Fibrilasi Atrium
Oleh:
I Wayan Inggita Darmawan
H1A016041
Pembimbing:
dr. Anak Agung Sagung Mas Meiswaryasti P., M.Biomed, Sp.JP(K)-FIHA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
petunjuk, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas tinjauan pustaka yang
berjudul “Fibrilasi Atrium” tepat pada waktunya. Tinjauan pustaka ini merupakan
salah satu prasyarat dalam rangka mengikuti kepaniteraan klinik madya di bagian
SMF Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara
Barat, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram.
Tugas ilmiah ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari
berbagai pihak, baik dari dalam institusi maupun dari luar institusi Fakultas
Kedokteran Universitas Mataram dan jajaran Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat dr.
Anak Agung Sagung Mas Meiswaryasti P., M.Biomed, Sp.JP(K)-FIHA, selaku
pembimbing dalam menyelesaikan penugasan ini, dan juga kepada seluruh pihak
yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Saya berharap
penyusunan tugas ini dapat berguna dalam meningkatkan pemahaman kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Fibrilasi atrium (FA) merupakan aritmia yang paling sering dijumpai dalam
praktek sehari-hari dan paling sering menjadi penyebab individu harus menjalani
perawatan di rumah sakit. Pada elektrokardiogram (EKG) FA menunjukkan
gelombang P yang digantikan oleh gelombang getar (fibrilasi) yang bervariasi
bentuk, durasi dan amplitudo yang dapat diikuti dengan respon ventrikel yang
ireguler. Ciri-ciri FA pada EKG umumnya memiliki gambaran sebagai berikut: (1)
Interval R-R yang irregular; (2) Tidak terdapat gelombang P yang jelas berulang,
dan (3) Aktivasi atrial irregular.1–3
Prevalensi FA di seluruh dunia sekitar 1%, ditemukan sekitar 9% kejadian
FA pada usia di atas 75 tahun. Pada usia 80 tahun, risiko seumur hidup terhadap
berkembangnya FA mencapai 22%. FA juga lebih umum ditemukan pada jenis
kelamin laki-laki. Pasien dengan FA memiliki beberapa rawat inap dan komplikasi
terkait antikoagulasi selama hidup mereka. Risiko stroke selalu ada, dan kualitas
hidup pasien secara keseluruhan buruk. Meskipun FA merupakan penyakit yang
permanen, berbagai pengobatan dan strategi modifikasi risiko telah dikembangkan
untuk membantu menurunkan risiko stroke pada pasien dengan FA.4 Sehingga
pada laporan ini penulis akan menekankan pada bagaimana mengidentifikasi FA,
dan menyimpulkan berbagai pilihan pengobatan dan strategi manajemen penyakit
pada pasien dengan FA.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Gambar 1. Klasifikasi FA menurut waktu presentasi. Fibrilasi atrium dapat mengalami
progresivitas dari paroksismal menjadi persisten, persisten lama atau permanen. Seluruh
tipe FA tersebut dapat merupakan presentasi awal atas dasar riwayat sebelumnya.5
Laju jantung yang tidak beraturan seperti pada FA, dapat dihitung dengan
mengalikan rerata laju jantung dalam 6 detik (30 kotak besar) dikalikan dengan 10.
Interval RR yang reguler mungkin terjadi apabila terdapat blok atrioventrikular
dengan irama pengganti (escape rhythm) junctional, subjunctional atau
ventrikular.5
6
Pada pasien dengan pacu jantung permanen, diagnosis FA mungkin
memerlukan inhibisi sementara dari pacu jantung agar aktivitas fibrilasi atrium
dapat terlihat. Takikardia yang cepat, ireguler, dan menetap dengan kompleks QRS
yang lebar mengindikasikan FA dengan konduksi melalui jaras tambahan atau FA
dengan blok berkas cabang.5
2.2 Epidemiologi
FA merupakan aritmia pada dewasa yang paling sering dijumpai dalam
praktek sehari-hari dan paling sering menjadi penyebab individu harus menjalani
perawatan di rumah sakit. FA bukan merupakan keadaan yang mengancam jiwa,
namun FA berhubungan dengan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas.1
Epidemiologi FA saat ini sebagian besar mencerminkan data dari Eropa Barat dan
Amerika Utara, karena langkanya data dari wilayah lain di dunia (Gambar 2).6
Perkiraan jumlah individu dengan FA pada populasi dunia pada tahun 2010
adalah 20,9 juta pria dan 12,6 juta wanita. Selain itu, ada hampir lima juta kasus
baru FA setiap tahun dan diproyeksikan bahwa jumlah individu yang terkena akan
meningkat terus secara eksponensial.6 Diperkirakan bahwa jumlah individu dengan
FA akan meningkat dua hingga tiga kali lipat pada tahun 2050. Meskipun
prevalensi FA di seluruh dunia sekitar 1%, ditemukan sekitar 9% kejadian FA pada
usia di atas 75 tahun.4 Satu dari tiga individu keturunan Eropa yang berusia 55 tahun
memiliki risiko seumur hidup menderita FA.3 FA diketahui memiliki prevalensi
yang meningkat seiring dengan usia. Pada usia 80 tahun, risiko seumur hidup
terhadap berkembangnya FA mencapai 22%. Sebagai tambahan, FA juga lebih
umum ditemukan pada jenis kelamin laki-laki dan lebih umum pada ras kulit putih
jika dibandingkan dengan ras kulit hitam.4
7
Gambar 2. Prevalensi global FA. Secara global, 43,6 juta individu menderita fibrilasi
atrium / flutter atrium pada tahun 2016.3
8
Gambar 3. Ringkasan faktor risiko FA
2.4 Patofisiologi
Ada berbagai macam mekanisme patofisiologis yang berperan dalam
perkembangan FA; namun, remodeling jantung yang menyumbang sebagian besar
dari mereka. Remodeling jantung, khususnya atrium, menghasilkan perubahan
struktural dan elektrik yang akhirnya menjadi penyebab gangguan irama pada FA.
