Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI DIPLOMA-III

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah farmakognosi pertama kali dicetuskan oleh C.A. Seydler (1815),

seorang peneliti kedokteran di Haalle, Jerman, dalam disertasinya berjudul

Analecta Pharmacognostica. Farmakognosi berasal dari bahasa Yunani,

pharmacon yang artinya itu ”obat” (ditulis dalam tanda petik karena obat disini

maksudnya adalah obat alam, bukan obat sintetis) dan gnosis yang artinya

pengetahuan. Jadi farmakognosi adalah pengetahuan tentang obat-obatan

alamiah (Gunawan, 2004).

Beberapa tahun sebelumnya, J.A. Schmidt menggunakan istilah

farmakognosi sebagai salah satu subjudul dari buku Lebrbuch der Materia

Medika yang diterbitkan di Vienna tahun 1811 mengartikan farmakognosi

sebagai pharma (“obat”) dan cognitif (pengenalan), jadi, farmakognosi

merupakan cara pengenalan ciri-ciri/karakteristik obat yang berasal dari bahan

alam. Menurut Fluckiger, farmakognosi mencakup seni dan pengetahuan

pengobatan dari alam yang meliputi tanaman, hewan, mikroorganisme, dan

mineral. Keberadaan farmakognosi dimulai sejak manusia pertama kali mulai

mengelola penyakit, seperti menjaga kesehatan, menyembuhkan penyakit,

meringankan penderitaan, menanggulangi gejala penyakit dan rasa sakit, serta

semua yang berhubungan dengan minuman dan makanan kesehatan. Pada

awalnya farmakognosi lahir dari jampi-jampi Suku Vodoo yang tanpa disadari

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 1


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI DIPLOMA-III

telah ikut menyelamatkan resep-resep rahasia tidak tertulis dari dukun dan

leluhur (Gunawan, 2004).

Pada awalnya masyarakat awam tidak mengenal istilah

“farmakognosi”. Oleh karenanya, mereka tidak bisa mengaitkan farmakognosi

dengan bidang-bidang yang berhubungan dengan kesehatan. Padahal,

farmakognosi sebenarnya menjadi mata pelajaran yang sangat spesifik

dibidang kesehatan dan farmasi. Masyarakat telah mengetahui khasiat dari

opium (candu, kina, kelembak, penisilin, digitalis, insulin, tiroid, vaksin polio,

dsb). Namun mereka tidak sadar bahwa yang diketahui itu adalah bidang dari

farmakognosi. Mereka pun tidak mengetahui kalau bahan-bahan yang

berbahaya seperti minyak jarak, biji saga (sogok telik), dan tempe bongkrek

(aflatoksin) merupakan bagian dari pembicaraan farmakognosi. Pada

hakekatnya, para pengobat herbalis itulah yang nyata-nyata merupakan praktisi

farmakognosi yang pertama (Gunawan, 2004).

B. Tujuan Praktikum

Untuk mengetahui cara mengidentifikasi simplisia daun yang meliputi

identifikasi secara mikroskopik, morfologi (bentuk) dan secara organoleptik (

warna, bau,dan rasa ) yang baik.

C. Manfaat Praktikum.

Dapat mengetahui cara mengidentifikasi simplisia daun yang meliputi

identifikasi secara mikroskopik , morfologi (bentuk) dan secara organoleptik (

warna, bau,dan rasa ) yang baik.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 2


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI DIPLOMA-III

D. Prinsip Percobaan

Mengidentifikasi simplisia daun baik secara morfologi ( bentuk ) dengan

bantuan alat indera meliputi warna,bau, rasa dan bentuk dari simplisia.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 3


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI DIPLOMA-III

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman

1. Daun Kenikir / Cosmos folium (Tandi Herbie, 2015)

a. Klasifikasi

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Asteroles

Famili : Asteroceae

Genus : Cosmos

Species : Cosmos caudatus kunth

b. Morfologi

Daun majemuk bersilang berhadapan, menyirip dengan ujungnya

yang runcing , daun memiliki panjang 15-25 cm berwarna hijau.

c. Organoleptik

Bau : Bau Khas

Rasa : Agak pahit

Warna : Hijau

d. Kandungan Kimia

Kenikir mengandung saponin, flavonoid, polivenol, dan minyak

atsiri.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 4


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI DIPLOMA-III

e. Khasiat Dalam Bidang Farmasi

Penambah nafsu makan , penguat jantung, dan sebagai pengusir

nyamuk.

