Anda di halaman 1dari 19

PEMBERIAN DIET

PADA PASIEN TB PARU


Disampaikan oleh Suhaema, S.Si.T, MPH.
pada MK. Dietetika Penyakit Infeksi
Mahasiswa Semester IV Prodi Sarjana Terapan Gizi & Dietetika
Poltekkes Kemenkes Mataram, 2020
PENGANTAR

 Penyakit Tuberculosis (TB) Paru merupakan masalah kesehatan masyarakat


utama di Indonesia.
 Indonesia memiliki Jumlah pasien TB ke-2 terbanyak di dunia setelah China.
 Penyakit TB adalah Penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium
tuberculosis 
 Sebagian besar kuman TB menyerang paru-paru tetapi dapat juga mengenai
organ tubuh lainnya seperti kelenjar getah bening, tulang belakang, sistem
saraf pusat, saluran kemih
 Penyebarannya melalui udara, dengan waktu inkubasinya (sejak masuknya
bakteri hingga terbentuknya komplek primer) berlangsung dalam waktu 4-8
minggu.
GEJALA
 Gejala akut yang dirasakan adalah demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung
lama, dan biasanya demam ini dirasakan malam hari disertai keringat malam; malas
makan; perasaan tidak enak dan lemah, batuk batuk selama lebih dari 3 minggu.
 Gejala kronik hampir sama dengan gejala akut hanya panas tidak terlalu tinggi tapi
timbul tenggelam, dan BMR tidak terlalu tinggi. Gejala pada penyakit TB
diantaranya adalah demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama dan nafsu
makan rendah.

