Anda di halaman 1dari 22

Kata pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
kekuatan, kesempatan dan hidayah yang Dia berikan, maka saya dapat
menyelesaikan Referat yang berjudul Defense Mechanisms ini tepat pada
waktunya.

Referat ini disusun untuk memenuhi Tugas sebagai Salah Satu Syarat
Mengikuti Ujian Akhir Kepanitraan Klinik Madya Bagian Ilmu Psikiatri
Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura.

Dalam tulisan ini, saya menyadari bahwa masih terdapat banyak


kekurangan dan ketidaklengkapan. Dan saya menyadari bahwa dalam penulisan
Referat ini masih jauh dari kata sempurna, karena saya masih dalam tahap
belajar. Untuk itu saya mohon saran dan masukannya. Dengan ditulisnya
Referat ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada siapapun yang
membacanya.

Jayapura, 15 Mei 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KataPengantar………………………………………………………………………..i
Daftar Isi……………………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 3
2.1 Teori Sigmund Freud ...................................................................................... 3
2.2 Mekanisme Pertahanan Ego ........................................................................... 5
2.3 Definisi Defense Mechanisms ........................................................................ 6
2.4 Etiologi ........................................................................................................... 6
2.5 Terbentuknya Defense Mechanisms .............................................................. 8
2.6 Fungsi Mekanisme Pertahanan ..................................................................... 13
2.7 Klasifikasi Mekanisme Pertahanan .............................................................. 13
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 18
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecemasan berfungsi sebagai tanda adanya bahaya yang akan terjadi, suatu
ancaman terhadap ego yang harus dihindari atau dilawan. Dalam hal ini ego harus
mengurangi konflik antara kemauan Id dan Superego. Konflik ini akan selalu ada
dalam kehidupan manusia karena menurut Freud, insting akan selalu mencari
pemuasan sedangkan lingkungan sosial dan moral membatasi pemuasan tersebut.
Sehingga menurut Freud suatu pertahanan akan selalu beroperasi secara luas
dalam segi kehidupan manusia. Layaknya semua perilaku dimotivasi oleh insting,
begitu juga semua perilaku mempunyai pertahanan secara alami, dalam hal untuk
melawan kecemasan. Freud membuat postulat tentang beberapa mekanisme
pertahanan namun mencatat bahwa jarang sekali individu menggunakan hanya
satu pertahanan saja.

Kecemasasn adalah ketidakmampuan Egountuk menghadapi serta


mengendalikan stimulasi yang berlebihan sehingga Ego menjadi kewalahan.
Ketika individu tidak mampu meenanggulangi kecemasan itu dengan tindakan-
tindakan yang efektif, makanya hal ini akan menyebabkan peristiwa traumatic
dalam dirinya. Salah satu untuk menghadapi kecemasan itu adalah dengan
membuat mekanisme pertahanan ego. Mekanisme pertahanan ego terjadi bila ego
tidak dapat menanggulangi kecemasan dengan cara efektif, sehingga ego akan
kembali pada cara yang tidak realistik.

Biasanya individu akan menggunakan beberapa mekanisme pertahanan pada


satu saat yang bersamaan. Ada dua karakteristik penting dari mekanisme
pertahanan. Pertama adalah bahwa mereka merupakan bentuk penolakan atau
gangguan terhadap realitas. Kedua adalah bahwa mekanisme pertahanan

1
berlangsung tanpa disadari. Kita sebenarnya berbohong pada diri kita sendiri
namun tidak menyadari telah berlaku demikian. Tentu saja jika kita mengetahui
bahwa kita berbohong maka mekanisme pertahanan tidak akan efektif. Jika
mekanisme pertahanan bekerja dengan baik, pertahanan akan menjaga segala
ancaman tetap berada di luar kesadaran kita. Sebagai hasilnya kita tidak
mengetahui kebenaran tentang diri kita sendiri. Kita telah terpecah oleh gambaran
keinginan, ketakutan, kepemilikan dan segala macam lainnya.

Melalui proses perkembangan, seseorang memerlukan berbagai teknik


psikologi guna mempertahankan dirinya. Seseorang membangun rencana
pertahanan untuk menangani baik anxietas, impuls, agresif, permusuhan,
kebencian maupun frustasi yang akan dihadapinya . dengan demikian mekanisme
atau dinamisme mental berfungsi untuk melindungi seseorang terhadap bahaya
yang berasal dari impuls atau afeknya.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Sigmund Freud

Freud membagi topografi pikiran menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Unconscious (bawah sadar), meliputi segala masalahyang terkena represi.


dengan kata lain, isi dan proses mental dari bawah sadar dijauhkan dari
kesadaran melalui kekuatan persensoan
b. Pre-conscius (alam pra-sadar), meliputi apa yang dilupakan, tetapi dapat
diingat kembali tanpa melalui proses psikoanalisa
c. Conscious (sadar), ditandai sebagai bagian dari pikiran dimana persepsi yang
berasal dari dunia lur atau dari dalam tubuh atau pikiran dibawa ke alam sadar
yang masing-masing memiliki karakter khusus.

