Anda di halaman 1dari 18

2.

1 Istirahat dan Tidur (Meningkatkan Istirahat & Tidur)

Kata ‘istirahat’ mempunyai arti sangat luas, meliputi bersantai, menyegarkan diri, diam menganggur
setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari apapun yang membosankan, menyulitkan, atau
menjengkelkan. Istirahat mengacu pada kondisi dimana badan mengalami relaksasi dan menjadikan
kenyamanan antara mental fisik. Aktifitas selama istirahat bisa diartikan dari berbaring sampai membaca
buku. Secara umum, istirahat berarti suatu keadaan tenang, rileks, santai, tanpa tekanan emosional, dan bebas
dari perasaan gelisah.

Tidur adalah kondisi tidak sadarkan diri yang relative, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa
kegiatan tetapi lebih merupakan suatu siklus yang berulang dengan ciri-ciri adanya aktivitas minimal,
memiliki kesadaran bervariasi dan terdapat proses fisiologis (Hidayat, 2006). Tidur mengacu pada kondisi
dimana perubahan kesadaran ketika individu mengalami aktivitas fisik minimal dan proses fisiologis tubuh
melemah. Tidur biasanya terjadi pada sistem periodik dan biasanya selesai pada beberapa jam. Tidur
dibutuhkan untuk kebutuhan fisiologis manusia sebagai fungsi mengembalikan energi yang hilang selama
aktifitas.

Istirahat dan tidur adalah komponen esensial dari kesehatan fisik, mental dan penyimpanan energi.
Semua individu membutuhkan periode tertentu untuk tenang dan mengurangi aktivitas sehingga badan akan
mengembalikan energi dan membangun stamina. Kebutuhan istirahat dan tidur dipengaruhi oleh usia, jenis
kelamin, level perkembangan, status kesehatan, dan aktifitas. Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar
yang dibutuhkan oleh semua orang. Untuk dapat berfungsi secara normal, maka setiap orang memerlukan
kebutuhan istirahat tidur yang cukup. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan proses pemulihan
untuk mengembalikan stamina tubuh hingga berada dalam kondisi yang optimal.

Meningkatkan Istirahat dan Tidur

A. Pola Tidur
1) Tetapkan waktu tidur dan waktu bangun tidur yang teratur setiap hari untuk mencegah
terganggunya irama biologis anda.
2) Lakukan olahraga yang cukup selama siang hari untuk mengurangi stress, tetapi hindari
aktivitas fisik yang berlebihan 2 jam sebelum tidur.
3) Hindari mengerjakan pekerjaan kantor atau memikirkan masalah sebelum tidur.
4) Buat rutinitas yang teratur sebelum waktu tidur seperti membaca, mendengarkan musik
yang lembut, mandi air hangat, atau melakukan aktivitas lain yang anda nikmati.
5) Apabila anda tidak dapat tidur, lakukan beberapa aktivitas yang membuat relaks yang
membuat anda menjadi mengantuk.
6) Gunakan tempat tidur terutama untuk tidur.

B. Lingkungan
1) Pastikan pencahayaan, suhu dan ventilisasi sesuai.
2) Meminimalkan suara, rendam suara berisik yang akan mengganggu tidur anda.
C. Diet
1) Hindari makan makanan berat 3 jam sebelum tidur.
2) Hindari konsumsi alcohol dan makan atau minum yang mengandung kafein. Kafein dapat
mengganggu tidur dan alcohol bekerja sebagai diuretic yang menyebabkan dorongan
berkemih selama waktu tidur.
3) Kurangi asupan cairan 2 sampai 4 jam sebelum tidur, karena akan lebih sering ingin buang
air kecil selama tidur.

1
4) Apabila makanan ringan waktu tidur dibutuhkan, konsumsi makanan yang mengandung
karbohidrat atau minum susu. Makanan berat dan pedas akan dapat menyebabkan masalah
gastrointestinal yang mengganggu tidur.
D. Obat-obatan
1) Gunakan obat tidur sebagai upaya terakhir.
2) Konsumsi analgestik sebelum tidur untuk meredakan sakit dan nyeri.
3) Konsultasi dengan pemberi perawatan kesehatan anda mengenai penyesuaian obat lain yang
dapat menyebabkan insomnia.

Di lingkungan institusi, perawat dapat memberikan ritual waktu tidur yang sama membantu mencuci tangan
dan wajah, memberikan pijatan atau minuman hangat, mengembungkan bantal, dan memberikan selimut
tambahan sesuai dengan kebutuhan.

Menciptakan lingkungan yang tenang.

Masalah bagi beberapa pasien yang berada di rumah sakit adalah Distraksi Lingkungan. Distraksi Lingkungan
adalah suara berisik dari lingkungan dan komunikasi staff seperti suara system
penyeranta,bel,telepon,pintu,suara decitan perabot,dan suara kereta sprei yang di dorong. Dan suara
komunikasi staff saat bergantian jam dinas staf.

Untuk menciptakan lingkunganyang tenang perawat perlu mengurangi distraksi lingkungan,mengurangi


interupsi tidur, memastikan lingkungan yang aman ,dan meberikan suhu ruangan yang memuaskan klien.

