Anda di halaman 1dari 8

NYERI KEPALA

Nyeri kepala dibagi 2


1. Primer = etiologi bukan karena adanya lesi di otak
2. Sekunder = etiologi di otak (ex = meningitis,encephalitis,tumor,stroke,perdarahan) (lebih
berbahaya sekunder)
MIGRAIN
Klasifikasi : (no 1 dan 2 lebih kita kenal)
1. Migrain tanpa aura
Istilah sebelumnya : Common migraine, hemicrania simplex
Deskripsi : nyeri kepala berulang , serangan selama 4-72 jam, unilateral, berdenyut,
intensitas sedang atau berat, bertambah berat dengan aktivitas fisik yang rutin dan diikuti
dengan nausea dan/atau fotofobia dan fonofobia
2. Migrain dengan aura
Istilah sebelumnya : Classic or classical migrain

Deskripsi : Serangan berulang yang menit, unilateral, aura visual (pandangan kabur), sensorik
yang reversibel, atau gejala sistem saraf pusat (brain stem : pusing vertigo) lainnya yang
berjalan secara perlahan, diikuti nyeri kepala dan gejala penyerta migrain

3. Migrain kronik
Deskripsi : nyeri kepala terjadi 15 hari atau lebih perbulan selama lebih dari 3 bulan dengan
gejala migrain berlangsung sekurang-kurangnya 8 hari perbulan
TATA LAKSANA MIGRAIN :

1. Langkah umum : HINDARI PENCETUS : perubahan pola tidur, makanan, stres dan rutinitas
sehari hari, cahaya terang, kepal-kelip, perubahan cuaca, berada ditempat yang tinggi ex :
gunung /di pesawat udara

2. Terapi abortif :

a) Abortif non spesifik : pada serangan ringan sampai sedang atau serangan berat atau
berespon baik terhadap obat yang sama dapat digunakan analgesik Over The
Counter (OTCs), NSID oral (paracetamol, aspirin, ibuprofen, naproxen sodium,
diclofenac potasium) “NAPAS IBU DIC”

b) Abortif spesifik : bila tidak respon terhadap analgesik/ NSAID, maka digunakan obat
spesifik seperti : triptans (naratriptan, rizatriptan, sumatriptan, zolmitriptan),
dihidroergotamin (DHE) dan obat golongan ergotamin “RIZA NARI SUMA DI
ZOLMI”

TERAPI PROFILAKSIS/PREVENTIF MIGRAIN : (tetapi tidak semua pasien harus melakukan terapi ini)

harus dilakukan edukasi terlebih dahulu kepada pasien, karena perlu minum obat yang teratur harus
diperhatikan juga kondisi penyakit penyerta pada pasien

Indikasi kriteria pemberian terapi profilaksis :


1. Apabila serangan migrain mempunyai dampak sangat buruk pada kehidupan sehari-hari,
meskipun pasien telah mendapat pengobatan akut maupun perubahan pola hidup dan
menghindari faktor pencetus

2. Frekuensi serangan migrain terlampau sering sehingga pasien beresiko jatuh pada
ketergantungan obat migrain akut yang dapat menjadi drug overuse

3. Serangan nyeri kepala migrain moderat severe lebih dari 3 hari perbulan, dengan
pengobatan akut tidak efektif

4. Serangan nyeri kepala migrain lebih dari 8 kali sehari, meskipun pengobatan akutnya efektif
(hal ini dapat jatuh ke drug overused headache)

5. Serangan berulang > 2x seminggu yang menggangu aktivitas, meskipun telah diberikan
pengobatan akut yang adekuat

6. Nyeri kepala migrain yang seringatau berlangsung > 48 jam

7. Pengobatan akut gagal/ tidak efektif

8. Ada kontraindikasi obat, efek samping obat akut muncul

9. Munculnya gejala gejala dan kondisi yang luar biasa contohnya migrain basiler hemiplegik,
aura yang meamanjang

10. Keinginan permintaan penderita sendiri

Formulasi profilaksis migrain :

1. Pemakaian obat dosis rendah yang efektif dinaikkan pelan2 (start slow go slow) sampai dosis
efektif. Efek klinis setelah 2-3 bulan

