Anda di halaman 1dari 11

4/22/2017 Bidadari Idaman : LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI FARMASI

1 Lainnya Blog Berikut Buat Blog Masuk

Bidadari Idaman
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

Selasa, 07 Juni 2016 DIV BIDAN PENDIDIK


Darmawati 110696
LAPORAN PRAKTIKUM Ikuti 1

FARMAKOGNOSI FARMASI Lihat profil lengkapku

BAB I Arsip Blog


2016 (35)
1.1 TUJUAN PRAKTIKUM
Juni (13)
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mengenal dan mengidentifikasi beberapa macam haksel yang secara tradisional digunakan ANATOMI FISIOLOGI TELINGA
sebagai ramuan obat. cara membuat makalah kebutuhan
2. Melakukan identifikasi simplisia secara mikroskopik dan mengetahui ciri khas masing- oksigen
masing simplisia tersebut.
makalah partus
1.2 DASAR TEORI
Haksel merupakan bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, biji dan lain-lain LAPORAN PRAKTIKUM
yang dikeringkan tetapi belum dalam bentuk serbuk. Sedangkan simplisia merupakan bahan FARMAKOGNOSI FARMASI
alami yang digunakan sebagai obat dan belum mengalami proses perubahan apapun, dan Laporan Hemoglobin
kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang dikeringkan. Simplisia terbagi atas
FISIOLOGI DARAH HEMOLISIS
simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia mineral.
1. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat Makalah Etika Profesi Kebidanan
tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel
ANALISIS JABATAN
dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara
tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia nabati paling pemeriksaan fisik pada ibu hamil
banyak digunakan seperti rimpang temulawak yang dikeringkan bunga melati, daun seledri, biji
FAKTOR-FAKTOR PENDORONG
kopi, buah adas DAN PENGHAMBAT DALAM
2. Simplisia hewani, yaitu simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat PEMBA...
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni contohnya sirip ikan hiu
PLASENTA PREVIA (KEBIDANAN)
dan madu
3. Simplisia pelikan (mineral), yaitu simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang RAHASIA JABATAN DAN
belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni. PROFESI dan contoh kasusnya ...
Contohnya Belerang dan kapur sirih. ANATOMI FISIOLOGI TELINGA
Dari ketiga golongan tersebut, simplisia nabati merupakan jumlah terbanyak yang digunakan
untuk bahan obat. Penyiapan simplisia nabati merupakan suatu proses memperoleh simplisia Mei (13)
dari tanaman sumbernya di alam. Proses ini meliputi pengumpulan (collection), pemanenan
April (5)
(harvesting), pengeringan (drying), pemilihan (garbling), serta pengepakan, penyimpanan dan
pengawetan (packaging, storage, and preservation). Februari (4)
Pemberian nama suatu simplisia umumnya ditetapkan dengan menyebutkan nama marga
(genus), atau nama spesies (species) atau petunjuk jenis (specific epithet) dari tanaman asal,
diikuti dengan nama bagian tanaman yang dipergunakan. Sebagai contoh : daun dewa dengan
nama spesies Gynura procumbens, maka nama simplisianya disebut Gynurae Procumbensis
Folium. Folium artinya daun. Namun tidak semua nama simplisia mengikuti aturan seperti
diatas, misalnya :
- Guazuame Folium : nama genus dari Guazuma ulmifolia diikuti Folium
- Calami Rhizome : menunjukan penyebutan nama berdasarkan atas nama belakang dari
spesies (Acorus calamus)
Nama Latin dari Bagian Tanaman yang digunakan dalam tatanama simplisia antara lain :
Nama latin Bagian tanaman

http://darmawati110696.blogspot.co.id/2016/06/laporan-praktikum-farmakognosi-farmasi_7.html 1/11
4/22/2017 Bidadari Idaman : LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI FARMASI
Amilum Pati
Bulbus Umbi lapis
Caulis Batang
Cortex Kulit kayu
Flos Bunga
Folia Daun
Folium Daun
Fructus Buah
Herba Seluruh tanaman
Lignum Kayu
Radix Akar
Rhizome Rimpang
Semen Biji
Thallus Bagian dari tanaman rendah
Tubera Umbi

