Anda di halaman 1dari 55

+GANGGUAN

MENTAL DAN
PERILAKU AKIBAT
PENYALAHGUNAAN
ZAT PSIKOAKTIF

Sundari Lovea Nuranti


FK TRISAKTI

Pembimbing :
Dr. Adhi Wibowo, Sp.KJ(K),MPH
+PPDGJ III  Gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan zat Psikoaktif
• Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan
F10
alkohol
• Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan
F11
Opioida
• Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan
F12
kanabinoida
• Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan
F13
sedativa atau hipnotika
• Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan
F14
kokain
• Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan
F15
stimulansia lain termasuk kafein
• Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan
F16
halusinogenika
• Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan
F17
tembakau
• Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan
F18
pelarut yang mudah menguap
• Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat
F19
multipel dan penggunaan zat psikoaktif lainnya
+F1x.0 Intoksikasi akut
• .00 Tanpa komplikasi
• .01 Dengan trauma atau cidera tubuh lainnya
• .02 Dengan komplikasi medis lainnya
• .03 Dengan delirium
• .04 Dengan distorsi persepsi
• .05 Dengan koma
• .06 Dengan konvulsi
• .07 Intoksikasi patologis

F1x.1 Penggunaan yang merugikan (harmful use)

F1x.2 Sindrom ketergantungan


• .20 Kini abstinen
• .21 Kini abstinen tetapi dalam lingkungan terlindung
• .22 Kini dalam pengawasan klinis dengan terapi pemeliharaan atau dengan pengobatan zat
pengganti (ketergantungan terkendali)
• .23 Kini abstinen, tetapi sedang dalam terapi dengan obat aversif atau penyekat
• .24 Kini sedang menggunakan zat (ketergantungan aktif)
• .25 Penggunaan berkelanjutan
• .26 Penggunaan episodik (dipsomania)
F1x.3 Keadaan putus zat F1x.7 Gangguan psikotik
+ residual atau onset lambat
• .70 Kilas balik
• .30 Tanpa komplikasi
• .31 Dengan konvulsi • .71 Gangguan kepribadian atau
perilaku
F1x.4 Keadaan putus zat dengan • .72 Gangguan afektif residual
delirium • .73 Demensia
• .40 Tanpa konvulsi • .74 Hendaya kognitif menetap
• .41 Dengan konvulsi lainnya
• .75 Gangguan psikotik onset
F1x.5 Gangguan psikotik lambat
• .50 Lir-skizofrenia (schizophrenia-like)
• .51 Predominan waham F1x.8 Gangguan mental dan
• .52 Predominan halusinasi perilaku lainnya
• .53 Predominan polimorfik F1x.9 Gangguan mental dan
• .54 Predominan gejala depresi
perilaku YTT
• .55 Predominan gejala manik
• .56 Campuran

F1x.6 Sindroma amnesik


Penyalahgunaan NAPZA

Merupakan penyimpangan perilaku


seseorang yang berkaitan dengan obat-
obatan psikoaktif, akibat pola peng-
gunaan zat/obat yang bersifat patologik
(tidak sehat).
+
Psikoaktif

 Zat psikoaktif (narkotik, psikotropika, dan zat adiktif


lain/NAPZA) merupakan zat yang mempengaruhi susunan
saraf pusat dan menyebabkan ketergantungan terhadap
orang yang menggunakannya.
Efek yang dapat ditimbulkan dari
pemakaian zat psikoaktif:

Keinginan yang
tak tertahankan
(an overpowering
desire) terhadap
obat tersebut.
Kecenderun
gan untuk
menambah
dosis sesuai
toleransi
tubuh
Ketergantungan
fisik dan psikis
NAPZA

ZAT
NARKOTIKA ADIKTIF
PSIKOTROPIKA
+ Definisi
Narkotika
• Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat menimbulkan ketergantungan
Psikotropika
• Zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Bahan Adiktif Lain
• Bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang penggunaannya dapat
menimbulkan ketergantungan
+ Penggolongan
( UU Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika ) Heroin,
Golongan 1
( UU Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika ) Kokain, Ganja

Morfin,
Narkotika Golongan 2
Petidin

Golongan 3 Codein

MDMA
Golongan 1
(ektasi), LSD

Amfetamin,
Narkoba Golongan 2 Metamfitamin,
(Shabu)
Psikotropika
Pentobarbital,
Golongan 3
Flunitrazepam

Diazepam,
Golongan 4
Fenobarbital,

Bahan Adiktif Alkohol, Inhalansia, Nikotin,


Lain Kafein
+
Epidemiologi

 Di Indonesia terdapat peningkatan jumlah penyalahgunaan Narkotika,


Psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA) dari tahun ke tahun.

