SKENARIO
Seorang karyawati, usia 23 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan merasa sedih, kehilangan minat
dan kegembiraan, kurang semangat, dan tidur terganggu. Keluhan tersebut dialami kurang lebih 1 bulan
ini. Pasien bercerita bahwa 1,5 bulan yang lalu di PHK. Saat ini, ia dibawa ke poliklinik oleh keluarga
karena pasien mencoba bunuh diri. Menurut keluarga, akhir – akhir ini pasien menjadi pendiam, malas
mengerjakan tugas, kadang menangis sendiri sehingga menyebabkan pekerjaan dan sosialisasi pasien
menjadi terganggu. Setelah melakukan pemeriksaan tidak ditemukan penyakit medis umum dan
pemakaian NAPZA. Kurang lebih 6 bulan yang lalu pasien pernah konsultasi ke psikiater tetapi dengan
keluhan yang berbeda saat ini. Pasien banyak bicara, lebih aktif, suka memakai pakaian berwarna
mencolok, dan memakai make up yang lebih tebal daripada biasanya. Namun, keadaan tersebut tidak
berlangsung lama dan pasien dapat Kembali bekerja seperti biasanya. Dokter menyimpulkan pasien
mengalami salah satu dari kelompok gangguan mood afektif.
STEP 1
STEP 2
MACAM-MACAM MOOD
Mood disforik: mood yang tidak menyenangkan
Mood eutimik: mood dalam rentang normal
Mood yang meluap-luap (expansive mood): ekspresi perasaan seseorang tanpa
pembatasan, seringkali dengan penilaian yang berlebihan terhadap kepentingan atau
makna seseorang
Mood yang iritabel (irritable mood): mudah diganggu atau dibuat marah
Pergeseran mood (mood yang labil): osilasi antara euphoria dan depresi atau
kecemasan
Elevated mood: suasana mood yang meninggi
Euphoria: elasi yang kuat dengan perasaan kebesaran
Kegembiraan yang luar biasa (ecstasy): perasaan kegairahan yang kuat
Depresi: perasaan kesedihan yang psikopatologis
Anhedonia: hilangnya minat terhadap dan menarik diri dari semua aktivitas rutin dan
menyenangkan, sering kali disertai dengan depresi
Dukacita atau berkabung: kesedihan yang sesuai dengan kehilangan yang nyata
Aleksitimia: ketidakmampuan atau kesulitan dalam menggambarkan atau menyadari
emosi atau mood seseorang
SUMBER : Kaplan & Saddock, Harlock 1, Kaplan MD, Benjamin D, Saddock.” Sinopsis
Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis”..
MACAM-MACAM AFEK
Afek yang sesuai (appropriate affect): suatu kondisi dimana irama emosional adalah
harmonis dengan gagasan, pikiran, atau pembicaraan yang menyertai
Afek yang tidak sesuai (inappropriate affect): ketidakharmonisan antara irama
perasaan emosional dengan gagasan, pikiran, atau pembicaraan yang menyertainya
Afek yang tumpul (blunted affect): gangguan pada afek yang dimanifestasikan oleh
penurunan berat pada intensitas irama perasaan yang diungkapkan ke luar
Afek yang terbatas (restricted or constricted affect): penurunan intensitas irama
perasaan yang kurang parah daripada afek yang tumpul
Afek yang datar (flat affect): tidak adanya atau hamper tidak adanya tanda ekspresi
afek; suara yang monoton, wajah yang tidak bergerak
Afek yang labil (labile affect): perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba-tiba, yang
tidak berhubungan dengan stimuli eksternal
SUMBER : Kaplan & Saddock, Harlock 1, Kaplan MD, Benjamin D, Saddock.” Sinopsis
Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis”..
F. 30 EPISODE MANIK
F30.0 Hipomania:
- Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania (F30.1),afek yang meninggi
atau berubah disertai peningkatan aktivitas menetap selama sekurang-
kurangnya beberapa hari berturut-turut ,pada suatu derajat intensitas dan
bertahan melebihi siklotimia (F34.00 ,serta tidak ada halusinasi atau waham.
- Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas social memang
sesuai dengan diagnosis hipomania,akan tetapi bila kekacauan itu berat atau
menyeluruh ,maka diagnosis mania (F30.1 atau F30.2) harus ditegakkan.
F30.1 Mania tanpa gejala psikotik
- Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu dan cukup berat
sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan
aktivitas social yang biasa dilakukan.
