Anda di halaman 1dari 28

Pengantar Farmakologi

Klinik
Farmakologi Klinik

Penelitian secara ilmiah obat pada manusia


(Scientific study of drugs in man) WHO,
1970
Kebutuhan akan bidang Farmakologi Klinik
- Jenis obat yg semakin banyak
- Pemilihan obat yg aman dan efektif
- Terjadinya bencana pengobatan
Perbedaan Farmakologi Dasar
dan Farmakologi Klinik

Farmakologi Dasar Farmakologi Klinik


Mempelajari interaksi obat & Penerapan ilmu farmakologi
sistim biologi. dalam klinik
Mempelajari sifat obat, efek obat, Memberikan dasar untuk
mekanisme aksi obat & nasip pemakaian obat secara rasional
obat dalam klinik
Hubungan antara dosis & efek, Bertujuan agar pemakaian klinik
mekanisme aksi obat obat dapat efektif, aman dan
rasional pada pasien
Disiplin ilmu berbasis
laboratorium
Sejarah Farmakologi Klinik

Rudolf Bucheim (1820-1879)


“Fortunately a surgeon who
uses the wrong side of the
scalpel cuts his own fingers
and not the patient; if the
same applied to drugs they
would have been investigated
very carefully a long time
ago.” Placing emphasis on
therapeutic technique and
rational prescribing
Rudolph Bucheim
Sejarah Farmakologi Klinik

Harry Gold & Walter Moddel (1930 an)

FOUNDERS OF AMERICAN CLINICAL


PHARMACOLOGY
Sejarah Farmakologi Klinik

1937 – Introduced Double-Blind Clinical Trial Design *


1939 – Initiated Cornell Conference on Therapy
1953 – Analized Digoxin Effect Kinetics to Estimate
Absolute
Bioavailability as well as Time-Course of
Chronotropic Effects†
1960 - Founded Clinical Pharmacology and
Therapeutics

* Gold H, Kwit NT, Otto H. JAMA 1937;108:2173-2179.


† Gold H, Cattell McK, Greiner T, Hanlon LW, Kwit NT,
Modell W,
Cotlove E, Benton J, Otto HL. J Pharmacol Exp Ther
Lingkup Farmakologi Klinik

Farmakokinetika klinik
Farmakodinamika klinik
Farmakoepidemiologi : drug utilization
epidemiologi ESO
Fungsi Farmakologi Klinik

1. Meningkatkan mutu pelayanan penderita


dengan jalan mempromosikan pemakaian obat
yang efektif dan aman
2. Meningkatkan pengetahuan mengenai obat
dengan melakukan penelitian
3. Menyebarluaskan dan meneruskan pengetahuan
melalui kegiatan pendidikan
4. Menyediakan kegiatan pelayanan seperti
monitoring kadar obat di dalam darah
5. Informasi dan konsultasi obat
Kegiatan Farmakologi Klinik

Penelitian :
a) farmakokinetika dan farmakodinamika obat

pada manusia sehat dan pasien


b) Penelitian dan evaluasi awal pada manusia
dari obat baru
c) Penelitian uji klinik
Kegiatan Farmakologi Klinik

Pendidikan
calon dokter
calon dokter spesialis
farmasis
paramedik lainnya
Perihal terapeutik dan pengetahuan farmakologi
klinik yang relevan untuk pemakaian obat dalam
klinik
Kegiatan Farmakologi Klinik

Pelayanan
-informasi dan konsultasi pemakaian klinik obat
-Pemantauan kadar obat di dalam darah
-Drug utilization studies
-Penyiapan buku pedoman terapi dan
formularium
-Pelayanan kepada Depkes (obat esensial, obat
generik, evaluasi dan registrasi, persetujuan
ijin, penarikan dan peredaran obat
-Pelayanan konsultasi untuk industri farmasi
-Pengembangan obat baru
Pengembangan obat
Uji Praklinik

Apakah obat menimbulkan efek toksik pada


dosis pengobatan atau tetap aman
Toksisitas akut
Toksisitas sub akut
Toksisitas khusus :
Karsinogenesis
Mutagenesis
Karsinogenesis
Uji Klinik

Perangkat metodologi ilmiah untuk menilai kemanfaatan klinik suatu obat atau
perlakuan (intervensi) terapetik tertentu dengan memperhatikan faktor-faktor yang
dapat memberikan pengaruh yang tidak dikehendaki (adverse effect) baik
Individual maupun populasi

Dalam ilmu klinik, metodologi ilmiah untuk membuktikan atau menilai manfaat klinik
suatu obat, pengobatan, atau suatu intervensi, dikenal sebagai "uji klinik acak
terkendali" (randomized controlled clinical trial), atau secara ringkas sering disebut
sebagai uji klinik. Hingga saat ini uji klinik telah diterima secara luas sebagai satu-
satunya metode yang efektif untuk menilai dayaguna, hasilguna, dan keamanan suatu
obat, tindakan pengobatan, atau strategi terapetik tertentu dalam klinik.
Uji Klinik

Seorang dokter menyatakan bahwa ia selalu memberikan tetrasiklin pada kasus diare
akut, karena menurut pengalamannya, jika diberi tetrasiklin, kasus-kasus diare akut
akan segera membaik. Menurut pengalamannya, diperkirakan dari 100 kasus diare
akut yang diberi tetrasiklin, + 90% akan membaik/sembuh pada hari ke 4-5 sesudah
mulainya diare.
Menurut pengalaman para dokter, kasus-kasus selesma (common cold) yang diberi
antibiotika ampisilin, hampir semuanya akan membaik/sembuh pada hari ke 7 setelah
mulainya gejala. Dari 100 kasus yang diberi ampisilin + 95% sembuh.
Uji Klinik