Secara struktural manusia memiliki sistem id, ego, dan Superego id terletak di
bagian tak sadar. Ego terletak di alam sadar, prasadar, dan tak sadar yang
bertugas sebagai penengah yang mendamaikan tuntutan id dan larangan
superego. Superego terletak sebagian di bagian sadar dan sebagian lagi di bagian
tak sadar yang bertugas mengawasi dan menghalangi pemuasan sempurna pulsi-
pulsi tersebut yang merupakan hasil pendidikan dan identifikasi orang tua. Ketiga
struktur kepribadian diuraikan berikut ini.

1. Id
Id merupakan energi psikis dan naluri yang menekan manusia agar
memenuhi kebutuhan dasar. Id adalah sistem kepribadian manusia yang
paling dasar, disebut pula “libido”. Id merupakan aspek kepribadian yang
paling “gelap” dalam bawah sadar manusia, berisi insting dan nafsu-nafsu, tak
kenal nilai dan menjadi “energi buta”, karena belum dikendalikan. Misalnya
kebutuhan makan, seks, menolak rasa sakit atau tidak nyaman. Id berada di
alam tak sadar dan tidak ada kontak dengan realitas sosial. Cara kerja id

3
berhubungan dengan prinsip kesenangan, yakni selalu mencari kesenangan
dan menghindari ketidaknyamanan.
Ciri-ciri dari id adalah tidak memiliki moralitas karena tidak dapat
membedakan antara baik dan jahat maka id adalah amoral, primitif.Seluruh
energinya hanya digunakan untuk satu tujuan mencari kenikmatan tanpa
menghiraukan apakah hal itu tepat atau tidak. Sebagai daerah yang
menyimpan insting-insting (motivator-motivator primer), id beroperasi
menurut proses primer.
2. Ego
Freud berpendapat bahwa Ego terperangkap di antara dua kekuatan
yang bertentangan dan dijaga serta patuh pada prinsip realitas dengan
mencoba memenuhi kesenangan individu yang dibatasi oleh realitas.
Misalnya seseorang yang hanya ingin memenuhi kepuasan diri sendiri akan
tertahan dan terhalang oleh realitas kehidupan yang dihadapi.
Menurut Frued Ego dikatakan mengikuti prinsip kenyataan (reallity
principle) dan beroperasi menurut proses sekunder. Tujuan prinsip kenyataan
adalah mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan suatu objek yang
cocok untuk pemuasan kebutuhan. Untuk sementara waktu, prinsip kenyataan
menunda prinsip kenikmatan, meskipun prinsip kenikmatan akhirnya
terpenuhi ketika objek yang dibutuhkan ditemukan dan dengan demikian
tegangan direduksikan. Prinsip kenyataan menanyakan apakah pengalaman
benar atau salah yakni apakah pengalaman itu ada dalam kenyataan dunia luar
atau tidak sedangkan prinsip kenikmatan hanya tertarik pada apakah
pengalaman itu menyakitkan atau menyenangkan.

Freud juga berpendapat bahwa Ego terdiferensiasi dari id ketika bayi


belajar membedakan dirinya dari dunia luar. Meskipun id tetap tidak berubah,
namun Ego terus menerus berubah. Meskipun id tetap mengikuti tuntunan
tuntunan tidak realistik dan tidak mengalah dalam mencari kenikmatan,

4
namun Ego harus realistik. Id menyiapkan energi bagi seseorang, sedangkan
Ego harus melakukan kontrol.

3. Super Ego
Aktivitas Super Ego menyatakan diri dalam konflik dengan Ego yang
dirasakan dalam bentuk emosi seperti rasa bersalah, rasa menyesal, dan lain
sebagainya sedangkan menurut Freud, superego dibentuk melalui jalan
internalisasi, artinya larangan - larangan atau perintah yang berasal dari luar
(misalnya orang tua). Hal ini di olah sedemikian rupa sehingga akhirnya
terpancar dari dalam. Dengan demikian, larangan yang tadinya dianggap
“asing” bagi subjek, akhirnya dianggap sebagai berasal dari subjek sendiri.
Super Ego merupakan dasar moral seseorang.

