Anda di halaman 1dari 19

LBM 2

SKENARIO

Judul: Sedih dan ingin bunuh diri

Seorang karyawati, usia 23 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan merasa sedih, kehilangan minat
dan kegembiraan, kurang semangat, dan tidur terganggu. Keluhan tersebut dialami kurang lebih 1 bulan
ini. Pasien bercerita bahwa 1,5 bulan yang lalu di PHK. Saat ini, ia dibawa ke poliklinik oleh keluarga
karena pasien mencoba bunuh diri. Menurut keluarga, akhir – akhir ini pasien menjadi pendiam, malas
mengerjakan tugas, kadang menangis sendiri sehingga menyebabkan pekerjaan dan sosialisasi pasien
menjadi terganggu. Setelah melakukan pemeriksaan tidak ditemukan penyakit medis umum dan
pemakaian NAPZA. Kurang lebih 6 bulan yang lalu pasien pernah konsultasi ke psikiater tetapi dengan
keluhan yang berbeda saat ini. Pasien banyak bicara, lebih aktif, suka memakai pakaian berwarna
mencolok, dan memakai make up yang lebih tebal daripada biasanya. Namun, keadaan tersebut tidak
berlangsung lama dan pasien dapat Kembali bekerja seperti biasanya. Dokter menyimpulkan pasien
mengalami salah satu dari kelompok gangguan mood afektif.

STEP 1

1. Gangguan mood afektif :


 Gangguan suasana perasaan (gangguan afektif atau mood) merupakan sekelompok
gambaran klinis yang ditandai dengan berkurang atau hilangnya kontrol emosi dan
pengendalian diri. Gangguan afektif dapat berupa depresi, manik atau campuran
keduanya (bipolar).

STEP 2

1. Apa itu mood dan afek? Serta macamnya?

Sumber : Tomb, David A. 2003. Buku saku psikiatri Ed 6. EGC

 MACAM-MACAM MOOD
 Mood disforik: mood yang tidak menyenangkan
 Mood eutimik: mood dalam rentang normal
 Mood yang meluap-luap (expansive mood): ekspresi perasaan seseorang tanpa
pembatasan, seringkali dengan penilaian yang berlebihan terhadap kepentingan atau
makna seseorang
 Mood yang iritabel (irritable mood): mudah diganggu atau dibuat marah
 Pergeseran mood (mood yang labil): osilasi antara euphoria dan depresi atau
kecemasan
 Elevated mood: suasana mood yang meninggi
 Euphoria: elasi yang kuat dengan perasaan kebesaran
 Kegembiraan yang luar biasa (ecstasy): perasaan kegairahan yang kuat
 Depresi: perasaan kesedihan yang psikopatologis
 Anhedonia: hilangnya minat terhadap dan menarik diri dari semua aktivitas rutin dan
menyenangkan, sering kali disertai dengan depresi
 Dukacita atau berkabung: kesedihan yang sesuai dengan kehilangan yang nyata
 Aleksitimia: ketidakmampuan atau kesulitan dalam menggambarkan atau menyadari
emosi atau mood seseorang
SUMBER : Kaplan & Saddock, Harlock 1, Kaplan MD, Benjamin D, Saddock.” Sinopsis
Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis”..

 MACAM-MACAM AFEK
 Afek yang sesuai (appropriate affect): suatu kondisi dimana irama emosional adalah
harmonis dengan gagasan, pikiran, atau pembicaraan yang menyertai
 Afek yang tidak sesuai (inappropriate affect): ketidakharmonisan antara irama
perasaan emosional dengan gagasan, pikiran, atau pembicaraan yang menyertainya
 Afek yang tumpul (blunted affect): gangguan pada afek yang dimanifestasikan oleh
penurunan berat pada intensitas irama perasaan yang diungkapkan ke luar
 Afek yang terbatas (restricted or constricted affect): penurunan intensitas irama
perasaan yang kurang parah daripada afek yang tumpul
 Afek yang datar (flat affect): tidak adanya atau hamper tidak adanya tanda ekspresi
afek; suara yang monoton, wajah yang tidak bergerak
 Afek yang labil (labile affect): perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba-tiba, yang
tidak berhubungan dengan stimuli eksternal
SUMBER : Kaplan & Saddock, Harlock 1, Kaplan MD, Benjamin D, Saddock.” Sinopsis
Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis”..

