Anda di halaman 1dari 47

Tatalaksana

Ansietas dan
Depresi
dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ
Topik Pembahasan
01 Ansietas

02 Tatalaksana Ansietas

03 Depresi

04 Tatalaksana Depresi
Ansietas
(Anxiety Disorder)
Anxiety Disorder
• Gangguan ansietas (kecemasan) merupakan jenis gangguan psikiatrik yang
paling banyak ditemui di masyarakat.

• Pasien dengan gangguan ansietas mengalami gejala fisik yang berkaitan


dengan ansietas dan mengunjungi dokter di layanan primer untuk gejala
fisiknya tersebut.

• Meskipun gangguan ansietas memiliki prevalensi yang tinggi, namun


gangguan ini sering tidak terdeteksi dan tidak diterapi (underrecognized and
undertreated).
Anxiety Disorder
• Menurut the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth
Edition (DSM-5), gangguan ansietas meliputi berbagai gangguan dengan
gejala serupa yaitu adanya rasa takut dan kecemasan berlebihan dan
gangguan perilaku yang menyertai.

• Gangguan yang masuk ke dalam Anxiety Disorder:


• separation anxiety disorder, selective mutism, specific phobia, social
anxiety disorder (social phobia), panic disorder, agoraphobia, generalized
anxiety disorder, substance/medication-induced anxiety disorder, and
anxiety disorder due to another medical condition.
Patofisiologi
• Pada sistim saraf pusat, mediator utama dari gejala anxiety disorder antara
lain:
• Norepinephrine
• Serotonin
• Dopamine
• Gamma-aminobutyric acid (GABA)
• Neurotransmiter lain dan peptida seperti corticotropin-releasing factor juga
terlibat.
• Pada sistim saraf perifer, sistim saref otonom khususnya sistim saraf simpatis
memediasi beberapa gejala anxiety disorder.
Freitas-Ferrari MC, Hallak JE, Trzesniak C, Filho AS, Machado-de-Sousa JP, Chagas MH. Neuroimaging in social anxiety disorder: a
systematic review of the literature. Prog Neuropsychopharmacol Biol Psychiatry. 2010 May 30. 34(4):565-80
Etiologi
• Faktor genetik
• Faktor lingkungan: trauma masa kanak
• Interaksi faktor genetik dan lingkungan
• Teori psikologis:
• Ansietas merupakan displacement (perpindahan) dari konflik intrapsikik
(model psikodinamika)
• Ansietas merupakan suatu paradigma kondisioning (yang dipelajari)
(model kognitif-perilaku)
• Teori psikodinamika: ansietas sebagai konflik antara id dan ego.
Dorongan agresivitas dan impulsivitas dialami sebagai sesuatu yang
tak dapat diterima dan mengakibatkan terjadinya represi. Dorongan
yang direpresi dapat muncul dan mencetuskan ansietas.
You can Resize without
losing quality
You can Change Fill
Color &
Line Color

FREE
PPT
TEMPLATES
www.allppt.com Diagnosis
Generalized Anxiety Disorder (GAD)
Gangguan Cemas Menyeluruh

• GAD ditandai dengan adanya kecemasan dan kekhawatiran berlebihan


pada berbagai kejadian dan aktivitas.
• Kekhawatiran sulit dikendalikan.
• Kecemasan dan kekhawatiran berkaitan dengan minimal 3 dari 6 gejala
berikut, terjadi pada sebagian besar hari, selama minimal 6 bulan:
• Kegelisahan, perasaan tak tenang, terkurung
• Mudah lelah
• Sulit konsentrasi, pikiran kosong
• Iritabilitas (sensitive, mudah marah)
• Tegang otot
• Gangguan tidur
Instrumen Skrining: GAD-7

Total skor dari 7 item: 0 – 21


Cut off 5: ringan
Cut off 10: sedang
Cut off 15: berat

Awalnya dikembangkan untuk skrining


GAD, namun dapat juga sebagai
skrining anxiety disorder lain seperti
panic disorder, social anxiety disorder,
dll.
Panic Disorder (PD)
(Gangguan Panik)

