Anda di halaman 1dari 21

Skenario 1

Hari ini akan diadakan pertandingan olahraga lari sprinter 100 meter. Sebelum
bertanding, para peserta terlebih dahulu melakukan pemanasan. Setelah hitungan ketiga para
peserta segera berlari sekuat tenaga agar dapat memenangkan pertandingan ini. Pernafasan
para peserta terlihat terengah-engah setelah sampai digaris finish. Setelah beristirahat, terlihat
pola pernapasan teratur kembali. Salah satu peserta yang ikut lomba tersebut adalah
mahasiswa kedokteran, dia menghitung laju respirasi dirinya sebanyak 20 kali per menit saat
istirahat.

Klarifikasi Istilah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Terengah-engah
Respirasi
Sprinter
Pemanasan
Tenaga
Pola pernapasan
Laju respirasi

Analisis Istilah
1. Terengah-engah
Mengap-mengap dengan napas memburu atau habis berlari cepat dan
seterusnya, kembang kempis dan cepat napasnya termengah-mengah. (KBBI)
2. Respirasi
Pertukaran oksigen dan karbondioksida antara udara dan sel-sel tubuh. Proses
ini meliputi ventilasi (ekspirasi dan inspirasi), difusi oksigen dari alveolus
paru ke darah dan karbondioksida dari darah ke alveolus serta transport
oksigen ke dan karbondiksida dari sel tubuh. (Dorlan; edisi 31)
3. Sprinter
Pelari jarak pendek. (KBBI)
4. Pemanasan
- Proses cara perbuatan untuk memanaskan tubuh yang terdiri dari
sekelompok aktivitas fisik yang dilakukan saat hendak melakukan
olahraga. (JURNAL EDY)
- Salah satu bentuk persiapan emosional, fisiologi da sikologis untuk
melakukan berbagai macam latihan. (Irwansyah: 2006)
- Pemanasan atau warming up adalah aktivitas yang mendukung aktivitas
inti dan olahraga yang akan dilakukan berikutnya. (SUMBER)
5. Pernapasan (respirasi)
Peristiwa menghirup udara dari luar( lingkungan) yang mengandung oksigen.
6. Tenaga

Tenaga yang dapat menggerakan suatu kekuatan apabila semakin tua, semakin
kurang tenaganya. (KBBI)
7. Pola pernapasan
IDK
8. Laju repirasi
Jumalah pernapasan tiap menit
- Normal dewasa = 12 s/d 18 permenit (ganong)
Thacyneu: frekuensi pernapasan lebih dari 20x /menit
Bradi: frekuensi pernapasan kurang dari 12x /menit. (GANONG)

Identifikasi Masalah
1. Sebelum bertanding olahraga lari sprinter 100 meter, para peserta terlebih dahulu
melakukan pernapasan.
Mengapa peserta terlebih dahulu melakukan pemanasan sebelum bertanding?
2. Pernapasan para peserta terlihat terengah-engah sampai di garis finish.
Apa yang menyebabkan pernapasan para peserta terlihat terengah-engah setelah
sampai di garis finish?
3. Setelah beristirahat terlihat pola penapasan teratur kembali
Mengapa setelah beristirahat pola pernapasan teratur kembali?
4. Peserta menghitung laju respirasi dirinya 20x permenit saat istirahat.
Apakah laju respirasi sebanyak 20x permenit termasuk laju respirasi normal?
Bagaimana cara menghitung laju respirasi?

Analisis Masalah
1. Untuk melancarkan aliran darah yang menyuplai oksigen ke otak apabila O2 tidak
tersuplai dengan baik mengakibatkan pusing kemudian pingsan. (BM Wara
Kushartanti: 1990)
Pusat respirasi berada di medulla oblongata, pemansan dilakukan agar organ yang
menerima transmisi dari medulla oblongata tidak terkejut. (Guyton & Hall:2011)
2. Orang berolahraga membutuhkan energy yang banyak begitu juga oksigen yang
dibutuhkan banyak untuk mengimbangi CO2 yang keluar dari tubuh. (Guyton &
Hall:2011)
Saat olahraga mengeluarkan CO2 yang banyak, maka fungsi dari respirasi itu untuk
menyeimbangkan asam basa. (Ilmu Penyakit Paru Bagian Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi FKUI)
3. Karena setelah istirahat peserta tidak membutuhkan energy yang banyak perlahanlahan kebutuhan oksigen sudah mulai terpenuhi sehingga pernapasan kembali normal.
(dr Luhur.)
4. CARA MENGHITUNG LAJU RESPIRASI

Skema

Learning Objektif
1. Mahasiswa dapat mejelaskan definisi respirasi.
2. Mahasiswa dapat mejelaskan mekanisme respirasi.
3. Mahasiswa dapat mejelaskan pola pernapasan.