2. Apa saja macam gangguan mood afektif? Dan gejalannya?

Menurut PPDGJ III:


 F30: Episode Manik
Saat ini dalam keadaan mania, sebelum dan sesudahnya tidak ada
 F31: gangguan afektif bipolar
Sebelumnya sudah menglami ggg afektif dulu
 F32: episode depresif
Pasien menglami suasana perasaan yang sangat depresif, kehilangan
minat dan kegembiraan
 F33: gangguan depresif berulang
Episode berulang dari depresi, biasanya ada jeda antara 2 serangan
 F34: gangguan suasana perasaan (mood/afektif) menetap
Gangguan suasana perasaan yang berfluktuasi dan menetap
 F38: gangguan suasana perasaan (mood/afektif) lainnya
 F39: gangguan suasana perasaan (mood/afektif) YTT

F. 30 EPISODE MANIK

 F30.0 Hipomania:
- Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania (F30.1),afek yang meninggi
atau berubah disertai peningkatan aktivitas menetap selama sekurang-
kurangnya beberapa hari berturut-turut ,pada suatu derajat intensitas dan
bertahan melebihi siklotimia (F34.00 ,serta tidak ada halusinasi atau waham.
- Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas social memang
sesuai dengan diagnosis hipomania,akan tetapi bila kekacauan itu berat atau
menyeluruh ,maka diagnosis mania (F30.1 atau F30.2) harus ditegakkan.
 F30.1 Mania tanpa gejala psikotik
- Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu dan cukup berat
sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan
aktivitas social yang biasa dilakukan.
- Perubahan afek harus disertai energy yang bertambah , sehingga terjadi
aktivitas berlebihan,percepatan dan kebanyakan bicara,kebutuhan tidur
berkurang, ide-ide perihal kebesaran, dan terlalu optimistik.
 F30.2 Mania dengan gejala psikotik
- Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari mania
tanpa gejala psikotik
- Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang
menjadi waham kebesaran (delusion of persecution),iritabilitas dan
kecurigaan menjadi waham kejar (delusion of persecution) .Waham dan
halusinasi sesuai dengan keadaan afek tersebut (mood-congruent).
 F30.8 Episode Manik Lainnya
 F30.9 Episode Manik YTT
EPISODE MANIK GEJALA KHAS/MENONJOL
Hipomania  Afek yang meninggi/berubah disertai
peningkatan aktifitas , menetap selama
sekurang-kurangnya beberapa hari
berturut-turut
Mania tanpa gejala psikotik  Episode berlangsung sekurang-
kurangnya 1 minggu
 Cukup berat sampai mengacaukan
seluruh pekerjaan atau hampir seluruh
aktifitas social yang biasa dilakukan
 Aktifitas yang berlebihan,percepatan &
kbanyakan bicara,keb tdr yang
berkurang, Ide-ide perihal
kebesaran/grandiose ideas dan terlalu
optimistic
Mania dengan Gejala psikotik  Gmbrn klinisnya > berat dari mania tanpa gjala
psikotik
 Harga diri yang membumbung dan gagasan
kebesaranwaham kebesaran
 Iritabilitas & kecurigaan waham kejar (delusion
of persecution)
 Waham & halusinasi sesuai dengan keadaan afek
tersebut (mood-congruent)

F. 31 GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR

F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik


 episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania
 harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik,manik,depresif,atau campuran)di masa lampau
F31.1 Gangguan afektif bipolar episode kini manik tanpa gejala psikotik
 episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala
psikotik, dan
 harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif
lain(hipomanik,manik,depresif,atau campuran)di masa lampau
F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik
 episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala
psikotik.
 harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik,manik,depresif,atau campuran)di masa lampau
F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang
 episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
ringan ataupun sedang dan
 harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,manik,atau
campuran dimasa lampau
F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik
 episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
berat tanpa gejala psikotik
 harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,manik,atau
campuran dimasa lampau.
F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik
 episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode deperesif
berat dengan gejala psikotik
 harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,manik,atau
campuran dimasa lampau.
F31.6 Gangguan afektif bipolar episode kini campuran
 episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik,hipomanik,dan
depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala
mania/hipomania dan depresi sama-sama mencolok selama masa
terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung
sekurang-kurangnya 2minggu)
 harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,manik,atau
campuran di masa lampau.

F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi


sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa
bulan terakhir ini,tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu
episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau dan
ditambah sekurang-kurangnya satu episode afektif lain.
F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya
F31.9 Gangguan afektif bipolar yang tidak tergolongkan
SUMBER : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ –
III, dr. Rusdi Maslim
F. 32 EPISODE DEPRESI
F.32.0 Episode depresi ringan

 Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama gangguan depresif


seperti tersebut di atas
 Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
 Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
 Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
 Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang dilakukannya

F 32.1 Episode depresi sedang

 Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama gangguan depresif


seperti tersebut diatas
 Ditambah sekurang-kurangnya 3 gejala lainnya sebaiknya 4
 Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
 Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
 Menghadapi kesulitan nyata dalam meneruskan kegiatan dan kegiatan
sosial,

F32.2 Episode Depresif berat tanpa gejala psikotik


Pedoman Diagnostik
 Semua 3 gejala utama gangguan depresif harus ada
 Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa diantaranya harus
berintensitas berat
 Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikometer) yang mencolok,
maka penderita mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak
gejalanya secara rinci.
 Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode gangguan depresif
berat masih dapat dibenarkan
 Episode depresi biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu,
akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan
untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu
• Sangat tidak mungkin penderita akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau
rumah tangga kecuali pada tarif yang sangat terbatas.