• Pasien dengan gangguan panik berulang kali datang ke unit gawat darurat
(UGD) RS dengan keluhan: nyeri dada, sesak, takut mati karena serangan
jantung.
• Pasien dengan gangguan panik mengeluhkan adanya rasa takut atau rasa
tidak nyaman yang tiba-tiba, tak diduga-duga, onset spontan, mencapai
puncak dalam waktu 10 menit.
• Kriteria DSM 5 untuk gangguan panik meliputi:
• Mengalami serangan panik (panic attack) dengan 1 kali serangan atau
lebih dan diikuti dengan minimal 1 bulan rasa takut mengalami
serangan panik kembali atau ada perilaku maladaptive yang signifikan
berkaitan dengan serangan.
Panic Disorder
(Gangguan Panik)

• Panic attack (serangan panik) adalah periode mendadak dari rasa takut atau rasa tidak nyaman
yang disertai minimal 4 dari 13 gejala sistemik berikut:
• Palpitasi, jantung berdebar, peningkatan heart rate
• Berkeringat
• Gemetar
• Napas pendek atau merasa sesak
• Perasaan tercekik
• Nyeri dada atau rasa tak nyaman di dada
• Mual atau nyeri perut
• Merasa pusing, tidak stabil, kepala terasa ringan, atau pingsan
• Sensasi dingin atau panas
• Parestesia (co: kebas atau sensasi kesemutan)
• Derealisasi (merasa tidak nyata) atau depersonalisasi (merasa terlepas dari dirinya sendiri)
• Takut hilang kendali atau jadi gila
• Takut mati
Panic Disorder
(Gangguan Panik)

• Selama mengalami episode, pasien memiliki dorongan untuk pergi atau kabur dan
mengalami sensasi akan terjadinya bahaya (seperti akan mati karena serangan jantung
atau kehabisan napas).
• Gejala lain meliputi nyeri kepala, tangan dingin, diare, insomnia, fatigue, pikiran intrusive,
dan ruminasi.
• Pasien dengan gangguan panik yang mengalami episode panik berulang, menyebabkan
munculnya perubahan perilaku missal menghindari situasi atau lokasi tertentu dan
khawatir akan implikasi dari serangan atau konsekuensinya (takut hilang kendali, jadi gila,
atau mati).
• Gangguan panik dapat menyebabkan perubahan ciri kepribadian, pasien menajdi lebih
pasif, dependen, dan menarik diri.
You can Resize without
losing quality
You can Change Fill
Color &
Line Color

FREE
PPT
TEMPLATES
www.allppt.com Work Up
Pemeriksaan yang perlu dilakukan

• Prinsipnya untuk menyingkirkan gangguan fisik medis yang kemungkinan menyebabkan


gejala yang dialami oleh pasien
• Pemeriksaan yang dapat dan mungkin dilakukan antara lain:
• Pemeriksaan darah lengkap
• Pemeriksaan fungsi tiroid
• Urinalisis
• Urine drug screening
• Brain imaging (CT scan/MRI), EEG, Lumbal Punksi
• EKG
• Foto thoraks
• Pemeriksaan elektrolit darah
• Analisa gas darah
• Pemeriksaan penunjang lainnya
You can Resize without
losing quality
You can Change Fill
Color &
Line Color

FREE
PPT
TEMPLATES
www.allppt.com Tatalaksana
Tatalaksana

• Tatalaksa mencakup kombinasi farmakoterapi dan psikoterapi.