- Perubahan afek harus disertai energy yang bertambah , sehingga terjadi
aktivitas berlebihan,percepatan dan kebanyakan bicara,kebutuhan tidur
berkurang, ide-ide perihal kebesaran, dan terlalu optimistik.
F30.2 Mania dengan gejala psikotik
- Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari mania
tanpa gejala psikotik
- Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang
menjadi waham kebesaran (delusion of persecution),iritabilitas dan
kecurigaan menjadi waham kejar (delusion of persecution) .Waham dan
halusinasi sesuai dengan keadaan afek tersebut (mood-congruent).
F30.8 Episode Manik Lainnya
F30.9 Episode Manik YTT
EPISODE MANIK GEJALA KHAS/MENONJOL
Hipomania Afek yang meninggi/berubah disertai
peningkatan aktifitas , menetap selama
sekurang-kurangnya beberapa hari
berturut-turut
Mania tanpa gejala psikotik Episode berlangsung sekurang-
kurangnya 1 minggu
Cukup berat sampai mengacaukan
seluruh pekerjaan atau hampir seluruh
aktifitas social yang biasa dilakukan
Aktifitas yang berlebihan,percepatan &
kbanyakan bicara,keb tdr yang
berkurang, Ide-ide perihal
kebesaran/grandiose ideas dan terlalu
optimistic
Mania dengan Gejala psikotik Gmbrn klinisnya > berat dari mania tanpa gjala
psikotik
Harga diri yang membumbung dan gagasan
kebesaranwaham kebesaran
Iritabilitas & kecurigaan waham kejar (delusion
of persecution)
Waham & halusinasi sesuai dengan keadaan afek
tersebut (mood-congruent)
F34.1 Distimia
Ciri esensial ialah afek depresi yang berlangsung sangat lama yang
tidak pernah atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi
kriteria gangguan depresif berulang ringan atau sedang (F33.0 atau
F33.1)
Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung
sekurang-kurangnya beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka waktu
tidak terbatas. Jika onsetnya pada usia lebih lanjut, gangguan ini seringkali
merupakan kelanjutan suatu episode depresif tersendiri (f32.) dan
berhubungan dengan masa berkabung atau stres lain yang tampak jelas.
Diagnosis Banding : Gangguan campuran anxietas-depresi (F41.2)
Reaksi depresi berkepanjangan (F43.21)
Skizofrenia residual (F20.5)
SUMBER : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ –
III, dr. Rusdi Maslim
GANGGUAN TIDUR
Pola tidur pasien depresi berbeda dengan pola tidur pasien tidak depresi. Pada depresi
terjadi gangguan pada setiap stadium siklus tidur. Efisiensi tidurnya buruk, tidur
gelombang pendek menurun, latensi REM juga turun, serta peningkatan aktivitas
REM.
SUMBER : Gangguan Tidur pada Lanjut Usia Diagnosis dan Penatalaksanaan. Nurmiati
Amir. Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Cermin Dunia
Kedokteran No. 157, 2007.
Gangguan mood yang dialami oleh seseorang ini umumnya dapat dilihat dari
pertambahan jam tidur yang semakin meningkat. Dan dalam beberapa tahun telah
diketahui bahwa gangguan tidur merupakan salah satu pertanda bagi kebanyakan
gangguan perasaan. Hal ini terjadi karena, pada orang-orang yang mengalami depresi
hanya ada waktu yang lebih pendek secara signifikan sepelum repid eye movement
(REM) sleep dimulai. REM sleep atau non-REM sleep. Pada saat seseorang tetidur,
mereka akan melalui beberapa subtahapan tidur yang secara progresif menjadi lebih
nyenyak, di mana pada saat itu mereka mencapai tingkat istirahat yang sesungguhnya.
Pada prosesnya, setelah 90 menit seseorang mulai mengalami REM sleep, di mana otak
terjaga dan kita mulai bermimpi. Mata akan bergerak maju-mundur dengan cepatdi
balik kelopak mata, sehingga dinamai dengan repid eye movement sleep. Dan ketika
semakin larut, maka banyaknya REM sleep akan semakain bertambah. Sedangkan, pada
orang yang menderita depresi akan kehilangan tidur gelombang-lambat mereka. Selain
memasuki periode REM sleep yang jumlah yang jauh lebih cepat, orang dengan depresi
ini akan mengalami aktvitas REM yang lebih intens. Tak hanya itu, tahapan tidur yang
paling nyenyak hanya berlangsung pendek atau bahkan tidak terjadi sama sekali. Karena
ada beberapa karakteristik tidur hanya terjadi pada saat seseorang sedang mengalami
depresi dan tidak terjadi pada saat lainnya.
