Sistem Saraf Pusing (keliyengan) (-), kelemahan anggota badan (-)
Endokrin Gemetaran (-), lebih suka udara dingin (-), suka udara
hangat (-), banyak keringat (-), rasa haus bertambah (-
), mudah mengantuk (-)

PEMERIKSAAN FISIK

I. PEMERIKSAAN UMUM
Kesadaran Compos Mentis
GCS 456

II. TANDA VITAL DAN ANTROPOMETRI


Tekanan Darah 120/80 mmHg
Laju Napas 22x/menit
Laju Nadi 92
Suhu 37oC
SpO2 96% Room Air
BB 72 kg
TB 165 cm

III. KEPALA DAN LEHER


Umum Anemis (+), Ikterus (-), cyanosis (-), dyspneu (-)
Mata Pupil bulat isokor, mata kabur (-), konjungtiva anemis (+),
sklera ikterus (-)
Telinga Bentuk dalam batas normal, tidak ada nyeri
Hidung Bentuk dalam batas normal, tidak ada penyumbatan, bau,
maupun pernafasan cuping hidung

9
Mulut Tidak didapatkan sianosis atau edema bibir, atrofi papil lidah
(-)
Leher kesan simetris, pulsasi a. carotis tidak nampak, tidak teraba
pembesaran kelenjar leher ataupun thyroid, JVP meningkat (-)

IV. THORAKS
- Paru
Inspeksi Bentuk simetris, gerak dada simetris, tidak ada retraksi sela
iga dan tidak ada gerakan otot bantu napas.
Palpasi Tidak terdapat deviasi trakea, fremitus raba simetris, gerak
nafas simetris
Perkusi Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi Pada paru didapatkan suara napas bronkovesikuler
hemithorax dextra, wheezing (-) dan ronkhi (+) pada ⅔
inferior hemithorax dextra, bronkofoni (+) pada ⅔ inferior
hemithorax dextra

- Jantung
Inspeksi Iktus cordis tidak tampak
Palpasi Tidak teraba thrill
Perkusi Batas kanan jantung: ICS IV parasternal line dextra
Batas kiri jantung: ICS V midclavicular line sinistra
Batas pinggang jantung: ICS III parasternal line sinistra
Auskultasi Suara jantung dalam batas normal, S1 S2 tunggal, S3 S4 (-),
gallop (-), murmur (-)

V. ABDOMEN
Inspeksi Tidak ada pembesaran, striae (-), vena kolateral (-)
Palpasi Hepar dan lien tidak teraba, tidak ada nyeri tekan
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus : 30x/menit, dalam batas normal

VI. EKSTREMITAS
Atas Akral hangat, kering, merah, CRT < 2 detik, edema (-), kuning
(-), eritema palmaris (-), cyanosis (-), kuku pucat (-)
Bawah Pitting edema (+), luka kaki sebelah kiri bagian cruris yang
tertutup perban

10
PEMERIKSAAN PENUNJANG

I. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH LENGKAP

HASIL
PARAMETER UNIT REF.RANGE
17/05/2022 18/05/2022 19/05/2022
HB g/dL 11.0 - 14.7 10,3 8.5 8.2
HCT % 35.2-46.7 32,6 27.5 26.1
WBC ribu/mm3 4.0 - 11.0 18,74 9.61 8.58

PLT ribu/uL 150-450 471 327 331


Eritrosit juta/uL 4.5 - 5.5 3,60 3.06 2.93
Neutrofil % 40-70 83,2 74.2 75.1
Limfosit % 23-50 12,5 17,1 16.6
MCV fL 82 - 92 90,6 89.9 89.1
MCH pg 27 - 31 28,6 27.8 28
MCHC % 32 - 37 31,6 30.9 31.4