4. Mahasiswa dapat mejelaskan struktur dan organ yang berperan dalam proses atau
mekanisme respirasi.
5. Mahasiswa dapat mejelaskan macam-macam respirasi.
6. Mahasiswa dapat mejelaskan factor-faktor yang mempengaruhi system repspirasi.
7. Mahasiswa dapat mejelaskan laju respirasi (dewasa, anak-anak, normal, tidak
normal).
8. Mahasiswa dapat mejelaskan penyebab tidak melaukan pemanasan.
9. Mahasiswa dapat mejelaskan manfaat pemasan.
Belajar mandiri
Mengumpulkan informasi
LO TUTOIAL SKENARIO 1
LO1
Respirasi
1. Pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara atmosfer dan sel tubuh, meliputi ventilasi
(inspirasi dan ekspirasi); difusi osigen dari alveolus ke darah dan karbon dioksida dari darah
ke alveolus; serta transpor oksigen ke sel tubuh dan karbondioksida dari sel tubuh .
2. ventilation (1)
3. Proses metaolik sel yang menghasilkan energi, terutama salam bentuk ATP, dengan
mengoksidasi molekul organik, seperti glukosa dan melepaskan karbon diokasida, air, dan
produk oksidasi lainnya.
Sumber : Kamus saku kedokteran dorland edisi 28, EGC

LO2

MEKANISME RESPIRASI
Respirasi adalah suatu proses pertukaran gas antara organisme dengan lingkungan, yaitu
pengambilan oksigen dan eliminasi karbondioksida. Respirasi eksternal adalah proses
pertukaran gas (O2 dan CO2) antara darah dan atmosfer sedangakan respirasi internal adalah
proses pertukaran gas (O2 dan CO2) antara darah sirkulasi dan sel jaringan. (respirologi)
a. Ventilasi
Ventilasi adalah volume udara yang bergerak masuk dan keluar dari hidung atau
mulut pada proses bernapas. Udara cenderung bergerak dari daerah bertekanan
tinggi ke daerah bertekanan rendah, yaitu menuruni gradient tekanan. Udara
mengalir masuk dan keluar paru selama proses bernapas dengan mengikuti
penurunan gradient tekanan yang berubah berselang-seling antara alveolus dan
atmosfer akibat akitivas siklik otot-otot pernapasan. Terdapat tiga tekanan berbeda
yang penting pada ventilasi:
a. Tekanan atmosfer (barometrik) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh
berat udara di atmosfer terhadap benda-benda di permukaan bumi. Di
ketinggian permukaan laut, tekanan ini sama dengan 760 mmHg. Tekanan

atmosfer berkurang seiring dengan penambahan ketinggian di atas


permukaan laut karena kolom permukaan di atas bumi menurun.
b. Tekanan

intra-alveolus,

yang

juga

dikenal

sebagai

tekanan

intrapulmonalis, adalah tekanan di dalam alveolus. Karena alveolus


berhubungan dengan atmosfer melalui saluran pernapasan , udara dengan
cepat mengalir mengikuti penurunan gradient tekanan setiap kali terjadi
perbedaan antara tekanan intra-alveolus dengan tekanan atmosfer, terus
mengalir hingga kedua tekanan menjadi seimbang (ekuilibrium).
c. Tekanan intrapleura (tekanan intratoraks) adalah tekanan di dalam
kantung pleura yang merupakan tekanan yang terjadi di luar paru di dalam
rongga toraks. Tekanan intrapleura biasanya lebih kecil dari tekanan
atmosfer, rata-rata 756 mmHg saat istirahat. Tekanan intrapleura tidak
diseimbangkan dengan tekanan atmosfer atau intra-alveolus karena tidak
terdapat hubungan langsung antara rongga pleura dengan atmosfer atau
paru. Karena kantung pleura adalah suatu kantung tertutup tanpa lubang,
udara tidak dapat masuk atau keluar walaupun terdapat gradient
konsentrasi antara kantung itu dengan sekitarnya.3
Rongga toraks lebih besar daripada paru yang tidak teregang karena
dinding toraks tumbuh lebih cepat daripada paru selama masa perkembangan.
Adanya gradient tekanan transmural yang melintasi dinding paru dimana
tekanan intra-alveolus yang setara dengan tekanan atmosfer sebesar 760
mmHg, lebih besar daripada tekanan intrapleura sebesar 756 mmHg, sehingga
di dinding paru, gaya yang menekan kearah luar lebih besar dibandingkan
dengan gaya yang menekan kearah dalam, sehingga mendorong paru-paru
kearah luar, meregangkan atau mengembangkan paru. Gradient tekanan
transmural juga terdapat diantara kedua sisi dinding thoraks. Tekanan atmosfer
menekan dinding thoraks kearah dalam lebih besar daripada tekanan
intrapleura yang mendorong dinding tersebut kearah luar, sehingga dinding
cenderung menciut.
Otot-otot pernapasan yang melaksanakan proses bernapas (ventilasi) tidak
secara langsung bekerja pada paru untuk mengubah volumenya. Otot-otot ini
mengubah volume rongga toraks yang menyebabkan perubahan volume paru

karena dinding toraks dan paru menyatu oleh kohesivitas cairan intrapleura
dan gradient tekanan transmural. (Sherwood)
Inspirasi
o Otot inspirasi utama :
-

Diaphragma adalah suatu lembaran otot rangka yang membentuk dasar


rongga toraks dan dipersarafi oleh N. Phernicus. Berbentuk kubah yang
menonjol keatas jika sedang relaks. Diaphragma akan bergerak kebawah
saat berkontraksi dan memperbesar volume rongga toraks kearah anterior
dan superior.