2. Daun jambu Biji / Psidium folium (Tandi Herbie, 2015)

a. Klasifikasi

Regnum : Plantae

Super Divisi : Angiospermae

Divisio : Spermatophyta

Classis : Dicotyledoneae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Psidium

Spesies : Psidium guajava L.

b. Morfologi

Daun berupa daun tunggal berbentuk bulat telur dengan

pertulangan menyirip . ujung daun tumpul dan pangkalnya membulat .

tepi daun rata . daun tumbuh saling berhadapan . panjang daun 6-14 cm

dan lebarnya 3-6 cm . daum berwarna hijau kekuningan atau hijau .

c. Organoleptik

Bau : khas

Rasa : Pekat

Warna : hijau kecoklatan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 5


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI DIPLOMA-III

d. Kandungan kimia

Jambu biji mengandung zat samak, minyak atsiri, Triterpinoid,

leukosianidin, kuersetin, asam arjunalot, resin dan minyak lemak.

e. Khasiat dalam bidang farmasi

Mengobati disentri dan mencret.

3. Daun kersen / Muntingia folium (Tandi Herbie, 2015)

a. Klasifikasi

Regnum : Plantae

Divisi : Mangnoliophyta

Sub divisi : Spermatophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Malvales

Famili : Elaeocarpaceae

Genus : Muntingia

Species : Muntingia calabura L.

b. Morfologi

Daun tanaman ini memiliki system pertulangan yang menyirip ,

daun tidak simetrisdan tepinya bergerigi sedangkan bunganya berisi 1-

3 kuntum terletak diketiak agak disebelah atas tumbuhnya daun.

c. Organoleptik

Bau : Aromatik

Rasa : pahit

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 6


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI DIPLOMA-III

Warna : Hijau

d. Kandungan Kimia

Kersen mengandung vitamin c, karoten, tianin, riboflavin, niacin,

besi, fosfor, kalium, karbohidrat, serat, protein, lemak, dan air.

e. Khasiat Dalam Bidang Farmasi

Sebaagai antiinflamasi, antiseptik, mengobati asam urat, antitumor.

4. Daun Komba-Komba / (Tandi Herbie, 2015)

a. Klasifikasi

Regnum : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Sub divisi : Spermatophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Charomolaena

Species : Charomolaena adorata L.

b. Morfologi

Daun tunggal berbentuk bulat telur, memanjang , ujung runcing

dengan pangkal meruncing , tepi bergerigi , dan permukaan daun

berbulu.

c. Organoleptik.

Bau : Aromatik

Rasa : pahit

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 7


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI DIPLOMA-III

Warna : Hijau

d. Kandungan Kimia

Tannin, fenol, flavonoid, saponin, steroid, dan minyak esensial.

e. Khasiat Dalam Bidang Farmasi

Dapat mengobati sakit tenggorokan, penyembuh luka, batuk, sakit

kepala, antidiare, astrigen, diuretic.

5. Daun pandan wangi / Pandanus folium (Tandi Herbie, 2015)

a. Klasifikasi

Regnum : Plantae

Divisio : Tracheophyta

Sub diviso : Spermatoohyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Pandanales

Famili : Pandanceae

Genus : Pandanus

Species : Pandanus amaryllifolius

b. Morfologi

Daun tunggal, duduk , dengan pangkal memeluk batang , tersusun

berbaris tiga dalam garis spiral. Helaian daun berbentuk pita , tipis,

licin, ujung runcing, tepi rata, bertulang sejajar, panjang 40-80 cm ,

lebar 3-5 cm , berduri tempel pada ibu tulang daun permukaan bawah

bagian ujung-ujungnya, warna hijau.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 8


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI DIPLOMA-III

c. Organoleptik

Bau : Aromatik
Rasa : Tidak berasa
Warna : Hijau
d. Kandungan Kimia

Daun pandan mengandung alkaloid, saponin, flavonoida, tannin,

polivenol, dan zat warna.

e. Khasiat Dalam Bidang Farmasi

Dapat mengobati lemah saraf, rematik , gelisah.

