ANALISA
KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii)
Diajukan untuk memenuhi salahsatu tugas mata kuliah kimia farmasi analisa
Dosen : Fitri Zakiyah, S S APT
Disusun oleh
Andreas Anwar Putra
2014
KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii)
Klasifikasi
Kingdom
Subkingdom
Super Divisi
Divis
Kelas
Sub Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Plantae (Tumbuhan)
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
i: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
: Magnoliidae
: Laurales
: Lauraceae
: Cinnamomum
: Cinnamomum burmannii (Nees &Th. Nees)
Kayu manis merupakan pohon hingga tinggi dapat mencapai 15 m, kadang berbanir kadang tidak mempunyai
banir, pepagannya licin tidak bergaris dan berwarna coklat keabu-abuan hingga coklat kemerahan, dengan
bau aromatik yang sangat kuat, getahnya keputihan atau kuning muda. Daunnya agak berhadapan, berseling
atau spiral, dengan titik-titik kelenjar dan berbau harum ketika diremas, berbentuk lonjong - menjorong
hingga melanset, merah muda kemudian hijau muda ketika muda. Perbungaan di ujung atau di ketiak daun,
bunga biseksual jarang yang berbunga tunggal. Buahnya berbiji 1, bulat telur, bijinya juga membulat telur.
Kayu : Agak berat, tidak keras, Pejal, struktur halus, dengan serat lurus.
Warna dan bau : kayu manis ini berwarna merah muda coklat, dan berbau adhas.
Kulit : berwarna kelabu tua, berbau tajam.
Daun : Berwarna merah atau hijau.
Cinnamon merupakan nama lain dari kayu manis yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti kayu yang
manis ,Kayu manis merupakan tanaman obat yang mempunyai nama ilmiah Cinnamomum Bumani (nees)
BI dengan nama daerah antara lain Holim, kayu manis, madang kulit manih, manis jangan, kanigar, kasingar,
kuniggu,puundinga. Manfaat dan khasiat kayu manis sebagai obat pelega perut, peluruh keringat, dan
mengobat sariawan biasanya diramu dengan tanaman obat lain untuk mangatasi tekanan darah tinggi. Kulit
batang memiliki rasa pedas, sedikit manis, hangan dan beraroma wangi, sifatnya menyegarkan tubuh
aromanya berkhasiat sebagai aroma terapi.
Kandungan Kimia
Kulit batang mengandung minyak atsiri, eugenol, safrole, cinnamaldehyde, tanin, kalsium oksalat,
damar, dan zat penyamak
Manfaatan obat herbal kayu manis :
Selain untuk menambah citarasa masakan, juga pada pembuatan kue baik untuk aroma maupun rasa
kayu manis juga dimanfaatkan sebagai obat herbal. Adapun pemanfaatannya diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Pengobatan diabetes melitus:. Berbeda dengan obat-obatan yang lain cara kerja obat herbal
kayu manis ini adalah dengan cara mengoptimalkan atau optimalisasi fungsi organ tubuh yang
masih baik, sehingga ia akan memperbaiki fungsi dari organ pankreas ( karena dalam hal ini
/diabetes) yang bermasalah adalah organ pankreas.
2. Pengobatan asam urat : Ambil 1 ibu jari kayu manis, 5 gram biji pala, 5 butir kapulaga, 5 butir
cengkeh, 4 lembar dan sosor bebek. Bersihkan terlebih dahulu bahan-bahan tersebut dengan
dicuci. Rebus dengan 600 ml air. Didihkan dan sisakan 300 ml. Saring dan minumlah.
3. Pengobatan sakit maag. : Gunakan 10 gram kayu manis yang direbus dengan air 200 cc, dan
sisakan 100 cc. Saring dan minumlah selagi hangat.
4. Untuk obat sakit kepala : ambil 10 gram kayu manis, 3 bitur cengkeh, 5 gram pala, 5 gram
merica, 10 gram jahe. Semua bahan ditumbuk dan diseduh dengan air. Saring dan m,inumlah
secara teratur.
5. Obat perut kembung dan masuk angin : Gunakan 5 gram kayu manis, 5 gram pulosari, 5
gram jahe, 5 gram pulosari dan 5 gram adas, serta 5 gram biji pala. Rebus semua bahan
tambahkan gula aren secukupmya. Rebus hingga mendidih dengan air 800 ml. Sisakan 450 ml.
Minum selagi hangat 150 ml, 3 x sehari.