F32.3 EPISODE DEPRESI BERAT DENGAN GEJALA PSIKOTIK


Pedoman Diagnostik
 Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut diatas
 Disertai waham, halusinasi atau stupor. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa,
kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan penderita merasa bertanggung
jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang
menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi
psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor
Jika diperlukan, waham atau halusisnasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan
afek (mood congruent).

F32.8 Episode Depresif Lainnya


F 32.9 Episode Depresif YTT
SUMBER : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ –
III, dr. Rusdi Maslim
EPISODE DEPRESIF GJALA KHAS/MENCOLOK
RINGAN  Sekurang-kurangnya ada 2 dari 3 gjala
utama depresi
 Ditambah sekurang-kurangnya 2 gjala
lainnya
tdk ada yg berat diantaranya
minimal berlangsung 2 minggu
 Hanya sedikit kesulitan dlm pekerjaan
dan kegiatan social yang biasa
dilakukan
SEDANG  Sekurang-kurangnya ada 2 dari 3
gjala utama depresi
 Ditambah sekurang-kurangnya 3 (&
sebaiknya 4)dari gejala lainnya
minimal berlangsung 2 minggu
 Menghadapi kesulitan nyata untuk
meneruskan keg.sosial,pekerjaan
dan urusan rumah tangga
BERAT tanpa Gjala Psikotik  Semua 3 gjala utama depresi harus
ada
 Ditambah sekurang-kurangnya 4
dari gjala lainnya, dan beberapa
diantaranya harus berintensitas
berat
berlangsung minimal 2 minggu
atau < bila gjala amat berat dan
beronset sangat ceoat
 Sangat tdk mungkin pasient
mampu meneruskan
kegiatan
social,pekerjaan/urusan
rumah tangga kcuali pd taraf
yg sangat terbatas
BERAT dengan gjala Psikotik  Sama sperti pd episode
depresif berat tanpa gjala
psikotik tapi disertai
waham, halusinasi atau
stupor depresif
waham
biasnyamelibatkan ide ttg
dosa,kemiskinan/malapetaka
yg mengancam dan pasien
merasa bertanggung jwb
atas itu smua.
halusinasi
auditorik/olfactorik berupa
suara yg
menghina/menuduh/bau
kotoran/daging membusuk
F. 33 GANGGUAN DEPRESIF BERULANG
F.33 GANGGUAN DEPRESIF BERULANG
Pedoman Diagnostik
• Gangguan ini bersifat dengan episode berulang dari :
o Episode depresif ringan (F32.0)
o Episode depresif sedang (F32.1
o Episode depresif berat(F32.2 dan F32.3)
Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan akan tetapi frekuensinya lebih
jarang dibandingkan dengan gangguan bipolar
• Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian afek dan hiperaktivitas yang
memenuhi kriteria mania (F30.1 dan F30.2) Namun kategori ini tetap harus digunakan jika
ternyata ada episode singkat dari peninggian afek dan hiperaktivitas ringan yang
memenuhi kriteria hipomania (F30.0) segera sesudah suatu episode depresi (kadang-kadang
tampaknya dicetuskan oleh tindakan pengobatan depresi)
• Pemulihan keadaan biasanya sempurna di antara episode, namun sebagian kecil penderita
mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap, terutama pada lanjut usia (untuk
keadaan ini, kategori ini harus tetap digunakan)
• Episode masing-masing, dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali dicetuskan oleh
peristiwa kehidupan yang penuh stres atau trauma mental lain (adanya stres tidak esensial
untuk penegakkan diagnosis)
F33.0 GANGGUAN GANGGUAN DEPRESIF BERULANG, EPISODE KINI RINGAN

Untuk Diagnosis pasti :


1 Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33) harus dipenuhi dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi ringan (F32.0), dan
2 sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang
bermakna.

Karakter Kelima F.33.00 = Tanpa gejala somatik


F.33.01 = Dengan gejala somatik

F33.1 GANGGUAN DEPRESIF BERULANG, EPISODE KINI SEDANG


Pedoman Diagnostik
• Untuk Diagnosis pasti :
a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33) harus dipenuhi dan episode sekarang
harus memenuhi kriteria untuk episode depresi sedang (F32.1) , dan
b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2
minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna

F33.2 GANGGUAN DEPRESIF BERULANG, EPISODE KINI BERAT TANPA GEJALA


PSIKOTIK
Pedoman Diagnostik
• Untuk Diagnosis pasti :
a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33) harus dipenuhi dan episode sekarang harus
memenuhi kriteria untuk episode depresi berat tanpa gejala psikotik (F32.2 ) dan
b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2
minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.