Beberapa intervensi perawat untuk mengurangi distraksi keperawatan :

1. Tutup garden jendela jika sinar lampu dari jalan tembus kekamar
2. Tutp garden yang berada di antara klien dalam kamar semipribadi dan kamar besar
3. Kurangi atau matikan sinar lampu yang berada di atas kepala ataub berikan lampu yang redup
pinggir tempat tidur
4. Tutup pintu klien
5. Patuhi kebijakan untuk mematika tv atau radio
6. Rendahkan dering telepon yang berada di dekat pasien
7. Hentikan atau kurangi volume pada system penyetara
8. Lakukan komunikasi staf dengan suara rendah dan jauh dari pasien
9. Gunakan sepatu yang alasnya terbuat dari karet
10. Pastikan nsemua roda kereta di minyaki dengan baik
11. Selama jam tidur,jangan lakuka aktivitas yang menimbulkan suara berisik kecuali berkepentingan

Lingkungan harus aman yang membuat pasien relaks, pasien harus di pasang pagar tempat tidur agar psien
aman.

Tindakan pengmana tambahan :

1. Posisi tempat tidur yang rendah


2. Menggunakan lampu tidur
3. Menampatkan bel panggil yang mudah di jangkau

Meningkatkan kenyamanan dan relaksasi.

Upaya nyaman sangan penting untuk membuat pasien tidur dan tetap tertidur,terutama jika efek penyakit
seseorangan dapat mempengaruhi tidur. Intervensi perawat yang dapat di lakukan :

1. Berikan baju tidur yang longgar


2. Bantu klien melakukan rutinitas yang higienis

2
3. Pastika sprei tempat tidur halus, kering,dan bersih
4. Bantu klien untuk berkemih sebelum tidur
5. Tawarkan pasien untuk pijat punggung sebelum waktur tidur
6. Posisikan pasien yang tidak mandiri secara tepat untuk membantu relaksasi otot,beri alat penyangga
untuk melindungijad area tekanan
7. Jadwalkan pemberian obat terumata diuretic untuk mencegah pasien terbangun tengah malam.
8. Untuk pasien yang mengalami nyerin,beriakn analgesic 30 menir sebelum tidur,
9. Dengarkan kekhawatiran klien dan atasi masalah itu muncul

Perubahan sirkulasi,metbolisme,dan densitas jaringan tubuh mengurangi kemampuan lansia untuk


menghasilkan dan menyimpan panas karena itu lansia selalu merasakan dingin. Intervensi untuk menjaga
lansia hangat selama tidur.

1. Hangatkan tempat tidur dengan selimut mandi yang telat dihangatkan sebelumnya.
2. Gunakan sprei flannel katun 100%
3. Dorong pasien untuk menggunakan pakaian sendiri.

Stress emosional dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk relaks,istirahat,ketegangan dan tidur.
Karena buruknya gangguan ini akan memperburuk perasaan ketegangan. Teknik relaksasi yaitu dengan
bernapas dalam yang lambat selama beberapa menit diikuti dengan kontraksi dan relaksasin otot yang
berirama dan lambat ,yoga,imajinasi,dan meditas.

2.2 Fisiologi Tidur

Fisiologi tidur merupaakan pengaturan kegiatan tidur yang melibatkan hubungan mekanisme serebral
secara bergantian agar mengaktifkan dan menekan pusat tak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas
tidur ini diatur oleh system pengaktivasi retikulasi. System tersebut merupakan seluruh tingkatan kegiatan
susunan saraf pusat termasuk pengatur kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan
tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Dalam keadaan sadar neuron dalam reticular activating
system (RAS) akan melepaskan ketekolamin seperti norepineprin. Selain itu RAS yang dapat memberikan
rangsangan visual, pendengaran , nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari konteks selebri
termasuk rangansan emosi dan proses pikir.

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur yang melibatkan mekanisme serebral secara
bergantian denga periode yang lebih lama agar mengaktifkan pusat otak untuk tidur dan terjaga (potter &
Perry,2005)

Tidur diatur oleh tiga proses yaitu

1. Mekanisme homeostatis
System activasi reticular berlokasi pada batang otak teratas. SAR terdiri dari sel khusus yang
mempertahankan kewaspadaan dan terjaga. SAR menerima stimulus sensori visual, auditari, nyeri dan
taktil serta aktivitas koteks serebral misalnya proses emosi dan berfikir.
Menurut Sleep Reserch Society 1993 dalam potter & perry 2005 neuron dalam SAR mengeluarkan
ketekolamin seperti norepinefrin. Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel tertentu
pada otak depan bagian tenagh tepatnya disebut daerah sinkronisasi bulbar. Seseorang dapat tetap
tertidur atau terjaga tergantung pada keseimbangan implus yang diterima dari pusat yang leb milih
tinggi (pikiran), reseptor sensori perifer misalnya stimuls bunyi atau cahaya

2. Irama sirkandian

3
Irama sirkandial atau irama diurnal merupak pola bioritme yang berulang selama rentang waktu 24
jam. Fluktuasi dan perkiraan suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormone kemampuan
sensori dan suasana hati tergantung pada pemeliharaan sirkus sirkindian 24 jam (potter & perry 2005).
Pola tidur – bangun dapat menyebabkan adanya pelepas hormone tertentu. Melatonin diantesis
dikelenjar pineal saat waktu gelap, saat siang hari pineal tidak efektif tetapi jika matahari sudah
terbenam dan hari mulai gelap pineal mulai memprosuksi melatonin yang akan dilepas dalam darah.

3. Irama ultradian
Ira ultradian merupaka kejadian berulang pada jam biologis yang kurang dari 24 jam

2.3 Fungsi Tidur (Mimpi; Kebutuhan dan Pola Tidur Normal)

Fungsi Tidur

Tidur memberikan pengaruh fisiologis pada sistem saraf dan struktur tubuh lain. Tidur sedemikian rupa
memulihkan tingkat aktivitas normal dan keseimbangan normal di antara bagian sistem saraf. Tidur juga
penting untuk sintesis protein, yang memungkinkan terjadinya proses perbaikan.