Simplisia dapat diperoleh dari tanaman liar atau dari tanaman yang sengaja
dibudidayakan/dikultur. Tanaman liar disini diartikan sebagai tanaman yang tumbuh dengan
sendirinya di hutan-hutan atau di tempat lain di luar hutan atau tanaman yang sengaja ditanam
tetapi bukan untuk tujuan memperoleh simplisia untuk obat (misalnya tanaman hias, tanaman
pagar). Sedangkan tanaman kultur diartikan sebagai tanaman budidaya, yang ditanam secara
sengaja untuk tujuan mendapatkan simplisia. Tanaman budidaya dapat berupa perkebunan
luas, usaha pertanian kecil-kecilan atau berupa tanaman halaman dengan jenis tanaman yang
sengaja ditanam untuk tujuan memperoleh simplisia tetapi juga berfungsi sebagai tanaman hias.
Dibandingkan dengan tanaman budidaya, tanaman liar sebagai sumber simplisia mempunyai
beberapa kelemahan untuk dapat menghasilkan simplisia dengan mutu yang memenuhi standar
tetap yang dikehendaki. Hal ini disebabkan karena :
a. Unsur tanaman pada waktu pengumpulan tanaman atau organ tanaman sulit atau tidak dapat
ditentukan oleh pengumpul. Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia sering dipengaruhi oleh
umur tanaman pada waktu pengumpulan simplisia yang bersangkutan. Ini berarti aktivitas
biologis yang dikehendaki dari suatu simplisia sering berubah apabila umur tanamn dari suatu
pengumpulan ke waktu pengumpulan lain tidak sama.
b. Jenis (spesies) tanaman yang dikehendaki sering tidak tetap dari satu waktu pengumpulan
ke waktu pengumpulan berikutnya. Sering timbul kekeliruan akan jenis tanaman yang
dikehendaki. Dua jenis tanaman dalam satu marga kadang mempunyai bentuk morfologi yang
sama dari pengamatan seseorang (pengumpul) yang sering bukan seorang ahli / seorang yang
berpengalaman dalam mengenal jenis tanaman yang dikehendaki sebagai sumber simplisia.
Perbedaan jenis suatu tanaman akan berarti perbedaan kandungan senyawa aktif.
c. Perbedaan lingkungan tempat tumbuh jenis tanaman yang dikehendaki. Satu jenis tanaman
liar sering tumbuh pada tempat tumbuh dan lingkungan yang berbeda (ketinggian, keadaan
tanah, cuaca yang berbeda). Simplisia yang diperoleh dari satu jenis tanaman sama tetapi
berasal dari dua lingkungan dapat mengandung senyawa aktif dominan yang berbeda.
Misalnya tanaman D. Myoporoides di daerah Australia utara kandungan skopolamina yang
dominan, sedangkan di Australia selatan kandungan hiosiamina yang dominan.
Jika simplisia diambil dari tanaman budidaya maka keseragaman umur, masa panen dan galur
tanaman dapat dipantau. Namun tanaman budidaya juga ada kerugiannya. Pemeliharaan rutin
menyebabkan tanaman menjadi manja, mudah terserang hama sehingga pemeliharaan ekstra
diperlukan untuk mencegah serangan parasit. Penggunaan pestisida untuk ini membawa
konsekuensi tercemarnya simplisia dengan residu pestisida (sehingga perlu pemeriksaan residu
pestisida).
Identifikasi simplisia yang akan dilakukan secara :
Organoleptik meliputi pengujian morfologi, yaitu berdasarkan warna, bau, dan rasa, dari
simplisia tersebut.
Makroskopik merupakan pengujian yang dilakukan dengan mata telanjang atau dengan
bantuan kaca pembesar terhadap berbagai organ tanaman yang digunakan untuk simplisia.
Mikroskopik, pada umumnya meliputi pemeriksaan irisan bahan atau serbuk dan
pemeriksaan anatomi jaringan itu sendiri.
v Kandungan sel dapat langsung dilihat di bawah mikroskop atau dilakukan pewarnaan.
Sedangkan untuk pemeriksaan anatomi jaringan dapat dilakukan setelah penetesan pelarut
tertentu, seperti kloralhidrat yang berfungsi untuk menghilangkan kandungan sel seperti amilum
dan protein sehingga akan dapat terlihat jelas di bawah mikroskop. Namun, untuk
pemeriksaan amilum dilakukan dengan penetesan air saja.
Berikut adalah beberapa penjabaran dari tanaman yang digunakan untuk simplisisa pada
praktikum ini:
1. Apii graveolens Folium

http://darmawati110696.blogspot.co.id/2016/06/laporan-praktikum-farmakognosi-farmasi_7.html 2/11
4/22/2017 Bidadari Idaman : LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI FARMASI

Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Sub Divisi : Magnoliopsida
Kelas : Apiales
Family : Apiaceae
Genus : Apium
Spesies : A. graveolens
Makroskopis:
Herba tegak, dapat tumbuh lebih dari dua tahun, daun berpangkal pada batang dekat tanah,
bertangkai, dan di bagian bawah sering terdapat daun muda di kedua sisi tangkainya, helaian
daun berbentuk lekuk tangan, tidak terlalu dalam, panjang 2-5 cm, lebar 1,5-3 cm, baunya
sedap, khas. Batang kaku dan bersiku, berupa batang semu, tinggi tanaman mencapai 25-100
cm. Bunga tersusun majemuk, bertangkai pendek-pendek, bergerombol kecil, berwarna putih
sampai hijau keputihan. Buah membulat, panjang 1-2 mm, berwarna coklat lemah sampai
coklat kehijauan suram.
Mikroskopis:
Anatomi simplisia yang teramati oleh praktikan dibawah mikroskop adalah stomata dan kristak
kalsium oksalat.
2. Caryophily Flos

Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnolipsida
Ordo : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : S.aromaticum
Makroskopis:
Cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki batang
pohon besar dan berkayu keras, cengkeh mampu bertahan hidup puluhan bahkan sampai
ratusan tahun , tingginya dapat mencapai 20 -30 meter dan cabang-cabangnya cukup lebat.
Mikroskopis:
Anatomi simplisia yang dapat diamati oleh praktikan adalah peristem sekunder, butir pati,
endosperm, berkas pembuluh.

3. Chicona Cortex

Kingdom :
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Family : Rubiaceae

http://darmawati110696.blogspot.co.id/2016/06/laporan-praktikum-farmakognosi-farmasi_7.html 3/11
4/22/2017 Bidadari Idaman : LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI FARMASI
Genus : Chinchona
Spesies : Chinchona sp.
Makroskopis:
Letak daun berhadapan, bentuk bundar sungsang lonjong, panjang 8 15cm, lebar 3 6cm,
permukaan bagian bawah berbulu halus seperti beludru terutama pada daun yang masih muda,
panjang tangkai 1 1.5cm. Bunga bentuk malai, berbulu halus, bunga mengumpul di setiap
ujung perbungaan, kelopak bentuk tabung dan bergigi pada bagian atasnya. Buah berwarna
kemerahan bila masak, bentuk seperti telur panjang 4mm. Tinggi pohon antara 4 10m,
cabang bentuk segi empat, berbulu halus atau lokos. Daun elip sampai lanset, bagian pangkal
lancip dan tirus, ujung daun lancip. Batang berkayu.

Mikroskopis:
Anatomi simplisia yang teramati oleh praktikan di bawah mikroskop antara lain adalah
parenkim, sel gabus yang terlihat tangensial, butir pati lepas, dan hablur pasir

BAB II

2.1 ALAT DAN BAHAN


a. ALAT :
1. Mikroskop
2. Lampu spiritus
3. Kaca pembesar
4. Gelas objek dan penutup gelas
5. Tissue / Lap

b. BAHAN :
1. Simplisia
2. Aquadestilata
3. Larutan Kloralhidrat
4. Spiritus bakar untuk lampu spiritus

2.2. PROSEDUR PERCOBAAN (PENYIAPAN PREPARAT)


1. Amilum
Dilihat dalam media air dengan pembesaran lemah (12,5 x 10) dan pembesaran kuat (12,5 x
40).
2. Radix, Rhizoma
Serbuk akar secukupnya ditempatkan di atas gelas objek ditambah beberapa tetes larutan
kloralhidrat, dihangatkan di atas nyala lampu spiritus (jangan smapai mendidih). Tutup dengan
gelas penutup. Setelah dingin dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran lemah dan bila
perlu dilihat dengan pembesaran kuat.
3. Lignum, Cortex
Serbuk batang atau kulit batang secukupnya ditempatkan di atas gelas objek ditambah
beberapa tetes larutan kloralhidrat, dihangatkan di atas nyala lampu spiritus (jangan smapai
mendidih). Tutup dengan gelas penutup. Setelah dingin dilihat di bawah mikroskop dengan
pembesaran lemah dan bila perlu dilihat dengan pembesaran kuat.
4. Folium, Herba
Serbuk daun secukupnya ditempatkan di atas gelas objek ditambah beberapa tetes larutan

http://darmawati110696.blogspot.co.id/2016/06/laporan-praktikum-farmakognosi-farmasi_7.html 4/11
4/22/2017 Bidadari Idaman : LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI FARMASI
kloralhidrat, dihangatkan di atas nyala lampu spiritus (jangan smapai mendidih). Tutup dengan
gelas penutup. Setelah dingin dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran lemah dan bila
perlu dilihat dengan pembesaran kuat.
5. Flos, Fructus, Semen
Serbuk bunga, buah atau biji secukupnya ditempatkan di atas gelas objek ditambah beberapa
tetes larutan kloralhidrat, dihangatkan di atas nyala lampu spiritus (jangan smapai mendidih).
Tutup dengan gelas penutup. Setelah dingin dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran
lemah dan bila perlu dilihat dengan pembesaran kuat.