SUMBER : Davidson, Gerald C., Neale, John M., danKring, Ann M. 2006, Psikoloogi Abnormal,
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
4. Apa hubungan keluhan pasien dengan Riwayat pasien di PHK 1,5 bulan yang lalu?
PHK 1,5 bulan yang lalu termasuk stressor psikososial
Pasien mengeluh merasa sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, kurang semangat
Depresi, karena ada stressor psikososial salah satunya yakni pekerjaan karena
pasien ada Riwayat di PHK 1,5 bulan yang lalu
Stressor psikososial : Setiap keadaan atau peristiwa yang menyebbkan perubahan
dalam kehidupan seseorang sehingga orang tersebut dipaksa untuk adaptasi untuk
menanggulanginya.
Sumber : Hawari, Dadang. Manajemen Stress dan Depresi. Balai Penerbit FKUI. 2011
6. Mengapa pasien akhir-akhir ini menjadi pendiam, malas mengerjakan tugas, kadang menangis
sendiri sehingga menyebabkan pekerjaan dan sosialisasi pasien menjadi terganggu?
7. Apa hubungan Riwayat 6 bulan yang lalu pasien banyak bicara, lebih aktif, suka memakai
pakaian berwarna mencolok, dan memakai make up yang lebih tebal daripada biasanya?
Meskipun norepinefrin dan serotonin adalah amina biogenik yang paling sering dikaitkan
dengan patofisiologi depresi, dopamin juga berperan dalam gangguan mood. Data
menunjukkan pada gangguan bipolar, terjadinya penurunan dopamin akan menyebabkan
terjadinya episode depresi, sebaliknya peningkatan dari dopamin akan menyebabkan
terjadinya episode mania.
8. Apa hubungan Riwayat tidak ditemukannya Riwayat medis umum dan penggunaan NAPZA pada
scenario?
9. Bagaimana px dan px penunjang dari scenario?
Ada di nomer 2 bruw
10. Apa dx dan dd?
Dx: gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik
DD: episode depresif, ringan, sedang, berat
Studi Keluarga
Data keluarga menunjukkan bahwa jika salah satu orang tua memiliki gangguan mood, seorang
anak akan memiliki risiko antara 10 dan 25 persen untuk gangguan mood. Jika kedua orang
tuanya terpengaruh, risiko ini akan meningkat dua kali lipat. Semakin banyak anggota keluarga
yang terpengaruh, semakin besar risikonya bagi seorang anak. Risikonya lebih besar jika anggota
keluarga yang terkena adalah kerabat tingkat pertama daripada kerabat yang jauh (Sadock et al.,
2015).
Studi Adopsi
Studi adopsi memberikan alternatif untuk memisahkan faktor genetik dan lingkungan keluarga
dalam penularan. Satu penelitian besar menemukan peningkatan tiga kali lipat dalam tingkat
gangguan bipolar dan peningkatan dua kali lipat pada gangguan unipolar pada keluarga biologis
dari pengguna bipolar (Sadock et al., 2015).
Studi Kembar
Studi kembar memberikan pendekatan yang paling kuat untuk memisahkan genetik dari faktor
lingkungan. Data kembar memberikan bukti yang meyakinkan bahwa gen hanya menjelaskan 50
hingga 70 persen etiologi gangguan suasana hati. Lingkungan atau faktor lain merupakan sisanya.
Studi ini menemukan tingkat konkordansi untuk gangguan mood pada kembar monozigotik (MZ)
dari 70 hingga 90 persen dibandingkan dengan kembar yang sama-seks dizigotik (DZ) 16 hingga
35 persen (Sadock et al., 2015).
Faktor Psikososial
Teori Kognitif
Aaron Beck mempostulatkan tiga kognitif depresi yang terdiri dari (1) pandangan diri sendiri
tentang suatu ajaran diri yang negatif, (2) tentang kecenderungan yang menginginkan dunia untuk
bermusuhan, dan (3) tentang harapan penderitaan serta kegagalan masa depan (Sadock et al.,
2015).
