“BIAYA STANDAR”
OLEH
KELOMPOK 2 :
SARLI (B1C117201)
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami dengan judul
“BIAYA STANDAR”
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin member saran dan
kritik sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah “BIAYA STANDAR” ini dapat
diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB IV PENUTUP.................................................................................................
PENDAHULUAN
Standar adalah suatu benchmark atau "norma" untuk pengukuran kinerja. Dalam kehidupan
sehari-hari, kita sering menggunakan standar. Pertimbangkan apa yang akan terjadi ketika
seorang pengemudi duduk di kursi pengemudi mobil. Pengemudi itu memasukkan kunci di
kontaknya, memutar kunci dan mesin mobil akan hidup. Harapan pengemudi (standar) bahwa
mesin mobil akan hidup, sehingga pengemudi tidak perlu membuka kap mobil dan mengecek
aki, kabel-kabel yang berhubungan, selang bensin dan lain-lain. Jika pengemudi memutar kunci
dan mesin mobil tidak mau hidup, maka yang terjadi adalah ketidakcocokan (selisih).
Selanjutnya pengemudi harus menyelidiki mengapa mesin mobil tidak mau hidup. Akan lebih
bijaksana jika pengemudi menyelidiki penyebabnya jika sudah menghidupkan mobil dua kali.
Jika penyebabnya tidak ditemukan dan diperbaiki, masalah yang lebih buruk akan muncul
kembali.
Pengendalian biaya produksi dan penetapan harga pokok produksi yang cermat dan tepat
sangat penting, karena biaya produksi akan memberikan pengaruh langsung terhadap harga
pokok produksi yang akhirnya berakibat juga pada laba yang diharapkan perusahaan. Sehingga
diperlukan suatu alat pengendalian yang diantaranya berupa penetapan biaya standar. Biaya
standar merupakan alat yang penting didalam menilai pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan
sebelumnya. Jika biaya standar ditentukan realistis, hal ini akan merangsang pelaksana dalam
melaksanakan pekerjaan yang efektif, karena pelaksana telah mengetahui bagaimana pekerjaan
seharusnya dilaksanakan, dan pada tingkat biaya berapa pekerjaan tersebut seharusnya
dilaksanakan.
Pada perusahaan pengolahan atau manufacturing, biaya standar dibuat untuk bahan baku
langsung (direct raw material), tenaga kerja langsung (direc labor) dan biaya overhead pabrik
(factory overhead). Biaya standar ini biasanya di gunakan oleh perusahaan manufaktur jika
perusahaan tersebut menggunakan harga bahan baku yang ditentukan dari standar biaya.
Biasanya harga yang diperkirakan akan berlaku dimasa mendatang, biasanya untuk jangka waktu
satu tahun, harga yang berlaku pada saat penyusunan standar, harga yang diperkirakan akan
merupakan harga yang normal dalam jangka panjang. Dengan adanya biaya standar, manajemen
dapat membuat perbandingan antara biaya yang sesungguhnya dengan biaya standar sehingga
dapat mengukur prestasinya dan menghilangkan ketidakefisienan. Pada biaya standar ini
dikatakan menguntungkan apabila biaya standar lebih besar dari pada aktualnya, dan dikatakan
tidak menguntungkan apabila terjadi sebaliknya.
Salah satu perusahaan manufaktur di Indonesia yaitu PD. Mebel Jepara Putra adalah perusahaan
yang bergerak dalam pembuatan furniture.Perusahaan Dagang Mebel Jepara Putra didirikan pada
tahun 1992 yang beralamat di Jalan Nusantara Raya No. 10 Perumnas 3, Kecamatan Bekasi
Timur, Kelurahan Aren Jaya Kota Bekasi.. Perusahaan ini menjalankan usaha atau produksi
furnitur (furnitur finished) dari kayu setengah jadi.yang menggunakan biaya standar untuk
menentukan harga produk. Untuk itu terjadinya penyimpangan terhadap biaya standar, akan
dianalisis untuk kemudian ditindaklanjuti dengan langkah pengendalian biaya produksi yang
diperlukan oleh manajemen.