Peran tidur dalam kesejahteraan psikologis paling terlihat dengan memburuknya fungsi mental akibat tidak
tidur. Individu dengan jumlah tidur yang tidak cukup cenderung menjadi mudah marah secara emosional,
memiliki konsentrasi yang buruk dan mengalami kesulitan dalam membuat keputusan.

Pola dan Kebutuhan Tidur Normal

Telah dibuktikan bahwa mempertahankan irama bangun tidur yang teratur lebih penting dibandingkan jumlah
jam tidur sebenarnya. Menetapkan kembali irama tidur (misal, setelah diganggu oleh pembedahan) adalah aspek
keperawatan yang penting.

1. Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir tidur 16-18 jam sehari, biasanya dibagi menjadi sekitar tujuh periode tidur. Tidur NREM
ditandai dengan pernapsan teratur, mata tertutup, dan tubuh dari mata tidak bergerak. Tidur REM terlihat dari
pergerakan mata cepat yang dapat dipantau melalui kelopak mata yang tertutup, pergerakan tubuh, dan
pernapasan tidak teratur. Sebagian besar waktu tidur dihasilkan dalam Tahap III dan IV dari tidur NREM hampir
50% tidur adalh tidur REM.

2. Bayi

Beberapa bayi tidur selama 22 jam perhari , bayi lain tidur selama 12-14 jam perhari. Sekitar 20%-30% tidur
adalah tidur REM. Pertama-tama bayi terbangun setiap 3-4 jam, makan dan kemudian kembali tidur. Periode
terjaga penuh mengalami peningkatan secara bertahap selama beberapa bulan pertama. Pada bulan keempat,
sebagian besar bayi tidur sepanjang malam dan menetapkan pola tidur siang yang bervariasi pada setiap

4
individu. Namun mereka umumnya terbangun lebih awal di pagi hari. Diakhir tahun pertama, seorang bayi
biasanya tidur siang sebanyak 1-2 kali sehari dan tidur 14 jam tiap 24 jam. Sekitar setengah dari waktu tidur
bayi dihabiskan dalam tahap tidur ringan. Selama tidur ringan, bayi melakukan sebagian besar aktivitas, seperti
bergerak, berdeguk, dan batuk.

3. Batita (Todler)

Kebutuhan tidur batita menurun menjadi 10-12 jam sehari. Sekitar 20%-30% tidur berupa tidur REM. Sebagian
besar batita tetap memerlukan tidur siang, tetapi kebutuhan untuk tidur di pertengahan pagi secara bertahap
menurun. Siklus bangun tidur normal batita biasanya pada usia 2/3 tahun. Batita dapat memberikan penolakan
untuk tidur.

4. Prasekolah

Anak prasekolah biasanya memerlukan 11-12 jam tidur permalam , terutama jika anak sudah masuk prasekolah.
Kebutuhan tidur terkait dengan aktivitas dan lonjakan pertumbuhan. Banyak anak diusia ini tidak menyukai
waktu tidur dan enggan tidur dengan meminta dibacakan cerita lain, permainan lain, atau menonton acara
televisi . Anak usia 4-5 tahun dapat menjadi gelisah dan mudah marah jika kebutuhan tidur tidak terpenuhi.
Tidur siang atau waktu yang tenang selama siang hari mungkin diperlukan untuk mengembalikan tingkat energi.
Anak prasekolah lebih sering terbangun di malam hari. Tidur REM tetap 20%-30% lebih lama dibandingkan
waktu tidur orang dewasa. Namun, waktu tidur Tahap I menjadi lebih sedikit.

5. Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah tidur antara 8-12 jam per malam tanpa tidur siang. Anak usia 8 tahun minimal memerlukan
10 jam tidur setiap malam. Saat anak mendekati usia 11-12 tahun, dibutuhkan tidur yang lebih sedikit dan waktu
tidur dapat telat sampai jam 10 malam. Tidur REM pada anak di usia ini berkutang sekitar 20%. Walaupun
beberapa anak tetap bangun di malam hari karena mimpi buruk, masalah ini terus menurun seiring dengan
pertambahan usia.

6. Remaja

Sebagian besar remaja memerlukan 8-10 jam waktu tidur setiap malam untuk mencegah keletihan yang tidak
perlu dan kerentanan terhadap infeks. Perubahan pola tidur biasa terjadi pada remaja. Anak-anak yang tadinya
bangun tidur lebih awal kini mulai tidur lama dipagi hari dan kadang-kadang tidur siang. Alasan tidur siang
tidak sepenuhnya dipahami, tetapi mungkin merupakan hasil dari kematangan fisik dan pengurangan tidur di
waktu malam. Sekitar 20% tidur pada usia ini berupa tidur REM. Selama remaja, remaja putra mulai mengalami
emisi nokturnal (orgasme dan emisi semen selama tidur), dikenal sebagai mimpi basah, beberapa kali setiap
bulan.

7. Dewasa Muda

5
Siklus bangun tidur sangat penting bagi orang dewasa muda. Mereka biasanya memiliki gaya hidup aktif
dan diperkirakan memerlukan 7-8 jam tidur setiap malam tetapi bisa kurang dari waktu tersebut.

8. Dewasa Usia Pertengahan

Orang dewasa usia pertengahan biasanya memperthankan pola tidur yang dibentuk pada usia lebih muda.

Apakah orang benar-benar membutuhkan tidur selama 8 jam?