6. Pengobatan diare : Gunakan 5 gram kayu manis, 5 lembar daun jambu biji. Bersihkan
terlebih daulu dengan dicuci. Rebus dengan air 600 ml dan sisakan 300 ml.
PENDAHULUAN
Kayu manis (Cinnamomum burmanii) merupakan tanaman tahunan yang memerlukan waktu lama
untuk diambil hasilnya. Hasil utama kayu manis adalah kulit batang, dahan, ranting, dan daun. Selain
digunakan sebagai rempah atau pemberi cita rasa (flavor), hasil olahan lainnya seperti minyak atsiri
dan oleoresin banyak dimanfaatkan dalam industri farmasi, kosmetik, makanan, minuman, rokok, dan
sebagainya.
Kulit kayu manis merupakan salah satu produk ekspor Indonesia khususnya daerah Sumatera Barat
dan Jambi. Harga kulit kayu manis ini relatif murah sehingga diperlukan adanya hasil alternatif lain
yang lebih menguntungkan, contohnya ekstrak minyak atsiri.
Minyak atsiri terdapat pada bagian kulit dari batang, cabang, serta ranting yang merupakan nilai utama
dari kayu manis. Di dalam minyak atsiri terdapat senyawa yang berperan sebagai antioksidan seperti
sinamaldehida dan eugenol. Minyak atsiri diperoleh dengan cara penyulingan kulit dan daun kayu
manis. Mutu minyak atsiri kayu manis ditentukan oleh tinggi rendahnya kadar sinamaldehida, semakin
tinggi kadar sinamaldehida semakin tinggi pula harganya. Menurut Ravindran et al. (2004), minyak
atsiri kulit kayu manis mengandung sinamaldehida (5176%), eugenol, eugenol asetat, sinamil asetat,
sinamil alkohol, metil eugenol, benzaldehida, benzil benzoat, linalool, monoterpena, hidrokarbon,
kariofilena, safrol, dan lainnya.
Senyawa yang bersifat antioksidan digunakan untuk mengurangi ketengikan lemak dan minyak dalam
bahan makanan. Antioksidan sintetis, seperti butil hidroksi toluena (BHT), butil hidroksi anisol
(BHA), dan butil hidroksi kuinon (TBHQ) sering digunakan secara efektif tetapi membutuhkan
perhatian terhadap efek sampingnya. Untuk itulah, muncul keinginan untuk mendapatkan senyawa
yang bersifat antioksidatif yang berasal dari bahan alam sebagai alternatif untuk mencegah kerusakan
makanan. Antioksidan dari bahan alam dapat memberikan keuntungan lebih dari antioksidan sintetis.
Rababah et al. (2004) menyatakan bahwa antioksidan alam umumnya berasal dari rempah-rempah,
tanaman herbal, buahbuahan, sayur-sayuran, dan biji-bijian.
Dari penelitian sebelumnya didapatkan aktivitas antioksidan dari ekstrak kasar etanol dengan IC50
sebesar 9 g/mL yang mengandung sinamaldehida sebanyak 68% sebagai komponen utamanya
(Ekaprasada 2010). Berdasarkan penelitian tersebut dilakukan isolasi senyawa sinamaldehida dari
minyak kayu manis C. burmanii melalui metode kromatografi lapis tipis preparatif yang selanjutnya
diuji aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode 1,1-difenil-2- pikrilhidrazil (DPPH) untuk
membuktikan bahwa sinamaldehida memiliki aktivitas sebagai antioksidan alami. Pengujian aktivitas
antioksidan menggunakan kontrol positif butil hidroksi toluena (BHT). Penelitian ini didasarkan pada
kandungan utama minyak kulit kayu manis yang diduga memiliki aktivitas sebagai antioksidan.
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Peralatan analitis yang digunakan adalah clevenger Dean Stark, refraktometer Abbe Atago NAR-3T,
spektrofotometer UV-tampak PharmaSpec 1700, kromatografi gas spektrometri massa (GCMS) HP
Agilent 7890A-5975C inert, piknometer, kromatografi lapis tipis (KLT) silika gel 60 F254, dan silika
gel 60 GF254 untuk KLT preparatif.
Bahan-bahan yang digunakan adalah serbuk kulit kayu manis kering dari daerah Kerinci, 1,1-difenil2-pikrilhidrazil (DPPH), dan butil hidroksi toluena (BHT).