1. Bagaimana Perhitungan Bahan Baku pada perusahaan Mebel Jepara Putra dengan metode
dua selisih?
2. Bagaimana Perhitungan Tenaga Kerja Langsung pada perusahaan Mebel Jepara Putra
dengan metode dua selisih?
3. Faktor apakah yang menyebabkan terjadinya selisih biaya bahan baku, dan biaya tenaga
kerja pada perusahaan Mebel Jepara Putra?
1. Untuk mengetahui bagaimana Perhitungan Bahan Baku pada perusahaan Mebel Jepara Putra
dengan metode dua selisih.
2. Untuk mengetahui bagaimana Perhitungan Tenaga Kerja Langsung pada perusahaan Mebel
Jepara Putra dengan metode dua selisih.
3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan atau selisih menurut data perusahaan
Mebel Jepara Putra.
BAB II
LANDASAN TEORI
Standar umumnya diklasifikasikan sebagai sesuatu yang ideal dan sesuatu yang saat ini
dapat tercapai.
Standar ideal membutuhkan efisiensi maksimum dan hanya dapat dicapai jika segala sesuatu
beroperasi secara sempurna dan berjalan sempurna. Tidak ada mesin yang rusak,
menganggur atau kurangnya keterampilan (bahkan jika hanya sementara) yang
menguntungkan.
Standar yang saat ini dapat tercapai (currently attainable standard) bisa dicapai dengan
beroperasi secara efisien. Terdapat toleransi untuk kerusakan normal, gangguan,
keterampilan yang lebih rendah dari sempurna, dan lain-lain. Standar ini merupakan standar
yang menantang tetapi dapat dicapai.
Dari dua jenis standar, standar yang saat ini dapat tercapai menawarkan keunggulan
dalam hal perilaku pekerja. Jika standar terlalu ketat dan tidak pernah dapat tercapai, maka
pekerja menjadi frustasi dan tingkat kinerja dapat menurun. Akan tetapi, standar yang menantang
dan dapat dicapai cenderung menghasilkan tingkat kinerja yang lebih tinggi, khususnya ketika
para individu yang bertanggung jawab mencapai standar telah berpartisipasi dalam penetapan
standar tersebut.
Sistem biaya standar dirancang untuk mengendalikan biaya. Biaya standar merupakan
alat yang penting didalam menilai pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika
biaya standar ditentukan dengan realistis, hal ini akan merangsang pelaksana dalam
melaksanakan pekerjaannya dengan efektif, karena pelaksana telah mengetahui bagaimana
pekerjaan seharusnya dilaksanakan, dan pada tingkat biaya berapa pekerjaan tersebut seharusnya
dilaksanakan.
Sistem biaya standar memberikan pedoman kepada manajemen berapa biaya yang
seharusnya untuk melaksanakan kegiatan tertentu sehingga memungkinkan mereka melakukan
pengurangan biaya dengan cara perbaikan metode produksi, pemilihan tenaga kerja dan kegiatan
lainnya.
Sistem biaya standar yang menyajikan analisis penyimpangan biaya sesungguhnya dari
biaya standar memungkinkan manajemen melaksanakan pengelolaan mereka dengan “prinsip
kelainan” (exeption principles). Dengan memusatkan perhatian mereka terhadap keadaan-
keadaan yang menyimpang dari keadaan yang seharusnya, manajemen dilengkapi dengan alat
yang efektif untuk mengendalikan kegiatan perusahaan. (Mulyadi, 2009 : 388)
Menurut Mulyadi (2009 : 392), harga yang dipakai sebagai harga standar dapat berupa :
a. Harga yang diperkirakan akan berlaku di masa yang akan datang, biasanya untuk jangka
waktu satu tahun.
b. Harga yang berlaku pada saat penyusunan standar.
c. Harga yang diperkirakan akan merupakan harga normal dalam jangka panjang.
