Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TUGAS MATA KULIAH PENGANTAR NANO ELEKTRONIKA

APLIKASI NANOTEKNOLOGI
PENGHANTARAN OBAT (DRUG DELIVERY)

Disusun Oleh :

INTAN PUTRI ASYFA (062001600530)

TRI ALFANDI PURBA (062001600534)

RICKY HARBU ORBIA (062001600535)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERITAS TRISAKTI

2018
1. NANOTEKNOLOGI
Di tahun 1980-an, Eric Drexler, sebagaimana dilansir Center for Responsible
Nanotechnology, mempopulerkan makna nanoteknologi sebagai suatu proses pembuatan
mesin dalam skala molekul yang ukurannya jauh lebih kecil dari sel [1]. Dalam waktu yang
bersamaan teknologi dunia juga sedang mengembangkan kemampuan untuk membangun
struktur sederhana dalam skala molekul. Hingga akhirnya nanoteknologi menjadi sebuah
konsep yang diterima sebagai teknologi sederhana dalam skala nanometer termasuk sesuatu
yang lebih kecil dari 100 nanometer dengan sifat baru [2].
Nanoteknologi adalah pembuatan dan penggunaan materi atau alat pada ukuran sangat
kecil. Materi atau alat ini berukuran antara (1 – 100) nanometer. Satu nm sama dengan satu-
per-milyar meter (0.000000001 m), yang berarti 50.000 lebih kecil dari ukuran rambut
manusia. Ukuran (1 – 100) nm ini disebut juga dengan skala nano (nanoscale) [3]. Pada
Gambar 1 di bawah menunjukan ukuran objek dari skala milimeter menuju nanometer.

Gambar 1 Ukuran suatu objek dari skala millimeter menuju nanometer [3]
Salah satu aplikasi nanoteknologi yang sedang berkembang adalah penggunaan nanofiber
di berbagai bidang seperti dalam proses filtrasi, pembuatan nanoserat pada tekstil, bidang
kedokteran, pembuatan komponen dari nanofiber, dan masih banyak lagi.
2. NANOFIBER DAN ELECTROSPINNING
Salah satu bidang nanoteknologi yang sedang banyak dikembangkan adalah pembuatan
nanofiber. Nanofiber adalah salah satu hasil temuan kimia yang mendapat perhatian khusus
karena potensi pemanfaatannya yang begitu luas pada berbagai bidang. Secara umum,
nanofiber didefinisikan sebagai sesuatu mempunyai diameter kurang dari 1 mikron. Ukuran
nanofiber jauh lebih kecil dibandingkan dengan rambut manusia. Gambar 2 menunjukan
perbandingannya.

Gambar 2 Perbandingan ukuran nanofiber dengan rambut manusia [4]


Serat nano mempunyai sifat yang sangat khas, seperti rasio permukaan terhadap volume
yang besar, pori yang kecil dan sangat kuat. Sifat-sifat tersebut membuat serat nano menjadi
bahan yang sangat menjanjikan untuk dimanfaatkan pada berbagai bidang industri, seperti
industri komposit, otomotif, elektronik, tekstil, optik, pertanian, kosmetik, kesehatan,
kedokteran, olah raga, farmasi, dan lain-lain.

Pada dasarnya pembuatan serat nano dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti
teknik pemintalan serat multikomponen, melt blowing dan electrospinning. Dari ketiga
metode pembuatan serat tersebut, untuk saat ini eletctrospinning merupakan teknik yang
cukup sederhana namun mampu menghasilkan serat nano dengan rentang ukuran paling
yakni 0,04 – 2 mikron [5].