Metode
Penentuan Kadar Air (AOAC 2006)
Kadar air ditentukan dengan metode gravimetri. Pinggan porselen dikeringkan pada suhu 105 oC
selama 30 menit, kemudian didinginkan dalam eksikator dan ditimbang bobot keringnya. Serbuk kayu
manis ditimbang sebanyak 1 gram dimasukkan ke dalam pinggan porselen, kemudian dipanaskan
dalam oven pada suhu 105 oC selama 3 jam. Setelah itu, pinggan porselen yang berisi serbuk kayu
manis didinginkan dalam eksikator dan ditimbang hingga diperoleh bobot konstan (pekerjaan
dilakukan triplo).
3
(a) (b) Gambar 1 Kulit kayu manis (a) dan minyak sinamon hasil isolasi (b).
Hasil analisis komponen senyawa dengan
GCMS terhadap minyak sinamon
memberikan kromatogram dengan 47
komponen senyawa (Gambar 2). Tiga
komponen senyawa utama yang terkandung
di dalam minyak sinamon kasar kulit kayu
manis tersebut adalah senyawa transsinamaldehida sebanyak 32.8% pada waktu
retensi (RT) 8.396, senyawa 3- fenil-2propenal sebanyak 22.9% (RT 8.298), dan
sikloheksana sebanyak 4.3% (RT 7.074).
Komponen senyawa minor lainnya terdapat
pada Lampiran 2. Bobot jenis minyak
sinamon kulit kayu manis yang diperoleh
dari tiga kali ulangan berkisar 1.0247
1.0269. Indeks bias pada suhu 20oC minyak
sinamon adalah 1.56051.5826.
Tabel 1 Hasil distilasi air serbuk kulit kayu
manis
No
Bobot
Bobot
serbuk
minyak
(g)
(g)
1
200.08
1.88
2
200.06
1.85
3
200.05
1.85
4
200.01
1.84
5
200.07
1.88
6
200.10
1.89
7
200.01
1.85
8
200.05
1.89
9
200.03
1.88
10
200.04
1.87
Total
2000.50
18.68
Isolat Sinamaldehida Sampel minyak sinamon hasil distilasi dipisahkan melalui KLT dengan
menggunakan pelat aluminium silika gel 60 F254 dan eluen n-heksana:etanol (95:5). Kromatogram
KLT minyak sinamon terlihat pada Gambar 3. Di bawah lampu UV terdapat lima noda yang
terpisah dengan nilai Rf pada Tabel 2.
Uji Kualitatif Fraksi ke-3 hasil isolasi sinamaldehida KLT preparatif diuji secara kualitatif dengan
menguji kehadiran aldehida menggunakan pereaksi Tollens dan adisi bisulfit. Gambar 4
menunjukkan terbentuknya cermin perak dan endapan putih dari hasil uji kualitatif terhadap fraksi
yang ke-3.
(a) (b) Gambar 4 (a) Uji kualitatif kehadiran aldehida dan (b) uji senyawa karbonil . Uji
Kuantitatif
Analisis komponen senyawa penyusun fraksi yang ke-3 menunjukkan 10 komponen senyawa,
termasuk di dalamnya adalah puncak senyawa pelarut dan eluen yang digunakan selama proses
isolasi (Gambar 5). Tiga komponen senyawa terbesar yang terkandung di dalam fraksi ke-3
menunjukkan senyawa trans-sinamaldehida sebanyak 48.8%, senyawa 3-fenil-2-propenal 40.3%,
dan metanol 9.4%. Daftar selengkapnya terdapat pada Lampiran 3.
Serbuk kulit kayu manis sebanyak 2000.50 g didistilasi selama 6 jam. Rendemen minyak yang
diperoleh sebesar 0.93% (b/b) atau 0.95% (v/b). Rendemen minyak semakin meningkat bergantung
pada lamanya distilasi dan tingginya suhu pemanasan (Ginting 2004). Akan tetapi, suhu yang tinggi
juga dapat menyebabkan terjadinya degradasi komponen minyak atsiri sehingga kehilangan aroma
khas minyak kulit kayu manis (sinamon). Rendemen minyak sinamon yang diperoleh sangat
bergantung pada kehalusan simplisia (Kurniawan 1996).