2.2 Mekanisme Pertahanan Ego

Energy id akan meningkat karena rangsangan sehingga menimbulkan


ketegangan atau pengalaman yang tidak menyenangkan dan menguasai ego agar
bertindak secara konkrit dalam memenuhi ransangan tersebut sesegera mungkin.
Di sisi lain super ego berusaha untuk menentang dan menguasai ego agar tidak
memenuhi hasarat dari id karena tidak sesuai dengan konsep ideal. Dorongan id
yang primitive tersebut bersifat laten pada alam bawah sadar sehingga tidak akan
mengendor selama tidak memiliki obyek pemuas. Pada taraf-taraf tertentu
dorongan ini bisa menjadi destruktif dengan penyimpangan-penyimpangan
perilaku.
Ego berusaha sekuat mungkin menjaga kestabilan hubungannya dengan
realitas, Id, dan Super Ego. Namun, ketika kecemasan begitu menguasai, Ego
harus berusaha mempertahankan diri. Secara tidak sadar, dia akan bertahan
dengan cara memblokir seluruh dorongan atau dengan menciutkan dorongan -
dorongan tersebut menjadi wujud yang lebih dapat diterima dan tidak terlalu
mengancam, cara ini disebut mekanisme pertahanan Ego.

5
2.3 Definisi Defense Mechanisms
Anna Freud menjelaskan bahwa dibawah tekanan yang berlebihan, Ego
terkadang harus menempuh cara tertentu untuk menghilangkan tekanan. Cara itu
disebut sebagai Mekanisme Pertahanan Ego (Defense Mechanisms). Mekanisme
Pertahanan yang pokok adalah : represi, proyeksi, reaksi formasi, fiksasi dan
regresi. Semua mekanisme pertahanan memiliki dua ciri umum, yaitu mereka
menyangkal memalsukan, atau mendistorsi kenyataan dan mereka bekerja secara
tidak sadarsehingga individu tidak tahu apa yang sedang terjadi.

Penggunaan mekanisme pertahanan merupakan hal yang mutlak bagi individu


karena tujuan dari mekanisme pertahanan adalah melindungi Ego serta
mengurangi kecemasan. Menggunakan mekanisme pertahanan diri untuk
menyesuaikan diri dari tekanan hidup yang tidak dapat dielakkan tidak selalu
merupakan hal yang sehat. Bergantung secara ekstensif pada mekanisme
pertahanan diri dapat menjadikan mekanisme pertahanan diri itu menetap pada
sifat pribadi individu, sehingga akan membuat individu menjadi semakin sulit
untuk mengatasi permasalahan , baik kecil maupun besar dengan cara efektif. .
Defense mechanisms menjadi tidak sehat jika individu terus-menerus mengulang
mekanisme tersebut sehingga akan terbentuk pribadi yang neurotik. Anna Freud
menjadi sangat diyakinkan bahwa banyak sari simtom dan tanda dari gangguan
emosi (termasuk kecemasan, depresi dan perilaku yang berindikasi psikosis)
berasal dari kepercayaan yang tidak pada tempatnya terhadap penggunaan
Mekanisme Pertahanan Diri (Defense Mechanisms) tersebut.

2.4 Etiologi

Mekanisme pertahanan diri dapat diartikan sebagai respon yang tidak disadari
yang berkembang dalam struktur kepribadian individu dan menjadi menetap,
sebab dapat mereduksi ketegangan dan frustasi dan dapat memuaskan tuntutan-

6
tuntutan penyesuaian diri. Mekanisme pertahanan diri ini muncul
dilatarbelakangi oleh dasar-dasar psikologis, seperti :