• Farmakoterapi:
• Antidepresan: drug of choice untuk gangguan ansietas
• Anxiolitik: benzodiazepin
• Psikoterapi:
• Terapi perilaku dan terapi kognitif perilaku (cognitive behavioral
therapy/CBT)

• de Beurs E, van Balkom AJ, Van Dyck R, Lange A. Long-term outcome of pharmacological and psychological treatment for panic disorder
with agoraphobia: a 2-year naturalistic follow-up. Acta Psychiatr Scand. 1999 Jan. 99(1):59-67. [QxMD MEDLINE Link].
• Shear MK, Beidel DC. Psychotherapy in the overall management strategy for social anxiety disorder. J Clin Psychiatry. 1998. 59 Suppl 17:39-
46
Medikasi

• Berikut sejumlah obat yang digunakan untuk mengatasi ansietas


• Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) secara umum merupakan first line
therapy untuk GAD dan PD
• Tricyclic antidepressants (TCAs) banyak diteliti untuk PD, namun efektif untuk GAD
dan PD. TCAs dinilai sama efektifnya dengan SSRI, namun efek samping menjadikan
keterbatasan penggunaan TCA pada pasien.
• Venlafaxine, efektif dan dapat ditoleransi dengan baik untuk GAD dan PD
• Duloxetine efektif untuk GAD

• Kapczinski F, Lima MS, Souza JS, Schmitt R. Antidepressants for generalized anxiety disorder. Cochrane Database Syst Rev. 2003;2:CD003592
• Baldwin D, Woods R, Lawson R, Taylor D. Efficacy of drug treatments for generalised anxiety disorder: systematic review and meta-analysis. BMJ. 2011;342:d1199.
Medikasi

Locke AB, et al. Diagnosis and Management of Generalized Anxiety


Disorder and Panic Disorder in Adults. Am Fam Physician. 2015;91(9):617-
624
Medikasi
SSRI yang sering digunakan, sebagai first line therapy
Escitalopram start dari 5-10 mg/ hari  dosis
maintenance 10-20 mg/hari
Fluoxetin start dari 5-10 mg/hari  dosis maintenance
20-40 mg/hari
Sertraline start dari 25 mg/hari  dosis maintenance
100-200 mg/hari

Benzodiazepine sebagai terapi akut dan jangka pendek


Alprazolam: 3x0,25 mg/ hari  2-3x1 mg/ hari
Clonazepam 2x0,5 mg/ hari  2x1 mg/hari
Lorazepam 1x1-2 mg/hari  1-2x 2-3 mg/hari
Sebaiknya tidak digunakan selama 2 minggu berturut-
turut.

American Psychiatric Association. Treating Panic Disorder A Quick


Reference Guide. 2009.
Psikoterapi
CBT: 4-12 sesi
Kognitif: mengubah pola berpikir yang
mendukung tasa takut
Perilaku: melatih pasien untuk relaksasi dalam
dan melakukan desensitisasi terhadap pencetus
ansietas

Mindfulness-based stress reduction


Intervensi mendorong pasien untuk focus
perhatian pada masa kini, mengakui keadaan
emosional diri, dan mempraktikkan meditasi
Kesadaran terhadap momen demi momen tanpa
menghakimi.

Locke AB, et al. Diagnosis and Management of Generalized Anxiety


Disorder and Panic Disorder in Adults. Am Fam Physician. 2015;91(9):617-
624
Rekomendasi kunci terkait tatalaksana GAD dan PD
• Aktivitas fisik merupakan terapi yang cost-effective untuk tatalaksana GAD dan PD.
• Untuk mencegah relapse (kekambuhan), medikasi sebaiknya diteruskan hingga 12 bulan setelah
gejala membaik sebelum akhirnya ditapering.
• Saat digunakan kombinasi dengan antidepresan, benzodiazepine dapat mempercepat pemulihan
dari gejala terkait ansietas namun tidak memperbaiki luaran jangka panjang.
• Karena benzodiazepine berhubungan dengan munculnya toleransi (risiko ketergantungan), tidak
disarankan untuk penggunaan jangka panjang dan hanya digunakan pada kondisi krisis jangka
pendek.
• Psikoterapi dapat sama efektifnya sebagai medikasi untuk GAD dan PD.
• Cognitive behavior therapy memiliki level of evidence terbaik untuk GAD dan PD.
• Tatalaksana yang berhasil memerlukan pilihan terapi yang disesuaikan pada tiap individu dan
dapat mencakup kombinasi modalitas terapi.