Komentar:
1. Bagaimana patofisiologi/perjalanan alami diare akut dan selesma? Apa terapi
yang dianjurkan?
2. Apakah jika tidak diberi tetrasiklin diare akut tidak akan membaik/sembuh? Atau
selesma tidak akan membaik jika tidak diberi ampisilin?
3. Apakah penyembuhan diare akut tersebut disebabkan oleh tetrasiklin? Atau
apakah penyembuhan selesma disebabkan oleh ampisilin? Dengan kata lain,
bagaimana manfaat tetrasiklin pada diare akut, dan ampisilin pada selesma?
Bagaimana cara pembuktiannya?
Protokol Uji Klinik

Untuk dapat memperoleh jawaban secara objektif dan benar, maka uji
klinik harus memenuhi prinsip-prinsip metodologi/rancangan yang
sesuai, yang secara garis besar meliputi hal-hal berikut:
- subjek-subjek atau pasien yang dimasukkan dalam uji klinik (inclusion
and exclusion criteria),
- rancangan (design) uji klinik,
- bagaimana efek terapetik akan dinilai (kriteria penilaian),
-obat atau intervensi apa yang akan dinilai, dan apa pembandingnya.
Secara lebih rinci, prinsip-prinsip ini diterjemahkan dalam komponen-
komponen uji klinik
Bagaimana Menilai Uji Klinik

Tidak setiap uji klinik yang dipublikasi bisa begitu saja diterima dan diterapkan dalam
praktek, oleh karena sering hasil yang dilaporkan tidak berdasarkan pada metodologi
yang diperlukan. Menilai hasil suatu uji klinik, sebenarnya adalah menilai apakah
prinsip-prinsip metodologi uji klinik atau komponen-komponen yang diperlukan telah
dipenuhi.
Butir-butir penilaian mencakup berbagai komponen pertanyaan berikut:
Bagaimana menilai uji klinik

1. Latar belakang dan tujuan


- Apakah alasan, tujuan, dan manfaat uji klinik?
2. Rancangan (design)
- Rancangan apakah yang digunakan?
- Apakah sesuai dengan tujuan, dan tepat untuk menjawab pertanyaan
penelitian (research question)?
3. Kriteria seleksi pasien
- Apakah kriteria diagnostik/pemasukan dan pengecualian yang
diajukan?
- Apakah kriteria diagnostik sesuai dengan indikasi obat yang diuji?
- Apakah kriteria-kriteria tambahan lainnya?
Bagaimana menilai uji klinik

4. Jenis perlakuan dan pembanding


- Apakah obat dan pembandingnya disebutkan secara jelas?
- Apakah pembandingnya merupakan obat pilihan utama (drug of
choice) untuk indikasi yang dimaksudkan?
- Apakah prosedur dan tata-laksana perlakuan dijelaskan?
- Apakah perlakuan lain (selain obat uji dan pembanding) juga
disebutkan?
Bagaimana menilai uji klinik

5. Pengacakan (randomisasi).
- Bagaimana randomisasi dilakukan?
- Apakah subjek-subjek yang diikutsertakan terbagi sama rata dalam
kelompok-kelompok perlakuan dan pembanding?
- Apakah ciri-ciri pasien pada kelompok perlakuan sebanding dengan
kelompok pembanding?
6. Penilaian respons
- Adakah kriteria utama dan/atau tambahan untuk penilaian respons?
- Apakah kriteria respons valid, dan reliable?
- Bagaimanakah keanekaragaman penilaian?
- Bagaimana ketaatan pasien?
Bagaimana menilai uji klinik

7. Analisis
- Apakah uji statistik yang digunakan sudah tepat?
- Apakah semua kriteria penilaian dianalisis?
- Apakah jumlah sampel sudah memenuhi syarat?
8. Interpretasi makna klinik
- Apakah makna klinik yang diperoleh dari hasil uji klinik?
Bagaimana menilai uji klinik

9. Etika
- Apakah alasan uji klinik dapat diterima?
- Apakah ada ijin kelaikan etik (ethical clearance)?
- Apakah ada surat pernyataan persetujuan (informed consent) dari
subjek-subjek yang ikut serta dalam penelitian?
- Apakah keselamatan pasien selama penelitian dijamin oleh peneliti?
10. Kesimpulan
- Apakah kesimpulan yang diambil sudah mencerminkan hasil dan jenis
data yang didapat?
Uji klinik

N Engl J Med 2006;355:1018-28


Uji klinik

“Six healthy young male volunteers at a contract research


organization were enrolled in the first phase I clinical trial of
TGN1412, a novel superagonist anti-CD28 monoclonal antibody
that directly stimulates T cells.

N Engl J Med 2006;355:1018-1028


Uji klinik

Within 90 minutes after receiving a single intravenous dose…all


six volunteers had a systemic inflammatory response…rapid
induction of proinflammatory cytokines…headache, myalgias,
nausea, diarrhea, erythema, vasodilatation, and hypotension.
Within 12 to 16 hours they became critically ill… All six patients
survived.”

N Engl J Med 2006;355:1018-1028


Uji klinik

Preclinical models did not predict the risk of this reaction!


Problem of simultaneous dosing in 6 volunteers (first-in-human
dosing)
Uji klinik

Buat evaluasi uji klinik dari jurnal

Anda mungkin juga menyukai