M. Intercostal Eksternus
Sewaktu berkontraksi, iga terangkat keatas dan keluar semakin memperbesar
rongga toraks dalam dimensi anteroposterior (depan-kebelakang) dan
laterolateral (sisi ke sisi). Otot-otot ini diaktifkan oleh N. Intercostalis.

o Otot inspirasi tambahan :


-

Sternocleidomastoides

Pectoralis mayor

Serratus anterior
Inspirasi yang lebih dalam dapat dilakukan dengan mengkontraksikan
diaphragm dan m. intercostalis eksternus lebih kuat dan mengaktikan otot-otot
inspirasi tambahan untuk semakin memperbesar rongga toraks. Kontraksi otototot tambahan ini mengangkat bagian sternum dan dua iga pertama,
memperbesar bagian atas rongga toraks. Pada saat rongga toraks semakin
membesar volumenya, paru juga semakin membesar, sehingga tekanan intraalveolus menurun dan mengakibatkan peningkatan aliran udara masuk ke dalam
paru sebelum terjadi keseimbangan dengan tekanan atmosfer.

Ekspirasi
Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan proses pasif yang tidak memerlukan
kontraksi otot untuk menurunkan volume intratoraks karena otot-otot inspirasi melemas
dan mengakibatkan penciutan elastik paru. (ganong). Untuk melakukan ekspirasi aktif
atau paksa, otot-otot ekspirasi harus berkontraksi untuk mengurangi volume rongga
thoraks dan paru. Otot-otot tersebut adalah:
-

Otot-otot abdomen

Otot-otot abdomen ini berkontraksi, terjadi peningkatan tekanan intraabdomen yang menimbulkan gaya keatas pada diaphragma, mengakibatkan
diaphragma semakin terangkat ke rongga torak sehingga memperkecil
ukuran vertikal rongga toraks.
-

Otot intercostalis internus


Otot-otot ini menarik iga ke bawah dan ke dalam, meratakan dinding toraks
dan semakin memperkecil ukuran rongga toraks.
Paru dapat diregangkan ke berbagai ukuran selama inspirasi dan
kemudian kembali menciut ke ukuran prainspirasinya selama ekspirasi karena
sifat elastic paru. Compliance paru mengacu pada distensibilitas paru
(seberapa jauh paru meregang sebagai respons terhadap perubahan gradient
tekanan transmural). Recoil elastic mengacu pada femonema paru kembali ke
posisi istirahatnya selama ekspirasi. Sifat elastik paru bergantung pada
jaringan ikat elastic di dalam paru dan pada interaksi tegangan permukaan
alveolus/ surfaktan paru. Tegangan permukaan alveolus yang disebabkan oleh
gaya tarik menarik antara antara molekul-molekul permukaan air di dalam
film cair yang melapisi setiap alveolus, cenderung menahan peregangan
(menurunkan compliance) dan cenderung mengembalikan alveolus ke luas
permukaan yang lebih kecil selama deflasi (meningkatkan rebound paru). Selsel alveolus tipe II mengeluarkan cairan surfaktan paru, suatu fosfolipoprotein
yang berada diantara permukaan air yang menurunkan tegangan permukaan,
sehingga compliance paru meningkat dan mencegah paru mengalami kolaps.
Selain perbedaan gradient tekanan, ternyata aliran udara juga bergantung
pada resistensi terhadap aliran yang ditimbulkan oleh pembuluh. Penentu
utama resistensi terhadap aliran udara adalah jari-jari saluran pernapasan.
Dalam keadaan normal, penyesuaian ukuran saluran pernapasan dapat
dilakukan oleh pengaturan sistem saraf otonom agar memenuhi kebutuhan
tubuh. (Sherwood) Secara umum, otot polos pada dinding bronkus berfungsi
membantu pernapasan. Bronkus mengalami dilatasi selama inspirasi dan
berkontriksi saat ekspirasi. Dilatasi disebabkan oleh pelepasan impuls simpatis
dan kontriksi oleh pelepasan impuls parasimpatis. Rangsangan pada reseptor
sensorik di saluran napas akan iritan dan zat kimia seperti sulfurdioksida
menimbulkan refleks bronkokonstriksi yang dihantarkan melalui jaras

kolinergik. Bronkokonstriksi juga dapat ditimbulkan oleh udara dingin dan


juga aktivitas jasmani.
b. Distribusi
Setelah proses ventilasi, udara yang memasuki saluran napas didistribusikan ke
seluruh paru, kemudian masuk ke dalam alveoli. Udara volume tidal (volume
udara yang masuk dan kemudian keluar pada sekali bernapas) yang besarnya kirakira 500 mL, dibagi menjadi volume kecil-kecil sebanyak alveoli yang ada. Udara
ini tidak terbagi rata ke semua alveoli. Udara pertama yang terhirup masuk ke
puncak paru, kemudian disusul oleh udara dibelakangnya, masuk ke basis paru.
Distribusi yang tidak merata ini mengakibatkan nilai ventilasi di puncak paru
lebih besar jika dibandingkan dengan nilai ventilasi di basis paru.
c. Difusi
Peristiwa difusi yang terjadi dalam paru adalah perpindahan molekul oksigen dari
rongga alveoli melintasi membran kapiler alveolar, kemudian melintasi dinding
plasma darah, selanjutnya menembus dinding sel darah merah, dan akhirnya
masuk ke interior sel darah merah sampai berikatan dengan hemoglobin. Peristiwa
difusi yang lain di dalam paru adalah perpindahan molekul karbondioksida dari
darah ke udara alveolus.4
(

