Anda di halaman 1dari 25

Skenario 1

Lomba Lari

Hari ini akan diadakan pertandingan olahraga lari sprinter 100 meter. Sebelum bertanding,
para peserta terlebih dahulu melakukan pemanasan. Setelah hitungan ketiga para peserta
segera berlari sekuat tenaga agar dapat memenangkan pertandingan ini. Pernafasan para
peserta terlihat terengah-engah setelah sampai digaris finish. Setelah beristirahat, terlihat pola
pernapasan teratur kembali. Salah satu peserta yang ikut lomba tersebut adalah mahasiswa
kedokteran, dia menghitung laju respirasi dirinya sebanyak 20 kali per menit saat istirahat.

1. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Terengah-engah : Mengap-mengap dengan napas memburu atau habis berlari
cepat dan seterusnya, kembang kempis dan cepat napasnya
termengah-mengah. (KBBI)
2. Respirasi : Pertukaran oksigen dan karbondioksida antara udara dan sel-
sel tubuh. Proses ini meliputi ventilasi (ekspirasi dan inspirasi),
difusi oksigen dari alveolus paru ke darah dan karbondioksida
dari darah ke alveolus serta transport oksigen ke dan
karbondiksida dari sel tubuh. (Dorland; edisi 31)
3. Pemanasan : - Proses cara perbuatan untuk memanaskan tubuh yang terdiri
dari sekelompok aktivitas fisik yang dilakukan saat hendak
melakukan olahraga. (Giam., C.K. 1993, Ilmu Kedokteran
Olahraga. Jakarta, Binarupa Aksara)
- Salah satu bentuk persiapan emosional, fisiologi da sikologis
untuk melakukan berbagai macam latihan. (Irwansyah: 2006)
4. Sprinter : Pelari jarak pendek. (KBBI)
5. Pernapasan (respirasi): Pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara atmosfer dan
sel tubuh, meliputi ventilasi (inspirasi dan ekspirasi) (Kamus
saku kedokteran dorland edisi 28, EGC)
6. Tenaga : Tenaga yang dapat menggerakan suatu kekuatan apabila
semakin tua, semakin kurang tenaganya. (KBBI)

1
7. Pola pernapasan :
Eupnea ( normal ): teratur dalam frekuensi 12 20 x / menit
Bayi: 18-20x/ menit
Tachypnea : pernapasan yang sangat cepat ( >20x/menit )
Bradipnea : pola pernapasan yang sangat lambat (<12x/menit)
Dispnea : Kondisi dimana seseorang sesak dalam bernapas
Hiperventilasi : pernapasan cepat dan dalam untuk mengkompensasi metabolisme
tubuh yang terlampau tinggi
Hipoventilasi : upaya tubuh mengeluarkan karbondioksida dengan cukup pada
saat ventilasi alveolar, serta tidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli
dalam penggunaan oksigen
Orthopnea : kondisi dimana seseorang akan sulit bernapas kecuali dalam posisi
tertentu
Cheyne stokes : Hyperpnea ( nafas dalam dan cepat ) kemudian menurun, serta
apnea ( pernapasan berhenti ). Periode ini berulang secara teratur
Kussmaul : pernapasan cepat dan dangkal
(Martini,Frederic.2012.fundamentals of anatomy and phisiology ed.
9th.Published by Pearson education.San Francisco)
8. Laju repirasi : Jumlah pernapasan tiap menit
Normal dewasa = 12 s/d 18 permenit (ganong)
Thacyneu: frekuensi pernapasan lebih dari 20x /menit
Bradi: frekuensi pernapasan kurang dari 12x /menit.
(Ganong, W.F. 2005. Fisiologi Kedokteran Edisi 10. Jakarta:EGC)
(Martini,Frederic.2012.fundamentals of anatomy and phisiology ed.
9th.Published by Pearson education.San Francisco)
(Alimul, Aziz.2008.Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan
ed.2.Jakarta:Salemba)

2. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Sebelum bertanding olahraga lari sprinter 100 meter, para peserta terlebih dahulu
melakukan pernapasan.

2
2. Mengapa peserta terlebih dahulu melakukan pemanasan sebelum bertanding?
3. Pernapasan para peserta terlihat terengah-engah sampai di garis finish.
4. Apa yang menyebabkan pernapasan para peserta terlihat terengah-engah setelah
sampai di garis finish?
5. Setelah beristirahat terlihat pola penapasan teratur kembali
6. Mengapa setelah beristirahat pola pernapasan teratur kembali?
7. Peserta menghitung laju respirasi dirinya 20x permenit saat istirahat.
8. Apakah laju respirasi sebanyak 20x permenit termasuk laju respirasi normal?
9. Bagaimana cara menghitung laju respirasi?

3. ANALISIS MASALAH
1. Untuk melancarkan aliran darah yang menyuplai oksigen ke otak apabila O2 tidak
tersuplai dengan baik mengakibatkan pusing kemudian pingsan. (BM Wara
Kushartanti: 1990)
Pusat respirasi berada di medulla oblongata, pemansan dilakukan agar organ yang

menerima transmisi dari medulla oblongata tidak terkejut. (Guyton A. C, Hall J. E.