 Tahun 2008  1,99%; tahun 2010  2,21 %; diperkirakan tahun 2015 


2,8% (setara dengan 5,1-5,6 juta orang)
Narkotika dan UU No. 5 tahun 1997 tentang
psikotropika:

Narcosis menidurkan atau membiuskan

Zat kimia/obat yang berasal dari tanaman atau


bukan tanaman, sintetis maupun semi sintetis
Dapat menimbulkan Penurunan/perubahan kesadaran
Hilangnya rasa

Mengurangi sampai menghilangkan nyeri

Menimbulkan ketergantungan
YANG TERGOLONG NARKOTIKA
(UU RI No. 22/1997)
1. Tanaman papaver, opium mentah, opium masak, opium obat, morfina,
Tanaman koka, daun koka, kokain mentah, kokaina,ekgonina,
Tanaman ganja, damar ganja.

2. Garam dan turunan dari morfin dan kokain

3. Bahan alam atau sintetik lain yang memiliki efek yang sama dengan
kokain dan morfin.

4. Campuran atau seduan yang mengandung opium, morfin, kokain,


ganja
PSIKOTROPI
KA
PSIKOTROPIKA
Zat atau obat, alamiah maupun sintetik yang bukan narkotika,
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf
pusat yang perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Penggolongan berdasarkan efek psikoaktif :
Depresant
. Stimulant

Halusinogen
ZAT
+ ADIKTIF

Zat-zat yang pemakaiannya dapat menimbulkan


ketergantungan fisik yang kuat dan ketergantungan
psikologis yang panjang

Rokok,
ALKOHOL
Minuman keras yang mengandung berbagai kadar
ethanol di dalamnya.

Miras golongan A: kadar alkohol 1 – 5 % Bir

Miras golongan B: kadar alkohol 5 – 20 % Anggur Malaga, AO dll.

Miras golongan C: kadar alkohol 20 – 50 % Brandy, Wisky,


Jenever, Vodca
+ Gangguan penggunaan NAPZA, terdiri atas
2 bentuk
Penyalahgunaan Ketergantungan

• Mempunyai harmfull • Mengalami toleransi, putus


effects terhadap zat, tidak mampu
kehidupan orang menghentikan kebiasaan
• menimbulkan problem menggunakan,
kerja menggunakan dosis
• mengganggu hubungan NAPZA lebih dari yang
dengan orang lain diinginkan
(relationship)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA
+ PENYALAHGUNAAN NAPZA

FAKTOR NAPZA Napza bekerja pusat penghayatan kenikmatan


diotak sering diulang

Biologi
FAKTOR INDIVIDU Remaja Psikologik
Sosial

- Keluarga
FAKTOR LINGKUNGAN
- Sekolah/Pekerjaan
- Masyarakat
+ TINGKATAN PEMAKAIAN NAPZA
EXPERIMENTAL USE Pemakaian coba-coba

RECREATIONAL USE Pemakaian untuk bersenang-senang saat


rekreasi

DEPENDENT USE Toleransi & gejala putus zat ketergantungan

Pemakaian pada saat mengalami keadaan


SITUATIONAL USE
tertentu

ABUSE Pola penggunaan yang bersifat patologik/klinis


(menyimpang)
Zat psikoaktif
memiliki sifat adiksi dan dependensi menimbulkan kecanduan ,
ketergantungan dan Toleransi bagi yang menggunakan.

Keinginan yang tak tertahankan


(an overpowering desire) terhadap obat tersebut.

Kecenderungan untuk menambah dosis sesuai toleransi tubuh

Ketergantungan fisik dan psikis


PENYEBAB
+ UTAMA

Penyimpangan fungsi atau penggunaannya

Dosis terlalu besar

Frekuensi penggunaan tidak sesuai aturan


+
F10. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Alkohol
TANDA / GEJALA
ZAT
INTOKSIKASI PUTUS ZAT
ALKOHOL •Ringan : Euforia, cadel, kantuk, Ataksia • Halusinasi, ilusi
• Berat : Stupor, Koma, Bradikardia, • Kejang
Hipotensi, Hipotermia, Kejang • Gemetar
• Sangat Berat : Reflek negatif • Mual / Muntah
• Muka Merah
 G. Kesadaran • Conjunctiva Merah
 G. Kognitif • Kelemahan umum
 G. Afektif dan Perilaku • Insomnia
• Lemas, marah (Iritabel)
• Berkeringat
• Hipertensi
• Rindu dengan minuman alkohol
+
Opioida