Sherwood L. Fisiologi manusia. Jakarta: EGC, 2011)

LO3
Pola pernapasan

Pola pola pernapasan


1. Eupnea ( normal ): teratur dalam frekuensi 12 20 x / menit
Bayi: 18-20x/ menit
2. Trachypnea : pernapasan yang sangat cepat ( >20x/menit )
3. Bradipnea : pola pernapasan yang sangat lambat (<12x/menit)
4. Dispnea : Kondisi dimana seseorang sesak dalam bernapas
5. Hiperventilasi : pernapasan cepat dan dalam untuk mengkompensasi metabolisme tubuh
yang terlampau tinggi

6. Hipoventilasi : upaya tubuh mengeluarkan karbondioksida dengan cukup pada saat


ventilasi alveolar, serta tidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam
penggunaan oksigen
7. Orthopnea : kondisi dimana seseorang akan sulit bernapas kecuali dalam posisi tertentu
8. Cheyne stokes : Hyperpnea ( nafas dalam dan cepat ) kemudian menurun, serta apnea
( pernapasan berhenti ). Periode ini berulang secara teratur
9. Kussmaul : pernapasan cepat dan dangkal

Suara Paru Paru


1. Rales : desisan abnormal atau suara respirasi lain
2. Wheezes : suara berdecit yang terdengar saat bernafas
3. Stridor : pernapasan berat yang menimbulkan suara, disebabkan karena kerusakan di
windpipe larhynx

Penyakit pada sistem respirasi


1. Asbestosis : Pnemoconiosis, penyakit pada paru paru, disebabkan oleh penghirupan
partikel abses yang terus menerus
2. Aphixia : ketidakseimbangan oksigen serta karbondioksida yang berakibat pada suffokasi
( lemas kekurangan nafas )
3. Aspirate : penghisapan material asing yang tak sengaja oleh paru paru
4. COPD ( Chronic Obstructive Pulmonary Disease ) : keaadaan yang mendeskripsikan
5.
6.
7.
8.
9.

penyakit dari pohon bronkis secara temporal maupun permanen


Hemoptysis : batuk yang berdarah / muskus yang berdarah
Hemothorax : Kondisi adanya darah di cavitas pleural
Nasal polips : tumor ( tidak berbahaya ) tumbuh di atas garis mukus pada nasal cavity
Rhinitis : infeksi dari nasal cavity
SARS ( Severe Acute Respiratory Syndrome ) : penyakit respirasi yang disebabkan oleh

virus corona yang bisa berkembang menjadi pneumonia


10. Sputum : infeksi dari saliva dan mukus
11. Tukis : batuk

Sumber :
Martini,Frederic.2012.fundamentals of anatomy and phisiology ed. 9 th.Published by Pearson

education.San Francisco
Alimul, Aziz.2008.Ketrampilan

Dasar

Praktik

Klinik

Kebidanan

ed.2.Penerbit

Salemba.Jakarta

Gangguan pada system pernapasan


1. Pneumonia
Adalah peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, mauapun
jamur. Pada penderita pneumonia, pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung
jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi inflame dan terisi oleh cairan.
2. Kanker paru

Adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu-paru. Sebagian besar kanker paru-paru
berasal dari sel-sel dalam paru-paru. Tetapi, kanker paru-paru bias juga berasal dari
kanker dibagian tubuh lainnya yang menyebar ke paru-paru
3. Tuberkulosis/ TB
Yaitu infeksi karena bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dapat merusak paruparu dan system sentral, genitourinary system, tulang, dan sendi.
Jenis TB:
a. Tuberkulosis paru, dikonfirmasi secara bakteriologik dan histologik.
b. Tuberkulosis paru, tidak dikonfirmasi secara bakteriologik dan histologik.
c. Tuberkulosis pada syaraf.
d. Tuberkulosis pada organ lainnya; dan
e. Tuberkulosis milier.
4. Bronkitis
Adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara keparu-paru). Penyakit ini
biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada
penderita yang memiliki penyakit menahun ( misalnya penyakit jantung atau penyakit
paru-par) dan pada usia lanjut, bronchitis bias bersifat serius.
5. Pleurisi/ radang pleura (Pleurisy/ Pleuritis/ Pleurutic chest pain). Suatu peradangan pada
pleura (selaput yang menyelubungi permukaan paru-paru). Pleurisi terjadi jika suatu
penyebab (biasanya virus atau bakteri) mengiritasi pleura sehingga terjadi peradangan. Bila
disertai dengan penimbunan cairan dirongga pleura disebut efusi pleura, tetapi bila tidak
terjaid penimbunan cairan dirongga pleura disebut pleurisi kering. Setela terjadi peradangan,
pleura bisa kembali normal.