2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:EGC)

Orang berolahraga membutuhkan energy yang banyak begitu juga oksigen yang

dibutuhkan banyak untuk mengimbangi CO2 yang keluar dari tubuh. (Guyton A. C,

Hall J. E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC)

2. Saat olahraga mengeluarkan CO2 yang banyak, maka fungsi dari respirasi itu untuk
menyeimbangkan asam basa. (Ilmu Penyakit Paru Bagian Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi FKUI)
3. Karena setelah istirahat peserta tidak membutuhkan energi yang banyak perlahan-
lahan kebutuhan oksigen sudah mulai terpenuhi sehingga pernapasan kembali normal.
(Guyton A. C, Hall J. E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta:EGC)
4. Cara menghitung laju respirasi
F = P/R
F = Laju aliran udara
P = perbedaan tekanan atmosfir dan intra-alveolus
R = resistensi saluran pernapasan

3
(Guyton A. C, Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta:EGC)

4. SKEMA

4
5. LEARNING OBJECTIF

1. Mahasiswa dapat mejelaskan definisi respirasi.


2. Mahasiswa dapat mejelaskan mekanisme respirasi.
3. Mahasiswa dapat mejelaskan pola pernapasan.
4. Mahasiswa dapat mejelaskan struktur dan organ yang berperan dalam proses atau
mekanisme respirasi.
5. Mahasiswa dapat mejelaskan macam-macam respirasi.
6. Mahasiswa dapat mejelaskan factor-faktor yang mempengaruhi system repspirasi.
7. Mahasiswa dapat mejelaskan laju respirasi (dewasa, anak-anak, normal, tidak
normal).
8. Mahasiswa dapat mejelaskan penyebab tidak melaukan pemanasan.
9. Mahasiswa dapat mejelaskan manfaat pemasan.

6. BELAJAR MANDIRI

7. MENGUMPULKAN INFORMASI BARU

1. Definisi Respirasi
Respirasi
1. Pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara atmosfer dan sel tubuh, meliputi
ventilasi (inspirasi dan ekspirasi); difusi oksigen dari alveolus ke darah dan karbon
dioksida dari darah ke alveolus; serta transpor oksigen ke sel tubuh dan
karbondioksida dari sel tubuh .
2. ventilation (1)
3. Proses metaolik sel yang menghasilkan energi, terutama salam bentuk ATP, dengan
mengoksidasi molekul organik, seperti glukosa dan melepaskan karbon diokasida, air,
dan produk oksidasi lainnya.
(Kamus saku kedokteran dorland edisi 28)

5
2. Mekanisme Pernapasan

MEKANISME RESPIRASI
Respirasi adalah suatu proses pertukaran gas antara organisme dengan lingkungan, yaitu
pengambilan oksigen dan eliminasi karbondioksida. Respirasi eksternal adalah proses
pertukaran gas (O2 dan CO2) antara darah dan atmosfer sedangakan respirasi internal adalah
proses pertukaran gas (O2 dan CO2) antara darah sirkulasi dan sel jaringan. (respirologi)
a. Ventilasi
Ventilasi adalah volume udara yang bergerak masuk dan keluar dari hidung atau mulut pada
proses bernapas. Udara cenderung bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah
bertekanan rendah, yaitu menuruni gradient tekanan. Udara mengalir masuk dan keluar paru
selama proses bernapas dengan mengikuti penurunan gradient tekanan yang berubah
berselang-seling antara alveolus dan atmosfer akibat akitivas siklik otot-otot pernapasan.
Terdapat tiga tekanan berbeda yang penting pada ventilasi:
b. Tekanan atmosfer (barometrik)
adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di atmosfer terhadap benda-benda di
permukaan bumi. Di ketinggian permukaan laut, tekanan ini sama dengan 760 mmHg.

6
Tekanan atmosfer berkurang seiring dengan penambahan ketinggian di atas permukaan laut
karena kolom permukaan di atas bumi menurun.
c. Tekanan intra-alveolus,
yang juga dikenal sebagai tekanan intrapulmonalis, adalah tekanan di dalam alveolus.
Karena alveolus berhubungan dengan atmosfer melalui saluran pernapasan , udara dengan
cepat mengalir mengikuti penurunan gradient tekanan setiap kali terjadi perbedaan antara
tekanan intra-alveolus dengan tekanan atmosfer, terus mengalir hingga kedua tekanan
menjadi seimbang (ekuilibrium).
d. Tekanan intrapleura (tekanan intratoraks)
adalah tekanan di dalam kantung pleura yang merupakan tekanan yang terjadi di luar paru di
dalam rongga toraks. Tekanan intrapleura biasanya lebih kecil dari tekanan atmosfer, rata-
rata 756 mmHg saat istirahat. Tekanan intrapleura tidak diseimbangkan dengan tekanan
atmosfer atau intra-alveolus karena tidak terdapat hubungan langsung antara rongga pleura
dengan atmosfer atau paru. Karena kantung pleura adalah suatu kantung tertutup tanpa
lubang, udara tidak dapat masuk atau keluar walaupun terdapat gradient konsentrasi antara
kantung itu dengan sekitarnya.3
Rongga toraks lebih besar daripada paru yang tidak teregang karena dinding toraks tumbuh
lebih cepat daripada paru selama masa perkembangan. Adanya gradient tekanantransmural
yang melintasi dinding paru dimana tekanan intra-alveolus yang setara dengan tekanan
atmosfer sebesar 760 mmHg, lebih besar daripada tekanan intrapleura sebesar 756 mmHg,
sehingga di dinding paru, gaya yang menekan kearah luar lebih besar dibandingkan dengan
gaya yang menekan kearah dalam, sehingga mendorong paru-paru kearah luar, meregangkan
atau mengembangkan paru. Gradient tekanan transmural juga terdapat diantara kedua sisi
dinding thoraks. Tekanan atmosfer menekan dinding thoraks kearah dalam lebih besar
daripada tekanan intrapleura yang mendorong dinding tersebut kearah luar, sehingga dinding
cenderung menciut.
Otot-otot pernapasan yang melaksanakan proses bernapas (ventilasi) tidak secara langsung
bekerja pada paru untuk mengubah volumenya. Otot-otot ini mengubah volume rongga toraks
yang menyebabkan perubahan volume paru karena dinding toraks dan paru menyatu oleh
kohesivitas cairan intrapleura dan gradient tekanan transmural.
(Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta:EGC)

Inspirasi
o Otot inspirasi utama :