Eletctrospinning merupakan susatu proses pembuatan serat nano yang efisien dengan
memanfaatkan pengaruh medan listrik dalam menghasilkan pancaran larutan atau lelehan
polimer bermuatan listrik. Serat nano polimet terbentuk karena pada proses tersebut terjadi
penguapan pelarut secara simultan. Beberapa keuntungan metode eletctrospinning terletak
pada peralatannya yang relatif sederhana dan biayanya yang cukup efisien. Peda prinsipnya
mekanisme pembuatan serat dengan eletctrospinning adalah dengan cara mendorong larutan
polimer yang diberi tegangan listrik tinggi menggunakan pompa syringe hingga membentuk
butir/tetes larutan pada ujung kapiler spinerete. Butir/tetes larutan polimer yang telah
terinduksi muatan listrik tersebut dibawah pengaruh medan listrik akan meloncat atau
bergerak ke arah elektroda dengan muatan berlawanan sambil disertai proses penguapan
pelarut poimer, sehingga yang tertinggal pada pelat pengumpul hanya serat polimernya saja
[6][7][8]. Proses eletctrospinning dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Sistem Kerja Electrospinning [9]

Gambar 4 Electrospun (Alat yang digunakan untuk Electrospinning) [9]


Berbagai jenis serat nano dapat dihasilkan dari berbagai jenis polimer baik polimer alam
maupun polimer sintesis. Serat nano dari bahan polimer dibuat dan diteliti oleh banyak para
peneliti umumnya karena memiliki sifat serta karakteristik seperti luas permukaannya yang
tinggi, ukuran pori yang kecil dan kemungkinannya untuk dibentuk struktur tiga dimensi
sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai media filtrasi, serat optik, sistem penghantaran
obat (drug delivery) dalam dunia famasi, tissue scaffolds dalam dunia medis, dan
pakaian/tekstil pelindung (protective clothing). Serat hasil eletctrospinning juga dapat
diaplikasikan dalam bidang biomedis antara lain sebagai pembalut luka dan penghantaran
obat. Salah satu bahan polimer yang digunakan adalah chitosan. Chitosan memiliki
karakteristik seperti biodegradability, biocompatibility, tidak toksik, dapat mempercepat
pertumbuhan jaringan sel pada luka dan bersifat antibakteri [10].

3. PENGHANTARAN OBAT (DRUG DELIVERY)


Drug Delivery adalah prinsip dimana distribusi obat dalam organisme yang melakukan
pergerakan dengan cara fraksi utama berinteraksi secara eksklusif dengan jaringan target
pada selular atau subselular [11].
Sistem penghantaran obat baru (New Drug Delivery System = NDDS) yaitu suatu sistem
penghantaran obat dengan pelepasan obat yang dimodifikasi. Ada empat alasan untuk
pengembangan sistem penghantaran obat baru ini, yaitu adanya kemungkinan untuk
mempatenkan kembali obat – obat yang telah berhasil dipasarkan dengan menggunakan
sistem penghantaran obat baru, sistem baru dapat dirancang untuk sampai ke tempat kerjanya
(site action), dapat dilakukan untuk pengobatan penyakit jantung, kanker, tumor dan diabetes
dengan sasaran yang lebih baik, serta efektivitas dan keamananya lebih baik dan lebih khusus
dibandingkan dengan sediaan konvensional [12]. Gambar 5 menunjukkan ilustrasi konsep
nanopartikel/nanofiber dalam sitem drug delivery.

Gambar 5 Ilustrasi Konsep Nanopartikel/Nanofiber dalam Sistem Drud Delivery [12]


Berikut beberapa keuntungan dari drug delivery:
1. Konsentrasi obat di lokasi yang dibutuhkan dapat meningkat tajam tanpa efek negative
terhadap non-target kompartemen.
2. Mengurangi frekuensi pemberian obat.
3. Mengurangi efek yang tidak diinginkan.
4. Mengurangi jumlah dosis obat yang diberikan.