DAFTAR SIMPLISIA
Bagian tanaman No. Nama Simplisia
Radix, Rhizoma, Tuber 1. C. xanthorhizza (Rhizoma (Rimpang Temulawak)
2. Curcuma domestica Rhizoma (Rimpang kunyit)
3. Languatis Rhizoma (Rimpang Lengkuas)
4. C.aeruginosae Rhizoma (Rimpang Temu Hitam)
5. Vetiveriae zizanioides Radix (Akar Wangi)
6. Zingiber officinalle (Rimpang Jahe)
7. Z. purpurea Rhizoma (Rimpang Bangle)
8. Mirabilis Tuber (Umbi Bunga Pukul Empat)
9. Kaemferiae Rhizoma (Rimpang Kencur)
10. Curcuma alba Rhizoma (Rimpang Kunyit Putih)
Lignum, Cortex 11. Caesalpinia Cortex (Kulit Kembang Merak)
12. Chinchona Cortex (Kulit Kina)
13. Alstoniae Cortex (Kulit Pule)
14. Sappan Lignum (Kulit Secang)
15. Tinosporae Caulis (Batang Brotowali)
16. Cinamommum burmannii Cortex (Kulit Kayu Manis)
17. Santali Lignum (Kayu Cendana)
Folium, Herba 18. Digitalis Folium (Daun digitalis)
19. Phylantii Herba (Herba Meniran)
20. Sonchi Folium (Daun Tempuyung)
21. Apii graveolens Folium (Daun Seledri)
22. Carica papaya Folium (Daun Pepaya)
23. Gynura Folium (Daun Dewa)
24. Andrographis paniculata Folium (Daun Sambiloto)
Flos, Fructus, Semen 25. Amomi Fructus (Buah Kapulaga)
26. Caryophylli Flos (Bunga Cengkeh)
27. Piperis albi Fructus (Buah lada putih)
28. Piperis nigri Fructus (Merica Hitam)
29. Coffea Semen (Biji Kopi)
30. Myristicae Semen (Biji Pala)
Amilum 31. Amilum oryzae
32. Amilum mannihot
33. Amilum maydis
34. Amilum metroxilon

BAB III
3.1 PEMBAHASAN
Pada praktikum haksel ini dilakukan pemeriksaan simplisia secara mikroskopik, organoleptis
dan makroskopik pada 34 haksel dan serbuk simplisia. Pemeriksaan secara organoleptis
dilakukan dengan mengamati warna, bau, dan rasa. Pemeriksaan secara mikroskopik
dilakukan dengan melihat anatomi jaringan dari serbuk simplisia yang ditetesi larutan
kloralhidrat kemudian dipanaskan di atas lampu spiritus (jangan sampai mendidih). Kemudian