Laju respirasi
adalah jumlah pernafasan setiap menit. Dimana frekuensi pernapasan
rata-rata orang dewasa mencapai 12 sampai 18

per menit, dan untuk

anak-anak frekuensi pernapasannya mencapai 18 hingga 20 per menit.


Dalam keadaan normal, paru bersifat sangat tunduk (patuh) dan
resistensi saluran pernapasan rendah, sehingga hanya sekitar 3% dari
energy total dipakai tubuh untuk melakukan usaha bernapas. Selama
berolah raga berat, jumlah energy yang diperlukan untuk menjalankan
ventilasi paru dapat meningkat sampai dua puluh lima kali lipat. Namun,
karena pengeluaran energy total oleh tubuh meningkat sampai lima belas
kali lipat selama berolah raga berat, energy yang digunakan untuk
nelakukan ventilisasi tetap hanya sekitar 5% dari pengeluaran energy
total.
Volume paru dan Kapasitas paru

Kapasitas paru adalah jumlah dari atau lebih volume paru,

dapat

ditentukan:
-

Tidal volume (TV). Volume udara yang masuk atau keluar paru
selama satu kali bernafas. Nilai rata-rata pada keadaan istirahat =

500 ml
Kapasitas inspirasi ( inspiratory recerve volume, VCI). Volume
tambahan yang dapat secara maksimal dihirup melebihi tidal
volume

istirahat.

VCI

dihasilkan

oleh

kontraksi

maksimum

diagfragma, otot antariga eksternal dan otot inspirasi tambahan.


-

Nilai rata-ratanya = 3.000 ml.


Volume cadangan ekspirasi (expiratory reserve volume, VCE).
Volume tambaha udara yang dapat secara aktif dikeluarkan oleh
kontraksi maksimum melebihi udara yang dikeluarkan secara pasif

pada akhir tidal volume biasa. Nilai rata-ratanya = 1.000 ml.


Volume residual (Vr). Volume minimum udara yang tersisa diparu
bahkan setelah ekspirasi maksimum. Nilai rata-rataya = 1.200 ml.
Volume residual tidak dapat diukur secara langsung dengan
spinometer karena volume udara ini tidak keluar masuk paru.
Namun volume ini dapat diukur secara tidak langsung melalui
teknik-teknik dilusi-gas berupa penghirupan (inspirasi) gas-placak
(tracer gas) yang tidak berbahaya dalm jumlah tertentu, missalnya

helium.
Kapasitas

vital

(KV).

Volume

maksimum

udara

yang

dapat

dikeluarkan selama satu kali nbernapas setelah inspirasi maksimum.


Subyek

mula-mula

melakukan

melakukan

ekspirasi

inspirasi

maksimum

maksimum,

kemudian

(KV=VCI+TV+VCE).

KV

menccerminkan perubahan volume maksimum yang dapat terjadi


didalam paru . volume ini jarang dipakai karena kontraksi otot
maksimum yang terlihat menimbulkan kelelahan, tetapi bermanfaat
untuk menilai kapasitas fungsional paru. Nilai rata-ratanya=5.700
-

ml.
Volume ekspirasi paksa dalam satu detik (forced expiratory volume,
FEV) volume udara yang dapat diekspirasikan selama detik pertama
ekspirasi pada penentuan KV. Biasanya FEV adalah sekitar 80%

yaitu, dalam keadaan normal 80% udara yang dipakai yang dapat
dipaksa keluar dari paru yang mengembang maksimum dapat
dikeluarkan dalam 1 detik pertama. Pengukuran ini memberikan
indikasi laju aliran udara maksimum yang dpat terjadi di paru.

Ventilasi paru atau minute ventilation, yaitu volume udara yang dihirup
dan dihembuskan dalam satu menit.
Frekuensi pernapasan (kecepatan bernapas) yang rata-rata sebesar 12
kali per menit.
Ventilasi paru = tidal volume x frekuensi pernapasan
(ml/menit) (ml/menit) (ml/menit)
Sumber: fisologi kedokteran a.c guyton
sherwoord
LO4
Histologi Pernapasan
Organ organ yang berperan pada sistem respirasi
1. Epitel Olfaktoris bagian superior atau atap rongga hidung mengandung epitel yang khusus
untuk mendeteksi dan mendeteksi dan meneruskan bebauan. Epitel olfaktoris yang terdiri atas
tiga jenis sel : Sel Penyokong ( sustentakular ), sel basal, dan sel olfaktoris.
2. Mukosa Olfaktoris dan Konka superior ( pandangan menyeluruh )
Mukosa olfaktoris terdapat pada permukaan konka superior yaitu salah satu sekat bertulang
dalam rongga hidung. Epitel respirasi di dalam rongga hidung adalah epitel bertingkat semu
silindris bersilia dan bersel goblet. Dikhususkan untuk menerima rangsangan bau dan
karenanya, berbeda dengan epitel respiratori; epitel ini adalah epitel bertingkat semu silindris
tinggi tanpa sel goblet. Epitel olfaktorius terdapat diatas rongga hidung, pada kedua sisi
spetum dan di dalam konka nasal superior. Di bawah lamina propria terdapat kelenjar
olfaktorius tubuloasinar (kelenjar bowman). Kelenjar ini menghasilkan sekret serosa.
Epiglotis (potongan memanjang)