6. Daun siri / Piper betle . L (Tandi Herbie, 2015)

a. Klasifikasi

Regnum : Plantae

Sub divisi : Angiospermae

Divisi : Spermatophyta

Class : Dicotyhledoneae

Ordo : Piperales

Familia : Piperaceae

Genus : Piper

Species : Piper betle (L.) Swartz

b. Morfologi

Daun sirih merupakan tumbuhan merambat dan bersandar pada

batang pohon lain. Tanaman ini panjangnya mampu mencapai

puluhan meter . bentuk daunnya pipih menyerupai jantung dan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 9


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI DIPLOMA-III

tangkaiannya agak panjang . permukaan daun berwarna hijau dan

licin .

c. Organoleptik

Bau : khas

Rasa : pedas

Warna : hijau

d. Kandungan kimia

Mengandung senyawa minyak atsiri, karoren, asam nikotianat,

riboflavin, tiamin, vitamin c , gula ,tannin, pati, dan asam amino.

e. Khasiat dalam bidang farmasi

Mengobati keputihan , sakit jantung, sifilis, alergi, diare, pendarahan

gusi, mimisan, sakit gigi berlubang, bronchitis, batuk, bisul, bau

badan, luka bakar, mata gatal merah.

B. Teknik Pengambilan Sampel dan Pengolahan Simplisia

1. Pengumpulan/panen

Dikumpulkan pada saat fotosintesa berlangsung sangat aktif

ditandai dengan melihat apakah tanaman tersebut sedang berbunga atau

berbuah, tetapi buah belum masak.

Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan

senyawa aktif di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu

panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut mengandung

senyawa aktif dalam jumlah terbesar. Senyawa aktif terbentuk secara

maksimal di dalam bagian tanaman atau tanaman pada umur tertentu.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 10


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI DIPLOMA-III

a. Teknik pengumpulan

Pengumpulan/panen daun dilakukan dengan tangan atau

menggunakan alat maka harus memperhatikan keterampilan

memetik, misalnya dikehendaki daun yang muda, maka daun yang

tua jangan dipetik dan jangan merusak bagian tanaman lainnya dan

diambil pada saat fotosintesis berlangsung secara sempurna.

b. Waktu pengumpulan atau panen

Pada umumnya waktu pengumpulan daun dikumpulkan

sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah menjadi masak.

2. Pengolahan Simplisia

a. Sortasi basah dan pencucian

Setelah pemanenan daun dilakukan sortasi basah pada saat

daun masih segar yang bertujuan untuk memisahkan daun dari

benda – benda asing seperti tanah dan kerikil, rumput-rumputan,

bagian tanaman yang tidak digunakan ataupun bagian tanaman

yang rusak.

Kemudian daun dicuci menggunakan air mengalir .

Pencucian dimaksudkan untuk membersihkan tanaman dari

mikroba yang melekat.

b. Perajangan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 11


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI DIPLOMA-III

Setelah dicuci, daun diangin-anginkan di atas koran kurang

lebih satu malam. Kemudian dirajang atau dipotong kecil-kecil

menggunakan gunting yang bertujuan untuk memperkecil luas

permukaan sehingga proses pengeringan berlangsung cepat.

c. Pengeringan

Setelah dirajang, proses selanjutnya yaitu pengeringan.

Pengeringan daun kurang lebih 5-6 hari pada suhu kamar 15-300C.

Tujuan pengeringan antara lain:

1) Untuk mendapatkan simplisia yang awet, tidak rusak dan

dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama.

2) Mengurangi kadar air, sehingga mencegah pertumbuhan

mikroorganisme seperti terjadinya pembusukan oleh jamur

atau bakteri karna terhentinya proses enzimatik dalam

jaringan tumbuhan yang selnya telah mati. Agar reaksi

enzimatik tidak dapat berlangsung, kadar air yang dianjurkan

adalah kurang dari 10%.

3) Mudah dalam penyimpangan dan dihaluskan bila dibuat

serbuk.

d. Sortasi kering

Sortasi kering dilakukan sebelum perwadahan yang bertujuan

memisahkan sisa-sisa benda asing atau bagian tanaman yang tidak

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 12


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI DIPLOMA-III

dikehendaki misalnya bahan-bahan yang terlalu gosong dan bahan-

bahan yang rusak.

e. Pewadahan dan penyimpanan simplisia

Daun yang sudah kering dimasukkan kedalam wadah pot

plastik kemudian diberi etiket (haksel).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 13


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI DIPLOMA-III

BAB III

METODE KERJA

A. Alat Dan Bahan

1. Alat

a. Kertas

b. Gunting

c. Talenan

2. Bahan

a. Daun Kenikir

b. Daun jambu biji

c. Daun kersen

d. Daun komba-komba

e. Daun pandan wangi

f. Daun sirih

B. Prosedur Kerja

a. Pengamatan morfologi

1. Disiapkan bahan.

2. Diambil sampel tanaman segar yang akan diidentifikasi morfologinya

seperti akar, rimpang, daun, kulit mahoni, buah, batang dan lain-lain.