7
Diaphragma adalah suatu lembaran otot rangka yang membentuk dasar rongga toraks
dan dipersarafi oleh N. Phernicus. Berbentuk kubah yang menonjol keatas jika
sedang relaks. Diaphragma akan bergerak kebawah saat berkontraksi dan
memperbesar volume rongga toraks kearah anterior dan superior.
M. Intercostal Eksternus
Sewaktu berkontraksi, iga terangkat keatas dan keluar semakin memperbesar rongga
toraks dalam dimensi anteroposterior (depan-kebelakang) dan laterolateral (sisi ke
sisi). Otot-otot ini diaktifkan oleh N. Intercostalis.
o Otot inspirasi tambahan :
Sternocleidomastoides
Pectoralis mayor
Serratus anterior
Inspirasi yang lebih dalam dapat dilakukan dengan mengkontraksikan diaphragm dan
m. intercostalis eksternus lebih kuat dan mengaktikan otot-otot inspirasi tambahan
untuk semakin memperbesar rongga toraks. Kontraksi otot-otot tambahan ini
mengangkat bagian sternum dan dua iga pertama, memperbesar bagian atas rongga
toraks. Pada saat rongga toraks semakin membesar volumenya, paru juga semakin
membesar, sehingga tekanan intra-alveolus menurun dan mengakibatkan peningkatan
aliran udara masuk ke dalam paru sebelum terjadi keseimbangan dengan tekanan
atmosfer.

a) Ekspirasi
Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan proses pasif yang tidak memerlukan
kontraksi otot untuk menurunkan volume intratoraks karena otot-otot inspirasi
melemas dan mengakibatkan penciutan elastik paru. (ganong). Untuk melakukan
ekspirasi aktif atau paksa, otot-otot ekspirasi harus berkontraksi untuk mengurangi
volume rongga thoraks dan paru. Otot-otot tersebut adalah:
Otot-otot abdomen
Otot-otot abdomen ini berkontraksi, terjadi peningkatan tekanan intra-abdomen yang
menimbulkan gaya keatas pada diaphragma, mengakibatkan diaphragma semakin
terangkat ke rongga torak sehingga memperkecil ukuran vertikal rongga toraks.
Otot intercostalis internus

8
Otot-otot ini menarik iga ke bawah dan ke dalam, meratakan dinding toraks dan
semakin memperkecil ukuran rongga toraks.
Paru dapat diregangkan ke berbagai ukuran selama inspirasi dan kemudian kembali
menciut ke ukuran prainspirasinya selama ekspirasi karena sifat elastic paru.
Compliance paru mengacu pada distensibilitas paru (seberapa jauh paru meregang
sebagai respons terhadap perubahan gradient tekanan transmural). Recoil elastic
mengacu pada femonema paru kembali ke posisi istirahatnya selama ekspirasi. Sifat
elastik paru bergantung pada jaringan ikat elastic di dalam paru dan pada interaksi
tegangan permukaan alveolus/ surfaktan paru. Tegangan permukaan alveolus yang
disebabkan oleh gaya tarik menarik antara antara molekul-molekul permukaan air di
dalam film cair yang melapisi setiap alveolus, cenderung menahan peregangan
(menurunkan compliance) dan cenderung mengembalikan alveolus ke luas permukaan
yang lebih kecil selama deflasi (meningkatkan rebound paru). Sel-sel alveolus tipe II
mengeluarkan cairan surfaktan paru, suatu fosfolipoprotein yang berada diantara
permukaan air yang menurunkan tegangan permukaan, sehingga compliance paru
meningkat dan mencegah paru mengalami kolaps.
Selain perbedaan gradient tekanan, ternyata aliran udara juga bergantung pada
resistensi terhadap aliran yang ditimbulkan oleh pembuluh. Penentu utama resistensi
terhadap aliran udara adalah jari-jari saluran pernapasan. Dalam keadaan normal,
penyesuaian ukuran saluran pernapasan dapat dilakukan oleh pengaturan sistem saraf
otonom agar memenuhi kebutuhan tubuh. (Sherwood) Secara umum, otot polos pada
dinding bronkus berfungsi membantu pernapasan. Bronkus mengalami dilatasi selama
inspirasi dan berkontriksi saat ekspirasi. Dilatasi disebabkan oleh pelepasan impuls
simpatis dan kontriksi oleh pelepasan impuls parasimpatis. Rangsangan pada reseptor
sensorik di saluran napas akan iritan dan zat kimia seperti sulfurdioksida
menimbulkan refleks bronkokonstriksi yang dihantarkan melalui jaras kolinergik.
Bronkokonstriksi juga dapat ditimbulkan oleh udara dingin dan juga aktivitas jasmani.

Distribusi
Setelah proses ventilasi, udara yang memasuki saluran napas didistribusikan ke
seluruh paru, kemudian masuk ke dalam alveoli. Udara volume tidal (volume udara
yang masuk dan kemudian keluar pada sekali bernapas) yang besarnya kira-kira 500
mL, dibagi menjadi volume kecil-kecil sebanyak alveoli yang ada. Udara ini tidak
terbagi rata ke semua alveoli. Udara pertama yang terhirup masuk ke puncak paru,

9
kemudian disusul oleh udara dibelakangnya, masuk ke basis paru. Distribusi yang
tidak merata ini mengakibatkan nilai ventilasi di puncak paru lebih besar jika
dibandingkan dengan nilai ventilasi di basis paru.