F33.3 GANGGUAN DEPRESIF BERULANG, EPISODE KINI BERAT DENGAN


GEJALA PSIKOTIK
Pedoman Diagnostik
• Untuk Diagnosis pasti :
a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33) harus dipenuhi dan episode sekarang
harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3) dan
b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2
minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.

F33.4 GANGGUAN DEPRESIF BERULANG, KINI DALAM REMISI


Pedoman Diagnostik
• Untuk Diagnosis pasti :
a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33,-) harus dipenuhi dan episode sekarang
seharusnya tidak memenuhi kriteria untuk episode depresi dengan derajat keparahan
apapun atau gangguan lain apapun dalam F30 – F39. dan
b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2
minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.
F33.8 Gangguan depresif berulang lainnya
F33.9 Gangguan depresif berulang YTT
SUMBER : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ –
III, dr. Rusdi Maslim

F. 34 GANGGUAN SUASANA PERASAAN (MOOD [AFEKTIF]) MENETAP


 F34.0 Siklotimia
 Ciri esensial ialah ketidak-stabilan menetap dari afek (suasana
perasaan), meliputi banyak periode depresi ringan dan hipomania
ringan, diantaranya tidak ada yang cukup parah atau cukup lama
untuk memenuhi kriteria gangguan afektif bipolar (F31.-) atau
gangguan depresi berulang (F33.-)
 Setiap episode alunan afektif (mood swings) tidak memenuhi kriteria
untuk kategori mana pun yang disebut dalam episode manik (F30.-)
atau episode depresi (F32.-)
 Diagnosis banding : Gangguan afektif bipolar (F31.-)
Gangguan depresi berulang (F33.-)

 F34.1 Distimia
 Ciri esensial ialah afek depresi yang berlangsung sangat lama yang
tidak pernah atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi
kriteria gangguan depresif berulang ringan atau sedang (F33.0 atau
F33.1)
 Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung
sekurang-kurangnya beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka waktu
tidak terbatas. Jika onsetnya pada usia lebih lanjut, gangguan ini seringkali
merupakan kelanjutan suatu episode depresif tersendiri (f32.) dan
berhubungan dengan masa berkabung atau stres lain yang tampak jelas.
 Diagnosis Banding : Gangguan campuran anxietas-depresi (F41.2)
Reaksi depresi berkepanjangan (F43.21)
Skizofrenia residual (F20.5)

 F34.8 Gangguan Afektif Menetap Lainnya


 Kategori sisa untuk gangguan afektif menetap yang tidak cukup parah atau
berlangsung cukup lama untuk memenuhi kriteria siklotimia (34.0) atau
distimia (34.1), namun secara klinis bermakna.

 F34.9 Gangguan Afektif Menetap YTT


SUMBER : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ –
III, dr. Rusdi Maslim

F. 38 GANGGUAN SUASANA PERASAAN (MOOD [AFEKTIF]) LAINNYA


 F38.0 Gangguan Afektif Tunggal Lainnya
 F38.00 = Episode afektif campuran
Episode afektif yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu
yang bersifat campuran atau pergantian cepat ( biasanya dalam
beberapa jam) antara gejala hipomanik, manik, dan depresif.

 F38.1 Gangguan Afektif Berulang Lainnya


 F38.10 = Gangguan depresif singkat berulang
Episode depresif singkat yang berulang, muncul kira-kira sekali
sebulan selama satu tahun yang lampau.
Semua episode depresif masing-masing berlangsung kurang dari 2
minggu (yang khas ialah 2-3 hari, dengan pemulihan sempurna) tetapi
memenuhi kriteria simtomatik untuk episode depreasif ringan,
sedang, atau berat (F32.0, F32.1, F32.2)
Diagnosis Banding : Distimia (F34.1)
Episode depresif berkaitan dengan menstruasi
(F38.8)

 F.38.8 Gangguan Afektif Lainnya YDT


 Merupakan kategori sisa utuk gangguan afektif yang tidak memenuhi
kriteria untuk kategori mana pun dari F.30 – F38.1

 F38.9 Gangguan Afektif YTT


 Untuk dipakai hanya sebagai langkah terakhir, jika tak ada istilah lain
yang dapat digunakan
 Termasuk : psikosis afektif YTT

SUMBER : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ –
III, dr. Rusdi Maslim