Hal ini yang mempercepat terjadinya status gizi kurang  daya imunitas rendah dan
makin mudah sakit dan keadaan gizi makin memburuk
DIAGNOSIS
 Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi -
sewaktu (SPS).
 Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA).
 Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis
merupakan diagnosis utama.
 Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai
penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. •
 Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto
toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi
overdiagnosis.
 Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktivitas penyakit.
ALUR DIAGNOSTIK TB
TB PADA ANAK
 Tatalaksana TB Anak Diagnosis TB pada anak umumnya sulit ditegakkan, sehingga sering
terjadi misdiagnosis baik overdiagnosis maupun underdiagnosis.
 Unit Kerja Koordinasi Respirologi PP IDAI telah membuat Pedoman Nasional TB Anak
dengan menggunakan sistem skor (scoring system), yaitu sistem pembobotan terhadap
gejala atau tanda klinis.
 Dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
selanjutnya dilakukan pembobotan dengan sistem skor.
 Pasien dengan jumlah skor yang lebih atau sama dengan 6 (>6), harus ditatalaksana
sebagai pasien TB dan mendapat OAT (obat anti TB).
 Bila skor kurang dari 6 tetapi secara klinis kecurigaan kearah TB kuat maka perlu
dilakukan pemeriksaan diagnostik lainnya sesuai indikasi, seperti bilasan lambung,
patologi anatomi, pungsi lumbal, pungsi pleura, foto tulang dan sendi, funduskopi,
CTScan
Penularan
 Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
 Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak.
 Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam
waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar
matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama
beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
 Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan
dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin
menular pasien tersebut.
 Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
 Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya
tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi
PATOGENESIS TUBERKULOSIS
 Paru merupakan porte d’entrée lebih dari 98% kasus infeksi TB.
 Mycobacterium Tuberculosis berukuran sangat kecil. Jika kuman TB dalam percik renik
(droplet nuclei) terhirup, maka dapat mencapai alveolus.
 Masuknya kuman TB ini akan segera diatasi oleh mekanisme imunologis non spesifik.
 Makrofag alveolus akan menfagosit kuman TB dan biasanya sanggup menghancurkan
sebagian besar kuman TB. Akan tetapi, pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu
menghancurkan kuman TB dan kuman akan bereplikasi dalam makrofag.
 Kuman TB dalam makrofag yang terus berkembang biak, akhirnya akan membentuk koloni
di tempat tersebut. Lokasi pertama koloni kuman TB di jaringan paru disebut Fokus Primer
GOHN.
Patogenesis….
 Dari focus primer, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe regional,
yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi focus primer. Penyebaran ini
menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe
(limfadenitis)
 Jika focus primer terletak di lobus paru bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat
adalah kelenjar limfe parahilus, sedangkan jika focus primer terletak di apeks paru, yang akan
terlibat adalah kelenjar paratrakeal.
 Kompleks primer merupakan gabungan antara focus primer, kelenjar limfe regional yang
membesar (limfadenitis) dan saluran limfe yang meradang (limfangitis).
 Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya kompleks primer secara
lengkap disebut sebagai masa inkubasi TB (Hal ini berbeda dengan pengertian masa inkubasi pada
proses infeksi lain, yaitu waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya gejala
penyakit).
 Masa inkubasi TB biasanya berlangsung dalam waktu 4-8 minggu dengan rentang waktu antara
2-12 minggu. Dalam masa inkubasi tersebut, kuman tumbuh hingga mencapai jumlah 10³ -104⁴ ,
yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons imunitas seluler.
Cont….
 Pada saat terbentuknya kompleks primer, maka infeksi TB primer dinyatakan telah terjadi
 ditandai oleh terbentuknya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, yaitu timbulnya
respons positif terhadap uji tuberculin.
 Selama masa inkubasi, uji tuberculin masih negatif.
 Setelah kompleks primer terbentuk, imunitas seluluer tubuh terhadap TB telah terbentuk.
Pada sebagian besar individu dengan system imun yang baik, begitu system imun seluler
berkembang, proliferasi kuman TB terhenti. Namun, sejumlah kecil kuman TB dapat tetap
hidup dalam granuloma. Bila imunitas seluler telah terbentuk, kuman TB baru yang masuk
ke dalam alveoli akan segera dimusnahkan.
Cont…
 Imunitas seluler yang terbentuk akan membantasi penyebaran kuman TB dengan
cara menginaktivasi kuman TB dalam makrofag membentuk suatu sarang primer
(yang disebut focus ghon; focus ghon bersama limfangitis dan limfadenitis regional
disebut kompleks ghon)
 Terbentuknya focus ghon mengimplikasikan 2 hal, yaitu:
1. Di dalam tubuh seseorang telah terdapat imunitas seluler terhadap basil TB
2. Merupakan lesi penyembuhan yang berisi basil TB yang bersifat laten, bertahan
hidup dan dapat tereaktivasi kembali
 Terjadinya reaktivasi atau reinfeksi basil TB pada seseorang yang telah memiliki
imunitas seluler disebut TB Post Primer.
Penyebaran di dalam Tubuh
 Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas seluler, dapat terjadi penyebaran
limfogen dan hematogen.
 Pada penyebaran limfogen, kuman menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk
kompleks primer.
 Pada penyebaran hematogen, kuman TB masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke
seluruh tubuh. Adanya penyebaran hematogen inilah yang menyebabkan TB disebut
sebagai penyakit sistemik.
 Penyebaran hamatogen yang paling sering terjadi adalah dalam bentuk penyebaran
hematogenik tersamar, dimana kuman TB menyebar secara sporadic dan sedikit demi
sedikit sehingga tidak menimbulkan gejala klinis. Kuman TB kemudian akan mencapai
berbagai organ di seluruh tubuh.
 Organ yang biasanya dituju adalah organ yang mempunyai vaskularisasi baik, misalnya
otak, tulang, ginjal, dan paru sendiri, terutama apeks paru atau lobus atas paru. Di
berbagai lokasi tersebut, kuman TB akan bereplikasi dan membentuk koloni kuman
sebelum terbentuk imunitas seluler yang akan membatasi pertumbuhannya.
Pengobatan TB: OAT
 Tujuan Pengobatan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah
kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi
kuman terhadap OAT.
 Prinsip Pengobatan TB
 Pengobatan dengan Obat Anti Tuberculosis (OAT) yang harus diberikan dalam
bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai
dengan kategori pengobatan.
 Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan
sangat dianjurkan. ƒ
 Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat
(PMO). ƒ
 Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan lanjutan.
Pengobatan…
 Tahap awal (intensif) : Pada tahap awal (intensif) pasien mendapat obat setiap
hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi
obat. ƒ
 Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. ƒ
 Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan.
 Tahap Lanjutan ƒ Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit,
namun dalam jangka waktu yang lebih lama ƒ
 Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
OAT
Tatalaksana Diet
 Prinsip asuhan gizi adalah pemberian energi tinggi protein tinggi
 Energi: 30-35 kkal/kg/hari;
 Protein 1.5 -2 g/kg BB/hari untuk memperbaharui serum albumin dan memperbaiki
keseimbangan nitrogen positif.;
 Lemak cukup 25-30% total energi;
 Vitamin yang perlu diperhatikan atau ditingkatkan pemenuhannya di atas AKG
adalah vitamin C untuk mempercepat penyembuhan; vitamin K untuk mencegah
perdarahan bagi pasien TB yang berat;
 vitamin B6 perlu jika pasien diberikan INH karena INH merupakan antagonisnya;
 vitamin A dianjurkan sama dengan AKG ;
 zat besi dan kalsium sama dengan AKG karena pasien TB biasanya ada perdarahan
dan kalsifikasi tulang.

Anda mungkin juga menyukai