Difusi
Peristiwa difusi yang terjadi dalam paru adalah perpindahan molekul oksigen dari rongga
alveoli melintasi membran kapiler alveolar, kemudian melintasi dinding plasma darah,
selanjutnya menembus dinding sel darah merah, dan akhirnya masuk ke interior sel darah
merah sampai berikatan dengan hemoglobin. Peristiwa difusi yang lain di dalam paru adalah
perpindahan molekul karbondioksida dari darah ke udara alveolus.4
(Sherwood L. Fisiologi manusia. Jakarta: EGC, 2011)

3. Pola pernapasan
Pola pola pernapasan
1. Eupnea ( normal ): teratur dalam frekuensi 12 20 x / menit
Bayi: 18-20x/ menit
2. Tachypnea : pernapasan yang sangat cepat ( >20x/menit )
3. Bradipnea : pola pernapasan yang sangat lambat (<12x/menit)
4. Dispnea : Kondisi dimana seseorang sesak dalam bernapas
5. Hiperventilasi : pernapasan cepat dan dalam untuk mengkompensasi metabolisme
tubuh yang terlampau tinggi
6. Hipoventilasi : upaya tubuh mengeluarkan karbondioksida dengan cukup pada saat
ventilasi alveolar, serta tidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam
penggunaan oksigen
7. Orthopnea : kondisi dimana seseorang akan sulit bernapas kecuali dalam posisi
tertentu
8. Cheyne stokes : Hyperpnea ( nafas dalam dan cepat ) kemudian menurun, serta
apnea ( pernapasan berhenti ). Periode ini berulang secara teratur
9. Kussmaul : pernapasan cepat dan dangkal
(Ganong, W.F. 2005. Fisiologi Kedokteran Edisi 10. Jakarta:EGC)
(Martini,Frederic.2012.fundamentals of anatomy and phisiology ed.
9th.Published by Pearson education.San Francisco)
(Alimul, Aziz.2008.Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan
ed.2.Jakarta:Salemba)

10
Suara Paru Paru
1. Rales : desisan abnormal atau suara respirasi lain
2. Wheezes : suara berdecit yang terdengar saat bernafas
3. Stridor : pernapasan berat yang menimbulkan suara, disebabkan karena kerusakan di
windpipe larhynx

Penyakit pada sistem respirasi


1. Asbestosis : Pnemoconiosis, penyakit pada paru paru, disebabkan oleh penghirupan
partikel abses yang terus menerus
2. Aphixia : ketidakseimbangan oksigen serta karbondioksida yang berakibat pada
suffokasi ( lemas kekurangan nafas )
3. Aspirate : penghisapan material asing yang tak sengaja oleh paru paru
4. COPD ( Chronic Obstructive Pulmonary Disease ) : keaadaan yang mendeskripsikan
penyakit dari pohon bronkis secara temporal maupun permanen
5. Hemoptysis : batuk yang berdarah / muskus yang berdarah
6. Hemothorax : Kondisi adanya darah di cavitas pleural
7. Nasal polips : tumor ( tidak berbahaya ) tumbuh di atas garis mukus pada nasal cavity
8. Rhinitis : infeksi dari nasal cavity
9. SARS ( Severe Acute Respiratory Syndrome ) : penyakit respirasi yang disebabkan
oleh virus corona yang bisa berkembang menjadi pneumonia
10. Sputum : infeksi dari saliva dan mukus
11. Tukis : batuk
(Martini,Frederic.2012.fundamentals of anatomy and phisiology ed. 9th.Published by
Pearson education.San Francisco)
(Alimul, Aziz.2008.Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan ed.2.Penerbit
Salemba.Jakarta)

Gangguan pada system pernapasan


1. Pneumonia
Adalah peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, mauapun
jamur. Pada penderita pneumonia, pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung
jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi inflame dan terisi oleh cairan.

11
2. Kanker paru
Adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu-paru. Sebagian besar kanker paru-paru
berasal dari sel-sel dalam paru-paru. Tetapi, kanker paru-paru bias juga berasal dari
kanker dibagian tubuh lainnya yang menyebar ke paru-paru
3. Tuberkulosis/ TB
Yaitu infeksi karena bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dapat merusak paru-
paru dan system sentral, genitourinary system, tulang, dan sendi.
Jenis TB:
a) Tuberkulosis paru, dikonfirmasi secara bakteriologik dan histologik.
b) Tuberkulosis paru, tidak dikonfirmasi secara bakteriologik dan histologik.
c) Tuberkulosis pada syaraf.
d) Tuberkulosis pada organ lainnya; dan
e) Tuberkulosis milier.
4. Bronkitis
Adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara keparu-paru). Penyakit ini
biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada
penderita yang memiliki penyakit menahun ( misalnya penyakit jantung atau penyakit
paru-par) dan pada usia lanjut, bronchitis bias bersifat serius.
5. Pleurisi/ radang pleura (Pleurisy/ Pleuritis/ Pleurutic chest pain). Suatu peradangan
pada pleura (selaput yang menyelubungi permukaan paru-paru). Pleurisi terjadi jika
suatu penyebab (biasanya virus atau bakteri) mengiritasi pleura sehingga terjadi
peradangan. Bila disertai dengan penimbunan cairan dirongga pleura disebut efusi
pleura, tetapi bila tidak terjaid penimbunan cairan dirongga pleura disebut pleurisi
kering. Setela terjadi peradangan, pleura bisa kembali normal.

4. Histologi Pernapasan
Organ organ yang berperan pada sistem respirasi
1. Epitel Olfaktoris bagian superior atau atap rongga hidung mengandung epitel yang
khusus untuk mendeteksi dan mendeteksi dan meneruskan bebauan. Epitel olfaktoris
yang terdiri atas tiga jenis sel : Sel Penyokong ( sustentakular ), sel basal, dan sel
olfaktoris.
2. Mukosa Olfaktoris dan Konka superior ( pandangan menyeluruh )

12
Mukosa olfaktoris terdapat pada permukaan konka superior yaitu salah satu sekat
bertulang dalam rongga hidung. Epitel respirasi di dalam rongga hidung adalah epitel
bertingkat semu silindris bersilia dan bersel goblet. Dikhususkan untuk menerima
rangsangan bau dan karenanya, berbeda dengan epitel respiratori; epitel ini adalah
epitel bertingkat semu silindris tinggi tanpa sel goblet. Epitel olfaktorius terdapat
diatas rongga hidung, pada kedua sisi spetum dan di dalam konka nasal superior. Di
bawah lamina propria terdapat kelenjar olfaktorius tubuloasinar (kelenjar bowman).
Kelenjar ini menghasilkan sekret serosa.