Proses distilasi selama 8 jam menghasilkan rendemen minyak kayu manis 1.3% (b/b) dengan
menggunakan metode clevenger (Sulaswatty et al. 2001), sedangkan pada penelitian ini distilasi
dilakukan selama 6 jam. Kadar minyak atsiri yang harus dimiliki kulit kayu manis maksimum
adalah 0.7% bersumber pada SNI 01-3714-1995. Hal ini disebabkan perbedaan metode yang
digunakan, yaitu distilasi air dan distilasi uap air. Minyak sinamon dari hasil isolasi menghasilkan
nilai indeks bias dan bobot jenis yang masih berada pada selang yang digunakan sebagai syarat
mutu minyak kulit kayu manis berdasarkan SNI 06-3734-2006 (Lampiran 4).
Hasil analisis GCMS terhadap minyak sinamon menghasilkan kadar sinamaldehida sebesar 55.7%
yang terdiri atas senyawa trans-sinamaldehida dan 3-fenil-2-propenal. Hal ini berarti bahwa
sinamaldehida merupakan komponen utama penyusun minyak sinamon kulit kayu manis C.
burmanii.
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 2 No. 03 Agustus 2013 ISSN 2302 - 2493
96
ABSTRACT
Cinnamon leaf has been used traditionally for lowering glucose level. The objective of this research
were to determine ethanolic extract of cinnamon leaf potention to lowering high glucose level to
white male wistar induct by sucrose. Cinnamon leaf came from rain forest in Langowan, Minahasa.
There are three categories of this leaf based of its leaf color, which is pale red, baby green, and dark
green. The baby green leaf has been used to get the extract. Potention to lowering glucose level
from extract compared by glibenclamide as positif control. Results of this research showed
ethanolic extract with 5%, 10%, 20% b/v can inhibited -glucosidase activity. Cinnamon leaf
extract with concentration 20% can lowering glucose level until 101 mg/dl. This concentration gave
higher affect than concentration 5% was 108 mg/dl and 10% was 105 mg/dl. Glucose level from
white male wistar analyzed using enzimatik reaction with glucose test strip. The conclusion was
ethanolic extract from cinnamon leaf can lowering glucose level from white male wistar induct by
sucrose.
Keywords : Cinnamon leaf, ethanolic extract, glucose level.
PENDAHULUAN
Hiperglikemia adalah suatu
kumpulan gejala yang ditandai oleh adanya kadar glukosa darah tinggi yang disebabkan oleh
kekurangan hormon pengatur kadar glukosa darah (insulin), baik secara relative ataupun mutlak.
Secara empiris tumbuhan kayu manis pada bagian kulit batang pohonnya telah banyak digunakan
masyarakat untuk menurunkan glukosa darah, bahkan sudah biasa dicampurkan didalam makanan
dan atau minuman seperti kopi, cereal, teh, orange juice dan roti, bahkan sekarang sudah tersedia
dalam bentuk kapsul dan pil (Anonim, 2009).
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian tumbuhan kayu manis terhadap penurunan kadar
glukosa darah kebanyakan diambil bagian kulit batangnya, namun bagian daun masih secara
empiris, maka penulis tertarik meneliti secara ilmiah untuk mengkaji khasiat daun kayu manis
sebagai penurun kadar gula darah pada tikus putih jantan yang diinduksi sukrosa.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah eksperimen laboratorium. Jumlah tikus putih jantan yang digunakan
adalah sebanyak 15 ekor.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Daun Kayu Manis diambil dari daerah
Langowan, 15 Ekor Tikus Putih Jantan, makanan hewan untuk tikus, Aquades, Tablet Glibenklamid
5mg, Sukrosa (Gula pasir), Pelarut Etanol 90%.
Persiapan Sampel
Pembuatan ekstrak daun kayu manis dilakukan dengan metode maserasi, yaitu daun kayu manis
yang telah kering, dihaluskan menggunakan blender dan diayak dengan ayakan mess no.18,
ditimbang simplisia daun kayu manis sebanyak 180g lalu diekstraksi dengan 1350 ml etanol 95%
dengan cara maserasi selama 5 hari (setiap hari digojok). Ekstrak kemudian disaring dengan
menggunakan kertas saring wattman diperoleh (filtrat 1) dan sisanya diekstrak kembali selama 2
hari dengan 450 ml etanol 95% lalu disaring dengan menggunakan kertas saring wattman diperoleh
(filtrat 2). Selanjutnya filtrat 1 dan 2 dikumpulkan dan diuapkan dengan vacum evaporator pada
suhu 70oC kemudian didapat 55,33g dan dilanjutkan dengan pengeringan di waterbat pada suhu
40oC - 50oC sampai didapat ekstrak kental sebanyak 22,2g.