F. 39 GANGGUAN SUASANA PERASAAN (MOOD [AFEKTIF]) YTT


SUMBER : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ – III, dr.
Rusdi Maslim
3. Mengapa pasien mengeluh merasa sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, kurang semangat,
dan tidur terganggu yang dialami kurang lebih 1 bulan?
 Pasien mengeluh merasa sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, kurang semangat
Depresi, karena ada stressor psikososial salah satunya yakni pekerjaan  karena
pasien ada Riwayat di PHK 1,5 bulan yang lalu
 Stressor psikososial : Setiap keadaan atau peristiwa yang menyebbkan perubahan
dalam kehidupan seseorang sehingga orang tersebut dipaksa untuk adaptasi untuk
menanggulanginya.
Sumber : Hawari, Dadang. Manajemen Stress dan Depresi. Balai Penerbit FKUI. 2011

 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kelainan pada GABA mungkin berperan


gangguan mood yang parah. Sebagai neurotransmitter penghambat, GABA memfasilitasi
koordinasi aktivitas kortikal yang dapat mempengaruhi kemampuan pemrosesan kognitif.
Dengan demikian perubahan pada sistem GABAergic dapat menyebabkan gangguan
pada pasien gangguan bipolar (Roscoe et al., 2013). Pada pasien bipolar mengalami
penurunan kadar GABA pada CSF, penurunan ini menyebabkan peningkatan kecemasan
psikis dan depresi berat. GABA merupakan hasil dari sintesis glutamat yang di katalis
oleh GAD (Glutamat dekarboksilase) (Katzung et al., 2012). Setelah terjadinya
eksositosis, GABA akan berdifusi dari presinap menuju celah sinap dan berikatan dengan
reseptornya kemudian GABA akan direuptake menuju presinap dan diuptake menuju glia
oleh GAT-1/2/3, peningkatan uptake akan mengakibatkan penurunan GABA pada celah
sinap, efek dari penurunan GABA akan memicu terjadinya gangguan bipolar dengan
episode depresi (Daniele et al., 2012).

 GANGGUAN TIDUR

Pola tidur pasien depresi berbeda dengan pola tidur pasien tidak depresi. Pada depresi
terjadi gangguan pada setiap stadium siklus tidur. Efisiensi tidurnya buruk, tidur
gelombang pendek menurun, latensi REM juga turun, serta peningkatan aktivitas
REM.

SUMBER : Gangguan Tidur pada Lanjut Usia Diagnosis dan Penatalaksanaan. Nurmiati
Amir. Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Cermin Dunia
Kedokteran No. 157, 2007.

 Gangguan mood yang dialami oleh seseorang ini umumnya dapat dilihat dari
pertambahan jam tidur yang semakin meningkat. Dan dalam beberapa tahun telah
diketahui bahwa gangguan tidur merupakan salah satu pertanda bagi kebanyakan
gangguan perasaan. Hal ini terjadi karena, pada orang-orang yang mengalami depresi
hanya ada waktu yang lebih pendek secara signifikan sepelum repid eye movement
(REM) sleep dimulai. REM sleep atau non-REM sleep. Pada saat seseorang tetidur,
mereka akan melalui beberapa subtahapan tidur yang secara progresif menjadi lebih
nyenyak, di mana pada saat itu mereka mencapai tingkat istirahat yang sesungguhnya.
Pada prosesnya, setelah 90 menit seseorang mulai mengalami REM sleep, di mana otak
terjaga dan kita mulai bermimpi. Mata akan bergerak maju-mundur dengan cepatdi
balik kelopak mata, sehingga dinamai dengan repid eye movement sleep. Dan ketika
semakin larut, maka banyaknya REM sleep akan semakain bertambah. Sedangkan, pada
orang yang menderita depresi akan kehilangan tidur gelombang-lambat mereka. Selain
memasuki periode REM sleep yang jumlah yang jauh lebih cepat, orang dengan depresi
ini akan mengalami aktvitas REM yang lebih intens. Tak hanya itu, tahapan tidur yang
paling nyenyak hanya berlangsung pendek atau bahkan tidak terjadi sama sekali. Karena
ada beberapa karakteristik tidur hanya terjadi pada saat seseorang sedang mengalami
depresi dan tidak terjadi pada saat lainnya.

SUMBER : Davidson, Gerald C., Neale, John M., danKring, Ann M. 2006, Psikoloogi Abnormal,
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

4. Apa hubungan keluhan pasien dengan Riwayat pasien di PHK 1,5 bulan yang lalu?
 PHK 1,5 bulan yang lalu  termasuk stressor psikososial
 Pasien mengeluh merasa sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, kurang semangat
Depresi, karena ada stressor psikososial salah satunya yakni pekerjaan  karena
pasien ada Riwayat di PHK 1,5 bulan yang lalu
 Stressor psikososial : Setiap keadaan atau peristiwa yang menyebbkan perubahan
dalam kehidupan seseorang sehingga orang tersebut dipaksa untuk adaptasi untuk
menanggulanginya.
Sumber : Hawari, Dadang. Manajemen Stress dan Depresi. Balai Penerbit FKUI. 2011