Epiglotis (potongan memanjang)


Epiglotis adalah bagian superior laring dari dinding anterior laring berupa lembaran pipih.
Tulang yangbmembentuk kerangka epiglotis adalah sepotong tulang rawan (elastis) epiglotis
sentral permukaan anterior atau lingualnya dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan
tanduk. Lamina propria dibawahnya menyatudengan perikardium tulang rawan epiglotis.
Mukosa anterior atau lingual menutupi bagian apex epiglotis dan lebih dari separuh
permukaan posterior atau laringeal. Epitel berlapis gepengnya lebih rendah; papila jaringan
ikat hilang dan terjadi peralihan menjadi epitel respiratorius, yaitu epitel bertingkat semu
silindris bersilia dengan sel goblet. Kelenjar mukosa, serosa, atau tubuloasinar campur
terdapat pada lamina propria. Kadang-kadang kuncup kecap terlihat di epitel. Limofonodulus
soliter mungkin terlihat pada mukosa lingual atau laringeal.
Laring (potongan frontal)
Pita suara, tulang rawan penyokong dan otot. Pita suara superior atau pita suara palsu laring
dibentuk oleh mukosa dan diteruskan sebagai permukaan posterior epiglatis.
Epitel pelapisnya adalah epitel bertingkat semu silindris bersilia dengan sel goblet.
Dibawah epitel, yaitu didalam lamina propia, terdapat kelenjar campur yang terutama terdiri
atas mukosa. Ductus Ekskretorius yang bermuara di permukaan epitel, terlihat diantara asini
kelenjar. Limfonoduli terletak di dalam lamina propia pada sisi ventrikular pita suara.
Trakea
Dinding trakea terdiri atas mukosa, submukosa, tulang rawan hialin dan adventisia.
Tulang rawan pada trakea adalah sederetan cincin berbentuk C , dan diantara kedua ujung C
itu terdapat m. Trakealis ( polos ).
Mukus berperan penting mempersiapkan udara yang dihirup. Mukus selalu di bentuk oleh sel
goblet pada epitel respirasi dan kelenjar mukosa pada lamina propia, lapisan mukus menutupi
permukaan lumen pada sebagian besar saluran konduksi. Akibatnya, mukosa lembab pada

13
bagian konduksi sistem pernapasan melembabkan, menyaring, dan membersihkan udara dari
bahan bahan renik, mikroorganisme infeksius, atau benda terbawa udara lainnya. Selain itu,
anyaman kapiler luas di bawah epitel pada jaringan ikat mengahangatkan udara yang dihirup.
Bronkus intrapulmonal
Bronkus primer atau ekstra pulmonal bercabang dan menghasilkan sederetan bronki intra
pulmonal yang lebih kecil. Bronki ini dilapisi oleh epitel bertingkat semu silindris bersilia,
lamina propia tipis, jaringan ikat halus dengan banyak serat elastin ( tidak tampak) dan
sedikit limfosit
Lempeng tulang rawan tersebar rapat mengelilingi perifer bronkus; lempengan ini makin
kecil dan lebih berjauhan dengan bercabangnya bronki menjadi lebih kecil . bronkiolus
terminal memiliki diameter kecil kira kira 1 mm atau kurang. Terdapat banyak lipatan
mukosa yang menyolok dan epitelnya bertingkat semu silindris rendah bersilia dan sedikit sel
goblet. Dinding bronkiolus respitorius dilapisi oleh epitel selapis kuboid. Sebuah cabang
kecil arteri pulmonaris menyertai bronkiolus respiratorius. Sebuah ductus alveolaris muncul
dari bronkiolus respiratorius dan banyak alveoli bermuara kedalam ductus alveolaris.
Dinding alveolus: septa interalveolar
Alveoli lonjong dilapisi selapis epitel gepeng yang tidak jelas pada pembesaran ini. Alveoli
berdekatan memiliki septum interalveolar bersama. Pada ujung bebas septum intelarviolar
dan sekitar ujung bebas alveoli terdapat pita sempit otot polos yang merupakan lanutan
lapisan otot bronkus respitorius
Setiap bronkiolus terminalis pada gilirannya membelah menjadi sejumlah saluran yang lebih
kecil yaitu bronkiolus respiratorius yang dindingnya ditandai adanya alveoli. Setiap
bronkiolus respiratorius bercabang menjadi ductus alveolaris yang berlanjut kedalam sakus
alveolaris.
(Victor P. Eroschenko, Atlas histologi di Fiore, edisi 9, 2003, EGC)
Anatomi Fungsional Saluran Pernapasan
A. Rongga Hidung dan Nasal
1. Hidung Eksternal berbentuk piramid disertai dengan suatu akar dan dasar. Bagian ini
tersusun dari kerangka kerja tulang, kartilago hialin, dan jaringan fibroareolar.
a. Septum Nasal membagi hidung sebelah kiri dan kanan rongga nasal.bagian anterior
septum adalah kartilago.
b. Naris (nostril) eksternal dibatasi oleh kartilago nasal.
Kartilago nasal lateral terletak di bawah jembatan hidung.