A. Inferiority (perasaan rendah diri) : perasaan atau sikap yang pada umumnya
tidak disadari yang berasal dari kekurangan diri, baik secara nyata maupun
maya (imajinasi). Inferioritas ini menimbulkan gejala-gejala sikap dan
perilaku berikut ; merasa tidak senang terhadap kritikan orang lain, sangat
senang terhadap pujian atau penghargaaan, senang mengkritik orang lain,
kurang senang untuk berkompetisi, cenderung senang menyendiri, pemalu,
dan penakut. Berkembangnya sikap inferioritas ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu sebagai berikut : (1) kondisi fisik ; lemah, kerdil, cacat, tidak
berfungsi., atau wajah yang tidak menarik. (2) psikologis ; kecerdasan di
bawah rata-rata, konsep diri yang negatif sebagai dampak dari frustasi yang
terus menerus dalam memenuhi kebutuhan dasar ( seperti selalu gagal untuk
memperoleh status, kasih sayang, prestasi , dan pengakuan). (3) kondisi
lingkungan yang tidak kondusif ; hubungan interpersonal dalam keluarga tidak
harmonis, kemiskinan, dan perlakuan yang keras dari orang tua.
B. The sense of inadequency (perasaan tidak mampu) : merupakan ketidak
mampuan seseorang untuk memenuhi tuntutan-tuntutan dari lingkungan.
Seperti seseorang siswa mengeluh karena tidak mampu memenuhi tuntutan
akademik di sekolahnya. Sama halnya dangan inferioritas, faktor penyebab
perasaan tidak mampu ini juga adalah frustasi dan konsep diri yang tidak
sehat.
C. The sense of failure (perasaan gagal) : perasaan ini sangat dekat hubungannya
dengan perasaan inadequacy, karena jika seseorang sudah merasa bahwa
dirinya tidak mampu maka dia cenderung mengalami kegagaglan untuk
melakukan sesuatu atau mengatasi masalah yang dihadapinya.
D. The sense of guilt (perasaan bersalah) : perasaan bersalah ini muncul setelah
seseorang melakukan perbuatan yang melanggar aturan moral atau sesuatu
yang dianggap berdosa.

7
2.6 Terbentuknya Defense Mechanisms

Sigmud Freud menjelaskan bahwa Ego beroprasi berdasarkan prinsip


kenyataan (reality principle). Pengertian itu memiliki arti Ego lah yang berperan
menggabungkan proses mental dengan dunia nyata. Ego menggunakan fungsi
mental yang bersifat sekunder atau lebih tinggi karena Ego berfungsi mengatur
pemuasan dorongan id. Dorongan id memiliki sifat atau karakteristik tertentu,
yaitu langsung mencari pemuasan, menunda kepuasan dan mengganti obyek
pemuasan atau subtitusi obyek.

Ego seringkali terancam oleh Id, karena kebutuhan id mungkin tidak tersedia
dalam kenyataan, misalnya : anak menangis karena lapar, namun tidak ada air
susu atau kalau pun kebutuhan itu ada namun tidak cocok dengan kenyataan,
misalnya ada dorongan seksual tapi belum mempunyai suami atau istri. Oleh
karenanya, jika ada dorongan id, maka ego mengalami kecemasan. Untuk
menanggapi kecemasan inilah, maka ego menggunakan Defense Mechanisms
atau mekanisme pertahanan diri.

Tokoh lain yang merupakan pengembang teori Defense Mechanisms adalah


Henry A. Murray. Pandangan-pandangan yang sangat mempengaruhi Murray
berasal dari teori psikoanalitik, meskipun dalambanyak hal berbeda secara
mencolok dengan pandangan Freudian ortodoks. Sumbangan pemikiran Murray
yang paling khas adalah pembahasannya tentang perjuangan, pencarian,
keinginan, hasrat dan kemauan manusia. Hal yang paling penting untuk
memahami individu adalah mengenai keterarahan kegiatannya, bik mental,
verbal atau fisik.

Perhatian Murray pada keterarahan telah membawanya pada system konstruk-


konstruk motivasi yang dilukiskan dengan kompleks dan teliti. Ada motivasi
tertentu yang mendasari setiap perilaku individu walaupun ia menyadari atau
tidak. Motivasi merupakan kekuatan dinamis, pemberi energy serta pengarah
peilaku manusia dan motivasi selalu berkaitan dengan kebutuhan.

8
a. Motivasi Principle
Prinsip ini dibahas di dinamika Tension Reduction. Menurut Murray,
hakekat eksistensi manusia adalah memperoleh kesenangan (pleasure) dan
menghindari kesakitan (pain). Teorinya bersifat neurofisiologis, artinya
kepribadian manusia dipahami dari akar fisiologisnya. Ia menolak pendapat
bahwa manusia tidak memiliki ketegangan, namun ia sangat yakin bahwa
setiap manusia didorong oleh upaya mencapai equilibrium atau
keseimbangan keadaan tubuh. Adanya kebutuhan menimbulkan kekuatan
yang ada di wilayah sebagai bagian yang berperan dalam mengorganisasikan
tindakan dan mengarahkan tindakan itu ke suatu arah tertentu. Murray
mengulas konsep reduksi tegangan ini sebagai berikut :
1. Kebutuhan (Need)
Murray mengemukaan 5 kriteria identifikasi kebutuhan, yaitu:
- Merupakan respon terhadap suatu obyek atau sekelompok obyek yang
berfungsi sebagai stimulus.
- Menyebabkan munculnya perilaku.
- Adanya konsekuensi atau hasil akhir perilaku itu.
- Adanya suatu respon emosionaltertentu dalam perilaku itu.
- Adanya tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu setelah seluruhrespon
dilakukan.
2. Press
Adalah factor-faktor eksternal pada kehidupan individu berupa situasi,
obyek atau orang. Jika need berasal dari dalam individu, maka press
berasal dari luar diri individu. Setiap press memiliki potensi tertentu.
Potensi press adalah sesuatu yang dilakukan/berpengaruh kepada individu
atau untuk individu. Potensi adalh kekuatan yang dapat berpengaruh pada
kesejahteraan atau keadaan individu dengan cara yang berlainan. Murray
membedakan 2 aspek press, yaitu:

