TB EKSTRAPARU
C. Martin Rumende
Divisi Respirologi dan Penyakit Kritis, Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
LATAR BELAKANG
DEFINISI TB EKSTRAPARU
PATOGENESIS TB EKSTRAPARU
1. Limfadenitis TB.
Limfadenitis TB merupakan manifetasi klinis TB ekstraparu yang paling
sering yang tertama menyerang kelenjar getah bening di daerah servikal
kemudian diikuti dengan kelenjar mediastinal. Pembengkakan kelenjar dapat
terjadi secara unilateral atau bilateral, tunggal maupun multipel, dimana
benjolan ini biasanya tidak nyeri dan berkembang secara lambat dalam
beberapa minggu hinnga bulan. Limfadenitis TB kadang-kadang dapat
membentuk abses yang bila pecah dapat membentuk ulkus yang kronis
(Gambar 1). Diagnosis pasti limfadenitis TB ditegakkan bila didapatkan
gambaran granuloma, sel datia langhans dan nekrosis kaseosa pada
spesimen yang diperoleh dari biopsi kelenjar atau dari aspirasi jarum
halus.13, 14
3. Tuberkulosis Abdominalis
Keterlibatan abdomen pada TB ekstraparu umumnya mengenai saluran
cerna, peritoneum, hati dan kelenjar getah bening. Gambaran klinis TB
abdominalis umumnya tidak spesifik dapat berupa anoreksia, malaise,
demam yang tidak terlalu tinggi, berat badan menurun, melena, adanya
massa intraabdomen dan walaupun jarang dapat juga menyebabkan abses
hati. Pada laparoskopi bisa didapatkan adanya gambaran tuberkel-
tuberkel pada peritoneum dan dinding usus (Gambar 3). Pada peritonitis
TB diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologis dari
spesimen yang diperoleh baik dari laparoskopi maupun laparatomi. Pada
peritonitis TB
4 Meningitis TB
Manifestasi klinis meningitis TB biasanya berupa demam (tidak terlalu
tinggi),rasa lemah, nafsu makan menurun (anoreksia), nyeri perut, sakit
kepala, mual, muntah, apatis dan iritabel. Pada pemeriksaan neurologis
didapatkan kaku kuduk (+), refleks Kernig dan Brudzinski (+). Kelainan
neurologis lain yang bisa didapatkan yaitu kesadaran yang semakin
menurun, stupor, koma, otot ekstensor menjadi kaku dan spasme,
opistotonus, pupil melebar dengan refleks cahaya (-), nadi dan pernapasan
menjadi tidak teratur serta bisa timbul hiperpireksia.
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis meningitis TB
adalah dengan pemeriksaan cairan serebrospinal yang diperoleh dengan
cara pungsi lumbal. Pada pemeriksaan cairan serebrospinal didapatkan
jumlah sel 100-1000 sel/mL dengan dominasi sel-sel limfosit, konsentrasi
protein meningkat dan kadar gula yang rendah. Pemeriksaan BTA langsung
positif hanya pada 10-20% sedangkan BTA kultur positif bisa didapatkan
pada presentasi yang lebih tinggi hingga mencapai 25-80% kasus.
Pemeriksaan PCR yang (+) pada cairan serebrospinal menunjukkan
adanya meningitis TB dengan sensitifitas 56% dan spesifisitas 98%,
sedangkan peningkatan ADA > 8 U/L menunjukkan sensitifitas 59%
dan spesifisitas 96%. Pada
5. Perikarditis TB
Manifestasi klinis keterlibatan perikard pada infeksi TB dapat berupa
perikarditis, efusi perikard, tamponade jantung dan perikarditis konstriktiva.
Insidens perikarditis di negara maju adalah 4%, sedangkan di negara
berkembang jauh lebih tinggi hingga mencapai 60%. Perjalanan penyakit
perikarditis TB terdiri dari 4 stadium yaitu dry stage, effusive stage
dengan manifestasi efusi perikard, absortive stage dan constrictive stage
dimana terjadi perikarditis konstriktiva. Kematian pada perikarditis TB dapat
timbul karena komplikasi akut akibat tamponade jantung maupun
komplikasi kronik akibat perikarditis konstriktiva. Efusi perikard akibat
perikarditis TB dapat menyebabkan penurunan curah jantung sehingga
akan didapatkan adanya hipotensi dan perasaan cepat lelah. Cairan dalam
perikard juga akan mengganggu fungsi diastolik jantung sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan atrium kanan dan vena sistemik dan
secara klinis ditandai dengan adanya peningkatan tekanan vena sentral,
hepatomegali, asites dan edema. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan
untuk mendiagnosis perikarditis TB adalah foto toraks, elektrokardiografi,
ekokardiografi dan mantoux test (Gambar 5). Peningkatan ADA cairan
perikard 40 U/L menunjukkan adanya perikarditis TB dengan sensitifitas
88% dan spesifisitas 84%.20, 21
7. Tuberkulosis kulit
Tuberkulosis kulit didapatkan pada 0,1-2,5 % pasien dengan kelainan
kulit. Ada 2 bentuk TB kulit yaitu TB kulit milier dan tuberculosis chancre yang
didapat pada pasien yang sebelumnya belum pernah terpapar dengan
kuman M.tuberculosis. Selanjutnya pada pasien yang sudah tersensitisasi
maka manifestasi TB kulit yang akan didapat yaitu lupus vulgaris,
skrofuloderma dan tuberculosis verrucosa (Gambar 7) Diagnosis TB kulit
ditegakkan dengan biopsi kulit untuk pemeriksaan histopatologi dan
pemeriksaan BTA jaringan.13, 15, 16
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TATALAKSANA TB EKSTRAPARU
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. The burden of disease caused by TB. Global
tuberculosis report 2014. Geneva : WHO Library Cataloguing-in-Publication
Data; 2014.
2. Kemenkes. Situasi TB di Indonesia. Dalam : Mustikawati DE, Surya A,
penyunting. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. DIRJEN
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011: 12-4.
3. Doucette K, Cooper R. Tuberculosis. In : Fishman JA, Elias JA, Grippi MA, Senior
RM, Pack AI, editors. Fishman s Pulmonary Diseases and Disorders. Toronto :
Mc Graw Hill Medical; 2015.p.2012-26.
4. Wares F, Balasubramanian A, Sharma MSK. Extrapulmonary Tuberculosis :
Management and Control. Global Tuberculosis Report 2013. Geneva : WHO
Library Cataloguing-in-Publication Data, 2013: 95-101.
5. Walter N, Daley CL. Tuberculosis and Nontuberculous Mycobacterial Infections.
In : Spiro SG, Silvestri GA, Agusti A, editors. Clinical Respiratory Medicine.
Philadelphia : ELSEVIER SAUNDERS; 2012.p.383-404.
6. Raviglione MC, O Brien RJ. Tuberculosis. In: Longo DL, Fauci AS, Kasper DL,
Hauser SL, Jameson JL, Loscalso J, editors. Harrison s Principles of Internal