14
Alabesar dan ala kecil kartilago nasal melintang nostril.
c. Tulang Hidung
1) Tulang nasal membentuk jembatan dan bagian superior kedua sisi hidung.
2) Vomer dan lempengan perpendikular tulang etmoid membentuk bagian posterior
septum nasal.
3) Lantal rongga nasal adalah palatum keras yang terbentuk dari tulang maksila dan
palatium.
4) Langit-langit rongga nasal pada sisi medial terbentuk dari lempengan kribrifrom
tulang etmoid, pada sisi anterior dari tulang frontal dan nasal, dan pada sisi
posterior dari tulang sfenoid.
5) Konka (turbinatum) nasalis superior, tengah dan inferior menonjol pada sisi medial
dinding lateral rongga nasal. Setiap konka dilapisi membran mukosa (epitel
kolumnar bertingkat dan bersilia) yang berisi kelenjar pembuat mukus dan banyak
mengandung pembuluh darah.
6) Meatus superior, medial dan inferior merupakan jalan udara rongga nasal yang
terletak di bawah konka.
d. Empat pasang sinus para nasal (frontal, etmoid, maksilar, dan sfenoid) adalah
kantong tertutup pada bagaian frontal etmoid, maksilar, dan sfenoid. Sinus ini
dilapisin membran mukosa.
1) Sinus berfungsi untuk meringankan tulang karnial, memberi area permukaan
tambahan pada saluran nasal untuk menghangatkan dan melembabkan udara
yang masuk,memproduksi mukus, dan memberi efek resonansi dalam
produksi wicara.
2) Sinus paranasal mengalirkan carirannya ke meatus rongga nasal melaui
duktus kecil yang terletak di area tubuh yang lebih tinggi dari area lantai
sinus. Pada posisis tegak, aliran mukus ke dalam rongga nasal mungkin
terhambat, terutama pada kasus infeksi sinus.
3) Duktus nasolakrimal dari kelenjar air mata membuka ke arah meatus inferior.
2. Membran mukosa nasal
a. Struktur
Kulit pada bagian ekternal permukaan hidung yang mengandung folikel rambut,
keringat, dan kelenjar sebasea, merentang sampai vestibula yang terletak di
dalam nostril.

15
Dibagian rongga nasal yang lebih dalam, epitelium respiratorik membentuk
mukosa yang melapisi ruang nasal selebihnya. Lapisan ini terdiri dari epitelium
bersilia dengan goblet yang terletak pada lapisan jaringan ikat terfaskularisasi
dan terus memanjang untuk melapisi saluran pernapasan sampai ke bronkus.
b. Fungsi
Penyaringan partikel kecil. Silia pada epitelium respiratorik melambai kedepan
dan belakang dalam suatu lapisan mukus. Gerakan dan mukus membentuk suatu
perangkat untuk partikel yang kemudian akan disapu keatas untuk ditelan,
dibatukkan atau dibersihkan keluar.
Penghangatan dan pelembaban udara yang masuk. Udara kering akan
dilembabkan melalui evaporasi sekresi serosa dan mukus serta dihangathkan
oleh radiasi panas dari pembuluh darah yang terletak dibawahnya.
Resepsi odor. Epitelium olfaktori yang terletak dibagian atas rongga hidung
dibawah lempeng kribri form. Mengandung sel-sel olfaktori yang mengalami
spesialisasi untuk indra penciuman.

B. Faring
Faring adalah tabung muskular berukuran 12,5 cm yang merentang dari bagian dasar tulang
tenggorokan sampai esofagus. Faring terbagi menjadi nasofaring, orofaring, dan
laringofaring.
1. Nasofaring adalah bagian posterior rongga nasal yang embuka ke arah rongga nasal
melalui dua naris internal (koana).

16
Dua tuba Eustachlus (auditorik) menghubungkan nasofaring dengan telinga tengah.
Tuba inin berfungsi untuk menyetarakan tekanan udara pada kedua sisi gendang
telinga.
Amandel (adenoid) faring adalah penumpukan jarinagn limfatik yang terletak di dekat
naris internal. Pembesaran adenoid dapat menghambat aliran udara.
2. Orofaring dipisahkan dari nasofaring oleh palatum lunak muskular. Suatu perpanjangan
palatum keras tulang.
Uvula (anggur kecil) adalah prosesus kerucut (concical) kecil yang menjulur ke
bawah dari bagian tengah tepi bawah palatum lunak.
Amandel palatinum terletak pada kedua sisi orofaring posterior.
3. Laringifaring mengelilingi mulut esofagus dari laring, yang merupakan gerbang untuk
sistem respiratorik selanjutnya.

C. Laring (kotak suara) menghubungkan faring dengan trakea. Laring adalah lambung
pendek
berbentuk seperti kontak triangular dan ditopang oleh sembilan kartilago; tiga berpasangan
dan tiga tidak berpasangan.
1. Kartilago tidak berpasanagan
Kartilago tiroid
Kartilago krikoid
Epiglotis
2. Kartilago berpasangan
Kartilago aritenoid
Kartilago kornikulata
Kartilago kuneifrom

17
3. Dua pasangan lipatan lateral mambagi rongga laring.
Pasangan bagian atas adalah lipatan ventrikular (pita suara semu) yang tidak
berfungsi saat produksi suara.
Pasangan bagian bawah adalah pita suara sejati yang melekat pada kartilago tiroid dan
pada kartilago aritenoid serta kartilago krikoid. Pembuka diantara kedua pita ini
adalah glotis.
1. Saat bernafas pita suara terabduksi (tertarik membuka) oleh otot laring, dan glotis
berbentuk triangular.
2. Saat menelan, pita suara teradduksi (tertarik menutup) dan glotis membentuk celah
sempit.
3. Dengan demikian kontraksi otot rangka mengatur ukuran pembukaan glotis dan
derajat keteganganpita suara yang diperluakan untuk produksi suara.
D. Trakea (pipa udara) adalah tuba dengan panjang 10 cm sampai 12 cm dan diameter 2,5
cm serta terletak diatas permukaan anterior esofagus. Tuba ini merntang dari laring pada
area vertebra serviks ke 6 area vetebra torak ke 5 tempat membelah menjadi 2 bronkus
utama.
E. Bronkus terdiri dari dua bagian yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri.
F. Bronkiolus percabangan bronkus yang banyak mengandung otot polos.
G. Alveolus dikelilingi kapiler-kapiler darah yang dibatasi oleh membran alveoli-kapiler,
tempat terjadinya pertukaran O2 dan CO2 atau pernapasan eksterna