Sering kali pemberi perawatan kesehatan berupaya untuk mengintervensi klien yang melaporkan tidur kurang
dari 8 jam setiap malam berdasrkan asumsi yang tidak terbukti bahwatidur 8 jam adalah jumlah tidur yang
optimum.

Para peneliti memeriksa asumsi ini dengan mengestigasi hubungan antara angka harapan hdup dari
lam waktu tidur( Kripke, Gorvinkei, Wingard, Klauber&Marier 2002). Setelah mengontrol berbagai variabel
lain, data dari lebih 1 juta orang dewasa di Amerika dikumoulkan untuk tujuan lain menunjukan bahwa angka
harapan hidup terbaik adalah mereka yang tidur 7 jam per malam. Angka harapan hidup terburuk adalah mereka
yang tidur lebih dari 8,5 jam atau kurang dari 3,5 atau 4,5 jam setiap malam. Tiak ditemukan adanya hubungan
antara laporan insomnia dengan mortalitas.

Lansia

Lansia tidur sekitar 6 jam setiap malam. Sekitar 20% sampai 25%tidur berupa tidur REM. Tidur tahap IV
menurun dengan mencolok dan pada beberapa keadaan tidak terjadi tidur tahap IV. Periode tidur REM pertama
berlangsung lebih lama. Banyak lansia yang terbangun lebih sering dimalam hari dan sering kali mereka
memerlukan waktu yang lama untuk dapat kembali tidur. Karena perubahan dalam tidur tahap IV, lansia
mengalami tidur pemulihan yang lebih sedikit.

Beberpa lansia dapat dikatakan mengalami sindrom sundowner. Walaupun bukan merupakan
gangguan tidur secara langsung, sindrom tsb merujuk pada keadaan kebingungan yang cenderung muncul
ketika petang hari(sesuai dengan namanya) dan dapat terjadi karena perubahan irama sirkadian(perubahan
siklus bangun tidur), penurunan stimulasi sensorik di petang hari, kondisi mental seperti penyakit alzheimer.

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidur

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tidur

Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda.Ada yang kebutuhan nya terpenuhi
dengan baik.Ada pula yang mengalami gangguan.Seseorang bisa tidur atau tidak dipengaruhi beberapa faktor
diantaranya;

1. Status Kesehatan.

6
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat tidur dengan nyenyak.Tetapi pada
orang yang sedang sakit dan merasakan nyeri,maka kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat
dipenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat tidur dengan nyenyak.Misalnya,pada klien yang
menderita gangguan pada sistem pernapasan.Dalam kondisi nya yang sesak napas maka seseorang
tidak dapat istirahat dan tidur.

2. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur.Pada lingkungan yang
tenang memungkinkan seseorang untuk tidur dengan nyenyak.Sebaliknya jika lingkungan terlalu
gaduh dan bising akan menghambat seseorang untuk tidur.

3. Stress Psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur.Hal ini disebabkan karena
pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah melalui saraf simpatis.

4. Gaya Hidup
Kelelahan dapat mempengaruhi pola hidup seseorang.Kelelahan tingkat menengah(tidak begitu
lelah) masih bisa membuat seseorang tidur dengan sedangkan pada orang dengan kelelahan yang
berlebihan akan menyebabkan gangguan pada tidur.

5. Obat-Obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan tidur namun ada pula yang
menyebabkan gangguan tidur.Misalnya obat golongan amfetamin akan menurunkan tidur
REM(Rapid Eye Movement).

2.5 Gangguan Tidur

1. Insomnia

A. Pengertian Insomnia

Insomnia adalah gangguan tidur yang menyebabkan penderitanya sulit tidur, atau tidak cukup tidur, meskipun
terdapat cukup waktu untuk melakukannya. Gangguantersebut menyebabkan kondisi penderita
tidak prima untuk melakukan aktivitas keesokan harinya.

Kualitas dan kuantitas tidur memengaruhi kualitas hidup, serta kesehatan seseorang secara keseluruhan. Tidur
yang tidak cukup akan menimbulkan gangguan fisik dan mental. Pada umumnya, butuh 8 jam tidur dalam
sehari untuk menjaga kondisi tubuh tetap fit.

B. Gejala Insomnia

Insomnia ditandai dengan sulit tidur atau tidur yang tidak nyenyak. Akibatnya, penderita insomnia dapat
mudah marah dan depresi. Gejala itu dapat memicu gejala lain, seperti:

 Mengantuk pada siang hari.

7
 Mudah lelah saat beraktivitas.
 Sulit fokus dalam beraktivitas.

Sulit tidur dapat membuat penderita insomnia kurang konsentrasi, sehingga berisiko mengalami kecelakaan.
Insomnia juga dapat menurunkan daya ingat dan gairah seks, serta menimbulkan gangguan fisik dan mental.

C. Penyebab dari insomnia

Insomnia dapat dialami oleh siapa saja, tetapi insomnia lebih berisiko terjadi pada orang lanjut usia, dan
seseorang yang memiliki gangguan kesehatan. Pada umumnya, insomnia disebabkan oleh beberapa hal
seperti:

 Stres
 Depresi
 Gaya hidup tidak sehat
 Pengaruh obat-obatan tertentu.

D. Pengobatan atau pencegahan Insomnia

Insomnia bisa dicegah dengan cara:

 Hindari banyak makan dan minum sebelum tidur.


 Hindari atau batasi konsumsi minuman beralkohol dan berkafein.

 Usahakan aktif di siang hari agar terhindar dari tidur siang.