Remodeling struktural disebabkan oleh perubahan miosit dan matriks ekstraseluler,
dan deposisi jaringan fibrosa juga memainkan peran utama dalam beberapa
etiologi. Di sisi lain, takikardia dan pemendekan periode refraktorik menyebabkan
remodeling listrik.4
9
memicunya dan mengeksitasi sebuah fokus ektopik di atrium, paling sering di
sekitar area vena pulmonalis, dan memungkinkan penembakan impuls listrik yang
tidak sinkron yang mengarah ke fibrilasi atrium. Impuls ini tidak teratur, dan denyut
nadi dapat sangat bervariasi. Secara keseluruhan, fibrilasi atrium menyebabkan
aliran darah yang turbulen dan abnormal melalui ruang jantung, menurunkan
efektivitas jantung untuk memompa darah sambil meningkatkan kemungkinan
pembentukan trombus di dalam atrium, paling sering di apendiks atrium kiri.4
• Iskemia atrial
• Inflamasi
• Alkohol dan penggunaan obat terlarang
• Stres hemodinamik
• Gangguan neurologis dan endokrin
• Usia lanjut
• Faktor genetik
2.6 Diagnosis
Denyut jantung yang ireguler dapat dicurigai sebagai FA, namun
pemeriksaan EKG diperlukan untuk menegakkan diagnosis FA. Aritmia yang
mempunyai karakteristik seperti FA yang dapat berlangsung lama sehingga tercatat
di 12 lead EKG atau berlangsung selama 30 detik dapat dikategorikan sebagai FA.
Denyut jantung pada FA dapat diukur dengan menghitung interval RR selama 10
detik lalu dikali enam. Risiko komplikasi yang ditimbulkan tidak jauh berbeda
antara FA yang bersifat episodik dengan FA yang berkelanjutan (sustained FA).3
10
2.7 Tata Laksana
Manajemen pasien dengan fibrilasi atrium dapat menggunakan alur “ABC” yang
terdiri dari “A”-Anticoagulation/Avoid Stroke, “B”-Better symptom management,
dan “C”- Cardiovascular dan Comorbidity optimization.3
11
Skor ini digunakan untuk memprediksi pasien dengan risiko tinggi
untuk mengalami kejadian trombo-emboli. Risiko rendah dikatakan jika
pria (0) dan Wanita (1).3
• Penilaian risiko perdarahan
Risiko perdarahan dapat terjadi saat pemberian terapi antikoagulan
sehingga perlu diperhatikan beberapa faktor risiko terjadinya stroke pada
pasien, seperti pada tabel di bawah ini: 3
12
Berikut adalah skor HAS-BLED:
13
2.7.2 Better Symptom Control
14
Dalam kondisi akut, penyekat beta dan diltiazem/verapamil lebih dipilih
dibandingkan digoxin karena efektivitasnya pada tonus simpatetik tinggi.
Pemilihan obat berdasarkan target kecepatan nadi dan karakteristik pasien, seperti