9
- Alpha press, yaitu karakteristik yang nyata dan obyektif dari press.
- Beta press, yaitu interpretasi pribadi yang bersifat subyektif yang
dilakukan individu terhadap obyek tersebut, sehingga interpretasi ini akan
mempengaruhi dirinya dalam menanggapi press itu. Dengan kata lai, beta
press menunjukkan bagaimana individu mempersepsi (perceived) dan
mengalami (experience)
3. Thema
Murray menggunakan konsep ini untuk menghubungkan antara need dan
press. Thema merupakan interaksi anatara need dan press yang
mengakibatkan suatu perilaku tertentu. Dengan kata lain, thema
menunjukkan adanya totalitas sekuensi (urut-urutan) dari press ke need,
misalnya suatu press menuntun ke needtertentu.
b. Abstract Principle

Murray menekankan prinsip ini untuk memahami kepribadian.


Meskipun sangat mungkinuntuk mengamati tampilan hakikat organiknya,
kepribadian tetap merupakan konsep yang abstak. Untuk menjelaskan sesuatu
yang abstrak, ia memakai konsep yang sudah ada, terutama teori Sigmund
freud. Murray sangat terpengaruh oleh freud, terutama pada dua hal, yaitu
lapisan tidak sadar, pra sadar dan sadar serta struktur id-ego-super ego pada
kepribadian manusia.

Meskipun demikian, murray memberikan engembangan lebih lanjut


untuk konsep-konsep Freud. Murray mengatakan bahwa id sebagai factor
pendorong (sumber energi) perilaku manusia mempunyai sifat positif an
negatif, sehingga tidak sepenuhnya negative seperti dorongan-dorongan
primitive yang tidak dapat diterima masyarakat. Ia mengatakan besarnya id
setiap orang berbeda. Orang yang labih besar id nya akan lebih kuat energinya
untuk mencapai sesuatu. Bagaimana id menyesuaikan dengan lingkungan,
sebagian ditentukan oleh besarnya id yang dimiliki untuk memotivasi diri dan
bagaimana ia mengontrol id tersebut. Semakin besar id, semakin kuat usahnya

10
untuk mencapai apa yang diinginkan dan memilih saluran yang dapat
membantunya untuk mencapai apa yang diinginkannya itu.

Kebutuhan yang dihambat oleh press akan menimbulkan tegangan


dengan memenuhi kebuthan untuk mencapai tujuan. Tegangan yang muncul
akibat terhambatnya kebutuhan oleh press akan menimbulkan kecemasan,
sehingga untuk mengatasi kecemasan itulah maka Defense Mechanisms atau
mekanisme pertahanan diri terbentuk.

2.6 Fungsi Mekanisme Pertahanan

Mekanisme pertahanan digunakan sebagai pertahanan diri dalam menghadapi


realitas eksterna yang penuh tantangan. Jika realitas eksterna menuntut terlalu
banyak, melebihi kapasitas diri untuk mengatasinya, maka kepribadian akan
mengaktifkan defens mechanism. Begitupula sebaliknya, jika hasrat dan
dorongan diri terlalu kuat, dan bila dorongan itu akan mengancam keharmonisan
relasi individu dengan realitas eksternal, maka Defense Mechanisms akan
diaktifkan untuk meredamnya.

2.7 Klasifikasi Mekanisme Pertahanan

Berdasarkan buku Dinamika Kepribadian (Arif, 2006), mekanisme pertahanan


ego atau Defense Mechanisms dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a. Defense Mechanisms Mature
1. Sublimasi
Sublimasi adalah menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau yang
secara sosial lebih dapat diterima bagi dorongan-dorongannya. Contohnya,
dorongan agresif yang ada pada seseorang disalurkan kedalam aktivitas
bersaing di bidang olahraga sehingga dia menemukan jalan bagi
pengungkapan jalan agresifnya, dan sebagai tambahan dia bisa
memperoleh imbalan apabila berprestasi dibidang olahraga itu.