 Potensi ketergantungan sangat kuat  Horror drug

 Golongan:
 Opioid alami  Morfin, opium, kodein
 Opioid semisintetik  Heroin/ putaw, hidromorfin
 Opioid sintetik  Meperidin, propoksipen, metadon

 Cara penggunaan:
 “Dragon”
 Injeksi  IV/ IM
 Merokok
4.TANDA
+ DAN GEJALA KLINIS
PENYALAHGUNAAN NAPZA
TANDA / GEJALA
ZAT
INTOKSIKASI PUTUS ZAT
OPIOIDA • Penekanan SSP, Sedasi • Mengantuk, disertai Pilek / Bersin
(Heroin, • Motilitas Gastro-Intestinal • Lakrimasi
Putauw) • Menurun Sampai Konstipasi • Dilatasi Pupil
• Analgesia • Pilo Ereksi
• Mual Muntah • Takikardi
• Bicara Cadel • Tekanan Darah Naik
• Bradikardia • Respirasi dan Suhu Badan Naik
• Kontriksi Pupil • Mual-Muntah
• Kejang • Diare
• Insomia
• Gemetar / Tremor
• Mengeluh Sugesti
• Ansietas , Gelisah
• Tidak Selera Makan
+
Kanabioida
 Berasal dari tanaman Cannabis sativa

 Tetrahidrokannabinol (THK)  larut dalam lemak 


tinggal lama di dalam lemak jaringan, termasuk otak 
brain damage

 Gambaran klinis disebabkan kombinasi antara CNS-


depresan, stimulansia, dan halusinogen.

 Ganja, cimenk, gelek, marijuana, hashish


TANDA DAN GEJALA KLINIS PENYALAHGUNAAN
+ NAPZA
F12. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Kanabinoid

Tremor, Takikardi, Keringat


Banyak
I Insomia, Mual
Gelisah, Mata Merah P
N Mialgia
Ataksia U
T Cemas, Gelisah, Mudah
Percaya diri meningkat T
O tersinggung
Perasaan melambung U
K Demam, Berkeringat
Disorientasi S
S Nafsu makan menurun
Depersonalisasi
I Fotofobia
Gangguan daya ingat jangka Z
K Depresif, Bingung
pendek A
A Kehilangan berat badan
Halusinasi visual/pendengaran T
S Tremor
Emosi labil, bingung
I
Waham kejar dan paranoia, ilusi,
cemas, depresi, panik serta takut
+
Benzodiazepine

 Golongan sedativa dan hipnotika

 Penggunaan medis
 Antianxietas
 Antikonvulsi
 Hipnotic

 Sediaan
 Injeksi  Diazepam
 Rectal  Diazepam
 Oral  Nitrazepam, flunitrazepam, flurazepam, bromazepam, diazepam

 Benzo, emji, pil kebo, pil koplo, high five


TANDA DAN GEJALA KLINIS PENYALAHGUNAAN
+ NAPZA
F13. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Sedativa/
Hipnotika

Mual, muntah
I P
Neurologis :Bicara cadel, Gangguan Lemah, letih
N koordinasi motorik, U Takikardia
T cara jalan tidak stabil, T Berkeringat
O Nistagmus U Tekanan darah tinggi
K Psikologis : Afek labil, Hilangnya S
hambatan impuls Ansietas
S
seksual, Agresif, Depresi
I Z
Iritabel, Banyak bicara Iritabel
K A
Gangguan pemusatan perhatian, Tremor kasar pada tangan,
A T
daya ingat lidah
S
Kadang- kadang hipotensi
I
ortostatik
+
Kokain
 Stimulansia, berasal dari daun Erythroxylon coca.