Pembawa obat adalah salah satu entitas paling penting yang diperlukan untuk
mempertahankan obat dalam perjalanan dan menyampaikan di dalam atau di sekitar target.
Pembawa obat yang ideal harus memiliki fitur sebagai berikut :
1. Mampu melintasi hambatan anatomis
2. Diakui secara spesifik dan selektif oleh sel-sel target
3. Non-toxic, non-imunogenik dan biodegradable particular
4. Melepaskan gugus obat di dalam target organ, jaringan atau sel

Kategori pembawa/carrier dibagi menjadi dua, yaitu :


1. Endogen (lipoprotein kerapatan rendah, lipoprotein kerapatan tinggi, kilomikron,
serum albumin dan eritrosit)
2. Eksogen (partikel kecil, larutan polimer biodegradable dan pembawa obat polimer.

Berikut beberapa contoh pembawa/carrier :


1. Liposom
Liposom mempunyai vesikel berbentuk bulat dengan bilayer fosfolipid. Perilaku
liposom dalam darah dapat dimanipulasi dengan memodifikasi karakterisrik
permukaannya. Berbagai macam protein dapat disisipkan kedalam lapisan luar liposom
untuk mengubah sifat liposom secara in vivo termasuk kemampuan pengiriman obat
yang selektif terhadap sel.
2. Niosom
Merupakan vesikel surfaktan non-ionik, niosom dapat meningkatkan penyerapan dari
obat. Niosom dapat digunakan untuk penargetan agen bioaktif, pengiriman obat peptide,
dan transdermal.
3. Misel
Misel merupakan kumpulan dari molekul amfipatik dalam air, dengan bagian
nonpolar di bagian dalam dan bagian kutub pada permukaan eksterior, obat hidrofobik
dapat dikemas/dilarutkan menjadi inti.
4. Mikrosfer
Mikosfer adalah bubuk yang mengalir bebas terdiri dari protein atau polimer sintetik
yang biodegradable di alam dan idealnya memiliki ukuran partikel kurang dari 200 µm.
5. Polimer nanopartikel/nanofiber
Dalam beberapa tahun terakhir, nanopartikel/nanofiber polimer biodegradable telah
menarik perhatian yang cukup sebagai perangkat pengiriman obat yang potensial dalam
pandangan dari aplikasi mereka dalam obat menargetkan organ tertentu / jaringan,
sebagai pembawa DNA dalam terapi gen dan kemampuan mereka untuk memberikan
peptide, protein dan gen. Struktur ini bisa merangkum obat secara erat, dan terbuka untuk
melepaskannya hanya sebagai respons terhadap stimulus yang diinginkan.
6. Pelepasan eritrosit
Eritrosit telah dipelajari secara ekstensif untuk kemampuan potensi pembawa untuk
pengiriman obat-obatan. Sel-sel tersebut dapat digunakan sebagai pembawa untuk
menyebarkan obat dalam jangka waktu lama dalam sirkulasi atau dalam organ target
tertentu, termasuk hati, limpa, dan kelenjar getah bening.

a b

c d
e f
Gambar 6 Macam-macam Pembawa
(a. Liposom, b. Niosom, c. Misel, d. Mikrosfer, e. Nanofiber, f. Eritrosit) [12]
Secara garis besar ada dua macam sistem penghantaran obat langsung ke target, yaitu tipe
pasif dan tipe aktif. Tipe pasif akan menggunakan sifat fisikokimia carrier untuk mengontrol
obat didalam badan, seperti ukuran partikel, hidrofilik, dan sebagainya. Berbeda dengan tipe
aktif, pada tipe ini ada mekanisme tambahan dari tipe pasif untuk mengontrol langsung ke
jaringan target. Gambar 7 menunjukan skema pelepasa obat dari liposom.