pada gambar di bawah ini.3
15
• Pengendalian irama jantung
Respon irama ventrikel jantung yang terlalu cepat akan
menyebabkan gangguan hemodinamik pada pasien FA. Pada pasien
dengan hemodinamik tidak stabil akibat FA harus dilakukan kardioversi
elektrik untuk mengembalikan ke irama sinus. Pasien yang masih
menunjukkan gejala dengan gangguan hemodinamik meskipun strategi
kendali telah optimal, dapat dilakukan kardioversi farmakologis dengan
obat antiaritmia intravena atau kardioversi elektrik. Obat intravena untuk
kardioversi farmakologis salah satunya amiodaron yang mempunyai efek
kardioversi beberapa jam setelah pemberian.3
16
17
Pasien FA dengan hemodinamik tidak stabil akibat laju irama
ventrikel yang cepat disertai tanda iskemia, hipotensi, dan sinkop perlu
segera dilakukan kardioversi elektrik. Kardioversi elektrik dimulai dengan
100 Joule (bifasik). Bila tidak menunjukkan hasil dapat dinaikkan menjadi
200 Joule. Pasien dipuasakan dan dilakukan anestesi kerja pendek.
Kardioversi dinyatakan berhasil apabila didapatkan satu atau dua
gelombang P setelah kardioversi. Risiko tromboemboli atau stroke emboli
tidak berbeda antara kardioversi elektrik dan farmakologis sehingga
rekomendasi pemberian antikoagulan sama pada keduanya.1,3
2.7.3 Cardiovascular Risk Factors/Comorbidities
Hipertensi mrupakan faktor penyebab umum FA dan pasien hipertensi
memiliki risiko 1,7 kali lebih tinggi untuk mengalami FA. Hipertensi juga
memperberat komplikasi FA, khususnya stroke, gagal jantung, dan risiko
18
perdarahan. Seluruh pasien yang memiliki hipertensi tidak terkontrol akan
dikategorikan sebagai risiko tinggi dan perlu dilakukan control tekanan darah yang
ketat disertai dengan pemberian antikoagulan oral. Target tekanan darah adalah
≤130/80mmHg. Selain hipertensi ada juga gagal jantung, penyakit jantung
koroner, diabetes melitus, dan sleep apneu.3
2.9 Komplikasi
Fibrilasi atrium mempunyai hubungan dengan meningkatnya risiko
mortalitas, stroke, tromboemboli, gagal jantung, dan disfungsi ventrikel
kiri.Fibrilasi atrium merupakan faktor independen yang meningkatkan risiko
mortalitas hingga dua kali lipat. Suatu penelitian menyatakan bahwa terapi
antitrombotik dapat menurunkan kejadian mortalitas yang mempunyai korelasi
dengan FA.3
Stroke pada pasien dengan FA seringkali berdampak buruk seperti
disabilitas jangka panjang atau kematian. Sekitar seperlima kasus stroke
diakibatkan oleh FA. Selain itu, FA yang tidak terdiagnosis dapat menyebabkan
stroke kriptogenik. Fibrilasi atrium paroksismal mempunyai kecenderungan yang
sama pada FA persisten atau permanen pada kejadian stroke.3
Fibrilasi atrium merupakan penyumbang terbesar hospitalisasi pada kasus
aritmia jantung. Penyebab hospitalisasi merupakan akibat dengan keadaan yang
berhubungan dengan FA seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung,
komplikasi tromboemboli, dan kontrol aritmia akut. Hospitalisasi berpengaruh
terhadap penurunan kualitas hidup pasien dengan FA.3
Kualitas hidup dan kapasitas latihan mengalami penurunan pada pasien
dengan FA. Kualitas hidup pasien dengan FA lebih rendah dibandingkan pada
individu yang sehat, populasi umum maupun pasien dengan penyakit jantung
koroner dengan irama sinus. Fibrilasi atrium menyebabkan stress akibat palpitasi
dan gejala-gejala FA lainnya.3
Pasien dengan FA juga berpotensi untuk mengalami gangguan fungsi
ventrikel kiri yang disebabkan kecepatan kontraksi ventrikel yang meningkat dan
ireguler, penurunan kontraktilitas atrium, dan peningkatan tekanan pengisian fase
diastolik akhir (end diastolic). Pengaturan kecepatan denyut jantung dan
mempertahankannya pada irama sinus dapat meningkatkan fungsi ventrikel kiri
pada pasien FA.3
19
2.10 Prognosis
AF dikaitkan dengan risiko tinggi tromboemboli dan kematian. Bukti
menunjukkan bahwa kontrol ritme tidak menawarkan keuntungan kelangsungan
hidup atas kontrol tingkat. Pasien dengan AF memiliki beberapa rawat inap dan
komplikasi terkait antikoagulasi selama hidup mereka. Risiko stroke selalu ada, dan
kualitas hidup pasien secara keseluruhan buruk. Akhirnya, pengelolaan fibrilasi
atrium sangat mahal, dengan sebagian besar beban keuangan ditanggung oleh
pasien.4
20
BAB III
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
2. Baker MS, Gehi AK, Hummel JP, Mounsey JP. Atrial Fibrillation: Rate
Versus Rhythm. In Netter’s Cardiology. 3rd ed. Philadelphia: Elsevier Inc;
2019 p. 257–61.
3. Hindricks G, Potpara T, Dagres N, Bax JJ, Boriani G, Dan GA, et al. 2020
ESC Guidelines for the diagnosis and management of atrial fibrillation
developed in collaboration with the European Association for Cardio-
Thoracic Surgery (EACTS). Eur Heart J. 2021;42(5):373–498.
7. Chung MK, Refaat M, Shen WK, Kutyifa V, Cha YM, Di Biase L, et al.
Atrial Fibrillation: JACC Council Perspectives. J Am Coll Cardiol.
2020;75(14):1689–713.
22