5. Mengapa pasien mencoba bunuh diri?


 Data yang dilaporkan paling konsisten dengan hipotesis bahwa gangguan depresi berat
berhubungan dengan disregulasi heterogen pada amin biogenik ( norepinefrin dan
serotonin ). Penurunan serotonin dapat encetuskan depresi, dan pada beberapa pasien
yang bunuh diri memiliki konsentrasi metabolik serotonin di dalam cairan serebrospinal
yang rendah serta konsentrasi tempat ambilan serotonin yang rendah di trombosit.
SUMBER : Sinopsis Psikiatri, Kaplan & Sadock ed. 7 jilid satu
 Penelitian mengimplikasikan pada tingkat serotonin yang rendah dalam etiologi
gangguan suasana perasaan. Hal ini dikarenakan, fungsi primer serotonin adalah
mengatur reaksi-reaksi emosional pada manusia. 18 Dalam hipotesis “permisif”
penelitian ini mengatakan bahwa ketika tingkat serotonin rendah, neurotransmitter
lainnya diizinkan (mood irregularities), termasuk depresi. Anjloknya norepineferin akan
menjadi salah satu akibat terjadinya gangguan mood.

6. Mengapa pasien akhir-akhir ini menjadi pendiam, malas mengerjakan tugas, kadang menangis
sendiri sehingga menyebabkan pekerjaan dan sosialisasi pasien menjadi terganggu?

7. Apa hubungan Riwayat 6 bulan yang lalu pasien banyak bicara, lebih aktif, suka memakai
pakaian berwarna mencolok, dan memakai make up yang lebih tebal daripada biasanya?

 Meskipun norepinefrin dan serotonin adalah amina biogenik yang paling sering dikaitkan
dengan patofisiologi depresi, dopamin juga berperan dalam gangguan mood. Data
menunjukkan pada gangguan bipolar, terjadinya penurunan dopamin akan menyebabkan
terjadinya episode depresi, sebaliknya peningkatan dari dopamin akan menyebabkan
terjadinya episode mania.

8. Apa hubungan Riwayat tidak ditemukannya Riwayat medis umum dan penggunaan NAPZA pada
scenario?
9. Bagaimana px dan px penunjang dari scenario?
 Ada di nomer 2 bruw
10. Apa dx dan dd?
 Dx: gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik
 DD: episode depresif, ringan, sedang, berat

11. Apa etiologi dan factor resiko dari scenario?


Faktor Biologi
 Amina Biogenik
Pada amina biogenik, norepinefrin dan serotonin adalah dua neurotransmitter yang paling terlibat
dalam patofisiologi gangguan mood (Sadock et al., 2015). 2.4.1.1.1 Norepinefrin Serangkaian
penelitian mengatakan bahwa kekurangan norepinefrin dapat menyebabkan depresi (Tasman et
al., 2015). Norepinefrin melepaskan hormon dari bagian limbik otak kemudian akan memberi
sinyal pada hormon lainnya, hal ini dapat meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan denyut
jantung, serta meningkatkan metabolisme (Slate et al., 2017). Korelasi yang disarankan oleh
sebuah studi ilmiah dasar antara downregulation atau penurunan sensitivitas reseptor β-adrenergik
dan respons antidepresan klinis menunjukkan peran langsung sistem noradrenergik dalam depresi.
Bukti lain juga melibatkan reseptor β2- 11 presinaptik dalam depresi karena aktivasi reseptor ini
menyebabkan penurunan jumlah norepinefrin yang dilepaskan, penurunan ini akan menyebabkan
terjadinya depresi (Sadock et al., 2015).
 Serotonin
Pada manusia, seretonin (5-HT, 5-hidroksitriptamin, 3-[-aminoetil]-5- hidrosiindol) ditemukan
pada sel enterokromafin di seluruh saluran GI, pada granul penyimpanan di platelet, serta
disepanjang sistem saraf pusat (SSP). Seretonin disentesis melalui 2 tahap jalur dari triptofan dan
triptofan hidroksilase. Triptofan hidroksilase diotak biasanya tidak terjenuhkan oleh substrat
sehingga konsentrasi triptofan dalam otak memengaruhi sintesis seretonin (Brunton et al., 2010).
Serotonin ditemukan di sebagian besar otak. Neurotransmiter dari dalam otak ke bagian luar
korteks frontal. Reseptor neuron serotonin ditemukan di daerah otak utama yang terkait dengan
penyakit bipolar seperti sistem limbik (terutama amigdala, hipokampus, dan cingulate), lobus
frontal, korteks frontal, dan batang otak. Selain itu, serotonin bergerak melalui thalamus, yang
ditemukan hampir di pusat otak. Talamus penting dalam gangguan mood karena ia menerima, dan
sebagian memproses, sensasi yang diciptakan oleh daerah otak kunci dan meneruskan pesan yang
berinteraksi ke lobus frontal dan korteks, di mana mereka bipolar diproses menjadi fungsi dan
perilaku eksekutif (Taylor E, 2006).
 Dopamin Meskipun norepinefrin dan serotonin adalah amina biogenik yang paling sering
dikaitkan dengan patofisiologi depresi, dopamin juga berperan dalam gangguan mood. Data
menunjukkan pada gangguan bipolar, terjadinya penurunan dopamin akan menyebabkan
terjadinya episode depresi, sebaliknya peningkatan dari dopamin akan menyebabkan terjadinya
episode mania. Dua teori terbaru tentang dopamine dan depresi adalah bahwa jalur dopamin
mesolimbik mungkin tidak berfungsi secara normal dalam depresi dan bahwa reseptor dopamin
D1 mungkin kurang aktif dalam depresi (Sadock et al., 2015).
 Gangguan Neurotransmiter Lainnya GABA (Asam Gamma-Aminobutirat) adalah
neurotransmitter inhibisi utama di CNS. GABA disintesis di otak dari siklus Krebs antara α-
ketoglutarat, yang ditransaminasi ke glutamat oleh GABA-T. GABA kemudian terbentuk dari 12
glutamat oleh enzim GAD; kehadiran GAD di neuron karena itu menggambarkan neuron yang
menggunakan GABA sebagai pemancar (Brunton et al., 2018). GABA memiliki efek
penghambatan pada jalur monoamina, terutama sistem mesokortikal dan mesolimbik.
Pengurangan GABA telah diamati pada tingkat plasma, CSF, dan GABA otak dalam depresi.
Penelitian pada hewan juga menemukan bahwa stres kronis dapat menurunkan kadar GABA.
Sebaliknya, reseptor GABA diregulasi oleh antidepresan, dan beberapa obat GABAergik
memiliki efek antidepresan yang lemah. (Sadock et al., 2015).
Faktor Genetik