11
2. Kompensasi
Kompensasi merupakan upaya untuk mengatasi suatu kekurangan dalam
suatu bidang dengan cara mengupayakan kelebihan di bidang lain.
Misalnya: seseorang tidak memiliki prestasi akademik yang baik tetapi
memiliki prestasi olah raga sangat baik
3. Supresi
Supresi merupakan suatu proses pengendalian diri yang terang-terangan
ditujukan menjaga agar impuls-impuls dan dorongan-dorongan yang ada
tetap terjaga (mungkin dengan cara menahan perasaan itu secara pribadi
tetapi mengingkarinya secara umum). Individu sewaktu-waktu
mengesampingkan ingatan-ingatan yang menyakitkan agar dapat menitik
beratkan kepada tugas, ia sadar akan pikiran-pikiran yang ditindas (supresi)
tetapi umumnya tidak menyadari akan dorongan-dorongan atau ingatan
yang ditekan (represi).
4. Humor
Melalui humor, seseorang dapat mengubah penghayatan akan suatu
peristiwa yang tidak menyenangkan menjadi menyenangkan. Humor juga
dapat berfungsi menyalurkan agresivitas tanpa bersifat destruktif.
b. Defense Mechanisms Immature
1. Represi
Represi adalah merupakan isi kesadaran yang traumatis atau yang bias
membangkitkan kecemasan; mendorong kenyataan yang tidak diterima
kepada ketidaksadaran, atau menjadi tidak menyadari hal-hal yang
menyakitkan. Represi merupakan salah satu konsep Freud yang paling
penting, yang menjadi basis bagi banyak pertahanan ego lainnya dan bagi
gangguan-gangguan neurotic. Contoh represi yang dilakukan oleh individu
antara lain:

12
a. Individu cenderung untuk tidak berlama-lama untuk mengenali sesuatu
yang tidak menyenangkan, dibandingkan dengan hal-hal yang
menyenangkan. Individu akan membuang memori tentang hal tidak
menyenangkan dari otaknya.
b. Berusaha sedapat mungkin untuk tidak melihat gambar dan mengingat-
inget kejadian yang menyesakkan dada.
c. Lebih sering mengkomunikasikan berita baik daripada berita buruk.
d. Lebih mudah mengingat hal-hal positif daripada yang negatif.
e. Lebih sering menekankan pada kejadian yang membahagiakan dan enggan
menekankan yang tidak membahagiakan.
2. Proyeksi
Proyeksi adalah mengalamatkan peristiwa-peristiwa tertentu yang tidak
bisa diterima oleh ego kepada orang lain. Seseorang melihat pada diri
orang lain hal-hal yang tidak disukai dan ia tidak bisa menerima adanya
hal-hal itu pada diri sendiri. Jadi, dengan proyeksi, seseorang akan
mengutuk orang lain karena kejahatannya dan menyangkal memiliki
dorongan jahat seperti itu. Untuk menghindari kesakitan karena mengakui
bahwa di dalam dirinya terdapat dorongan yang dianggapnya jahat, ia
memisahkan diri dari kenyataan ini.
3. Introyeksi
Mekanisme ini dilakukan dengan cara mengambil alih suatu ciri
kepribadian yang ditemukannya pada orang lain. Hal ini menyebabkan
terjadinya perubahanstruktur kepribadian pada orang yang bersangkutan.
4. Reaction Formation (Pembentukan Reaksi)
Individu dikatakan mengadakan pembentukan reaksi adalah ketika dia
berusaha menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya
(mungkin dengan cara represi atau supresi), dan menampilkan ekspresi
wajah yang berlawanan dengan yang sebetulnya. Dengan cara ini individu
tersebut dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh
keharusan untuk menghadapi ciri-ciri pribadi yang tidak menyenangkan.