2. Edukasi terhadap pasien

3. Teratur memakai obat, perlu diskusi rasional tentang pengobatan, efek samping

Evaluasi : headache diary (gold standart), frekuensi, lama, berat serangan, disabilitas, dan
respon obat

Perhatikan kondisi penyakit lainnya, hati2 interaksi obat

Profilaksis migrain dianggap berhasil bila frekuensi serangan migrain menurun setidaknya
50% perbulan selama 3 bulan

Pengobatan : (diperhatikan level-levelnya)

Lini pertama : Propanolol (level A), Metoprolol (level A), Nadolol (level B), Timolol,
Amitriptilin (level B), Notriptilin (level B) A : PROMET B : NATIM AMITNOT

Lini kedua : Topiramat (level A), Candesartan (level C), Gabapentin

Lainnya : Divalproex (level A), Pizotifen, Onabotulinum-toxinA (level A), Flunarizine,


Venlafaxine, Metisergid

TATALAKSANA STATUS MIGRAIN :


Konsep tatalaksana status migrain : blok efek glutamat, meningkatkan jumlah gaba, blok
efek dopamin dan histamin, meningkatkan jumlah serotonin, blok inflamasi CNS, hidrasi
pasien dan terapi kombinasi

Prinsip umum terapi migrain di ruang gawat darurat :

1. Hidrasi adekuat bila tidak ada kontraindikasi

2. Pengobatan nyeri kepala dengan terapi non opioid

3. Pemberian pengobatan secara intravena

4. Edukasi

TATALAKSANA :

1. Pemberian cairan intravena, normal saline 2-3 L bolus atau 80-100 cc/jam selama pasien di
ruang gawat darurat

2. Difenhidramine 12,5-25 mg IV

3. Antagonis reseptor dopamin IV (khususnya menggunakan metoclopramide 10 mg atau


Prochlorperazine 10 mg

4. Magnesium sulfat 500 mg-1 gr IV

5. Ketorolac 30 mg IV

6. Bila tidak ada perbaikan, pilihan lain sodium valproat IV (500 mg), Leviteracetam (500 mg),
atau Methylprednisolone (200 mg)

7. Dihidroergotamine 0,5-1 mg IV dapat diberikan bila pasien tidak menggunakan triptan


selama 24 jam dan tidak ada kontraindikasi lainnya

TENSION TYPE HEEADACHE :

Klasifikasi :

1. Tension type headache episodik yang infrequent

 Deskripsi : nyeri kepala episodik yang infrequent, bilateral, rasa menekan atau mengikat
dengan intensitas ringan sampai sedang, berlangsung beberapa menit sampai hari, tidak
bertambah pada aktivitas rutin dan tidak didapatkan mual, tetapi bisa ada fotofobia atau
fonofobia

 Sekurang kurangnya terdapat 10 episode serangan dengan rata-rata < 1 hari perbulan (<
12 hari /tahun) dan memenuhi kriteria B-D

1.1 Tension type headache episodik yang infrequent berhubungan dengan nyeri tekan perikranial

1.2 Tension type headache yang infrequent tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial

2. Tension type headache episodik yang frequent

 Deskripsi : nyeri kepala episodik yang infrequent, bilateral, rasa menekan atau mengikat
dengan intensitas ringan sampai sedang, berlangsung beberapa menit sampai hari, tidak
bertambah pada aktivitas rutin dan tidak didapatkan mual, tetapi bisa ada fotofobia atau
fonofobia
 Sekurang kurangnya terdapat 10 episode serangan dalam 1-14 hari/bulan berlangsung >3
bulan (≥12 dan < 180 hari/tahun dan memenuhi kriteria B-D

2.1 Tension type headache episodik yang frequent berhubungan dengan nyeri tekan perikranial

2.2 Tension type headache episodik frequent tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial

3. Tension type headache kronis

Deskripsi : berkembang dari tension type headache episodik frequent, dengan harian atau
sangat sering nyeri kepala episodik, bilateral, menekan atau mengikat dengan kualitas
intensitas nyeri sedang sampai berat, berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari, atau
terus menerus. Nyeri kepala tidak bertambah berat dengan aktivitas fisik rutin, kemungkinan
terdapat mual, fotofobia, dan fonofobia ringan