Persiapan Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tikus Putih Jantan sebanyak 15 ekor dengan
berat badan 110g 200g. Semua tikus diaklimatisasi terlerbih dahulu selama tujuh hari dan
sebelum dipuasakan ditimbang berat badannya dan diukur kadar gula darah puasa, kemudian
diinduksi sukrosa dengan dosis 1,26g/BB, setelah 30 menit diukur kadar gula darah semua tikus.
Selanjutnya semua tikus diberi sediaan per oral, untuk kelompok kontrol negatif (KA) hanya diberi
aquades, kelompok kontrol positif (KB) diberi glibenklamid dan untuk kelompok perlakuan
(P1,P2,P3) diberi ektrak daun kayu manis.
Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Daun
Kayu Manis
Konsentrasi pemakaian ekstrak daun kayu manis ke tikus (200g) ialah
Konsentrasi 5%, Konsentrasi 10%, Konsentrasi 20%, maka dosis untuk masing-masing tikus putih
jantan adalah :
1. Konsentrasi 5% : 0,125g ekstrak/2,5ml Aquades.
2. Konsentrasi 10% : 0,25g ekstrak/2,5ml Aquades.
3. Konsentrasi 20% : 0,5g ekstrak/2,5ml Aquades.
Perhitungan Dosis Glibenklamid
Dosis Glibenklamid pada manusia dewasa adalah 5 mg, maka konversi dosis
Glibenklamid untuk tikus adalah 5 x 0,018 = 0,09 mg/gBB. Tablet Glibenklamid digerus dan
diambil (setara dengan dosis 0,09 mg/gBB), kemudian dilarutkan dalam aquades hingga 2,5 ml.
Uji Kadar Gula Darah
Hewan uji dibagi dalam 5 kelompok. Masing-masing kadar glukosa darah diukur sebanyak enam
kali yaitu kadar gula darah saat sebelum diinduksi sukrosa, kadar gula darah setelah diinduksi
sukrosa dan kadar gula darah pada menit ke 15, 30, 60, 120 dan 180.
Cara pengukuran glukosa darah yaitu :
1. Pengambilan darah pada Tikus. Darah diambil pada bagian ekor tikus dengan memotong
ujung ekor tikus.
2. Darah tikus putih jantan langsung diletakkan di strip alat ukur gula darah.
3. Secara otomatis hasil kadar glukosa darah akan ditampilkan. Catat hasil pengukuran.
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dilakukan pengamatan potensi penurunan kadar glukosa darah pada hewan uji
tikus putih jantan galur wistar dengan berat badan 110g 200g yang kemudian diinduksikan
dengan sukrosa dosis 1.26g/gBB untuk membuat kondisi hiperglikemia, dimana hewan uji tikus
telah di puasakan selama 14 jam sebelum di induksi sukrosa dan diketahui dengan pemberian
sukrosa memberikan efek yang cukup cepat menaikkan kadar glukosa darah tikus pada waktu 30
menit. Kelompok hewan uji digunakan 5 kelompok dengan 3 kali pengulangan yang terbagi dalam
kelompok A (Negatif) dengan pemberian aquades,
Kelompok B (Positif) dengan pemberian obat glibenklamid 5mg dosis ~ 0,09mg/gBB, Kelompok C
(Ekstrak 5%) dengan pemberian 0,125g/BB, Kelompok D (Ekstrak 10%) dengan pemberian
0,25g/BB, Kelompok E (Ekstrak 20%) dengan pemberian 0,5g/BB.
Penelitian ini menggunakan alat ukur kadar glukosa darah (easy touch multy check) dengan
pengukuran kadar glukosa darah pada masing-masing kelompok sebanyak enam kali yaitu kadar
glukosa darah puasa tikus sebelum diinduksi sukrosa (t0) dan sesudah diinduksi sukrosa 30 menit
(t1), serta kadar glukosa pada menit ke 15 menit (t2), menit ke 30 (t3), menit ke 60 (t4), menit ke 90
(t5). Hasil pengukuran kadar glukosa darah setiap kelompok dapat dilihat pada lampiran 1.