13
Kebencian, misalnya tak jarang dibuat samar dengan menampilkan sikap
dan tindakan yang penuh kasih sayang, atau dorongan seksual yang besar
dibuat samar dengan sikap sok suci, dan permusuhan ditutupi dengan
tindak kebaikan. Contohnya seorang ibu yang memiliki perasaan berdosa,
ia menampilkan perasaan yang berlawanan yakni terlalu melindunginya.
5. Undoing
Undoing adalah upaya simbolik untuk membatalkan suatu impuls yang
telah terwujud menjadi tingkah laku. Hal ini dilakukan dengan
melakukanritual tertentu.
6. Rasionalisasi
Rasionalisasi sering dimaksudkan sebagai usaha individu untuk mencari-
cari alasan yang dapat diterima secara sosial untuk membenarkan atau
menyembunyikan perilakunya yang buruk. Rasionalisasi juga muncul
ketika individu menipu dirinya sendiri dengan berpura-pura menganggap
yang buruk adalah baik, atau yang baik adalah yang buruk. Contoh dari
mekanisme rasionalisasi misalkan, orang yang tidak memperoleh
kedudukan mengemukakan alasan, mengapa dia begitu senang tidak
memperoleh kedudukan sesungguhnya yang diinginkannya. Atau seorang
pemuda yang ditinggalkan kekasihnya, guna menyembuhkan egonya yang
terluka ia menghibur diri bahwa si gadis tidak berharga dan bahwa dirinya
memang akan menendangnya.
7. Isolasi
Isolasi merupakan suatu cara untuk meredam suatu aspek yang dianggap
paling berbahaya. Akibatnya, menghayati pengalaman tersebut
secaraparsial tidak uuh. Seorang yang harmonis dengan realitas eksternal
dapat menghayati pengalaman hidupnya secara utuh. Keutuhan itu dapat
dilihat dari aspek kognitif (pikiran), afektif (perasaan), konatif (tingkah
laku).

14
8. Intelektuasi
Apabila individu menggunakan teknik intelektualisasi, maka dia
menghadapi situasi yang seharusnya menimbulkan perasaan yang amat
menekan dengan cara analitik, intelektual dan sedikit menjauh dari
persoalan. Dengan kata lain, bila individu menghadapi situasi yang menjadi
masalah, maka situasi itu akan dipelajarinya atau merasa ingin tahu apa
tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan persoalan tersebut
secara emosional. Dengan intelektualisasi, manusia dapat sedikit
mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi dirinya,
dan memberikan kesempatan pada dirinya untuk meninjau permasalah
secara obyektif.
9. Displacement
Displacement dilakuakn dengan cara mengarahkan energy kepada objek
atau orang lain apabila objek asal atau orang yang sesungguhnya tidak
dapat dijangkau / mengganti obyek yang menjadi sasaran kemarahan.
10. Denial (Menyangkal Kenyataan)
Bila individu menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau
menolak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya
mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud untuk melindungi dirinya
sendiri. Penyangkalan kenyataan juga mengandung unsur penipuan diri.
Kecemasan atas kematian orang yang dicintai misalnya, dimanifestasikan
oleh penyangkalan terhadap fakta kematian. Dalam peristiwa-peristiwa
trags seperti perang atau bencana-bencana lainnya, orang-orang sering
melakukan penyangkalan terhadap kenyataan-kenyataan yang menyakitkan
untuk diterima.
11. Regresi
Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam
situasi frustrasi, setidak-tidaknya pada anak-anak. Ini dapat pula terjadi bila
individu yang menghadapi tekanan kembali lagi kepada metode perilaku
yang khas bagi individu yang berusia lebih muda. Ia memberikan respons

15
seperti individu dengan usia yang lebih muda (anak kecil). Misalnya anak
yang baru memperoleh adik, akan memperlihatkan respons mengompol
atau menghisap jempol tangannya, padahal perilaku demikian sudah lama
tidak pernah lagi dilakukannya.
Regresi barangkali terjadi karena kelahiran adiknnya dianggap sebagai
sebagai krisis bagi dirinya sendiri. Dengan regresi (mundur) ini individu
dapat lari dari keadaan yang tidak menyenangkan dan kembali lagi pada
keadaan sebelumnya yang dirasakannya penuh dengan kasih sayang dan
rasa aman, atau individu menggunakan strategi regresi karena belum
pernah belajar respons – respon yang lebih efektif terhadap problem
tersebut atau dia sedang mencoba mencari perhatian.