3. Diamati struktur luar dari sampel dalam hal ini bentuk, ukuran dan

warna dari simplisia.

4. Dicatat hasil pengamatan.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 14


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI DIPLOMA-III

b. Pengamatan organoleptik.

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Diambil sampel yang telah di rajang serta sampel tersebut telah

diserbukan dilakukan pengamatan organoleptik yaitu bau, warna dan

rasa.

3. Setelah dicatat hasil pengamatan.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 15


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI DIPLOMA-III

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

Tabel I : Gambar Sampel

No. Gambar Keterangan

1 Daun kenikir

1 1. Epidermis

2. Hablur Oksalat

Daun jambu biji

2 1. Hablur oksalat

3 Daun kersen

1. Pati

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 16


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI DIPLOMA-III

4 Daun Komba-komba

1. Rambut- rambut

halus

5 Daun pandan wangi

1. Aleuron

6 Daun sirih

1. Epidermis

2. Aleuron

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 17


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI DIPLOMA-III

BAB IV

PEMBAHASAN

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia

merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati,

simplisia hewani, dan simplisia pelican atau mineral.

Identifikasi farmakognostik simplisia daun meliputi uji mikroskopik,

organoleptik, morfologi serta identifikasi senya metabolit. Uji mikroskopik

dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Cara ini dilakukan untuk melihat

jaringan-jaringan yang terdapat dalam sampel. Untuk mengetahui mutu dari

simplisia yang akan kita gunakan, dapat dilakukan pemeriksaan yaitu secara

organoleptik, mikroskopik, serta secara kimia.

Pada percobaan kali ini dilakukan untuk mengidentifikasi simplisia daun

yaitu daun kenikir, daun jambu biji, daun kersen, daun komba-komba, daun

pandan wangi, dan daun siri. Pada keenam sampel tersebut dilakukan pengolahan

simplisia secara sistematik, dimana simplisia yang sudah kering di jadikan serbuk

dan diuji organoleptinya yang meliputi bau, rasa dan warna pada setiap masing-

masing sampel. Sedangkan untuk pengujian morfologinya dibutuhkan simplisia

segar dimana simplisia segar itu di perhatikan bentuknya dari setiap sisi.

Untuk uji mikroskopok sampel dilakukan menggunakan mikroskop, pada

daun kenikir berupa serbuk simplisia terlihat jaringan epidermis dan hablur

oksalat . Sampel kedua yaitu daun jambu biji, untuk sampel serbuk terlihat

jaringan hablur oksalat, sampel ketiga yaitu daun kersen terlihat jaringan pati,

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 18


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI DIPLOMA-III

sampel keempat daun komba-komba terlihat jaringan rambut-rambut halus,

sampel kelima yaitu daun pandan wangi terlihat jaringan aleuron, dan sampel

keenam yaitu daun sirih terlihat jaringan epidermis dan aleuron

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 19


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI DIPLOMA-III

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mengidentifikasi farmakognostik simplisia daun yang meliputi

makroskopik ,identifikasi secara morfologi (bentuk) dan secara organoleptik (

bau, rasa, dan warna) , dan mikroskopik pada simplisia daun .

B. Saran

Praktikan diharapkan memperhatikan proses atau tahap-tahap

persiapan sampel tanaman serta memperhatikan persyaratan yang tertera agar

tidak merusak kualitas simplisia.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 20


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI DIPLOMA-III

Daftar Pustaka

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta : Departemen


Kesehatan Republik Indonesia

Gunawan. D., Mulyani. S, 2002. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I. PT


Penebar Swadaya

Hariana, Anief. 2013. 262 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta : PT


Penebar Swadaya

Herbie, Tandi. 2015. Kitab Tanaman Berkhasiat Obat. Yogyakarta :


OCTOPUS Publishing House

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 21

Anda mungkin juga menyukai