 Cara penggunaan
 Bubuk kokain (garam kokain hidoklorid)  inhalasi langsung melalui
lubang hidung (snorting).
 Free-base cocain  garam kokain yg dikonversikan dgn larutan mudah
menguap.
 Garan kokain  injeksi IV
+
TANDA / GEJALA
ZAT
INTOKSIKASI PUTUS ZAT
KOKAIN • Takhikardia • Nyeri Dada • Keletihan
• Dilatasi Pupil • Euforia • Insomnia atau
• Meningkatnya • Agitasi Psikomotor Hypersomnia
Tekanan Darah • Agresif • Agitasi Psikomotor
• Berkeringat • Waham Kebesaran • Ide Bunuh Diri dan
• Tremor • Halusinasi Paranoid
• Mual , Muntah • Mulut Kering • Mudah Tersinggung atau
• Menungkatnya Suhu • Percaya Diri Iritabel Perasaan depresif
Tubuh Meningkat
• Aritnia • Nafsu Makan Menurun
• Halusinasi Visual • Panik
• Sinkope
+
Amfetamin dan turunannya

 Stimulansia (Amphetamin type stimulants/ ATS)

 Ecstasy dan shabu (metamphetamine)

 Alasan penggunaan:
 For fun
 Recreational use
 Meningkatkan libido  memperkuat sex performance

 Cara penggunaan
 Amfetamin  tablet atau injeksi
 Ecstasy  tablet kunyah
 Shabu  Inhalasi uap dengan bong
+
TANDA / GEJALA
ZAT
INTOKSIKASI PUTUS ZAT
AMFETAMIN Kardio Vaskuler : Fase Awal
(Ekstasi, • Palpitasi • Depresi
Shabu) • Angina • Ansietas
• Aritmia • Anergia
• Hiper/ Hipotensi • Capek
• Keringat banyak
• Muka pucat/Merah
• Perilaku maladaptif
• Gangguan daya nilai
• Gangguan fungsi sosial
Pernafasan  Bronko-dilatasi
Gastro-Intestinal  Mual, diare, kram
Ginjal  Diuresis
Endokrin  Libido berubah, impotensi
+
Halusinogen

 Tipe utama halusinogen


 Zat terkait neurotransmiter 5-hidroksitriptamin (5-HT) atau
serotonin  Lysergic acid diethylamine )LSD),
dimethyltriptamine (DMT), mescaline, psilocybin (magic
mushrooms)
 Phenylcyclidine (PCP) dan zat terkait ailsikloheksilamin 
Ketamin
 3,4-metilendioksimetamfetamin (MDMA)  Ecstasy

 Biasanya digunakan per oral, tidak menyebabkan


ketergantungan.
+
Efek Halusinogen

 Fisik  Psikologis
 Abnormalitas persepsi
 Dilatasi pupil  Halusinasi
 Takikardia  Ilusi
 Depersonalisasi dan derealisasi
 Palpitasi
 Sinestesia
 Berkeringat  Cemas
 Pandangan kabur  Depresi  suicide
 Paranoid
 Inkoordinasi
 Gangguan fungsi sosial,
 Tremor pekerjaan, pengambilan
keputusan
 Gangguan waham
TANDA DAN GEJALA KLINIS PENYALAHGUNAAN
+ NAPZA
F16. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan
Halusinogenika

I
N
T Gangguan persepsi halusinasai
O Delirium
K Ansietas
S Manik
I Panik
K Paranoid
A
S
I
+
Tembakau

 Zat psikoaktif  nikotin

 Rokok, cerutu, mengunyah tembakau, inhalasi nasal

 Efek fisik  simpatomimetik

 Efek psikologis  stimulans sentral


TANDA DAN GEJALA KLINIS PENYALAHGUNAAN
+ NAPZA
F17. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Tembakau

I P Ketegangan
N U Iritabilitas
T Depresi T Sulit berkonsentrasi
O Insomnia U Mengantuk
K Cemas S Kesulitan tidur
S Gelisah
Penurunan frekuensi denyut
I Z jantung
K A Pertambahan berat badan
A T Penurunan kerja motorik
S
I
+
Zat pelarut yang mudah menguap

 Zat pelarut, perekat, bensin, gas butana, cat, paint thinner, zat
pembersih.

 Penggunaan biasanya dengan inhalasi langsung  ngelem/


sniffing
+

 Efek fisik:  Efek perilaku dan psikologis


 Pusing
 Apatis
 Nistagmus
 Pandangan kabur
 Retardasi psikomotor
 Inkoordinasi  Suka berkelahi
 Pelo  Gangguan kemampuan
 Jalan tak mantap membuat keputusan
 Letargi
 Gangguan fungsi sosial dan
 Refleks 
pekerjaan
 Tremor
 Euforia
 Kelemahan otot
 Dosis tinggi  stupor, koma
TANDA DAN GEJALA KLINIS PENYALAHGUNAAN
+ NAPZA
F18. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Pelarut Yang
Mudah Menguap