c. Defense Mechanisms primitive


1. Splitting
Splitting adalah mekanisme yang dilakukan bayi untuk memudahkannya
menangani berbagai pengalaman yang dialaminya. Splitting membagi suatu
objek atau pengalaman menjadi dua, yakni bak dan buruk. Mekanisme ini
tidak mampu melihat daerah abu-abu di antaranya. Secara primitif, hal ini
yang menyenangkan akan dihayati baik sedangkan yang tidak
menyenangkan akan dihayati tidak baik. Semakin tumbuh dan kepribadian
semakin matang, splitting jarang dilakukan. Mekanisme pertahanan ini
biasanya dilakukan oleh orang dengan gangguan mental yang berat.
2. Projective Identification
Defense mechanisms ini jarang ditemui pada kepribadian yang cukup
matang. Mekanisme ini akan lebih sering ditemukan dalam kepribadian
yang sangat terganggu, misaslnya pasien skizofrenia.
3. Primitive Idealization
Mekanisme ini dilakukan untuk memperoleh harga diri mendasarnya (basic
self esteem) ketika mengalami ancaman. Hal ini dilakukan dnegan
mengidealisasikan orang lain dan kemudian mengembangkan kesatuan

16
dengan orang tersebut. Orang yang diidealisasikan akan dipandang
sepnuhnya memiliki nilai-nilai positif dan tidak memiliki nilai-nilai
negative sama sekali
4. Omnipotence
Arti omnipotence adalah maha kuasa. Orang yangmenggunakan
mekanisme ini menganggap dirinya maha kuasa dan mampu melakukan
apapun juga, tidak takut atau khawatir pada apapun juga. Mekanisme ini
biasanya dilakukan oleh bayi pada fase oral.
5. Manic defense
Mekanisme pertahanan ego ini dikembnagkan oleh Melanie Klein.
Menurut Klein, setiap orang memiliki dua posisi mental. Pertama dalah
paranoid-skizoid position, dimana seseorangmerasa terpisah dari orang
lain. Dia tdak dapat menghargai sepenuhnya keberadaan orang lain. Orang
lain dipandang sebagai objek bukan subjek. Orang lain dipandang sebgai
ancaman bagi diri atau saran pemuas kebutuhan semata. Posisi kedua
adalah depressive position, yaitu ketika seorang sepenuhnya menyadari
keberadaan orang lain dan memiliki ketergantungan terhadap mereka.
Memnadang orang lain sebagai subyek yang juga memiliki perasaan dan
pengalaman-pengalaman manusiawi yang serupa.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Mekanisme pertahanan diri adalah cara yang digunakan dalam


menghadapi realitas eksterna yang penuh tantangan. Jika realitas eksterna
menuntut terlalu banyak, melebihi kapasitas diri untuk mengatasinya, maka
kepribadian akan mengaktifkan defens mechanism. Penggunaan mekanisme
pertahanan merupakan hal yang mutlak bagi individu karena tujuan dari
mekanisme pertahanan adalah melindungi Ego serta mengurangi kecemasan.
Menggunakan mekanisme pertahanan diri untuk menyesuaikan diri dari
tekanan hidup yang tidak dapat dielakkan tidak selalu merupakan hal yang
sehat.
Berdasarkan buku Dinamika Kepribadian (Arif, 2006), mekanisme
pertahanan ego atau Defense Mechanisms dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a. Defense Mechanisms Mature b. Defense Mechanisms


1. Sublimasi 1. Represi
2. Kompensasi 2. Proyeksi
3. Supresi 3. Introyeksi
4. Humor 4. Reaction Formation
5. Undoing
6. Rasionalisasi
7. Isolasi
8. Intelektuasi
9. Displacement
10. Denial

18
c. Defense Mechanisms primitive
1. Splitting
2. Projective Identification
3. Primitive Idealization
4. Omnipotence
5. Manic defense

19
DAFTAR PUSTAKA

Arif I S, 2006. Defense Mechanisms. Dalam: Rose Herlina, Eds. Dinamika


Kepribadian. Bandung: Refika Aditama; 2006:31-44.

Durand V M, Barlow D H, 2007. Gangguan Kepribadian. In: Heppy El Rais,


eds. Psikologi Abnormal edisi IV Buku 2. Jakarta Pustaka Pelajar Inc; 176:220.

Kaplan H I, Sadock B J, Gerbb J A, 2010. Gangguan Kepribadian. In: I Made


wiguna S,eds. Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Tangerang: Bina rupa Aksara Inc;258-290.

Naeila Rifatil Muna, 2012. Pola-Pola Penyesuaian Diri Mahasiswa di


Lingkungan Kampus. Jurnal Edueksos Vol I No.2. p. 21-22.

Septian Eko P. N, 2017. Dinamika Id, Ego, Superego Dalam Konteks


Kebutuhan Intimasi. eJournal Psikologi. 5(1): p. 52 – 62.

Windasari, 2017. Kajian Psikoanalisis Sigmud Freud. Jurnal Fakultas Bahasa


dan Sastra Indonesia. Universitas Negeri Makasar. p. 55-56.

20

Anda mungkin juga menyukai