Epiglotis adalah bagian superior laring dari dinding anterior laring berupa lembaran pipih.
Tulang yangbmembentuk kerangka epiglotis adalah sepotong tulang rawan (elastis) epiglotis
sentral permukaan anterior atau lingualnya dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan
tanduk. Lamina propria dibawahnya menyatudengan perikardium tulang rawan epiglotis.
Mukosa anterior atau lingual menutupi bagian apex epiglotis dan

lebih dari separuh

permukaan posterior atau laringeal. Epitel berlapis gepengnya lebih rendah; papila jaringan
ikat hilang dan terjadi peralihan menjadi epitel respiratorius, yaitu epitel bertingkat semu
silindris bersilia dengan sel goblet. Kelenjar mukosa, serosa, atau tubuloasinar campur
terdapat pada lamina propria. Kadang-kadang kuncup kecap terlihat di epitel. Limofonodulus
soliter mungkin terlihat pada mukosa lingual atau laringeal.
Laring (potongan frontal)
Pita suara, tulang rawan penyokong dan otot. Pita suara superior atau pita suara palsu laring
dibentuk oleh mukosa dan diteruskan sebagai permukaan posterior epiglatis.
Epitel pelapisnya adalah epitel bertingkat semu silindris bersilia dengan sel goblet.
Dibawah epitel, yaitu didalam lamina propia, terdapat kelenjar campur yang terutama terdiri
atas mukosa. Ductus Ekskretorius yang bermuara di permukaan epitel, terlihat diantara asini
kelenjar. Limfonoduli terletak di dalam lamina propia pada sisi ventrikular pita suara.
Trakea
Dinding trakea terdiri atas mukosa, submukosa, tulang rawan hialin dan adventisia.
Tulang rawan pada trakea adalah sederetan cincin berbentuk C , dan diantara kedua ujung C
itu terdapat m. Trakealis ( polos ).
Mukus berperan penting mempersiapkan udara yang dihirup. Mukus selalu di bentuk oleh sel
goblet pada epitel respirasi dan kelenjar mukosa pada lamina propia, lapisan mukus menutupi
permukaan lumen pada sebagian besar saluran konduksi. Akibatnya, mukosa lembab pada
bagian konduksi sistem pernapasan melembabkan, menyaring, dan membersihkan udara dari
bahan bahan renik, mikroorganisme infeksius, atau benda terbawa udara lainnya. Selain itu,
anyaman kapiler luas di bawah epitel pada jaringan ikat mengahangatkan udara yang dihirup.
Bronkus intrapulmonal
Bronkus primer atau ekstra pulmonal bercabang dan menghasilkan sederetan bronki intra
pulmonal yang lebih kecil. Bronki ini dilapisi oleh epitel bertingkat semu silindris bersilia,
lamina propia tipis, jaringan ikat halus dengan banyak serat elastin ( tidak tampak) dan sedikit
limfosit
Lempeng tulang rawan tersebar rapat mengelilingi perifer bronkus; lempengan ini makin kecil
dan lebih berjauhan dengan bercabangnya bronki menjadi lebih kecil . bronkiolus terminal
memiliki diameter kecil kira kira 1 mm atau kurang. Terdapat banyak lipatan mukosa yang
menyolok dan epitelnya bertingkat semu silindris rendah bersilia dan sedikit sel goblet.
Dinding bronkiolus respitorius dilapisi oleh epitel selapis kuboid. Sebuah cabang kecil arteri

pulmonaris menyertai bronkiolus respiratorius. Sebuah ductus alveolaris muncul dari


bronkiolus respiratorius dan banyak alveoli bermuara kedalam ductus alveolaris.
Dinding alveolus: septa interalveolar
Alveoli lonjong dilapisi selapis epitel gepeng yang tidak jelas pada pembesaran ini. Alveoli
berdekatan memiliki septum interalveolar bersama. Pada ujung bebas septum intelarviolar dan
sekitar ujung bebas alveoli terdapat pita sempit otot polos yang merupakan lanutan lapisan
otot bronkus respitorius
Setiap bronkiolus terminalis pada gilirannya membelah menjadi sejumlah saluran yang lebih
kecil yaitu bronkiolus respiratorius yang dindingnya ditandai adanya alveoli. Setiap
bronkiolus respiratorius bercabang menjadi ductus alveolaris yang berlanjut kedalam sakus
alveolaris.
Victor P. Eroschenko, Atlas histologi di Fiore, edisi 9, 2003, EGC