Berdasarkan data hasil penelitian, dapat dilihat pada waktu t0 (kadar glukosa darah puasa sebelum
diinduksi sukrosa) semua perlakuan menyatakan kisaran kadar glukosa darah puasa normal yaitu
rata-rata < 110 mg/dl, pada waktu t1 (kadar glukosa darah setelah 30 menit diinduksi sukrosa) ratarata semua kelompok mengalami kenaikkan KGD yang cukup tinggi, hal ini oleh karena terjadinya
penyerapan glukosa dalam tubuh sehingga masuk dalam darah yang disebabkan sel B tidak dapat
bekerja optimal karena glukosa yang dikonsumsi berlebihan. Dapat dilihat perbedaan kadar glukosa
darah pada hewan uji sebelum dan sesudah diinduksi sukrosa serta setelah adanya perlakuan pada
masing-masing kelompok antara kelompok A sebagai kontrol negatif, kelompok B sebagai control
positif, kelompok C (ekstrak dengan konsentrasi 5%), kelompok D (ekstrak dengan konsentrasi
10%), kelompok E (ekstrak dengan konsentrasi 20%).
Data penelitian menunjukkan adanya efek yang berbeda pada waktu t2 setelah 15 menit. Kelompok
C untuk perlakuan ekstrak 5% rata-rata KGD 160 mg/dl, kelompok D untuk perlakuan ekstrak 10%
rata-rata KGD 168mg/dl, dan kelompok E untuk perlakuan ekstrak 20% rata-rata KGD 149mg/dl,
dimana pada pengamatan t2 ini semua perlakuan masih mengalami peningkatan glukosa darah pada
hewan uji yang disebabkan masih bekerjanya penyerapan glukosa ke dalam darah sehingga kadar
glukosa darah terus meningkat. Pada kelompok A sebagai kontrol negatif yang diberi aquades
mengalami penurunan tidak signifikan yaitu rata-rata 158,6 mg/dl, kelompok B sebagai kontrol
positif dapat dilihat mengalami penurunan kadar glukosa darah yang signifikan yaitu rata-rata 126
mg/dl.
Pada Kelompok kontrol positif penurunan kadar glukosa darah tikus terjadi pada pengamatan t3 (60
menit setelah diinduksi glibeklamid), larutan glibenklamid dengan dosis 0,09mg/Gb dapat
memberikan efek menurunkan kadar glukosa darah tikus.
Kadar glukosa darah tikus semua kelompok perlakuan pada waktu t3 mulai terjadinya penurunan
kadar glukosa darah dikarenakan dalam ekstrak daun kayu manis (Cinnamomum burmanii)
mengandung senyawa flavonoid yang berfungsi untuk merangsang pengaktifan insulin hal ini
diduga dapat menurunkan kadar glukosa darah.
Kelompok kontrol negatif pada pengamatan t1 terjadi peningkatan kadar glukosa darah tikus dan
pada t2 sampai t5 terjadi penurunan yang yang tidak signifikan karena hanya sampai Kadar glukosa
darah 140 mg/dl, hal ini disebabkan karena aquades tidak mempunyai efek penurunan kadar
glukosa darah.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun kayu manis
(Cinnamomum burmanii) memiliki potensi menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih jantan
galur wistar yang diinduksi sukrosa.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 2009. Khasiat Kayu Manis Untuk Diabetes. http://sovianchoeruman. wordpress.
com/2009/08/31/khasiatkayu- manis-untuk-diabetes/; Diunduh tanggal 19 desember 2012.
2. Dalimartha S, Adrian F, 2012, Makanan & Herbal untuk Penderita Diabetes Mellitus.
Jakarta. Penebar Swadaya. Ruyadi S, Sukarmin, 2008. Asuhan
3. Keperawatan pada pasien dengan Gangguan Eksokrin & Endokrin pada Pankreas.
Yokyakarta; Graha Ilmu. Suryono, 2004. Penatalaksanaan Diabetes Melitus. Jakarta: Balai
Penerbit Fak- Kedokteran Indonesia.Tan.H.T & Raharja.K., 2002, Obat-Obat Penting,
PT.Elex Media Komputindo Gramedia, Jakarta.
4.
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 2 No. 03 Agustus 2013 ISSN 2302 2493
97
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Pengukuran rata-rata kadar glukosa darah tikus
Kelompok
t0
t1
t2
t3
t4
t5
A (negatif)
119 150
162
157.3333
147.6667
154
B (positif) 90.33333 134.6667 149 120.3333 101.6667 95.66667
C (5 %) 58.66667 155.3333 160 166 134 108
D (10 %) 77.33333 147.6667 168 126 112 105.3333
E (20 %) 73.33333 117.6667 149 144.6667 137 101.6667
Daftar pustaka.
1.
2.
3.
4.