Locke AB, et al. Diagnosis and Management of Generalized Anxiety


Disorder and Panic Disorder in Adults. Am Fam Physician. 2015;91(9):617-
624
Depresi
(Major Depressive Disorder)
Major Depressive Disorder (MDD)
• Major Depressive Disorder (Depresi Mayor) memiliki potensi morbiditas dan mortalitas yang
signifikan, mengarah pada suicide, insidensi dan luaran yang tak diinginkan dari penyakit medis,
terganggunya relasi interpersonal, penggunaan Napza, dan kehilangan waktu kerja.
• Data CDC tahun 2019, 2.8% orang dewasa yang mengalami depresi mengalami gejala berat,
4.2% gejala sedang, dan 11,5% gejala ringan.
• Persentase orang dewasa yang mengalami depresi pada kelompok usia berikut:
• 21% pada usia 18-29 tahun
• 18,4% pada usia 45-64 tahun
• 18,4% pada usia 65 tahun atau lebih
• 16,8% pada usia 30-44 tahun
• Wanita lebih banyak mengalami depresi disbanding pria.
• Dengan terapi yang tepat, 70-80% individu yang alami depresi dapat mengalami pengurangan
gejala depresi.

Villarroel M and Terlizzi E. Symptoms of Depression Among Adults: United States, 2019. CDC. Available at 
https://www.cdc.gov/nchs/products/databriefs/db379.htm. September 2020; Accessed: August 29, 2022.
Patofisiologi

• Patofisiologi dari MDD belum dapat dijelaskan.


• Bukti ilmiah saat ini mengarah pada adanya interaksi yang kompleks antara
ketersediaan neurotransmitter dan regulasi serta sensitivity reseptor,
sebagai penyebab gangguan depresi.
• Penelitian klinis dan preklinik menduga adanya gangguan pada aktivitas
serotonin (5-HT) di sistim saraf pusat sebagai faktor penting.
• Neurotransmiter lain yang terlibat meliputi norepinephrine (NE), dopamine
(DA), glutamate, dan brain-derived neurotrophic factor (BDNF).

Dunlop BW, Nemeroff CB. The role of dopamine in the pathophysiology of depression. Arch
Gen Psychiatry. 2007 Mar. 64(3):327-37.
Etiologi

• Penyebab spesifik MDD tidak diketahui.


• Sama halnya dengan Sebagian besar gangguan psikiatik, MDD tampaknya
melibatkan berbagai factor (multifactorial) melibatkan factor genetic dan
lingkungan.
• Faktor genetic memegang peranan penting pada MDD. Keluarga derajat
pertama (first degree relatives) memiliki risiko 3x lebih tinggi untuk alami
depresi dibanding populasi umum.
• Depresi dapat juga dialami oleh individu yang tidak memiliki riwayat
keluarga depresi.

Bruce ML. Psychosocial risk factors for depressive disorders in late life. Biol Psychiatry. 2002 Aug 1. 52(3):175-84.
Hammen C, Burge D, Adrian C. Timing of mother and child depression in a longitudinal study of children at risk. J Consult Clin
Psychol. 1991 Apr. 59(2):341-5.
Etiologi
• Stresor:
• MDD dapat terjadi bahkan tanpa ada stressor pencetus
• Namun, stres dan kehilangan interpersonal dapat meningkat risiko terjadinya MDD
• Contoh stressor: kehilangan ortu pada usia kurang dari 10 th, adanya nyeri kronik,
penyakit medis, stres psikososial, dll
• Stresor psikososial pada usia lanjut: kurangnya dukungan sosial, beban caregiver,
kesepian, kedukaan, kejadian kehidupan yang negative
• Model relasi ortu-anak mengkonseptualisasi depresi sebagai hasil dari interaksi ortu-anak
yang buruk. Kurangnya peran ayah dan overproteksi ibu yang tinggi selama masa kanak
awal, relasi bermasalah dengan ortu, saudara kandung, sebaya, adanya abuse atau
neglect pada masa kanak, berkaitan dengan kejadian depresi di usia dewasa atau lanjut.