Anatomi Fungsional Saluran Pernapasan


A. Rongga Hidung dan Nasal
1. Hidung Eksternal berbentuk piramid disertai dengan suatu akar dan dasar. Bagian ini
tersusun dari kerangka kerja tulang, kartilago hialin, dan jaringan fibroareolar.
a. Septum Nasal membagi hidung sebelah kiri dan kanan rongga nasal.bagian anterior
septum adalah kartilago.
b. Naris (nostril) eksternal dibatasi oleh kartilago nasal.
(1) Kartilago nasal lateral terletak di bawah jembatan hidung.
(2) Alabesar dan ala kecil kartilago nasal melintang nostril.
c. Tulang Hidung
(1) Tulang nasal membentuk jembatan dan bagian superior kedua sisi hidung.
(2) Vomer dan lempengan perpendikular tulang etmoid membentuk bagian posterior
septum nasal.
(3) Lantal rongga nasal adalah palatum keras yang terbentuk dari tulang maksila dan
palatium.
(4) Langit-langit rongga nasal pada sisi medial terbentuk dari lempengan kribrifrom
tulang etmoid, pada sisi anterior dari tulang frontal dan nasal, dan pada sisi
posterior dari tulang sfenoid.
(5) Konka (turbinatum) nasalis superior, tengah dan inferior menonjol pada sisi
medial dinding lateral rongga nasal. Setiap konka dilapisi membran mukosa
(epitel kolumnar bertingkat dan bersilia) yang berisi kelenjar pembuat mukus dan
banyak mengandung pembuluh darah.
(6) Meatus superior, medial dan inferior merupakan jalan udara rongga nasal yang
terletak di bawah konka.
d. Empat pasang sinus para nasal (frontal, etmoid, maksilar, dan sfenoid) adalah kantong
tertutup pada bagaian frontal etmoid, maksilar, dan sfenoid. Sinus ini dilapisin
membran mukosa.

(1) Sinus berfungsi untuk meringankan tulang karnial, memberi area permukaan
tambahan pada saluran nasal untuk menghangatkan dan melembabkan udara yang
masuk,memproduksi mukus, dan memberi efek resonansi dalam produksi wicara.
(2) Sinus paranasal mengalirkan carirannya ke meatus rongga nasal melaui duktus
kecil yang terletak di area tubuh yang lebih tinggi dari area lantai sinus. Pada
posisis tegak, aliran mukus ke dalam rongga nasal mungkin terhambat, terutama
pada kasus infeksi sinus.
(3) Duktus nasolakrimal dari kelenjar air mata membuka ke arah meatus inferior.
2. Membran mukosa nasal
a. Struktur
(1) Kulit pada bagian ekternal permukaan hidung yang mengandung folikel rambut,
keringat, dan kelenjar sebasea, merentang sampai vestibula yang terletak di dalam
nostril.
(2) Dibagian rongga nasal yang lebih dalam, epitelium respiratorik membentuk
mukosa yang melapisi ruang nasal selebihnya. Lapisan ini terdiri dari epitelium
bersilia dengan goblet yang terletak pada lapisan jaringan ikat terfaskularisasi dan
terus memanjang untuk melapisi saluran pernapasan sampai ke bronkus.
b. Fungsi
(1) Penyaringan partikel kecil. Silia pada epitelium respiratorik melambai
kedepan dan belakang dalam suatu lapisan mukus. Gerakan dan mukus
membentuk suatu perangkat untuk partikel yang kemudian akan disapu
keatas untuk ditelan, dibatukkan atau dibersihkan keluar.
(2) Penghangatan dan pelembaban udara yang masuk. Udara kering akan
dilembabkan melalui evaporasi sekresi serosa dan mukus serta dihangathkan
oleh radiasi panas dari pembuluh darah yang terletak dibawahnya.
(3) Resepsi odor. Epitelium olfaktori yang terletak dibagian atas rongga hidung
dibawah lempeng kribri form. Mengandung sel-sel olfaktori yang mengalami
spesialisasi untuk indra penciuman.

B. Faring adalah tabung muskular berukuran 12,5 cm yang merentang dari bagian dasar tulang
tenggorokan sampai esofagus. Faring terbagi menjadi nasofaring, orofaring, dan
laringofaring.
1. Nasofaring adalah bagian posterior rongga nasal yang embuka ke arah rongga nasal
melalui dua naris internal (koana).
a. Dua tuba Eustachlus (auditorik) menghubungkan nasofaring dengan telinga tengah.
Tuba inin berfungsi untuk menyetarakan tekanan udara pada kedua sisi gendang
telinga.
b. Amandel (adenoid) faring adalah penumpukan jarinagn limfatik yang terletak di
dekat naris internal. Pembesaran adenoid dapat menghambat aliran udara.
2. Orofaring dipisahkan dari nasofaring oleh palatum lunak muskular. Suatu perpanjangan
palatum keras tulang.
a. Uvula (anggur kecil) adalah prosesus kerucut (concical) kecil yang menjulur ke
bawah dari bagian tengah tepi bawah palatum lunak.
b. Amandel palatinum terletak pada kedua sisi orofaring posterior.
3. Laringifaring mengelilingi mulut esofagus dari laring, yang merupakan gerbang untuk
sistem respiratorik selanjutnya.

