LIMFADENITIS TB
Oleh:
Arif Rizki Taradita 1310311036
Raudhah Salwati 1740312039
Citra Husna Pratiwi 1410311090
Preseptor:
Dr. dr. H. Eva Decroli, SpPD-KEMD, FINASIM
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Limfadenitis adalah peradangan pada kelenjar getah bening akibat
infeksi bagian tubuh lain (lesi primer) yang menyebar ke kelenjer getah
bening regional. Limfadenitis TB atau TB kelenjar getah bening termasuk
salah satu penyakit TB di luar paru (Tb-extra paru). Penyakit ini disebabkan
oleh M. tuberkulosis, kemudian dilaporkan ditemukan berbagai spesies M.
Atipik.6,7
2.2 Epidemiologi
Tuberkulosis ekstraparu telah memberikan kontribusi yang besar
dalam kejadian TB terutama pada pasien yang menderita imunodefisiensi
akibat HIV (45-70%) dibandingkan yang tidak menderita HIV AIDS
(15%).8,11 Limfadenitis TB merupakan TB ekstraparu paling sering. Menurut
jenis kelamin, perempuan lebih sering terkena dibandingkan laki-laki dengan
perbandingan 68:31. Menurut ras, Asia lebih sering terkena dibandingkan
Afrika. Pada pasien limfadenitis TB terdapat pasien yang telah diimunisasi
BCG sebanyak 37%.8 Pada penelitian infeksi Mycobacterium bovis
merupakan penyebab tersering dari TB ekstraparu terutama limfadenitis TB.
Konsumsi susu mentah memiliki peran penting dalam infeksi bakteri
ini.11Maka dari itu, limfadenitis TB ini lebih sering mengenai anak-anak.
Menurut penelitian pada anak-anak yang menderita limfadenitis TB, umur
rata-rata anak tersebut adalah 9,8 tahun dengan anak perempuan (61,3%)
lebih banyak dari anak laki-laki (38,7%).9
Menurut penelitian dari 1112 anak-anak, 7,8% anak menderita limfadenitis
TB. Penyakit ini didapati pada semua usia tapi lebih sering pada anak usia 10
dan 18 tahun (39,1%). Pada anak dengan rontgen dada yang normal didapati
memiliki limfadenitis TB sebanyak 21,8%. Dan pada pasien ini didapati tes
tuberkulin positif sebanyak 87,3% dan memiliki riwayat keluarga menderita
TB sebanyak 82,7%.10
2.3 Etiologi
Limfadenitis TB disebabkan oleh M.tuberculosis complex, yaitu
M.tuberculosis (pada manusia), M.bovis (pada sapi), M.africanum, M.canetti
dan M.caprae. Secara mikrobiologi, M.tuberculosis merupakan basil tahan
asam yang dapat dilihat dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen atau Kinyoun-
Gabbett. Pada pewarnaan tahan asam akan terlihat kuman berwarna merah
berbentuk batang halus berukuran 3 x 0,5μm.
M.tuberculosis dapat tumbuh dengan energi yang diperoleh dari oksidasi
senyawa karbon yang sederhana. CO2 dapat merangsang pertumbuhan.
M.tuberculosis merupakan mikroba kecil seperti batang yang tahan terhadap
desinfektan lemah dan bertahan hidup pada kondisi yang kering hingga
berminggu-minggu, tetapi hanya dapat tumbuh di dalam organisme hospes.
Kuman akan mati pada suhu 600 C selama 15-20 menit, Pada suhu 300 atau
400-450 C sukar tumbuh atau bahkan tidak dapat tumbuh. Pengurangan
oksigen dapat menurunkan metabolisme kuman.
Daya tahan kuman M.tuberculosis lebih besar dibandingkan dengan
kuman lainnya karena sifat hidrofobik pada permukaan selnya. Kuman ini
tahan terhadap asam, alkali dan zat warna malakit. Pada sputum yang melekat
pada debu dapat tahan hidup selama 8-10 hari. M.tuberculosis dapat dibunuh
dengan pasteurisasi.
2.4 Patogenesis
Untuk pasien-pasien tanpa infeksi HIV, terjadinya Limfadenopati
Tuberkulosis perifer yang terisolasi (contoh, pada bagian cervical)
kemungkinan besar disebabkan oleh reaktivasi dari penyakit pada bagian
tersebut melalui jalur hematogen ketika pasien terinfeksi Tuberkulosis Primer.