Bruce ML. Psychosocial risk factors for depressive disorders in late life. Biol Psychiatry. 2002 Aug 1. 52(3):175-84.
Hammen C, Burge D, Adrian C. Timing of mother and child depression in a longitudinal study of children at risk. J Consult Clin
Psychol. 1991 Apr. 59(2):341-5.
You can Resize without
losing quality
You can Change Fill
Color &
Line Color

FREE
PPT
TEMPLATES
www.allppt.com Diagnosis
Diagnosis
• Kriteria diagnosis Major Depressive Disorder (MDD) menurut DSM-5:
• Minimal 5 dari gejala berikut, terjadi selama durasi 2 minggu dan salah satu gejalanya
harus ada hilangnya minat/kegembiraan atau mood yang depresif:
• Mood depresif (pada anak dan remaja, bisa juga mood iritabel)
• Hilangnya minat atau kegembiraan pada sebagian besar aktivitas (anhedonia)
• Perubahan berat badan yang signifikan atau gangguan napsu makan
• Gangguan tidur (insomnia atau hypersomnia)
• Agitasi atau retardasi psikomotor
• Fatigue atau kehilangan energi
• Perasaan tak berharaga
• Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi, tak dapat mengambil
keputusan
• Pikiran kematian berulang, ide bunuh diri berulang tanpa adanya rencana spesifik,
atau percobaan bunuh diri atau rencana spesifik untuk bunuh diri.
American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition, Text
Revision. Washington, DC: American Psychiatric Association; 2022.
Specifier untuk diagnosis MDD
• Major Depressive Disorder
• Dengan gejala kecemasan
• Dengan gejala campuran
• Dengan gejala melankolik
• Dengan gejala tak khas
• Dengan gejala psikotik: ada delusi/halusinasi (serasi / tidak serasi dengan mood)
• Dengan katatonia
• Dengan onset peripartum
• Dengan pola musiman
• Dalam remisi parsial atau remisi sempurna (remisi sempurna: tak ada gejala depresi dalam 2 bulan
terakhir)
• Derajat keparahan:
• Ringan: gejala sedikit, distressing namun dapat dikelola, gangguan fungsi sosial dan okupasional
ringan
• Sedangg: jumlah gejala, intensitas gejala, hendaya fungsi: sedang
• Berat: jumlah gejala sangat berlebih, intensitas gejala sangat membuat distress dan tak dapat
dikelola, secara nyata mengganggu fungsi sosial dan okupasional.
American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition, Text Revision.
Washington, DC: American Psychiatric Association; 2022.
Skrining Depresi
PHQ-9
Keparahan
PHQ-9 Score Saran Tindakan/Terapi
Depresi
Tidak ada -
0–4 Tak ada
minimal
Observasi, ulang PHQ-9 saat
5–9 Ringan
follow up

Treatment plan, pertimbangkan


10 – 14 Sedang konseling, follow up dan atau
farmakoterapi

Terapi aktif dengan farmakoterapi


15 – 19 Sedang-Berat
dan/atau psikoterapi

Terapi aktif dengan farmakoterapi


20 – 27 Berat dan/atau psikoterapi
Instrumen untuk Depresi
HAM-D

Interpretasi ( rentang nilai 0-50)


Nilai keseluruhan < 7 : normal
Nilai keseluruhan 8 – 13 : depresi ringan
Nilai keseluruhan 14 – 18 : depresi sedang
Nilai keseluruhan 19 – 22 : depresi berat
Nilai keseluruhan > 23 : depresi sangat berat
Instrumen untuk Depresi
MADRS

Interpretasi
Nilai keseluruhan 0-8 : normal
Nilai keseluruhan 9 – 17 : depresi ringan
Nilai keseluruhan 18 – 34 : depresi sedang
Nilai keseluruhan 35 – 60 : depresi berat
You can Resize without
losing quality
You can Change Fill
Color &
Line Color