Menurut Mulyadi (2009 : 392) biaya tenaga kerja standar terdiri dari dua unsur yaitu :
Sedangkan menurut Bastian dan Nurlela (2006 : 79), untuk penentuan standar biaya tenaga kerja
perlu diperhatikan :
1. Perencanaan menyeluruh dari sistem pengupahan
2. Lingkungan perusahaan
3. Study gerak dan waktu
4. Petunjuk yang jelas untuk setiap bidang tugas
BOP adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung,
karena itu BOP juga merupakan salah satu unsur dari harga pokok produk.
Menurut Bustami dan Nurlela bahwa “BOP Standar merupakan salah satu cara dalam
mengalokasikan overhead pabrik ke persediaan untuk keputusan penetapan harga dan
pengendalian biaya”. (2009 : 70)
Standar biaya overhead pabrik adalah biaya overhead pabrik yang seharusnya terjadi dalam
pembuatan satu-satuan produk. Manfaat utama tarif overhead standar ini meliputi unsur biaya
overhead pabrik variabel dan tetap, adlaah untuk penentuan harga pokok produk dan
perencanaan. Untuk pengendalian biaya overhead pabrik dalam sistem biaya standar, perlu
dibuat anggaran fleksibel, yaitu anggaran biaya untuk beberapa kisaran (range) kapasitas. Tarif
biaya overhead standar menggabungkan biaya tetap dan variabel dalam satu tarif yang
didasarkan pada tingkat kegiatan tertentu. Sebagai akibatnya dalam tarif biaya overhead pabrik
ini semua biaya overhead pabrik diperlakukan sebagai biaya variabel. Di lain pihak anggaran
fleksibel memisahkan faktor-faktor biaya tetap dan variabel, dan memperlakukan biaya overhead
tetap sebagai biaya yang jumlah totalnya tetap dalam volume tertentu. (Mulyadi, 2009 : 393)
Harga Penggunaan
Deskripsi Biaya Standar Subtotal
Standar Standar
Bahan baku langsung
Jagung kuning 0,006 18 0,108
Minyak goreng 0,031 2 0,062
Garam 0,005 1 0,005
Limau 0,4 0,01 0,004
Bungkus 0,044 1 0,044
Total bahan baku
langsung 0,223
Tenaga kerja
langsung
Pengawas 7 0,007 0,049
Operator mesin 10 0,0008 0,008
Total tenaga kerja
langsung 0,057
Overhead
Overhead
variable 3,85 0,0078 0,030
Overhead tetap 32,05 0,0078 0,250
Total Overhead 0,280
Total biaya standar
unit 0,560
Perbedaan antara harga standar dengan dan harga sesungguhnya, serta kuantitas standar
dengan kuantitas sesungguhnya adalah pengertian dari varians. Sedangkan tindakan dalam
menghitung dan menginterpretasikan selisih disebut analisis selisih. Dalam materi ini akan sering
kita mendengar biaya standar dan biaya akrual/sesungguhnya. Sebab-sebab dari terjadinya selisih
perhitungan perlu diketahui oleh seorang manajer, karena selisih menunjukkan adanya
ketidaktepatan atau ketidakefisienan dari pelaksanaan maupun penetapan standar yang ada.
Standar adalah tolak ukur, apabila biaya aktual lebih besar dari standar maka akan dianggap
tidak menguntungkan (unfavorable). Sebaliknya apabila pengeluatran aktual lebih kecil dari
biaya standar maka dianggap menguntungkan (favorable). Karena meteri yanga akan dibahas
adalah mengenai selisih terhadap biaya material maka penulis akan menjelaskan bagin tersebut
pada bagian ini.
Dimana :
Biaya standar merupakan alat bantu manajemen dalam pengendalian biaya, dimana biaya
standar yang telah disusun digunakan sebagai tolak ukur apakah pengeluaran biaya sudah sesuai
dengan yang distandarkan.