2. Sleep Apnea

A. Pengertian Sleep Apnea


Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan seseorang
berhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur. Kondisi ini dapat ditandai dengan
mengorok saat tidur dan tetap merasa mengantuk setelah tidur lama.
Istilah apnea pada sleep apnea berarti pernapasan terhenti atau berhenti bernapas. Penderita sleep
apnea dapat berhenti bernapas selama sekitar 10 detik sebanyak ratusan kali selama tidur. Kondisi ini
sangat berbahaya karena menyebabkan tubuhnya kekurangan oksigen.

B. Gejala Sleep Apnea

8
Pada banyak kasus, penderita tidak menyadari gejala sleep apnea. Beberapa gejala itu justru disadari oleh
orang yang tidur sekamar dengan penderita. Beberapa gejala umum yang muncul saat penderita sleep apnea
sedang tidur adalah:

 Mengorok dengan keras.


 Berhenti bernapas, selama beberapa kali ketika sedang tidur.
 Tersengal-sengal berusaha mengambil napas saat sedang tidur.
 Terbangun dari tidur akibat merasa tercekik atau batuk-batuk di malam hari.
 Sulit tidur (insomnia).

Selain gejala yang muncul saat tidur, penderita sleep apnea juga bisa merasakan keluhan setelah bangun dari
tidur, antara lain:

1. Terbangun dengan mulut yang terasa kering.


2. Sakit kepala ketika baru bangun tidur.
3. Merasa sangat mengantuk di siang hari.
4. Sulit berkonsentrasi, belajar, atau mengingat sesuatu.
5. Mengalami perubahan mood dan mudah marah.
6. Penurunan libido.

C. Penyebab Sleep Apnea


Sleep apnea disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa jenis sleep apnea menurut
penyebabnya:

1. Obstructive sleep apnea


Obstructive sleep apnea terjadi ketika otot di belakang tenggorokan terlalu rileks. Kondisi ini
membuat saluran pernapasan menyempit atau menutup saat menarik napas.
2. Central sleep apnea
Central sleep apnea terjadi saat otak tidak dapat mengirimkan sinyal dengan baik ke otot yang
mengontrol pernapasan. Hal ini menyebabkan penderita tidak bisa bernapas selama beberapa waktu.
3. Complex sleep apnea
Sleep apnea jenis ini merupakan gabungan dari obstructive sleep apneadan central sleep apnea.

D. Pengobatan Sleep Apnea

Pengobatan apnea tidur tergantung pada kondisi pasien dan tingkat keparahan sleep apnea. Sleep apnea yang
ringan dapat ditangani secara mandiri, misalnya dengan menurunkan berat badan, berhenti merokok,
mengurangi minum minuman beralkohol, serta mengubah posisi tidur.

Jika kondisinya sudah cukup parah, sleep apnea perlu mendapatkan penanganan secara medis, antara lain
dengan:

Terapi khusus

9
Jika perubahan pola hidup tidak berhasil mengatasi gejala apnea tidur atau jika gejala yang muncul sudah
cukup parah, maka penderita dianjurkan untuk menjalani terapi dengan alat-alat berikut:

 CPAP (continuous positive airwaypressure)


Alat ini digunakan untuk meniupkan udara ke saluran pernapasan melalui masker yang menutupi
hidung dan mulut penderita sleep apnea saat tidur. Tujuannya adalah untuk mencegah tenggorokan
menutup dan meredakan gejala-gejala yang muncul.

 BPAP (bilevel positive airway pressure)


Alat ini bekerja dengan cara menaikkan tekanan udara saat pasien menarik napas dan menurunkan
tekanan udara saat pasien mengembuskan napas. Dengan begitu, pasien akan lebih mudah untuk
bernapas.

 MAD (mandibular advancement device)


Alat ini didesain untuk menahan rahang dan lidah untuk mencegah penyempitan pada saluran
pernapasan yang menyebabkan seseorang mendengkur. Namun, MAD tidak dianjurkan bagi
penderita apnea tidur yang parah.

Operasi

Jika perubahan gaya hidup dan terapi dengan alat-alat di atas masih tidak berhasil memperbaiki gejala sleep
apnea selama 3 bulan, maka penderita dapat menjalani operasi. Operasi yang dapat dilakukan untuk
menangani sleep apnea meliputi:

 Uvulopalatopharyngoplasty
Pada prosedur ini, dokter akan mengangkat sebagian jaringan di bagian belakang mulut dan bagian
atas tenggorokan, sekaligus mengangkat amandel dan kelenjar adenoid, untuk mencegah pasien
ngorok saat tidur.

 Ablasi radiofrekuensi
Prosedur ini digunakan untuk mengangkat sebagian jaringan di bagian belakang mulut dan bagian
belakang tenggorokan, menggunakan gelombang energi khusus.

 Operasi reposisi rahang


Dalam operasi rahang ini, tulang rahang bawah diposisikan lebih maju daripada tulang wajah.
Tujuannya adalah untuk memperluas ruang di belakang lidah dan langit-langit.

10
 Stimulasi saraf
Dokter akan memasukkan alat khusus untuk menstimulasi saraf yang mengontrol pergerakan lidah,
agar jalan napas tetap terbuka.

 Trakeostomi
Trakeostomi dilakukan untuk menciptakan saluran pernapasan baru pada kondisi apnea tidur yang
parah. Dokter akan membuat sayatan di leher pasien, kemudian memasukkan tabung metal atau
plastik ke dalamnya.

4. Narkolepsi

A. Pengertian Narkolepsi
Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang memengaruhi kendali terhadap aktivitas tidur.
Penderita narkolepsi mengalami rasa kantuk pada siang hari dan bisa tiba-tiba tertidur tanpa
mengenal waktu dan tempat.