FREE
PPT
TEMPLATES
www.allppt.com Work Up
Pemeriksaan yang perlu dilakukan
• Prinsipnya untuk menyingkirkan penyebab organic
• Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain:
• dilakukan antara lain:
• Pemeriksaan darah lengkap
• Pemeriksaan fungsi tiroid
• Elektrolit
• Tes HIV
• Fungsi Liver
• Urinalisis
• Urine drug screening
• Brain imaging (CT scan/MRI)
• EKG
• Pemeriksaan penunjang lainnya
Tatalaksana

• Tersedia berbagai jenis terapi yang terbukti efektif untuk mengatasi MDD.
• Medikasi dan psikoterapi singkat (CBT, terapi interpersonal) dapat
mengurangi gejala depresi.
• Terapi kombinasi dikaitkan dengan tingkat perbaikan gejala yang tinggi dan
signifikan, peningkatan kualitas hidup, kepatuhan terapi yang lebih baik.

Pampallona S, Bollini P, Tibaldi G, Kupelnick B, Munizza C. Combined pharmacotherapy and


psychological treatment for depression: a systematic review. Arch Gen Psychiatry. 2004 Jul. 61(7):714-
9.
Medikasi

• Pada umumnya, diperlukan waktu 2-12 minggu dalam dosis terapi (dengan asumsi
pasien patuh dalam minum obat), untuk melihat respons klinis dari pengobatan,
• Pilihan obat perlu disesuaikan dengan keamanan dan tolerabilitas, agar mendorong
kepatuhan minum obat.
• Guideline ACP 2008 menyarankan terapi MDD diubah jika pasien tak menunjukkan
respons adekuat terhadap farmakoterapi dalam 6-8 minggu. Ketika respons terapi yag
memuaskan telah tercapai, terapi disarankan dilanjutkan hingga 4-9 bulan bagi pasien
dengan episode MDD pertama dan tidak berkaitan dengan suicidality. Bagi pasien yang
memiliki minimal 2 kali episode depresi, diperlukan terapi maintenance yang lebih
panjang.

Qaseem A, Snow V, Denberg TD, Forciea MA, Owens DK. Using second-generation antidepressants to treat
depressive disorders: a clinical practice guideline from the American College of Physicians. Ann Intern Med. 2008
Nov 18. 149(10):725-33
Terapi Depresi

• Tujuan utama terapi yaitu mengakhiri episode depresi saat ini dan
mencegah timbulnya episode penyakit di masa yang akan datang.
• Terapi dibagi menjadi 3 fase :
• Terapi fase akut
• Terapi fase lanjutan
• Terapi fase rumatan

Sadock BJ, Sadock JA. Mood Disorder. Dalam: Kaplan dan Sadock’s Synopsis of Psychiatry Behavioral Science/Clinical
Psychiatry, 10th Ed. Wolters Kluwer, Lippincott Williams dan Wilkins, Philadelphia 2007, hal. 527-462.
Terapi Fase Akut
• Dimulai dari keputusan untuk terapi dan berakhir dengan remisi.
• Skala penentuan beratnya depresi (HAM-D dan MADRS) dapat membantu menentukan
beratnya penyakit dan perbaikan gejala.
• Target pengobatan pada fase akut tercapainya respon atau remisi (lebih baik).
• Lama terapi pada fase akut 2-6 minggu.

Indikasi yang pasti untuk perawatan di rumah sakit adalah:


1) Prosedur diagnostik
2) Risiko bunuh diri atau pembunuhan
3) Kemunduran yang parah dalam kemampuan memenuhi kebutuhan makan dan
perlindungan
4) Cepatnya perburukan gejala
5) Hilangnya sistem dukungan yang biasa didapatnya
Sadock BJ, Sadock JA. Mood Disorder. Dalam: Kaplan dan Sadock’s Synopsis of Psychiatry Behavioral Science/Clinical
Psychiatry, 10th Ed. Wolters Kluwer, Lippincott Williams dan Wilkins, Philadelphia 2007, hal. 527-462.
Terapi Fase Akut

Kombinasi terapi psikososial dan farmakoterapi memberikan hasil yang baik.