18
5. Macam-macam pernapasan
Pernafasan dada
terjadi karena otot antar tulang rusuk berkontraksi sehingga rusuk terangkat. Akibatnya,
volume rongga dada membesar. Yang membuat tekanan dalam rongga dada mengecil dan
paru-paru mengembang. Pada saat paru-paru mengemban, tekanan udara di luar lebih besar
daripada di dalam paru-paru, akibatnya udara masuk. Saat ekspirasi otot antar tulang rusuk
berrelaksasi, tulang rusuk turun, akibatnya volume rongga dada mengecil sehingga tekanan di
dalamnya naik. Pada keadaan ini paru-paru mengempis sehingga udara keluar.
Pernapasan perut
Inspirasi, karena gerakan diafragma. Jika otot diafragma berkontraksi, rongga dada membesar
dan paru-paru mengembang akibatnya udara masuk dalam paru-paru.
Ekspirasi, otot diafragma relaksasi, diafragma kembali ke keadaan semula. Saat itu, rongga
dada menyempit, mendorong paru-paru sehingga mengempis. Selanjutnya, udara dari paru-
paru keluar.
(Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuh Gangguan Sistem Pernafasan. JOGJA:PT. Bentang
Pustaka)

19
6. Faktor- faktor yang mempengaruhi sistem respirasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem respirasi
a. Usia
1. Dewasa : 12 s/d 20 menit
2. Anak-anak : 18 s/d 20 menit
3. Bayi : 40 s/d 60 menit
b. Jenis kelamin
1. Laki-laki : 16 s/d 18 menit
2. Perempuan : 18 s/d 20 mnit
c. Aktifitas Fisik
Pada saat aktifitas fisik sedang meningkat, maka kecepatan respirasi juga mengalami
peningkatan. Contohnya, pada orang olahraga.
Medikasi (obat)
Kelainan atau patologi pada respirasi
(Martini, F.H., & Ober, W. C. 2008. Fundamentals of Anatomy and Physiology, ed.
5. New Jersey:Prentice Hall)
(Guyton A. C, Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta:EGC)
7. Laju respirasi
adalah jumlah pernafasan setiap menit. Dimana frekuensi pernapasan rata-rata orang
dewasa mencapai 12 sampai 18 per menit, dan untuk anak-anak frekuensi pernapasannya
mencapai 18 hingga 20 per menit.
Dalam keadaan normal, paru bersifat sangat tunduk (patuh) dan resistensi saluran
pernapasan rendah, sehingga hanya sekitar 3% dari energy total dipakai tubuh untuk
melakukan usaha bernapas. Selama berolah raga berat, jumlah energy yang diperlukan
untuk menjalankan ventilasi paru dapat meningkat sampai dua puluh lima kali lipat. Namun,
karena pengeluaran energy total oleh tubuh meningkat sampai lima belas kali lipat selama
berolah raga berat, energy yang digunakan untuk nelakukan ventilisasi tetap hanya sekitar 5%
dari pengeluaran energy total.
Volume paru dan Kapasitas paru
Kapasitas paru adalah jumlah dari atau lebih volume paru, dapat ditentukan:
Tidal volume (TV). Volume udara yang masuk atau keluar paru selama satu kali
bernafas. Nilai rata-rata pada keadaan istirahat = 500 ml
Kapasitas inspirasi ( inspiratory recerve volume, VCI). Volume tambahan yang dapat
secara maksimal dihirup melebihi tidal volume istirahat. VCI dihasilkan oleh kontraksi

20
maksimum diagfragma, otot antariga eksternal dan otot inspirasi tambahan. Nilai rata-
ratanya = 3.000 ml.
Volume cadangan ekspirasi (expiratory reserve volume, VCE). Volume tambaha udara
yang dapat secara aktif dikeluarkan oleh kontraksi maksimum melebihi udara yang
dikeluarkan secara pasif pada akhir tidal volume biasa. Nilai rata-ratanya = 1.000 ml.
Volume residual (Vr). Volume minimum udara yang tersisa diparu bahkan setelah
ekspirasi maksimum. Nilai rata-rataya = 1.200 ml. Volume residual tidak dapat diukur
secara langsung dengan spinometer karena volume udara ini tidak keluar masuk paru.
Namun volume ini dapat diukur secara tidak langsung melalui teknik-teknik dilusi-gas
berupa penghirupan (inspirasi) gas-placak (tracer gas) yang tidak berbahaya dalm jumlah
tertentu, missalnya helium.
Kapasitas vital (KV). Volume maksimum udara yang dapat dikeluarkan selama satu kali
nbernapas setelah inspirasi maksimum. Subyek mula-mula melakukan inspirasi
maksimum, kemudian melakukan ekspirasi maksimum (KV=VCI+TV+VCE). KV
menccerminkan perubahan volume maksimum yang dapat terjadi didalam paru . volume
ini jarang dipakai karena kontraksi otot maksimum yang terlihat menimbulkan kelelahan,
tetapi bermanfaat untuk menilai kapasitas fungsional paru. Nilai rata-ratanya=5.700 ml.
Volume ekspirasi paksa dalam satu detik (forced expiratory volume, FEV) volume udara
yang dapat diekspirasikan selama detik pertama ekspirasi pada penentuan KV. Biasanya
FEV adalah sekitar 80% yaitu, dalam keadaan normal 80% udara yang dipakai yang
dapat dipaksa keluar dari paru yang mengembang maksimum dapat dikeluarkan dalam 1
detik pertama. Pengukuran ini memberikan indikasi laju aliran udara maksimum yang
dpat terjadi di paru.
Ventilasi paru atau minute ventilation, yaitu volume udara yang dihirup dan
dihembuskan dalam satu menit.
Frekuensi pernapasan (kecepatan bernapas) yang rata-rata sebesar 12 kali per menit.
Ventilasi paru = tidal volume x frekuensi pernapasan (ml/menit) (ml/menit) (ml/menit)
(Guyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed. 11. Jakarta:EGC)
(Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem. Edisi 2.
Jakarta:EGC)