B. Penyebab Narkolepsi
Penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti. Namun, sebagian besar penderita narkolepsi
memiliki kadar hipokretin rendah. Hipokretin adalah zat kimia dalam otak yang membantu
mengendalikan waktu tidur. Penyebab rendahnya hipokretin diduga akibat sistem imun yang
menyerang sel-sel sehat (autoimun). Berikut ini kondisi yang dapat memicu timbulnya proses
autoimun tersebut, hingga akhirnya mengarah pada narkolepsi.

 Perubahan hormon, terutama pada masa pubertas atau menopause.


 Stres.
 Perubahan pola tidur secara tiba-tiba.
 Infeksi, seperti infeksi bakteri streptokokus atau infeksi flu babi.
 Kelainan genetik.

C. Gejala Narkolepsi

Gejala narkolepsi dapat muncul secara tiba-tiba atau berkembang secara perlahan selama bertahun-tahun.
Gejala yang umumnya terjadi meliputi:

 Rasa kantuk yang berlebihan pada siang hari. Penderita narkolepsi selalu mengantuk pada siang
hari, sulit untuk tetap terjaga, dan sulit berkonsentrasi.

11
 Serangan tidur. Serangan tidur menyebabkan penderita narkolepsi tertidur di mana saja dan kapan
saja secara tiba-tiba. Jika narkolepsi tidak terkendali, serangan tidur bisa berlangsung selama
beberapa kali dalam sehari.
 Katapleksi atau melemahnya otot secara tiba-tiba yang ditandai dengan:
o Tungkai terasa lemas.
o Penglihatan ganda.
o Kepala lunglai dan rahang turun.
o Bicara cadel.

Hilangnya kendali otot bersifat sementara dan biasanya dipicu oleh emosi tertentu, seperti terkejut,
marah, senang, atau tertawa. Penderita narkolepsi biasanya mengalami serangan katapleksi 1-2 kali
dalam setahun. Katapleksi dapat berlangsung selama beberapa detik hingga beberapa menit.

 Ketindihan atau sleep paralysis. Kondisi ini terjadi ketika penderita tidak mampu bergerak atau
berbicara selama sementara saat hendak terbangun atau mulai tertidur.
 Halusinasi. Penderita narkolepsi terkadang dapat melihat atau mendengar sesuatu yang tidak nyata,
terutama saat akan tidur atau bangun tidur.
 Gangguan ingatan. Penderita narkolepsi terkadang lupa aktivitas apa yang baru dilakukannya.

 Sakit kepala.
 Depresi.

D. Pengobatan Narkolepsi
Belum ada obat untuk menyembuhkan narkolepsi. Tujuan pengobatan hanya untuk
mengendalikan gejala, sehingga aktivitas penderita tidak terganggu. Untuk narkolepsi ringan,
pengobatan dapat dilakukan dengan mengubah pola kebiasaan tidur. Namun, jika gejala yang
muncul cukup parah, maka penderita perlu diberikan obat-obatan. Selain tingkat keparahan,
memberikan obat-obat akan mempertimbangkan faktor lain, seperti usia, riwayat kesehatan
sebelumnya, kesehatan secara keseluruhan, efek samping yang mungkin ditimbulkan, dan pilihan
pasien.

Beberapa jenis obat yang digunakan untuk meredakan narkolepsi meliputi:

1. Stimulan, obat untuk merangsang sistem saraf pusat, sehingga membantu penderita tetap terjaga pada
siang hari. Dokter akan memberikan stimulan jenis methylphenidate.
2. Antidepresan trisiklik. Obatantidepresan, seperti amitriptyline, membantu meredakan gejala
katapleksi atau hilang kendali otot.

12
3. Anti depresan jenis selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) atauserotonin and
norepinephrine reuptake inhibitor (SNRIs). Obat ini berfungsi untuk menekan waktu tidur,
membantu meringankan gejala katapleksi, halusinasi, dan ketindihan atau sleep paralysis.
4. Penyakit Tidur Berjalan

A. Pengertian Tidur Berjalan

Penyakit tidur berjalan atau somnabulisme(sleepwalking) adalah suatu kondisi berulang di mana seseorang
bangun, berjalan, atau melakukan berbagai kegiatan dalam keadaan tidur.

Pada saat seseorang tidur, terbagi menjadi sekitar 4-5 siklus, yang masing-masing siklus berlangsung sekitar
90 menit dan terbagi menjadi 2 tahapan, yaitu tahapan tidur rapid eye movement (REM) dan tahapan non-
REM (NREM). Siklus tidur diawali dengan tahapan NREM lalu dilanjutkan dengan REM, begitu seterusnya
siklus akan berulang. Pada tahapan REM inilah otak menjadi lebih aktif, denyut jantung dan napas menjadi
cepat, serta dapat timb

Tahapan tidur NREM sendiri terbagi dalam tiga fase seperti yang dijelaskan berikut ini:

 Fase 1: Mata terpejam, namun masih mudah terbangun.


 Fase 2: Pada fase ini, irama jantung melambat dan suhu tubuh menurun. Tubuh bersiap untuk tidur
dalam.
 Fase 3: Ini adalah fase tidur dalam, di mana seseorang akan sulit dibangunkan. Jika dipaksa bangun
dari tidur, dia akan merasa bingung selama beberapa menit. Selama fase 3 ini tubuh akan
memperbaiki jaringan yang rusak dan memperkuat sistem imun.

Penyakit tidur berjalan merupakan 1 dari 3 tipegangguan tidur yang terjadi saat tahapan tidurNon Rapid Eye
Movement (NREM), selainsleep terror (teror tidur) dan confusional arousals. Penyakit tidur berjalan biasanya
terjadi di fase 3 NREM siklus pertama atau kedua, yaitu sekitar 1-2 jam dari mulai tidur.