Untuk kasus ringan terapi psikososial saja juga memberikan hasil yang baik.
Panduan memilih medikasi :
1) Riwayat respons pengobatan
2) Prediksi respons gejala terapi
3) Adanya gangguan psikiatri/medik lain
4) Keamanan
5) Potensi Efek Samping

Sadock BJ, Sadock JA. Mood Disorder. Dalam: Kaplan dan Sadock’s Synopsis of Psychiatry Behavioral Science/Clinical
Psychiatry, 10th Ed. Wolters Kluwer, Lippincott Williams dan Wilkins, Philadelphia 2007, hal. 527-462.
Terapi Fase Akut

Sadock BJ, Sadock JA. Mood Disorder. Dalam: Kaplan dan Sadock’s Synopsis of Psychiatry Behavioral Science/Clinical
Psychiatry, 10th Ed. Wolters Kluwer, Lippincott Williams dan Wilkins, Philadelphia 2007, hal. 527-462.
Terapi Fase Lanjutan

• Tujuan pengobatan pada fase ini adalah tercapainya remisi dan


mencegah relaps.
• Remisi yaitu bila HAM-D ≤ 7 atau MADRS ≤ 8, bertahan paling
sedikit 3 minggu.
• Dosis obat sama dengan fase akut.

Sadock BJ, Sadock JA. Mood Disorder. Dalam: Kaplan dan Sadock’s Synopsis of Psychiatry Behavioral Science/Clinical
Psychiatry, 10th Ed. Wolters Kluwer, Lippincott Williams dan Wilkins, Philadelphia 2007, hal. 527-462.
Terapi Fase Rumatan

• Tujuan untuk mencegah rekurensi.


• Hal yang perlu dipertimbangkan adalah risiko rekuren, biaya dan
keuntungan perpanjangan terapi.
• Pasien yang telah tiga kali atau lebih mengalami episode depresi atau
dua episode berat dipertimbangkan terapi pemeliharaan jangka
panjang.
• Antidepresan yang telah berhasil mencapai remisi dilanjutkan dengan
dosis yang sama selama masa pemeliharaan.

Sadock BJ, Sadock JA. Mood Disorder. Dalam: Kaplan dan Sadock’s Synopsis of Psychiatry Behavioral Science/Clinical
Psychiatry, 10th Ed. Wolters Kluwer, Lippincott Williams dan Wilkins, Philadelphia 2007, hal. 527-462.
Terapi Psikososial

• Terapi Kognitif
• Terapi Interpersonal
• Terapi Perilaku
• Terapi Orientasi-psikoanalitik
• Terapi Keluarga

Sadock BJ, Sadock JA. Mood Disorder. Dalam: Kaplan dan Sadock’s Synopsis of Psychiatry Behavioral Science/Clinical
Psychiatry, 10th Ed. Wolters Kluwer, Lippincott Williams dan Wilkins, Philadelphia 2007, hal. 527-462.
Prognosis

• Prognosis tiap episode adalah baik, akan tetapi gangguan


ini bersifat kronis sehingga perlu strategi terapi untuk
mencegah kekambuhan di masa yang akan datang.

Sadock BJ, Sadock JA. Mood Disorder. Dalam: Kaplan dan Sadock’s Synopsis of Psychiatry Behavioral Science/Clinical
Psychiatry, 10th Ed. Wolters Kluwer, Lippincott Williams dan Wilkins, Philadelphia 2007, hal. 527-462.
Simpulan
• Gangguan Ansietas dan Depresi merupakan gangguan mental yang
sering terjadi di masyarakat dan seringkali underdetected dan
undertreated.

• Dengan tatalaksana yang tepat, ansietas dan depresi dapat diatasi


dan kualitas hidup pasien dapat membaik.
Let’s stay
connected!

dr.vivisyarif I Psikiater
@dr.zulvia_syarif_spkj

Anda mungkin juga menyukai