Teori Ketidakberdayaan
Teori ketidakberdayaan yang dipelajari dari depresi menghubungkan fenomena depresif dengan
pengalaman peristiwa yang tak dapat dikendalikan. Behavioris menekankan bahwa peningkatan
depresi bergantung pada pembelajaran pasien, rasa kontrol dan penguasaan lingkungan (Sadock
et al., 2015).
Pengobatan
Pemberian antidepresian yang dapat membantu memgontrol gejala dan
mempertahankan fungsi neurotransmitter. Ada 4 tipe antidepresian yang
sering digunakan, yaitu :
A. Trisiklik (Tofranil, Elavil)
Trisiklik ini berfungsi untuk memberikan efek dengan mendesentralisasi
norepinefferin.
B. Monamine Oxidase Inhibitors (MAOIs)
22
MAOIs ini berfungsi untuk memblokir enzim MAO yang memogokkan
neurotransmitter seperti norepinefrin dan serotonin.
C. Selective Serotogenic Reuptake Inhibitors (SSRIs)
aSSRIs ini secara spesifik memblokir reuptake serotonin pra-sinaptik.
Dan secara temporer menaikkan level serotonin dibagian reseptornya.
D. Lithium
Lithium ini merupakan garam yang dapat ditemukan dalam kandungan air
minum yang kadar jumlahnya sangat kecil hingga tidak memberikan efek
apapun. Lithium sendiri memiliki sebuah keunggulan yang
membedakannya dari antidepresan lainnya. Karena, substansinya lebih
sering efektif untuk mencegah dan menangani episode-episode manic.
2. Terapi Kognitif-Behavioral
Dalam prosees terapi ini klien diajarkan untuk menelaah secara cermat
cara berfikir mereka saat mereka depresi dan untuk menengarai kesalahankesalahan “depresif”
dalam berpikir. Tak hanya itu, klien juga diajarkan bahwa
kesalahan dalam berfikir dapa menyebabkan depresi secara langsung. Dan
penanganannya melibatkan tindakan mengkoreksi kesalahan-kesalahan berpikir
dan menggantinya dengan pemikiran dan penilaian yang kurang menyebabkan
depresi dan (mungkin) lebih relistis.
3. Psikoterapi Interpersonal (IPT / Interpersonal Psychotheraphy)
IPT atau Psikoterapi Interpersonal ini memfokuskan pada penyelesaian
berbagai masalah dalam hubungan yang sudah ada dan belajar membangun
hubungan-hubungan interpersonal yang penting dan baru. Dalam proses IPT ini
sangat terstruktur. Pada proses awal terapis harus mengidentifikasi berbagai
stressor yang mungkin mencetuskan depresi. Setelah itu, terapis
23
mengklasifikasikan dan mendefinisikan sebuah perselisihan interpersonal.
Setelah itu, mencari penyelesaiannya dengan :
a. Tahap negosiasi
b. Tahap jalan bunyu
c. Tahap resolusi
4. ECT (Elektrokonvulsif dan Simulasi Magnetik Transkranial/ TMS)
ECT adalah penangan yang cukup aman dan efektif untuk depresi berat
yang tidak menunjukkan perbaikan dengan penanganan bentuk lain. ECT
merupakan bentuk penanganan yang dalam pengadministrasiannya pasien diberi
anestsesi/ obat bius untuk mengurangi perasaan tidak nyaman dan diberikan
obat perelaks otot untuk mencegah kerusakan tulang akibat konvulsi selama
sizure (Kejang-kejang). Kemudian listrik diadministrasikan secara langsung
melalui otak selama kurang dari satu detik. Bentuk penanganan ECT ini
terbukti untuk menaikkan lever serotonin, memblokir hormone-hormon stress
dan membantu terjadinya neurogenesis dalam hipokampus.
Sedangkan TMS (Transcrantial Magnetic Simulation) bekerja dengan cara
menempatkan sebuah gulungan magnetic diatas kepala untuk membangkitkan
denyut elektromagnetik yang dialokasikan dengan tepat. Dalam penanganan ini
anastesi tidak dibutuhkan karena, efek sampingnya biasanya terbatas dalam
bentuk sakit kepala.
TMS dan ECT ini sama-sama efektif untuk pasien-pasien dengan depresi
berat atau depresi psikotik yang resisten dengan penanganan (belum
menunjukkan respons terhadap obat atau penanganan psikologis) (Durand,
2006: 311-318)