Penyakit tidur berjalan biasa terjadi di kalangan anak-anak, meskipun bisa saja dialami oleh segala usia.
Diperkirakan 1-5% anak-anak mengalami penyakit tidur berjalan. Biasanya, usia anak yang mengalami
penyakit tidur berjalan adalah usia sebelum remaja, yaitu 11-12 tahun. Walaupun biasanya penyakit tidur
berjalan yang terjadi pada anak-anak bukan merupakan penyakit yang serius, namun dapat menimbulkan
cedera akibat terbentur atau jatuh. Berbeda dengan anak-anak, penyakit tidur berjalan pada orang dewasa
dapat menjadi tanda suatu kondisi yang lebih serius.

B. Gejala Penyakit Tidur Berjalan


Jika kita berpapasan dengan orang yang mengalami penyakit tidur berjalan, biasanya dia hanya
memandang lurus dan tampak seperti tidak mengenali kita. Matanya yang terbuka terkesan seperti
terjaga padahal dia sebenarnya masih tertidur. Jika disapa, biasanya penderita tidak merespons atau
berkomunikasi dengan orang lain, sebagian lagi akan merespons dengan jawaban meracau. Penderita
akan sulit dibangunkan. Tetapi apabila penderita bangun, dia akan tampak kebingungan dan tidak
ingat dengan aktivitas yang dilaluinya. Gejala yang dialami berlangsung berulang kali. Gangguan
tidur yang terjadi pada orang dewasa dapat melibatkan perilaku yang lebih rumit, seperti memasak,
makan, memainkan alat musik, dan bahkan menyetir. Penyakit tidur berjalan pada orang dewasa juga
dapat mengakibatkan gangguan dalam pekerjaan dan hubungan sosial dengan lingkungan sekitar.

13
C. Penyebab Penyakit Tidur Berjalan

Ada beberapa hal yang dapat memicu penyakit tidur berjalan atau meningkatkan risiko pada seseorang
untuk mengalaminya. Di antaranya adalah:

 Faktor genetik. Penelitian menyebutkan bahwa penyakit tidur berjalan 10 kali lebih berisiko
menimpa individu yang memiliki riwayat kondisi ini dalam keluarganya.
 Faktor lingkungan. Kurang tidur, jadwal tidur yang tidak teratur, demam, stres, kekurangan
magnesium, dan keracunan alkohol bisa memicu penyakit tidur berjalan. Obat-obatan tertentu juga
dikaitkan dengan penyakit tidur berjalan, di antaranya adalah:
o Obat penenang.
o Obat antipsikotik.
o Obat antihistamin
o Obat antikonvulsan.
o Obat antidepresan.

 Faktor fisik. Faktor fisik yang diduga berkaitan dengan penyakit tidur berjalan adalah:
o Menstruasi
o Kehamilan.
o Penyakit seperti gangguan irama jantung, demam, kekurangan magnesium, migraine,
penyakit refluks asam lambung, dan sleep apnea.
o Sindrom Tourette.
o Tirotoksikosis.
o Gangguan psikiatri, seperti PTSD, serangan panik, dan kepribadian ganda.

D. Pengobatan Penyakit Tidur Berjalan


Hal terpenting dalam pengobatan penyakit tidur berjalan adalah memastikan bahwa tidak ada gangguan
atau penyakit lain yang menyertai penyakit tidur berjalan. Karena, pada kebanyakan kasus, penyakit tidur
berjalan bukan merupakan penyakit serius dan dapat hilang sendiri. Bila ditemukan gangguan lain yang
menyertai, seperti sleep apnea, penyakit tersebut harus diatasi. Hal ini termasuk memastikan penderita tidur
dengan cukup dengan jadwal tidur yang teratur dan tidak terjadi cedera selama tidur berjalan. Pastikan pintu
dan jendela sudah dikunci dan tidak menyimpan benda tajam di dalam kamar merupakan bentuk upaya untuk
menghindari cedera.

Tidak ada obat-obatan secara khusus untuk mengobati penyakit tidur berjalan, tetapi ada beberapa cara yang
bisa dilakukan untuk mengatasi penyakit tidur berjalan, di antaranya adalah dengan:

5. Mengurangi stres.
6. Melakukan aktivitas yang bisa merelaksasi pikiran sebelum tidur, misalnya mandi air hangat atau
membaca buku.
7. Tidak mengonsumsi minuman beralkohol atau berkafein sebelum tidur.
8. Membuang air kecil terlebih dahulu.
9. Membuat kamar tidur kita menjadi senyaman mungkin.
10. Mendisiplinkan waktu tidur.

14
Jika salah satu anggota keluarga Anda mengalami ganggguan tidur berjalan, bimbing penderita agar dapat
kembali tidur, dan jangan berteriak atau mengejutkan penderita. Bila gangguan ini terjadi pada waktu yang
sama tiap malam, cara lain untuk mengatasinya adalah dengan membangunkan penderita 15-30 menit
sebelum gejala penyakit tidur berjalan muncul, sehingga siklus tidurnya berubah dan diharapkan dapat
meredakan kondisi ini.

Apabila anak Anda kerap mengalami penyakit tidur berjalan, buatlah tambahan pengaman di tiap sisi ranjang
untuk mencegah mereka turun dari kasur. Bila perlu, awasi anak Anda tiap malam atau sewa perawat untuk
melakukan tugas khusus ini.