Setelah biaya standar diketahui, kemudian dibandingakan dengan standar, maka akan
timbul perbedaan atau selisih. Manajemen harus menyelidiki sebab-sebab terjadinya perubahan
itu. Dalam hal ini manajemen melakukan analisis varians (analisis selisih)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Perhitungan Bahan Baku dengan Metode Dua Selisih Pada PD.Mebel Jaya Putra
Perusahaan Mebel Jepara Putra pada awalnya berdiri pada tahun 1992, sudah memproduksi
banyak jenis produk furnitur yaitu lemari pakaian, tempat tidur, satu set kursi tamu, colet (meja
rias), lemari buffet, lemari gantung, meja makan dan lemari kaca.
Dengan banyaknya produk furnitur yang dihasilkan oleh PD. Mebel Jepara Putra, maka
kami membatasi permasalahan pada satu produk yang akan kami bahas, yaitu hanya pada produk
satu set kursi tamu. Dimana dalam produksi satu set kursi tamu ini perusahaan menghasilkan
produk satu set kursi tamu yang berbeda variasinya seperti variasi model monako dan minimalis.
Perhitungan Bahan Baku Metode Dua Selisih untuk Kursi Tamu Tipe Monako
Daftar Harga Bahan Baku Kursi Tamu Tipe Manako
Bulan Januari 2012
SH = (HSt – Hs) x Ks
= (Rp6.000.000 – Rp5.500.000) x 1
SH = (HSt – Hs) x Ks
= (Rp40.000 – Rp50.000) x 1
SH = (HSt – Hs) x Ks
= (Rp100.000 – Rp 150.000) x 1
HS = (HSt – Hs) x Ks
=(Rp450.000–Rp350.000) x 1.1
Perhitungan Bahan Baku dengan Metode Dua Selisih untuk Kursi Tamu Tipe Minimalis
SH = (HSt – Hs) x Ks
= (Rp1.800.000 – Rp2.500.000) x 1
= Rp700.000 (Selisih tidak menguntungkan)
Keterangan :
Tenaga kerja dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu tenaga kerja langsung dan
tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja langsung yang digunakan untuk kursi sebanyak
sebelas orang, dimana tujuh orang di bagian pembuatan kursi tamu tipe monako dan empat orang
di bagian pembuatan kursi tamu minimalis.
Daftar BTKL Standar
Bulan Januari 2012
No Jenis Kursi Tamu Tarif Upah Standar/ jam Jam Kerja Standar (jam)
1 Manako Rp.2.500 1.176
2 Minimalis Rp. 2.500 992
Sumber : PD. Mebel Jepara Putra
Perhitungan BTKL dengan Metode Dua Selisih untuk Kursi Tamu Tipe Monako
Perhitungan BTKL dengan Metode Dua Selisih untuk Kursi Tamu Tipe Minimalis
Keterangan:
TUSt : Tarif upah standar TUS : Tarif upah sesungguhnya
JKSt : Jam kerja standar JKS : Jam kerja sesungguhnya
3.3 Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Selisih dalam biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja pada perusahaan Mebel Jepara Putra
1. Kayu Jati
Untuk jenis kayu jati yang dipakai pada tipe Monako adalah kayu jati kelas A4. Harga kayu
jati kelas A4 berkisar antara Rp 5.2 juta sampai dengan Rp 10 juta. Perusahaan menetapkan
harga standar sebesar Rp 6.000.000 berdasarkan pengalaman. Harga sesungguhnya ternyata
sebesar Rp 5.500.000, lebih rendah dari harga standar. Hal ini terjadi karena tingkatan kualitas
dari kayu tersebut berbeda. Disini si pemilik perusahaan memilih kualitas kayu jati yang standar.
Apabila si pemilik perusahaan memilih kualitas yang sangat bagus maka anggaran yang akan
dikeluarkan oleh perusahaan pun akan menjadi lebih besar dari anggaran standarnya sehingga
perusahaan akan mengalami kerugian.
2. Kain/Lawon Jok
Untuk kain/lawon jok selisih kerugian terjadi pada harga yaitu Rp10.000, hal ini
dikarenakan kain/lawon jok yang digunakan adalah kain Ateja, yang memiliki kualitas yang
sangat baik. Harga untuk kain Ateja ini berkisar antara Rp 50.000 sampai dengan Rp 55.000 per
satu meter. Perusahaan menetapkan harga standar pada kain/lawon jok sebesar Rp 40.000, tetapi
pada kenyataannya di awal tahun 2012 kain Ateja ini mengalami kenaikan harga per meternya.