 Studi Keluarga
Data keluarga menunjukkan bahwa jika salah satu orang tua memiliki gangguan mood, seorang
anak akan memiliki risiko antara 10 dan 25 persen untuk gangguan mood. Jika kedua orang
tuanya terpengaruh, risiko ini akan meningkat dua kali lipat. Semakin banyak anggota keluarga
yang terpengaruh, semakin besar risikonya bagi seorang anak. Risikonya lebih besar jika anggota
keluarga yang terkena adalah kerabat tingkat pertama daripada kerabat yang jauh (Sadock et al.,
2015).
 Studi Adopsi
Studi adopsi memberikan alternatif untuk memisahkan faktor genetik dan lingkungan keluarga
dalam penularan. Satu penelitian besar menemukan peningkatan tiga kali lipat dalam tingkat
gangguan bipolar dan peningkatan dua kali lipat pada gangguan unipolar pada keluarga biologis
dari pengguna bipolar (Sadock et al., 2015).
 Studi Kembar
Studi kembar memberikan pendekatan yang paling kuat untuk memisahkan genetik dari faktor
lingkungan. Data kembar memberikan bukti yang meyakinkan bahwa gen hanya menjelaskan 50
hingga 70 persen etiologi gangguan suasana hati. Lingkungan atau faktor lain merupakan sisanya.
Studi ini menemukan tingkat konkordansi untuk gangguan mood pada kembar monozigotik (MZ)
dari 70 hingga 90 persen dibandingkan dengan kembar yang sama-seks dizigotik (DZ) 16 hingga
35 persen (Sadock et al., 2015).

Faktor Psikososial

 Riwayat Hidup dan Stres Lingkungan


Observasi klinis menemukan bahwa peristiwa kehidupan yang penuh stres lebih sering
mengalami episode pertama gangguan mood. Sebuah teori menjelaskan bahwa stres yang
menyertai episode pertama menghasilkan perubahan-perubahan 14 jangka panjang dalam biologi
otak. Perubahan-perubahan yang tahan lama ini dapat mengubah keadaan fungsional dari
berbagai neurotransmitter dan sistem sinyal intraneuronal, perubahan yang bahkan mungkin
termasuk hilangnya neuron dan pengurangan berlebihan pada kontak sinaptik. Akibatnya,
seseorang memiliki risiko tinggi mengalami episode gangguan mood berikutnya, bahkan tanpa
stressor eksternal (Sadock et al., 2015).
 Faktor Psikodinamik dalam Mania
Sebagian besar teori mania memandang episode mania sebagai pertahanan terhadap depresi yang
mendasarinya. Lewin menganggap ego pasien mania itu diliputi oleh dorongan yang
menyenangkan, seperti seks, atau oleh impuls yang ditakuti, seperti agresi. Klein juga melihat
mania sebagai reaksi defensif terhadap depresi, menggunakan pertahanan manik seperti
kemahakuasaan, di mana orang mengembangkan delusi keagungan (Sadock et al., 2015).