3.1 Tension type headache kronis berhubungan dengan nyeri tekan perikranial

3.2 Tension type headache kronis tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial

4. Probable tension type headache

 Deskripsi : tension type headache yang tidak memenuhi salah satu gambaran kriteria
subtipe tension type headache di atas dan tidak memenuhi kriteria gangguan nyeri kepala
lainnya

1. Terapi farmakologis :

a. Pada serangan akut tidak boleh lebih dari 2 hari/minggu

1) Analgesik : aspirin 1000 mg/hari, asetaminofen 1000 mg/hari, NSIDs


(naproxen 660-750 mg/hari, ketoprofen 25-50 mg/hari, tolfenamic 200-400 mg/hari,
asam mefenamat, fenoprofen, ibuprofen 800 mg/hari, diclofenac 50-100 mg/hari)
ASAM IBU DIC

2) Kafein (analgesik adjuvan) 65 mg

3) Kombinasi : 325 aspirin, 200 asetaminofen, kafein 65 mg ini yg paling sering


digunakan

b. Pada tipe kronis

1) Antidepresan : golongan trisiklik (amitriptyline)

2) Antianxietas : benzodiazepine dan butalbutal

Biasanya dimasukan kedalam racikan, isinya asetaminofen, gol. Antidepresan, kafein, diazepam

2. Terapi non farmakologis

a. Kontrol diet

b. Terapi fisik olahraga

c. Hindari pemakaian harian obat analgesik, sedatif, dan ergotamine

d. Behaviour treatment
NYERI KEPALA CLUSTER

Deskripsi : nyeri kepala yang hebat, nyeri selalu unilateral di orbital, supraorbital, temporal atau
kombinasi dari tempat-tempat tersebut, berlangsung 15 -180 menit dan terjadi dengan frekuensi
dari sekali tiap dua hari sampai 8 kali sehari. Nyeri disertai dengan injeksi konjungtival ipsilateral,
lakrimasi, kongesti nasal, rhinorhoea, berkeringat di kening dan wajah, miosis, ptosis, dan/atau
edema palpebra, dan/atau gelisah atau agitasi

1. Nyeri kepala klaster episodik

Kriteria diagnosis :

A. Serangan serangan yang memenuhi kriteria untuk 3.1 serangan nyeri kepala klaster

B. Paling sedikit 2 periode klaster yang berlangsung selama 7-365 hari (ketika tidak diobati) dan
dipisahkan oleh periode remisi bebas nyeri ≥ 1 bulan

Terapi akut (abortif)

1. Inhalasi O2 konsentrasi tinggi (grade A), 7-15 L/menit

2. Sumatriptan : inj sumatriptan 3-6 mg subkutan (grade A), sumatriptan intranasal 20


mg/dosis (grade B)

3. Zolmitriptan 5 mg atau 10 mg per oral (grade B)

4. Ergotamine tartrate 1 mg tab sublingual (grade C)

5. Ergotamin 1-2 mg oral saat gejala pertama serangan dilanjutkan O2 100% (grade C)

6. Dihidroergotamin intranasal dan injeksi dosis 0,5-1,5 mg iv (grade C)

7. Ergotamine suppositoria (grade C)

8. Tetes hidung lidokain (grade C)

9. Inhalasi lidokain 4 % 1 ml intranasal (grade C)

Yg dipilih grade A atau B

Terapi profilaksis/preventif nyeri kepala klaster episodik

1. Penghambat kanal kalsium : verapamil 240- 480 mg/hari (grade B )

2. Kortikosteroid (grade B) : methylprednisolon40-60 mg/hari, deksamethason, prednison

3. Lomerizine (grade C)

4. Ergot alkaloid (grade C)

5. Civamide

6. Eletriptan

7. Melatonin

2. Nyeri kepala klaster kronis

Kriteria diagnosis
A. Serangan-serangan yang memenuhikriteria untuk 3.1 nyeri kepala klaster dan kriteria B