http://darmawati110696.blogspot.co.id/2016/06/laporan-praktikum-farmakognosi-farmasi_7.html 5/11
4/22/2017 Bidadari Idaman : LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI FARMASI
pengamatan dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan perbesaran kuat.
Sedangkan khusus untuk uji amilum hanya ditetesi dengan aquades. Hal ini disebabkan karena
penetesan kloralhidrat pada amilum dapat menghilangkan butir-butir amilum. Kloralhidrat juga
dapat digunakan untuk menghilangkan kandungan sel seperti protein. Sedangkan pemeriksaan
secara makroskopik dilakukan dengan melihat simplisia dan serbuk simplisia secara langsung
dengan mata telanjang, memperhatikan bentuk dari simplisia.
Namun terdapat beberapa kendala yang dihadapi pada pemeriksaan makroskopik dan
organoleptis. Simplisia satu dengan yang lainnya memiliki bentuk, warna, dan bau yang hampir
mirip pada sebagian besar simplisia. Sedangkan kendala pada pemeriksaan mikroskopis
adalah pada saat pemanasan, terkadang kloralhidrat pada objek gelas mendidih, sehingga
pada saat diamati dibawah mikroskop, objek menjadi tidak jelas. Kendala lain pada
pemeriksaan mikroskopis adalah ketidaktelitian praktikan dalam menggunakan alat sehingga
antara pengamatan simplisia satu dengan yang lainnya dapat tercampur dan dapat
mempengaruhi pemeriksaan.
Tentunya banyak simplisia yang memiliki perbedaan yang jelas jika dibandingkan dengan
simplisia yang lain. Hal ini disebabkan simplisia tersebut memiliki ciri khas yang diakibatkan
oleh adanya perbedaan anatomi dan morfologi. Namun ciri khas tersebut dapat pula tidak
nampak karena kesalahan dalam melakukan pemeriksaan dan penyimpnan simplisia yang
relatif lama. Berikut ini merupakan penjabaran secara organoleptis, makroskopis, dan
mikroskopis dari simplisia yang praktikan amati:
1. Curcuma xanthorhizza Rhizoma
a. Organolepis :
kuning muda-kecoklatan, bau sedikit menyengat, rasa pahit.
b. Makroskopik:
Kuning pucat pada bagian dalam, coklat muda pada bagian luar, bentuknya bulat dan agak
besar.
c. Mikroskopik:
Ciri kas anatomi jaringan ini yaitu adanya serabut sklerenkim dan rambut penutup. Namun
anatomi yang dapat diamati oleh praktikan meliputi serabut sklerenkim, rabut penutup,berkas
pembuluh dan butir pati.
2. Curcuma domestica Rhizoma
a. Organolepis :
Warna oranye kekuningan, dengan bau khas aromatik dan rasa agak hambar.
b. Makroskopik:
Kuning (Oranye cerah) pada bagian dalam, coklat pucat pada bagian luar, bentuknya bulat
agak lonjong.
c. Mikroskopik: Anatomi jaringan ini mempunyai ciri khas yaitu adanya parenkim, gumpalan
sel, dan rambut penutup. Anatomi jaringan yang diamati praktikan meliputi pembuluh kayu,
parenkim dan butir pati.
3. Languatis Rhizoma
a. Organolepis :
Warna kecoklatan, tidak berbau, rasanya hambar
b. Makroskopik:
Warnanya coklat muda , berbentuk agak lonjong
c. Mikroskopik:
Anatomi jaringan ini mempunyai ciri yaitu memiliki jaringan berkas pembuluh. Anatomi jaringan
yang dapat diamati praktikan meliputi parenkim dengan butir pati, jaringan berkas pembuluh,
dan butir pati
4. C.aeruginosae Rhizoma (Rimpang Temu Hitam)
a. Organolepis :
Warna kuning kecoklatan dengan bau aromatik dan rasa hambar
b. Makroskopik:
Warna kuning pucat pada bagian dalam dan berserat, coklat pucat pada bagian luar,
bentuknya bulat agak lonjong.
c. Mikroskopik:
Anatomi jaringan ini yang dapat diamati yaitu butir pati, perisperm perifer, parenkim dengan
butir pati.
5. Vetiveriae zizanioides Radix (Akar Wangi)
a. Organolepis :
Warna coklat muda, bau khas aromatik, rasa tidak berasa.
b. Makroskopik :
Akar berupa serabut kecil dan agak panjang berwarna coklat pucat kekuningan.
c. Mikroskopik :
Anatomi jaringan yang teramati yaitu parenkim, butir pati, parenkim sel minyak, dan serabut
sklerenkim.