I
N
T Delirium
O Demensia
K Ansietas
S Depresi
I Halusinasi
K Agresif
A
S
I
+ PEDOMAN DIAGNOSTIK
SINDROM KETERGANTUNGAN
Dapat ditegakkan jika ditemukan 3 atau lebih gejala dibawah

1. Dorongan yang kuat untuk menggunakan zat


2. Kesulitan dalam mengendalikan perilaku
3. Keadaan sindroma putus zat.
4. Adanya toleransi, , berupa peningkatan dosis NAPZA yang
diperlukan guna memperoleh efek yang sama yang
biasanya diperoleh dengan dosis yang lebih rendah.
5. Mengabaikan alternatif menikmati kesenangan.
6. Terus menggunakan zat meskipun menyadari akibatnya.
+
Sasaran Terapi
 Abstinensia (mengurangi penggunaan NAPZA bertahap sampai
abstinensia total)

 Mengurangi frekuensi dan keparahan relaps.

 Perbaikan dalam fungsi sosial dalam masyarakat


+
Tahapan Terapi
 Fase Penilaian
mengeksplorasi informasi dari pasien, keluarga, maupun lingkungan sekitar.
- Riw penyakit secara medis dan psikiatri
- Riw terapi gangguan penggunaan zat psikoaktif

 Fase Terapi Detoksifikasi


- Rawat inap dan rawat jalan
- Intensive out-patient treatment
- Cold turkey, Terapi simptomatik
- Detoksifikasi menggunakan : kodein dan ibuprofen, klontrex (klonidin dan
naltrekson), buprenorfin, metadon,

 Fase Terapi lanjutan


+
Terapi Substitusi

 Karakteristik obat yang ideal :


 Rendah potensi untuk didiversikan
 Lamanya aksi cukup panjang
 Potensi rendah menggunakan zat lain selama terapi
 Toksisitas rendah untuk terjadi overdose
 Fase detoksifikasi harus singkat, sederhana, dan gejala withdrawl syndrome minimal
 Memfasilitasi abstinensia terhadap opioid ilegal
 Pasien menerimanya dengan ikhlas dan baik

 Untuk ketergantungan opioid dapat digunakan :


 Agonis : Metadon
 Partial agonis : buprenorfin SL  untuk adiksi heroin
 Antagonis : Naltrekson (tidak ada di Indonesia)
+ Keadaan putus zat dengan delirium

 Suatu keadaan putus zat disertai komplikasi delirium

 Termasuk : deirium tremans, yang merupakan akibat dari putus


alkohol secara absolut atau relatif pada pengguna yang
ketergantungan berat dengan riwayat penggunaan yang lama

Onset biasanya terjadi sesudah putus alkohol. Keadaan gaduh


gelisah toksik yang belangsung singkat tetapi adakalanya dapat
membahayakan jiwa yang disertai gamgguan somatik.
 Gejala prodormal khas berupa : insomnia, gemetar dan ketakutan. Onset dapat didahului
oleh kejang setelah putus zat.

Trias yang klasik dari gejalanya adalah

- kesadaran berkabut dan kebingungan

- Halusnasi dan ilusi yang hidup yang mengenai salah satu pancaindera

- Tremor berat

Biasaya ditemukan juga waham, agitasi, insomnia atau siklus tidur yang terbalik dan aktivitas
otonomik yang berlebihan.
PENDEKATAN
+ UPAYA PENCEGAHAN

1. Pendekatan informasi dan penyebarannya


 Pemberian informasi yang bertujuan perubahan sikap positif
 Mengajarkan gaya hidup sehat
 Perlu di berikan juga pendekatan moralistik

2. Pendekatan edukasi afektif


 Pengembangan personal dan sosial
 Kombinasi penggembangan kemampuan ketrampilan teman sebaya

3. Pendekatan alternatif
 Mengadakan aktifitas yang cocok dan sesuai kebutuhan
 Mendukung berpartisipasi dalam keberadaan aktifitas tersebut
+ PENDEKATAN UPAYA PENCEGAHAN
4. Pendekatan ketahanan sosial
 Meningkatkan self – efficacy
 Berani menolak
 Berinisiatif untuk berdiskusi

5. Pendekatan peningkatan kemampuan


 Cognitive – behavioral skills training
 Mengendalikan problemnya
 Mengatasi stres
 Mengembangkan kemampuan verbal atau non verbal

Anda mungkin juga menyukai