II. PEMERIKSAAN LABORATORIUM KIMIA KLINIK

HASIL
PARAMETER UNIT REF.RANGE
17/05/2022 17/05/2022 18/05/22
Albumin g/dL 3.4-5.0 3,02 - 2.88
Bilirubin Direk mg/dL <0.2 0,13 - -
Bilirubin Total mg/dL 0.2-1.00 0,55 - -
SGOT U/L <35 57,0 - 61
SGPT U/L <35 - - 25
BUN mg/dL 7-18 28,0 - 34
Kreatinin Serum mg/dL 0.6-1.3 1,54 - 1.3
GDA mg/dL <200 70 92 212
HbA1C % <6.5 - - 7
APTT 28,6-42,2 30,6 - -
PTT 11,6-14,5 14,6 - -
Natrium mmol/l 136-145 137 145 137
Kalium mmol/l 3.5-5.1 6,1 5.3 5.2
Klorida mmol/l 98-107 103 104 102
LDH U/L 100-190 351 - -

11
CRP mg/dL 0-1 9 - -
Procalcitonin ng/ml - - 12.71

III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM BLOOD GAS ANALYSIS

HASIL
PARAMETER UNIT REF.RANGE
17/05/2022
pH - 7.35-7.45 7,35
pCO2 mmHg 35 - 45 40
pO2 mmHg 80 – 100 77
HCO3 mmHg 22 – 26 22,1
BE mEq/liter -3.5-2.00 -3,5
SO2 % > 94 95%
A-aDO2 mmHg 15-50 23
%FiO2 % - 21%
P/F Ratio mmHg >300 367

IV. PEMERIKSAAN THORAX AP

Pasien dilakukan pemeriksaan Chest X-Ray di RS RSDS


1. Identitas : Ny. C
2. Tanggal : 17 Mei 2022

12
3. Posisi dan marker : AP dan lateral, ada
4. Quality : Rotasi (-) , Inspirasi cukup, penetrasi cukup, angulasi (-).
Interpretasi:
A: Trakea tampak di tengah
B: Tulang tampak baik tidak ada dislokasi ataupun fraktur
C: CTR < 50%
D: sudut costrophernicus kiri tajam dan kanan tertutup bayangan opasitas inhomogen
E: Silhouette sign (+)
F: Terdapat opasitas inhomogen di 2/3 bawah hemithoraks dekstra
G: Gastric bubble (-)
H: Tampak infitrat parahilar paru bilateral dan kesan vaskularisasi meningkat
I: Tidak terdapat instrumen

KESAN : Keradangan Paru

13
DAFTAR MASALAH

I. DAFTAR MASALAH SEMENTARA

Anamnesis
• Sesak nafas sejak 1 minggu
• Sesak memberat 1 hari SMRS
• Batuk sejak 1 minggu
• Batuk memberat 2 hari SMRS
• Batuk dahak tidak bisa keluar
• Badan lemas dan pegal
• Riwayat DMT2 sejak lama
• Ulkus diabetikum
Pemeriksaan Fisik
• Takipneu
• Anemis
• Redup 2/3 basal dextra
• Bronkovesikuler dengan ronkhi basah kasar dan bronkofoni (+) 2/3 basal
hemithorax dextra
Pemeriksaan Penunjang
• Lab:
• Penurunan Hb 10,3 -> 8,2
• HCT 32,6 -> 26,1
• WBC 19,74 -> 8,58
• PLT 471 -> 331
• Neut% 83,2% → 75,1%
• Lim% 12,5% →16.6%
• Alb 3,02 -> 2,88
• BUN 28,0 -> 34
• SK 1,54 -> 1,3
• PTT 14,6
• K 6,1 -> 5,2
• PO2 77

• CXR:
• Keradangan Paru

II. DAFTAR MASALAH TETAP


1. Sesak napas
2. CAP PSI Score 58 class II
3. Susp TB paru kasus baru
4. Ulkus diabetikum cruris sinistra
5. DMT2
6. Hiperkalemia