http://darmawati110696.blogspot.co.id/2016/06/laporan-praktikum-farmakognosi-farmasi_7.html 6/11
4/22/2017 Bidadari Idaman : LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI FARMASI
6. Zingiber officinalle (Rimpang Jahe)
a. Organolepis :
Warna coklat muda dengan bau aromatik dan rasa pedas.
b. Makroskopik:
Warna kuning pucat pada bagian dalam dan berserat, coklat pucat pada bagian luar,
bentuknya bulat agak lonjong.
c. Mikroskopik:
Anatomi jaringan ini mempunyai ciri serabut, pembuluh kayu dan berkas pembuluh. Anatomi
yang dapat diamati yaitu butir pati, serabut, parenkim dengan sel ekskresi, berkas pembuluh.
7. Z. purpurea Rhizoma (Rimpang Bangle)
a. Organolepis :
Warna kuning, bau aromatik, rasa tidak berasa.
b. Makroskopik:
Berbentuk seperti akar-akaran yang agak besar, berserat
c. Mikroskopik:
Anatomi jaringan yang dapat diamati meliputi pembuluh kayu, serabut xilem, dan putir pati.
8. Mirabilis Tuber (Umbi Bunga Pukul Empat)
a. Organolepis :
Warna coklat, tidak berbau, rasa asin
b. Makroskopik :
Umbi berwarna coklat pusat dan berserat.
c. Mikroskopik :
Anatomi jaringan yang teramati yaitu hablur kalsium oksalat bentuk jarum (khas), butir pati,
dan parenkim
9. Kaemferiae Rhizoma (Rimpang Kencur)
a. Organolepis :
Warna coklat kemerahan, bau khas aromatik, rasa hambar
b. Makroskopik :
Rimpang bulat sembarang, kulit coklat dan bagian dalam berwarna putih pucat.
c. Mikroskopik :
Anatomi jaringan yang teramati yaitu pembuluh kayu dengan penebalan spiral, butir pati,
parenkim dan sel minyak
10. Curcuma alba Rhizoma (Rimpang Kunyit Putih)
a. Organolepis :
Warna putih agak kecoklatan, bau khas, dan rasa agak asin.
b. Makroskopik :
potongan melintak berbentuk lingkaran yang berserabut.
c. Mikroskopik :
Anatomi jaringan yang teramati yaitu serabut sklerenkim, epidermis atas, butir pati.
11. Caesalpinia Cortex (Kulit Kembang Merak)
a. Organolepis :
Warna coklat muda, bau aromatik, tidakk berasa
b. Makroskopik:
Kulit kayu berwarna coklat muda dengan bintik hitam tersebar.
c. Mikroskopik:
Anatomi jaringan ini yang dapat diamati yaitu parenkim dengan kristal, hablur kalsium oksalat,
parenkim korteks
12. Chinchona Cortex (Kulit Kina)
a. Organolepis :
Warna coklat kemerahan, bau khas agak menyengat, rasa pahit.
b. Makroskopik:
Kulit kayu berwarna merah berserat membujur.
c. Mikroskopik:
Anatomi jaringan ini mempunyai ciri khas serabut floem dan butir pati lepas. Anatomi yang
dapat diamati praktikan yaitu parenkim, hablur pasir, gabus tangensial, dan butir pati lepas.
13. Alstoniae Cortex (Kulit Pule)
a. Organolepis :
Warna coklat kekuningan, berbau harum, dan rasanya pahit.
b. Makroskopik :
Kulit kayu berwarna coklat tua dan bergelombang (bagian luar), bagian dalam halus dan
berwarna coklat muda.
c. Mikroskopik :
Anatomi jaringan yang teramati yaitu serabut, sel batu, hablur kalsium olsalat, jaringan gabus
dan butir pati.
14. Sappan Lignum (Kulit Secang)

http://darmawati110696.blogspot.co.id/2016/06/laporan-praktikum-farmakognosi-farmasi_7.html 7/11
4/22/2017 Bidadari Idaman : LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI FARMASI
a. Organolepis :
Warna coklat muda, bau khas, rasa agak hambar.
b. Makroskopik :
Batangnya berwarna coklat-oranye berserat.
c. Mikroskopik :
Anatomi jaringan yang teramati yaitu serabut xilem, serabut pembuluh kayu.
15. Tinosporae Caulis (Batang Brotowali)
a. Organolepis :
Warna coklat, bau aromatis, rasa sangat pahit.
b. Makroskopik :
Batang berwarna coklat keputihan agak pucat dan terdapat tonjolan kehitaman.
c. Mikroskopik :
Anatomi jaringan yang teramati yaitu parenkim, serabut, pembuluh kayu bernoktah, hablur
kalsium oksalat
16. Cinamommum burmannii Cortex (Kulit Kayu Manis)
a. Organolepis :
Warna coklat kemerahan, bau khas aromatik, rasa agak manis, rasa tidak berasa
b. Makroskopik :
Kulit kayu berwarna coklat kemerahan dan biasanya menggulung.
c. Mikroskopik :
Anatomi jaringan yang teramati yaitu sel batu, serabut sklerenkim dan sel hablur kalsium
oksalat
17. Santali Lignum (Kayu Cendana)
a. Organolepis :
Warna coklat keoranyean, bau aromatik, rasa tidak berasa
b. Makroskopik :
Batang berkayu kecoklatan
c. Mikroskopik :
Anatomi jaringan yang teramati yaitu serabut, hablur kalsium oksalat, seludang hablur kalsium
oksalat.
18. Digitalis Folium (Daun digitalis)
a. Organolepis :
Warna hijau kehitaman, bau aromatik, rasa pahit
b. Makroskopik :
Daun coklat kehijauan, berserat kasar.
c. Mikroskopik :
Anatomi jaringan yang teramati yaitu trikoma dan glandular tricoma yang merupakan ciri khas
dari simplisia ini.
19. Phylantii Herba (Herba Meniran)
a. Organolepis :
Warna coklat kehijauan, tidak berbau, rasa tidak berasa.
b. Makroskopik:
Batang kecil coklat muda dengan daun kecil coklat kehijauan,.
c. Mikroskopik:
Anatomi jaringan ini mempunyai ciri fragmen mesofil dan fragmen kulit biji. Anatomi yang
dapat diamati oleh praktikan yaitu hablur kalsium oksalat, fragmen kulit buah, fragmen kulit biji
20. Sonchi Folium (Daun Tempuyung)
a. Organolepis :
Warna coklat kehijauan, berbau lemah, dan tidak berasa
b. Makroskopik :
Daun hijau tua, tulang daun menyirip, tepi daun bergerigi dan kasar.
c. Mikroskopik :
Anatomi jaringan yang teramati yaitu berkas pembuluh dan rambut penutup. Jika diamati dari
gambar, berkas pembuluhnya mirip per. Hal inilah yang menjadikan berkas pembuluhnya
merupakan ciri khas dari simplisia ini. Anatomi yang dapat diamati praktikan yaitu pembuluh
dan epidermis atas.
21. Apii graveolens Folium (Daun Seledri)
a. Organolepis :
Warna coklat kehijauan , bau aromatik, dan rasa asin sedikit pedas, lama lama timbul rasa
tebal di lidah.
b. Makroskopik :
Daun coklat kehijauan, berbentuk seperti kipas dan tepi daun bergerigi.
c. Mikroskopik :
Anatomi jaringan yang teramati yaitu stomata, kristal kalsium oksalat, fragmen xilem dengan
floem dan dengan penebalan cincin.