B. Terjadi tanpa periode remisi berlangsung >1x dalam 1 tahun atau dengan periode remisi
yang atau dengan periode bebas nyeri <1 bulan selama 1 tahun

Terapi akut (abortif) : sama dengan terapi akut pada nyeri kepala klaster episodik

Terapi profilaksis nyeri kepala klaster kronis

1. Verapamil 120-160 mg, 3-4 kali sehari (grade C)

2. Lithium carbonate, rata2 600-900 mg/hari (grade C)

3. Asam valproat (grade C)

4. Gabapentin (grade C)

5. Topiramat (grade C)

6. Baclofen (grade C)

7. Sodium divalproate (grade C)

8. Streroid

9. Methysergide 4-10 mg/hari

10. Methylergonovine maleate

11. Neuroleptic

12. Clonidin transdermal atau oral

13. Ergotamine tartrate 2 mg

14. Indometasin 150 mg/hari

15. Opioid

Preventif non farmakologis

1. Hidup dan istirahat teratur

2. Hindari tidur sore

3. Hindari alkohol

4. Batasi keterpaparan terhadap zat volatil : gasolin

5. Hati2 bila berada di tempat ketinggian

6. Hindari produk tembakau

7. Hindari sinar terang dan suara gaduh

Pengobatan bedah : indikasi

1. Nyeri kepala tipe kronis tanpa remisi nyeri selama satu tahun

2. Terbatas nyeri unilateral


3. Stabil secara fisiologis dan sehat secara mental dan medis

• Berbagai tindakan bedah :

1. Neurektomi oksipital

2. Pemotongan/ dekompresi n. Intermedius

3. Pemotongan/dekompresi n. Petrosus superfisialis major

4. Termokoagulasi gangglion gaserri

5. Radiofrequency terhadap lesi

6. Dekompresi n. Trigeminus

7. Injeksi gliserol pada ganggion gaserri

8. Sphenopalatine ganggionectomy

9. Section of trigeminal nerve

NEURALGIA TRIGEMINAL

Deskripsi : gangguan yang ditandai dengan nyeri seperti tersengat listrik sesaat unilateral, dan
berhentinya mendadak, terbatas pada distribusi satu atau lebih divisi nervus trigeminus dan
dicetuskan oleh stimulus tidak berbahaya (ex: angin, sikat gigi, makanan pedas, usapan pada
wajah). Hal tersebut mungkin terjadi tanpa penyebab yang jelas atau hasil dari diagnosis
gangguan lain. Mungkin didapatkan atau tidak penyerta suatu nyeri fasial persisten atau
intensitas sedang

Terapi :

1. Informasi dan edukasi

2. Terapi farmakologis :

 Carbamazepin 100-600 mg/hari efek samping : stevens-johnson syndrome


 Pregabalin 150-300 mg/hari efek samping: pusing, mengantuk, alergi
 Bacloven 60-80 mg/hari
 Phenytoin 200-400 mg/hari
 Lamotrigine 100-400 mg/hari
 Topiramat 150-300 mg/hari
 Oxcarbazepine 300-2400 mg/hari
 Gabapentin 1200-3600 mg/hari

3. Terapi bedah :

Indikasi : nyeri intractable efek samping obat yang tidak dapat diterima

Neuralgia trigeminal klasik, murni paroksismal

neuralgia trigeminal tanpa disertai fasial persisten

Neuralgia trigeminal klasik dengan penyerta nyeri fasial persisten

 Neuralgia trigeminal disertai nyeri fasial persistent


Nyeri neuropati trigeminal

nyeri fasial dan/atau kepala pada distribusi satu atau lebih cabang dari nervus trigeminus yang
disebabkan oleh kelainan lain dan mangindikasikan kerusakan neuron

Nyeri neuropati trigeminal terkait herpessoster

nyeri wajah dan/atau kepala unilateral berlangsung kurang dari 3 bulan pada distribusi satu
atau lebih cabang nervus trigeminus, disebabkan olah dan berhubungan dengan gejala lainnya
dan atau tanda klinis dari herpes zoster

Untuk terapinya sama yaa dgn sebelumnya

Anda mungkin juga menyukai