Hal ini disebabkan karena kualitas dari kain Ateja itu sendiri sudah terjamin mutunya, dan
produsen mengakui bahwa betapa sulitnya produsen dalam memperoleh bahan baku untuk
pembuatan kain Ateja itu sendiri, sehingga produsen dari kain Ateja ini menaikkan harga pada
kain Ateja itu sendiri per meternya.
Untuk karet dan busa jok terjadi selisih kerugian pada harga yaitu sebesar Rp50.000, hal ini
dikarenakan harga karet dipasaran tersebut mengalami peningkatan harga, yang disebabkan
ketersediaan karet dari pemasok mengalami kelangkaan. Kelangkaan tersebut disebabkan
ketersediaan pohon karet sudah jarang ditemukan karena banyaknya penebangan pohon karet
yang tidak diimbangi dengan pelestariannya.
Untuk kaca yang berukuran 5 Milimeter yang akan digunakan untuk meja kursi tamu tipe
Monako mengalami selisih keuntungan pada harga sebesar Rp 110.000, hal ini disebabkan
karena adanya kerja sama yang telah terjalin cukup lama antara pemilik perusahaan dengan
produsen kaca.
Kursi Tamu Tipe Minimalis:
1. Kayu Jati
Untuk kayu jati yang digunakan pada kursi tamu tipe minimalis adalah kayu jati kelas A1.
Harga kayu jati kelas A1 ini berkisar antara Rp 1.500.000 sampai dengan Rp 2.000.000, namun
disini perusahaan mebel mengalami kerugian pada selisih harga sebesar Rp 700.000. Hal ini
disebab karena faktor alam yang mengakibatkan suplai dari kayu jati tersebut menjadi terhambat,
dan mengakibatkan harga kayu jati tersebut tidak sesuai dengan harga standar dipasarannya.
Untuk kedua jenis kursi tamu tipe Monako dan Minimalis, perusahaan mebel
memperoleh selisih efisiensi upah yang tidak menguntungkan, hal ini disebabkan oleh kurangnya
tenaga kerja dan para pekerja tidak memenuhi prosedur kerja yang berlaku, adanya borongan
order dari konsumen, sehingga menyebabkan adanya penambahan jam kerja (lembur).
Untuk tarif upahnya sendiri berbeda karena tarif upah sesunggguhnya berbeda dengan
tarif standar yang sudah ditetapkan oleh pemilik perusahaan mebel. Hal ini dikarenakan tarif
upah sesungguhnya merupakan tarif upah borongan yang belum ditambahkan dengan bonus dari
perusahaan mebel tersebut.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah biaya yang
seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan
tertentu, di bawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor lain tertentu. Sistem biaya
standar dirancang untuk mengendalikan biaya. Sistem biaya standar memberikan pedoman
kepada manajemen berapa biaya yang seharusnya untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Sistem
biaya standar menyajikan analisis penyimpangan biaya sesungguhnya dan biaya standar.
4.2 Saran
Penetapan standar untuk biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik hendaknya lebih cermat dengan memperhatikan faktor-faktor baik dari dalam
perusahaan maupun dari luar perusahaan agar varians yang terjadi dapat diminimalisir.
Standar sebagai alat pengendalian biaya hendaknya ditinjau secara periodik, karena standar
yang tidak pernah ditinjau tidak dapat dipakai sebagai alat pengendalian biaya.
DAFTAR PUSTAKA
Hansen D.R dan Maryanne M. Mowen. “Akuntansi Manajemen edisi 4 jilid 1”. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Prof. Drs.H.Lili M. Sadeli, M.Pd. dan Drs. H. Bedjo Siswanto,M.Si., “Akuntansi Manajemen”, (Jakarta:
PT.Bumi Aksara, 2004)