2.6 Teknik dan Prosedur Pengkajian Kebutuhan Istirahat dan Tidur


A. Kebutuhan Tidur
Kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat perkembangan, yaitu :

Usia Tingkat Perkembangan Jumlah kebutuhan Tidur


0-1 Bulan Masa Neonatus 14-18 Jam/hari
1 Bulan – 18 Bulan Masa Bayi 12-14 Jam/hari
18 Bulan – 3 Tahun Masa Anak 11-12 jam/hari
3 Tahun – 6 Tahun Masa Prasekolah 11 jam/hari
6 Tahun – 12 Tahun Masa Sekolah 10 Jam/hari
12 Tahun – 18 Tahun Masa Remaja 8,5 Jam/hari
18 Tahun – 40 Tahun Masa Dewasa Muda 7-8 Jam/hari
40 Tahun – 60 Tahun Masa Paruh Baya 7 Jam/hari
60 Tahun ke atas Masa Dewasa tua 6 Jam/hari

B. Pengkajian Kebutuhan Istirahat dan Tidur


1. Riwayat Tidur
Pengkajian riwayat antara lain kuantitas (lama tidur) dan kualitas tidur di siang hari maupun
malam hari, aktivitas dan rekreasi yang dilakukan sebelumnya, kebiasaan sebelum ataupun pada
saat tidur, lingkungan tidur, dengan siapa pasien pasien, obat yang dikonsumsi sebelum tidur,
asupan dan stimulant, perasaan pasien mengenai tidurnya, apakah ada kesulitan tidur, dan
apakah ada perubahan pola tidur.
2. Gejala Klinis
Gejala klinis ditandai dengan perasaan lelah, gelisah, emosi, apatis, dan adanya kehitaman di
daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah dan mata perih, perhatian tidak
focus, serta sakit kepala.
3. Penyimpangan Tidur
Penyimpangan tidur meliputi perubahan tingkah laku dan auditorik, meningkatnya kegelisahan,
gangguan persepsi, halusinasi visual dan auditorik, bingung dan disorientasi tempat dan waktu,
gangguan koordinasi, serta bicara rancu, tidak sesuai, dan intonasinya tidak teratur.

C. Standar Operasioanal Prosedur Memfasilitasi Kebutuhan Istirahat dan Tidur

No. Komponen
1. Persiapan Pasien :
 Kontrak
 Jelaskan Tujuan dari tindakan
 Jaga privacy pasien
2. Prosedur Kerja

15
a. Mencuci tangan
b. Atur pasien pada posisi bersandar (fowler) yang nyaman
c. Minta pasien menempatkan tangannya diperut
d. Minta psien bernapas secara perlahan-lahan bebrapa detik, kemudian
keluarkan napas secara perlahan melalui mulut
e. Beritahu pasien bahwa saat mengeluarkan napas, mulut pada posisi
mencucu
f. Minta pasien mengreluarkan napas sampai perut mengempis
g. Lakukan napas dalam hingga 3-4 kali atau sampai tertidur
3. Penutup
a. Mencuci tangan
b. Melakukan dokumentaasi

16
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Istirahat dan tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk ke dalam kebutuhan
fisiologis. Istiarahat dan tidur sebagai salah satu kebutuhan dasar yang universal, karena semua manusia
membutuhkan kebutuhan tidur dan istirahat. Hal ini mengindikasikan bahwa tidur memiliki peranan yang
penting bagi manusia. Potter & Perry (2005) mengatakan bahwa kebutuhan untuk istirahat dan tidur adalah
penting bagi kualitas hidup semua orang. Namun demikian, tiap individu memiliki kebutuhan yang
berbeda dalam jumlah tidur (Quantity of Sleep) dan kualitas tidur (Quality of Sleep).
Fungsi dari istirahat dan tidur adalah memperbaiki keadaan fisiologis dan psikologis,melepaskan stress
dan ketegangan, memulihkan keseimbangan alami diantara pusat-pusat neuron, waktu untuk memperbaiki
dan menyiapkan diri untuk periode bangun,memperbaiki proses biologis dan memelihara fungsi jantung,
mengembalikan konsentrasi dan aktivitas sehari-hari, menghemat dan menyediakan energi bagi tubuh,
memelihara kesehatan optimal dan mengembalikan kondisi fisik tubuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur antara lain penyakit, lingkungan, kelelahan, gaya hidup, stress
emosional, stimulan dan alkohol, diet, merokok, medikasi, motivasi.Sedangkan masalah yang seringkali
ditemukan terkait pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur diantaranya insomnia, parasomnia, hipersomnia,
narkolepsi, apnea saat tidur.

3.2 SARAN

1. Dalam memberikan tindakan keperawatan hendaknya diperhatikan betul prosedur kerja yang akan
dijalankan.
2. Mahasiswa hendaknya dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia yang berhubungan dengan istirahat
dan pola tidur sebelum melakukan tindakan keperawatan.
3. Menjelaskan atau memberitahukan pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan harus selalu
diterapkan oleh perawat sebelum melakukan tindakan keperawatan.

17
Sumber

Apriyani Heni, 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Tidur
Pasien Post Operasi di RSD HM Ryacudu Kotabumi, Volume 3. No 1

Kozier and Erb’s. 2012. Fundamental of Nursing Volume 3. Australia: Pearson Australia

Potter dan Perry. 2009. Fundamental of Nurisng 7th Edition. Singapore: Elsevier.

Asmadi.2008.Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Jakarta:Salemba Medika.

Potter, P.A., & Perry, A.G. (2013). Fundamental of Nursing. 8th edition. Singapore : ElsevierPte.Ltd

18

Anda mungkin juga menyukai