Gambar 6 Mekanisme pelepasan obat yang terenkapsulasi [12]


Banyak penelitian yang telah dilakukan dan pada prinsipnya suatu sistem
penghantaran obat jika akan diberikan pada pasien harus memenuhi kriteria kualitas atau
mutu dan ketersediaan obat tersebut. Kriteria tersebut mencakup identitas, kemurnian,
kekuatan, stabilitas, efektivitas dan keamanan.
Hal terpenting dalam sistem penghantaran obat atau Drug Delivery System yang
hendak dicapai adalah terwujudnya suatu ketersediaan obat yang ideal yaitu ketersediaan obat
yang cukup diberikan satu kali saja selama masa terapi, dan langsung dapat didistribusikan ke
tempat aksinya dan memiliki adverse effect yang seminimal mungkin. Untuk mencapai tujuan
tersebut obat didesain sedimikian rupa dengan mempertimbangkan banyak faktor atau dapat
dikatakan faktor–faktor yang mempengaruhi sitem penghantaran obat didalam tubuh yaitu :
1. Faktor farmakokinetik
2. Faktor farmakodinamik
3. Kenyamanan pasien
4. Faktor rute pemberian
5. Pembawa / carrier
6. Sasaran atau target yang dituju

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, barulah diputuskan apakah suatu obat


cocok diformulasikan sebagai sediaan obat konvensional atau harus diformulasikan menjadi
sediaan obat yag termodifikasi.
Melalui penggunaan sistem penghantaran obat dengan pelepasan obat yang terkontrol ini
diharapkan dapat memberikan aksi obat dipertahankan dalam suatu level obat dalam darah
dengan meminimalkan efek samping, kemudian aksi obat dialokasi dengan sistem pelepasan
terkontrol dan aksi obat ditempat kerja (Drug Targetting) menggunakan carrier atau
turunanya untuk membawa obat ke sasaran. Sistem penghantaran obat dirancang degan cara
mengontrol pelepasan obat, mengontrol absorpsi obat, dan dengan sistem targeting. Oleh
karena itu sistem penghantaran obat ini sangat ditentukan oleh faktor rute pemberian,
pembawa atau carrier dan sasaran target yang dituju. Rute pemberian obat sangat penting
dalam merancang sistem penghantaran obat, karena akan menentukan pembawa apa yang
dapat digunakan untuk sampai ke target.

4. DAFTAR PUSTAKA
[1] Paolo, Di Sia. “Nanotechnology among innovation, health and risks”. Procedia
Social and Behavioral Sciences ,Vol.237, hlm 1076 - 1080, 2017.
[2] Wilson, Michael. et al. NANOTECHNOLOGY Basic Science and Emerging
Technologies. University of New South Wales Press Ltd., Australia, 2002.
[3] Maddu, A.., Wahyudi, S. T., dan Kurniati, M. “Sintesis dan Karakterisasi Nanoserat
Polianilin”. Jurnal Nanosains & Nanoteknologi, Vol. 1 No.2, Juli 2008.
[4] Oktariani, Desy. “NANOFIBER”. [On-line]. Tersedia di :
http://himdika.blogspot.co.id/2013/07/nanofiber.html [Maret 2018].
[5] Wahyudi, Tatang., Sugiyana, Doni,. Pembuatan Serat Nano Menggunakan Metode
Electrospinning. Balai Besar Tekstil, Bandung. 2011.
[6] Subbiah T. “Electrospinning of Nanofiber”. Journal of Applied Polymer Science, Vlo.
96, hlm 557-569, 2005.
[7] Piras. “New Multicomponent Bioerodible Electrospun Nanofibers for Dual-controlled
Drug Release”. Journal of Bioactive and compatile Polymers, Vol. 23, hlm 423 – 443,
2008.
[8] Queen H. Electrospinning Chitosan-Based Nanofibers for Biomedical Applcation.
North Carolina State University, 2006.
[9] NACHRIEBE 600 Electrospinning. [On-line]. Tersedia di :
https://sites.google.com/site/nachriebe/products/nachriebe-600-electrospinning [Maret
2018].
[10] Panboon S. Electrospinning of Polyvinyl Alcohol/Chitosan Fibers for Wound
Dressing Application. King Mongkut’s Institute of Technology North Bangkok, 2005.
[11] Indrawati, Teti. Sistem Penghantaran Obat Peroral Dengan Pelepasan Terkontrol
Langsung ke Target. Jakarta, 2009.
[12] Arviani, Yunita. Drug Targetting. ISTN, 2012.

Anda mungkin juga menyukai