http://darmawati110696.blogspot.co.id/2016/06/laporan-praktikum-farmakognosi-farmasi_7.html 8/11
4/22/2017 Bidadari Idaman : LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI FARMASI
22. Carica papaya Folium (Daun Pepaya)
a. Organolepis :
Warna hijau tua, bau aromatik, rasa agak pahit.
b. Makroskopik :
Daun berwarna hijau tua dengan tulang daun menjari.
c. Mikroskopik :
Anatomi jaringan yang teramati yaitu epidermis atas, hablur kalsium oksalat, fragmen mesofil.
23. Gynura Folium (Daun Dewa)
a. Organolepis :
Warna hijau-coklat, bau khas aromatik, rasa tidak berasa
b. Makroskopik :
Daun berwarna hijau-kehitaman, lonjong dan permukaan berbulu.
c. Mikroskopik :
Anatomi jaringan yang teramati yaitu rambut penutup,jaringan bunga karang, dan epidermis
bawah
24. Andrographis paniculata Folium (Daun Sambiloto)
a. Organolepis :
Warna coklat kehijauan, bau agak menyengat, rasa sangat pahit.
b. Makroskopik :
Daun kecil berwarna hijau tua berserat.
c. Mikroskopik :
Anatomi jaringan yang teramati yaitu sistolit, fragmen epidermis, fragmen epidermis bawah,
fragmen kulit buah.
25. Amomi Fructus (Buah Kapulaga)
a. Organolepis :
Warna putih abu kecoklatan, bau aromatik, rasa agak pedas.
b. Makroskopik :
Buahnya bulat, terdapat tonjolan garis membujur berwarna putih mengelilingi buah.
c. Mikroskopik :
Anatomi jaringan yang teramati yaitu epidermis luar tangensial, perikarp, hablur kalsium
oksalat, dan endosperm
26. Caryophylli Flos (Bunga Cengkeh)
a. Organolepis :
Warna coklat muda, bau khas aromatik, rasa tidak berasa.
b. Makroskopik :
Bunga berbentuk silinder dengan ujung tajam, dan ujung yang lain, terdapat kelopak, berwarna
coklat tua.
c. Mikroskopik :
Anatomi jaringan yang teramati yaitu serabut sklerenkim, calsium oksalat, sel batu dan
sklereida
27. Piperis albi Fructus (Buah lada putih)
a. Organolepis :
Warna putih, bau khas, rasa pedas.
b. Makroskopik :
Bulat kecil berwarna putih
c. Mikroskopik :
Anatomi jaringan yang teramati yaitu kelompok sel batu, fragmen perisperm, butir pati.
28. Piperis nigri Fructus (Merica Hitam)
a. Organolepis :
Warna hitam, bau khas, dan rasanya pedas
b. Makroskopik :
Bulat kecil berwarna hitam
c. Mikroskopik :
Anatomi jaringan yang teramati yaitu jafragmen perisperm, fragmen mesokarp, butir pati.
29. Coffea Semen (Biji Kopi)
a. Organolepis :
Warna coklat tua-hitam, bau harum khas aromatik, rasa pahit.
b. Makroskopik :
biji bulat lonjong, berbentuk bulir, berwarna coklat kehitaman, bagian tengah terdapat belahan.
c. Mikroskopik :
Anatomi jaringan yang teramati yaitu sel batu, perisperm, vakuola.
30. Myristicae Semen (Biji Pala)
a. Organolepis :
Warna coklat muda, bau khas aromatik, rasa tidak berasa
b. Makroskopik :