Akan tetapi beberapa ahli berpendapat bahwa limfadenitis tuberkulosis pada
bagian cervical mungkin disebabkan oleh infeksi pada tonsil, adenoid, dan
cincin waldeyer’s dimana hal ini akan menyebabkan terlibatnya nodal
cervical.
Pada pasien yang terinfeksi HIV dengan limfadenitis tuberkulosis, lebih
banyak terdapat bukti bahwa infeksi mereka lebih menyeluruh seperti sering
timbul demam yang tiba-tiba, gambaran foto thoraks yang abnormal dan
jumlah mycobacterium yang lebih banyak. Reaktivasi dari infeksi yang laten
lebih sering terjadi pada pasien yang terinfeksi HIV.
rute yang menjadi kemungkinan tempat masuknya mikobakterium
tuberkulosa ke kelenjar limfe :
1. Reaktifasi dari TB paru atau pelebaran hilus (paling sering).
2. Keterlibatan cervical melalui infeksi laring
3. Jalur hematogen
2.5 Patofisiologi
TB ekstraparu merupakan penyakit TB yang terjadi di luar paru, organ
yang sering diinfeksi oleh basil tuberkulosis adalah kelenjar getah bening,
pleura, saluran kemih, tulang, meningens, peritoneum dan perikardium. 5
Limfadenitis TB adalah manifestasi lokal dari penyakit sistemik. Hal ini bisa
terjadi pada infeksi TB primer atau sebagai akibat dari reaktivasi dari fokus
aktif dan bisa langsung menyebar dari fokus yang berdekatan. Infeksi primer
terjadi pada paparan awal dari tuberkel basil. Dihirup dari droplet nuklei
yang berukuran cukup kecil untuk melewati pertahanan muco-silia pada
bronkus dan berlanjut ke alveoli.4 Sampai di paru, droplet ini akan di fagosit
oleh makrofag dan akan mengalami dua kemungkinan, Pertama, basil TB
akan ,mati akibat difagosit oleh makrofag. Kedua, basil TB akan bertahan
hidup dengan cara bermultiplikasi dalam makrofag sehingga basil TB akan
dapat menyebar secara limfogen, perkontinuitatum, bronkogen bahkan
hematogen.5
Basil berkembang biak di paru-paru yang disebut fokus Ghon. sistem
limfatik mengalirkan basil ke kelenjar getah bening hilus. Fokus Ghon dapat
membentuk kompleks primer. Infeksi dapat menyebar dari fokus primer ke
getah bening regional. Dari nodus regional, basil dapat terus menyebar
melalui sistem limfatik ke kelenjar lain dan bisa mencapai aliran darah
kemudian dapat menyebar ke hampir semua organ tubuh.
Hilus, mediastinum dan lymphnodes paratrakeal adalah tempat pertama
dari penyebaran infeksi dari parenkim paru. Limfadenitis TB merupakan
penyebaran dari infeksi fokus primer dari tonsil, adenoid sinonasal atau
4
osteomyelitis dari tulang etmoid. TB primer dapat terjadi pada seseorang
yang terpapar basil tuberkulosis untuk pertama kalinya. 5
Penyebaran basil TB secara limfogen pertama kali menuju kelenjar limfe
regional, dimana penyebaran basil TB tersebut mengakibatkan reaksi
inflamasi di sepanjang saluran limfe dan dan kelenjar limfe regional. Basil
TB juga dapat menginfeksi kelenjar limfe tanpa terlebih dahulu sebelum
menginfeksi paru. Basil TB ini akan berdiam di mukosa orofaring setelah
basil TB akan difagosit oleh makrofag dan dibawa ke tonsil, selanjutnya akan
dibawa ke kelenjar limfe di leher.4,5
Peningkatan ukuran nodus dapat disebabkan oleh hal berikut ini :
1. Multiplikasi sel dalam node, termasuk limfosit, plasma sel, monosit atau
histiosit.
2. Infiltrasi sel sel dari luar nodus, misalnya sel ganas atau neutrofil.
3. Drainase sumber infeksi oleh kelenjar getah bening.
2.8 Penatalaksanaan
Aspirasi
Tahap Intensif
Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya
penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
dalam 2 bulan.
Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama
Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister (dormant)
sehingga mencegah terjadinya kekambuhan
Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)
Tahap intensif terdiri dari HRZE diberikan setiap hari selama 2 bulan. Kemudian
diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari HR diberikan tiga kali dalam
seminggu selama 4 bulan.
Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZ),
diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali
seminggu.
Kategori 1
Identitas Pasien
Nama : Tn. NC
No MR : 01013630
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 29 tahun
Pekerjaan : Pedagang
Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Alamat : Padang Panjang
Tanggal Masuk : 18 April 2018
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Benjolan dileher kanan dan lipat paha kiri yang semakin
membesar sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Darah : Hb 8,2 gr/dL (N: 13-16 gr/dL)
Leukosit 1580/mm3 (N: 5000-10.000/mm3)
Hematokrit 26% (N: 40-50%)
Trombosit 262.000/mm3 (N: 150.000-450.000/mm3)
Eritrosit 3,3 juta/mm3 (N: 4,5-5 juta/mm3)
Hitung jenis:
Basofil 0 (N: 0-1%)
Eosinofil 1 (N: 1-3%)
Net. Bat 1 (N: 2-6%)
Net. Seg 88 (N: 50-70%)
Limfosit 6 (N: 20-40%)
Monosit 4 (N: 2-8%)
Kesan : anemia ringan, leukopenia dengan netrofilia relatif
Pemeriksaan Rontgen
Kesan : tampak infiltrat di perihiler kiri dan parakardial kanan, DD/Pneumonia,
TB paru, tidak tampak kelainan radiologis pada jantung
DIAGNOSIS
Limfadenitis TB
TB Paru kasus baru, BTA (+), rontgen (+).
Candidiasis Oral
SIDA (Sindrom Imuno Defisiensi Akuista)
DIAGNOSIS BANDING
Limfadenitis Virus
Pneumonia (CAP)
PENATALAKSANAAN
MB TKTP 1450 kkal
IVFD NaCL 0,9% 8 jam/kolf
Paracetamol 3x500 mg (p.o) (jika perlu)
Nistatin drop 4x10 gtt
INH 1x300 mg (p.o)
Rifampisin 1x450 mg (p.o)
Pirazinamid 1x1000 mg (p.o)
Etambutol 1x750 mg (p.o)
Vit B6 1x1 tab (p.o)
RENCANA
Pemeriksaan rapid test anti HIV
PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : bonam
FOLLOW UP
Tabel 4. Follow Up Pasien
Assessment/ Limfadenitis TB
TB paru dalam pengobatan OAT
kategori I fase intensif hari ke
2
Candidiasis Oral
SIDA (Sindrom Imuno
Defisiensi Akuista)
Plan/ Terapi lanjut
Cek rapid test HIV
Objective/
Keadaan umum Sakit sedang
Kesadaran Komposmentis
Tekanan darah 110/70 mmHg
Nadi 88x/menit
Pernapasan 19x/menit
Suhu 36,7oC
Mata Konjungtiva anemis(+/+), sklera
ikterik (-/-)
Thoraks SN Bronkial, Rh +/+ wh-/-
Assessment/ Limfadenitis TB
TB paru dalam pengobatan OAT
kategori I fase intensif hari ke
4
Candidiasis Oral
SIDA (Sindrom Imuno
Defisiensi Akuista)
Anemia ringan ec penyakit
kronik
Plan/ Terapi lanjut
Benzidin test
Cek SI, TIBC, feritin
Objective/
Keadaan umum Sakit sedang
Kesadaran Komposmentis
Tekanan darah 110/60 mmHg
Nadi 90x/menit
Pernapasan 19x/menit
Suhu 36,8oC
Mata Konjungtiva anemis(+/+), sklera
ikterik (-/-)
Thoraks SN Bronkial, Rh +/+ wh-/-
Ekstremitas Edem (-/-), Pembesaran KGB Inguinal
(+)
Labor
HbsAg Reaktif
Anti HCV Non Reaktif
Anti HIV Belum
BTA +++
Rontgen thorak Infiltrat perihiler kiri dan parakardial
kanan
Assessment/ Limfadenitis TB
TB paru dalam pengobatan OAT
kategori I fase intensif hari ke
5
Candidiasis Oral
SIDA (Sindrom Imuno
Defisiensi Akuista)
Anemia ringan ec penyakit
kronik
Plan/ Terapi lanjut
Benzidin test
Cek SI, TIBC, feritin
BAB IV
DISKUSI