14
7. Hipoalbuminemia
8. Anemia normokromik normositik

III. RENCANA DAN ANALISIS

P
Analis
P Diagnosis P Terapi Monitori Edukasi
No a
ng
1 Sesak - O2 Nasal Klinis - Bed rest
napas Kanul 3 lpm sesak - Tidak melepas Nasal
TTV Kanul/asal mengatur
kecepatan oksigen masuk
2 CAP - Smear Cefoperazone Klinis - Etika batuk dan batuk
PSI sputum gram sulbactam TTV efektif
Score - Kultur 2x1g CXR - Tidak menelan/menahan
58 sputum aerob DL dahak
Class - Tidak membuang dahak
II sembarangan
- Menjaga personal hygine
- Laporkan apabila terjadi
perburukan klinis (demam,
sesak napas, batuk berdarah)
3 TB - TCM sputum Menyesuaika Klinis -Perjalanan dan penyebab
paru (Gen Xpert n hasil TCM batuk penyakit, terapi, dan
kasus Mtb/Rif) Dengan bb TTV prognosis penyakit
baru - Smear 72 kg 5 CXR -Risiko penularan ke orang
sputum Zn Tablet OAT Sputum lain
- Kultur 4 FDC BTA -Hygiene dan anjuran cuci
sputum MTB + Lepasan: Lab faal tangan 6 langkah kepada
sensitivitas R/ tab hepar dan pasien dan keluarga
OAT Isoniazid 300 ginjal -Selalu menggunakan masker
- Konsul mata mg No 1 Monitorin -Etika batuk dan bersin
S 1 dd tab 1 g -Edukasi kepatuhan minum
R/ tab gangguan obat
Rifampisin mata -Perbaiki kualitas nutrisi
600 mg No 1 -Menjaga ventilasi rumah
S 1 dd tab 1 tetap baik
R/ tab
Pirazinamid
500 mg No 3
S 1 dd tab 3

15
R/ tab
Ethambutol
500 mg No. 2
S 1 dd tab 2

4 Ulkus • USG Rawat luka • Sta • Penyakit, perjalanan


diabeti doppler Konsl TS tus penyakit, komplikasi,
kum • Status BTKV va prognosis
cruris vaskula sk Jalan dengan alas kaki yang
sinistr risasi ula tepat
a X Ray Regio ris
Cruris asi
Bilateral. Klinis
luka
5 DMT2 • Konsul Insulin TTV, • Diet kontrol gula darah
mata Levemir 0-0- Klinis, • Peningkatan aktivitas
Status vaskular 8 IU (gejala, fisik
Insulin komplikas • Kontrol rutin
Novorapid 4- i akut &
4-4 IU kronis),
GD2PP,
GDP,
HbA1C
6 Hiperk Pro evaluasi Koreksi Klinis -Batasi nakanan tinggi
alemia SE hiperkalemi SE kalium
(6.1- dengan ca EKG - Kurangi terapi hemat
>5.3) glukonas 1 kalium
amp +infus
D40
%+insulin 4
unit
7 Hipoal - • Inf. • Klini • Edukasi mengenai
bumin Kalbami s penyebab umum
emia n • DL terjadinya hipoalbumin
(3.02- 100cc/2 serial • Diet tinggi protein
>2.8) 4h Retriksi cairan
• VIP
albumin
3x2
cap
Diet TKTP
2100kkal/24h

16
Anemi • Hapusan - Asam folat • DL Penyakit, perjalnan penyakit,
8 a Darah 1x1 tab serial komplikasi, prognosis
normo Tepi - Transfusi • Klini
kromi Retikulosit PRC 2 s
k kolf/hari
normo target Hb >10
sitik (
10,9
→8,2)

17
DAFTAR PUSTAKA

Bloom, B.R., Atun, R., Cohen, T., Dye, C., Fraser, H., Gomez, G.B., Knight, G., Murray, M.,
Nardell, E., Rubin, E., Salomon, J., Vassall, A., Volchenkov, G., White, R., Wilson, D.
and Yadav, P. (2017). Tuberculosis. 3rd ed. [online] PubMed. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK525174/.
Loddenkemper, R., Lipman, M. and Zumla, A. (2015). Clinical Aspects of Adult
Tuberculosis. Cold Spring Harbor Perspectives in Medicine, 6(1), p.a017848.
doi:10.1101/cshperspect.a017848.
PDPI. (2021). Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia. Jakarta:
PDPI.
Restrepo, B.I. (2019). Diabetes and Tuberculosis. Tuberculosis and Nontuberculous
Mycobacterial Infections, Seventh Edition, [online] pp.595–606.
doi:10.1128/microbiolspec.tnmi7-0023-2016.
WHO. (2021). Tuberculosis (TB). Available from: https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/tuberculosis#:~:text=Worldwide%2C%20TB%20is%20the%2013th,all%
20countries%20and%20age%20groups.

18
19

Anda mungkin juga menyukai