C. Laring (kotak suara) menghubungkan faring dengan trakea. Laring adalah lambung pendek
berbentuk seperti kontak triangular dan ditopang oleh sembilan kartilago; tiga berpasangan
dan tiga tidak berpasangan.
1. Kartilago tidak berpasanagan
a. Kartilago tiroid
b. Kartilago krikoid
c. Epiglotis
2. Kartilago berpasangan
a. Kartilago aritenoid
b. Kartilago kornikulata
c. Kartilago kuneifrom
3. Dua pasangan lipatan lateral mambagi rongga laring.
a. Pasangan bagian atas adalah lipatan ventrikular (pita suara semu) yang tidak
berfungsi saat produksi suara.
b. Pasangan bagian bawah adalah pita suara sejati yang melekat pada kartilago tiroid
dan pada kartilago aritenoid serta kartilago krikoid. Pembuka diantara kedua pita ini
adalah glotis.
(1) Saat bernafas pita suara terabduksi (tertarik membuka) oleh otot laring, dan glotis
berbentuk triangular.
(2) Saat menelan, pita suara teradduksi (tertarik menutup) dan glotis membentuk
celah sempit.
(3) Dengan demikian kontraksi otot rangka mengatur ukuran pembukaan glotis dan
derajat keteganganpita suara yang diperluakan untuk produksi suara.
D. Trakea (pipa udara) adalah tuba dengan panjang 10 cm sampai 12 cm dan diameter 2,5 cm
serta terletak diatas permukaan anterior esofagus. Tuba ini merntang dari laring pada area
vertebra serviks ke 6 area vetebra torak ke 5 tempat membelah menjadi 2 bronkus utama.

E. Bronkus terdiri dari dua bagian yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri.
F. Bronkiolus percabangan bronkus yang banyak mengandung otot polos.
G. Alveolus dikelilingi kapiler-kapiler darah yang dibatasi oleh membran alveoli-kapiler,
tempat terjadinya pertukaran O2 dan CO2 atau pernapasan eksterna

LO5
Macam-macam pernapasan
Pernafasan dada
terjadi karena otot antar tulang rusuk berkontraksi sehingga rusuk terangkat. Akibatnya, volume
rongga dada membesar. Yang membuat tekanan dalam rongga dada mengecil dan paru-paru
mengembang. Pada saat paru-paru mengemban, tekanan udara di luar lebih besar daripada di dalam
paru-paru, akibatnya udara masuk. Saat ekspirasi otot antar tulang rusuk berrelaksasi, tulang rusuk
turun, akibatnya volume rongga dada mengecil sehingga tekanan di dalamnya naik. Pada keadaan ini
paru-paru mengempis sehingga udara keluar.
Pernapasan perut

Inspirasi, karena gerakan diafragma. Jika otot diafragma berkontraksi, rongga dada membesar dan
paru-paru mengembang akibatnya udara masuk dalam paru-paru.
Ekspirasi, otot diafragma relaksasi, diafragma kembali ke keadaan semula. Saat itu, rongga dada
menyempit, mendorong paru-paru sehingga mengempis. Selanjutnya, udara dari paru-paru keluar.
(Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuh Gangguan Sistem Pernafasan. JOGJA:PT. Bentang Pustaka)

LO6
Learning Objektif
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem respirasi
a. Usia
1. Dewasa
: 12 s/d 20 menit
2. Anak-anak
: 18 s/d 20 menit
3. Bayi
: 40 s/d 60 menit
b. Jenis kelamin
1. Laki-laki
: 16 s/d 18 menit
2. Perempuan
: 18 s/d 20 menit
c. Aktifitas Fisik
Pada saat aktifitas fisik sedang meningkat, maka kecepatan respirasi juga
mengalami peningkatan.
Contohnya, pada orang olahraga.
d. Medikasi (obat)
e. Kelainan atau patologi pada respirasi
(martini:2012) dan (guyton,hall:2007)

Daftar pustaka:
1.

Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta:
EGC

LO7
Nyusul ya laju respirasi
LO8
2. Tujuan pemanasan
Pusat pernapasan yang berada di medula oblongata dalam mengirimkan sinyal ke organ
pernapasan dan organ yang membatu dalam pernapasan(diafragma, paru-paru, jantung, dsb)
tidak terjadi secara mendadak, karena apabila perubahan kekuatan sinyal yang terjadi secara

mendadak tanpa adanya persiapan, membuat organ-organ yang menerima terkejut.


(Guyton,hall:2007)
3. Mengapa terengah-engah
Saat kita berolahraga kita membutuhkan banyak oksigen, hal ini dikarenakan pusat
pernapasan yang berada di medula oblongata bereaksi keras terhadap peningkatan kadar
karbondioksida dalam darah, maka medula oblongata mengirimkan sinyal pada organ
pernapasan untuk mengambil oksigen sebanyak-banyaknya dalam waktu yang cepat, maka
dari itu pada saat kita berolahraga kita tampak terengah-engah. (guyton,hall:2007)

Andun Sudijandoko, 2000 Perawatan dan Pencegahan Cedera Departemen Pendidikan Nasional
Jakarta
LO9
Manfaat pemanasan?????

Anda mungkin juga menyukai