21
8. Tujuan Pemanasan
1. Tujuan pemanasan
Pusat pernapasan yang berada di medula oblongata dalam mengirimkan sinyal ke organ
pernapasan dan organ yang membatu dalam pernapasan(diafragma, paru-paru, jantung,
dsb) tidak terjadi secara mendadak, karena apabila perubahan kekuatan sinyal yang
terjadi secara mendadak tanpa adanya persiapan, membuat organ-organ yang menerima
terkejut.
(Guyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed. 11. Jakarta: EGC)
2. Mengapa terengah-engah
Saat kita berolahraga kita membutuhkan banyak oksigen, hal ini dikarenakan pusat
pernapasan yang berada di medula oblongata bereaksi keras terhadap peningkatan kadar
karbondioksida dalam darah, maka medula oblongata mengirimkan sinyal pada organ

22
pernapasan untuk mengambil oksigen sebanyak-banyaknya dalam waktu yang cepat,
maka dari itu pada saat kita berolahraga kita tampak terengah-engah.
(Guyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed. 11. Jakarta: EGC)

9. Manfaat pemanasan
Secara fisiologis
Meningkatkan laju metabolik ( pada titik sekuler ) dengan cara menurunkan tingkat
kritis untuk terjadinya reaksi kimia yang penting
Lebih mempercepat dan menyempurnakan disosiasi oksigen dari hemoglobin
Memperbesar pelepasan oksigen dari miolobin
Mengurangi kekentalan protoplasma otot
Mempercepat dan menguatkan kontraksi otot
Memperbesar kepekaan reseptor syaraf dan kecepatan transmisi impuls syaraf
Merangsang pelebaran pembuluh darah sehingga meningkatkan aliran darah pada
tempat tertentu
Secara Psikologis
Memperkuat mental atlet
Melepaskan kecemasan atlet saat turnamen
Sebagai ajang berkonsentrasi atlet
(Giam., C.K. 1993, Ilmu Kedokteran Olahraga. Jakarta, Binarupa Aksara)

KESIMPULAN
Respirasi adalah suatu proses pertukaran gas antara organisme dengan lingkungan, yaitu
pengambilan oksigen dan eliminasi karbondioksida. Respirasi eksternal adalah proses
pertukaran gas (O2 dan CO2) antara darah dan atmosfer sedangakan respirasi internal adalah
proses pertukaran gas (O2 dan CO2) antara darah sirkulasi dan sel jaringan.
Mekanisme proses respirasi

Nares anterior vestibulum nasi cavum nasi Nares posterior

Pharynx Larynx Trakea Bronkus Primer Bronkus Sekunder

Bronkus Tersier Bronchiolus Terminalis Bronchiolus Respirator

Ductus Alveolus Saccus Alveolus Alveolus

23
SARAN

Kami sebelum melakukan diskusi seharusnya mempersiapkan dan memahami materi-materi


yang berhubungan dengan skenario dan yang akan kami bahas. Dalam mencari materi-materi
untuk didiskusikan cukup sulit, karena membutuhkan sumber-sumber yang valid dan tidak
kurang dari 5 tahun.

Selama diskusi, sumber-sumber yang telah kami dapat sebaiknya dicurahkan saat diskusi dan
memberikan pemahaman yang tepat tentang skenario yang kita bahas. Diskusi akan berjalan
lancar apabila semua peserta mempersiapkan diri dengan baik dan aktif berpartisipasi saat
diskusi.

DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz.2008.Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan ed.2.Jakarta:Penerbit

Salemba

Anderson C.R.M.D., 1975. Petunjuk Modern Kepada Kesehatan. Bandung:Indonesia

Publishing House

Andun Sudijandoko. 2000. Perawatan dan Pencegahan Cedera. Jakarta:Departemen

Pendidikan Nasional

Bayu Santoso, 1994 Cedera Olahraga Konggres Nasional III. Surabaya:Perdosari

Bergeron JD. Grene HW. 1989. Coaches Guide to Sport Injuries. Human Kuictics Books

Champaign, Illionis.

24
Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta:

EGC

Ganong, W.F. 2005. Fisiologi Kedokteran Edisi 10. Jakarta:EGC

Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuh Gangguan Sistem Pernafasan. JOGJA:PT. Bentang

Pustaka

Giam., C.K. 1993, Ilmu Kedokteran Olahraga. Jakarta:Binarupa Aksara

Hardianto Wibowo. 1994. Cedera Olahraga. Jakarta:Buku Kedokteran EGC

Ilmu Penyakit Paru Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI

Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31. Jakarta:EGC

Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28. Jakarta:EGC

Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta:EGC.

Mangi, R., Jokl P., dayton W. 1987. Sports Fitness and Training. Pantheon Books New York.

Martini,Frederic.2012.fundamentals of anatomy and phisiology ed. 9th.Published by Pearson

education:San Francisco

Paterson L., Renstrom P., 1986. Sports Injuries, Their Prevention and Treatment. Martin

Dumzt Ltd. London.

Rushall, B.S., and Pyke F.S., 1990, Training For Sport and Fitness, The Macmillan

Company of Australia Pty Ltd, Australia

Thamrin Syam Hamid, Triana Djatiwati, Muhammad Dalyono, 1994. Sports Medical Cedera

Olahraga KONAS III. Surabaya:Perdosari

Victor P, Eroschenko. 2003. Atlas Histologi diFiore Edisi 9. Jakarta:EGC

25

Anda mungkin juga menyukai