Teori Depresi Lainnya

 Teori Kognitif
Aaron Beck mempostulatkan tiga kognitif depresi yang terdiri dari (1) pandangan diri sendiri
tentang suatu ajaran diri yang negatif, (2) tentang kecenderungan yang menginginkan dunia untuk
bermusuhan, dan (3) tentang harapan penderitaan serta kegagalan masa depan (Sadock et al.,
2015).
 Teori Ketidakberdayaan
Teori ketidakberdayaan yang dipelajari dari depresi menghubungkan fenomena depresif dengan
pengalaman peristiwa yang tak dapat dikendalikan. Behavioris menekankan bahwa peningkatan
depresi bergantung pada pembelajaran pasien, rasa kontrol dan penguasaan lingkungan (Sadock
et al., 2015).

12. Bagaimana tatalaksana dari scenario?



Pengobatan
Pemberian antidepresian yang dapat membantu memgontrol gejala dan
mempertahankan fungsi neurotransmitter. Ada 4 tipe antidepresian yang
sering digunakan, yaitu :
A. Trisiklik (Tofranil, Elavil)
Trisiklik ini berfungsi untuk memberikan efek dengan mendesentralisasi
norepinefferin.
B. Monamine Oxidase Inhibitors (MAOIs)
22
MAOIs ini berfungsi untuk memblokir enzim MAO yang memogokkan
neurotransmitter seperti norepinefrin dan serotonin.
C. Selective Serotogenic Reuptake Inhibitors (SSRIs)
aSSRIs ini secara spesifik memblokir reuptake serotonin pra-sinaptik.
Dan secara temporer menaikkan level serotonin dibagian reseptornya.
D. Lithium
Lithium ini merupakan garam yang dapat ditemukan dalam kandungan air
minum yang kadar jumlahnya sangat kecil hingga tidak memberikan efek
apapun. Lithium sendiri memiliki sebuah keunggulan yang
membedakannya dari antidepresan lainnya. Karena, substansinya lebih
sering efektif untuk mencegah dan menangani episode-episode manic.
2. Terapi Kognitif-Behavioral
Dalam prosees terapi ini klien diajarkan untuk menelaah secara cermat
cara berfikir mereka saat mereka depresi dan untuk menengarai kesalahankesalahan “depresif”
dalam berpikir. Tak hanya itu, klien juga diajarkan bahwa
kesalahan dalam berfikir dapa menyebabkan depresi secara langsung. Dan
penanganannya melibatkan tindakan mengkoreksi kesalahan-kesalahan berpikir
dan menggantinya dengan pemikiran dan penilaian yang kurang menyebabkan
depresi dan (mungkin) lebih relistis.
3. Psikoterapi Interpersonal (IPT / Interpersonal Psychotheraphy)
IPT atau Psikoterapi Interpersonal ini memfokuskan pada penyelesaian
berbagai masalah dalam hubungan yang sudah ada dan belajar membangun
hubungan-hubungan interpersonal yang penting dan baru. Dalam proses IPT ini
sangat terstruktur. Pada proses awal terapis harus mengidentifikasi berbagai
stressor yang mungkin mencetuskan depresi. Setelah itu, terapis
23
mengklasifikasikan dan mendefinisikan sebuah perselisihan interpersonal.
Setelah itu, mencari penyelesaiannya dengan :
a. Tahap negosiasi
b. Tahap jalan bunyu
c. Tahap resolusi
4. ECT (Elektrokonvulsif dan Simulasi Magnetik Transkranial/ TMS)
ECT adalah penangan yang cukup aman dan efektif untuk depresi berat
yang tidak menunjukkan perbaikan dengan penanganan bentuk lain. ECT
merupakan bentuk penanganan yang dalam pengadministrasiannya pasien diberi
anestsesi/ obat bius untuk mengurangi perasaan tidak nyaman dan diberikan
obat perelaks otot untuk mencegah kerusakan tulang akibat konvulsi selama
sizure (Kejang-kejang). Kemudian listrik diadministrasikan secara langsung
melalui otak selama kurang dari satu detik. Bentuk penanganan ECT ini
terbukti untuk menaikkan lever serotonin, memblokir hormone-hormon stress
dan membantu terjadinya neurogenesis dalam hipokampus.
Sedangkan TMS (Transcrantial Magnetic Simulation) bekerja dengan cara
menempatkan sebuah gulungan magnetic diatas kepala untuk membangkitkan
denyut elektromagnetik yang dialokasikan dengan tepat. Dalam penanganan ini
anastesi tidak dibutuhkan karena, efek sampingnya biasanya terbatas dalam
bentuk sakit kepala.
TMS dan ECT ini sama-sama efektif untuk pasien-pasien dengan depresi
berat atau depresi psikotik yang resisten dengan penanganan (belum
menunjukkan respons terhadap obat atau penanganan psikologis) (Durand,
2006: 311-318)

Anda mungkin juga menyukai