http://darmawati110696.blogspot.co.id/2016/06/laporan-praktikum-farmakognosi-farmasi_7.html 9/11
4/22/2017 Bidadari Idaman : LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI FARMASI
Biji bulat lonjong, berwarna coklat muda bergelombang
c. Mikroskopik :
Anatomi jaringan yang teramati yaitu peristem sekunder, butir pati, endosperm, berkas
pembuluh.
31. Amilum oryzae
a. Organolepis :
Warna putih, tidak berbau, tidak berasa
b. Makroskopik :
Hablur putih
c. Mikroskopik :
Anatomi jaringan yang teramati yaitu butir pati menggerombol.
32. Amilum mannihot
a. Organolepis :
Warna putih , tidak berbau, tidak berasa.
b. Makroskopik :
Habur putih.
c. Mikroskopik :
Anatomi jaringan yang teramati yaitu butir pati sebagian besar tunggal, ada yang bergerombol
dua atau tiga, hilus terlihat dan berbentuk lamda
33. Amilum maydis
a. Organolepis :
Warna putih , tak berbau, tek berasa.
b. Makroskopik :
Habur putih.
c. Mikroskopik :
Anatomi jaringan yang teramati yaitu butir pati ada yang bergerombol, ada yang tunggal, hilus
terlihat.
34. Amilum metroxilon
a. Organolepis :
Warna putih, tak berbau, tak berasa.
b. Makroskopik :
Hablur putih
c. Mikroskopik :
Anatomi jaringan yang teramati yaitu butir pati tunggal, ada hilus dan lamela.

3.2 KESIMPULAN
1. Praktikum haksel dan pemeriksaan simplisia dilakukan pemeriksaan secara organoleptis,
makroskopik dan mikroskopik.
2. Pemeriksaan secara organoleptik meliputi pengujian morfologi, yaitu berdasarkan warna,
bau dan rasa.
3. Pemeriksaan secara makroskopik pengujian dilakukan dengan mata telanjang atau dapat
juga dengan bantuan kaca pembesar terhadap berbagai organ tanaman yang digunakan
sebagai simplisia.
4. Pemeriksaan secara mikroskopik dilakukan dengan melihat anatomi jaringan dari serbuk
simplisia di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah (12,5 x 10) dan perbesaran kuat
(12,5 x 40).
5. Tujuan dari penambahan larutan kloralhidrat adalah untuk menghilangkan kandungan sel
seperti amilum dan protein sehingga dapat terlihat jelas di bawah mikroskop.
6. Tujuan serbuk simplisia yang ditetesi oleh larutan kloralhidrat, dihangatkan di atas spiritus
menyala adalah agar kloralhidrat sedikit menguap karena pemanasan, sehingga simplisia dapat
menempel sempurna pada objek glass. Pemanasan juga dapat membuat isi sel seperti amilum
rusak.
7. Tidak semua simplisia mempunyai ciri khas yang membedakan simplisia dengan simplisia
lainnya.
8. Pada pemeriksaan simplisia dan serbuk hanya beberapa simplisia berhasil dikerjakan
dengan baik, disebabkan kesalahan praktikan saat mengerjakan penyiapan preparat
simplisia,keterbatasan waktu yang disediakan, atau dapat juga dikarenakan bahan simplisia
yang terlalu lama disimpan,

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1975. Materia Medika Indonesia, Jilid I, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 1977. Materia Medika Indonesia, Jilid II, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 1979. Materia Medika Indonesia, Jilid III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 1979. Materia Medika Indonesia, Jilid IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

http://darmawati110696.blogspot.co.id/2016/06/laporan-praktikum-farmakognosi-farmasi_7.html 10/11
4/22/2017 Bidadari Idaman : LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI FARMASI
Anonim, 1979. Materia Medika Indonesia, Jilid V, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 1979. Materia Medika Indonesia, Jilid VI, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 2008, Buku Ajar Mata Kuliah Farmakognosi, Jurusan Farmasi FMIPA Universitas
Udayana, Jimbaran
Tim Penyusun, 2008, Petunjuk Praktikum Farmakognosi, Laboratorium Farmakognosi
Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana, Jimbaran

Diposkan oleh Darmawati 110696 di 08.12


+1 Rekomendasikan ini di Google

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai: Unknown (Google) Keluar

Publikasikan Pratinjau Beri tahu saya

Posting Lebih Baru Beranda Posting Lama

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Tema Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.

http://darmawati110696.blogspot.co.id/2016/06/laporan-praktikum-farmakognosi-farmasi_7.html 11/11

Anda mungkin juga menyukai