Pernapasan
Pengantar Biopsikologi
Editor:
Raysha Agustini., S.Psi., M.Si
SISTEM PERNAPASAN
2. Respirasi Paru
Respirasi paru merupakan pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida
(CO2) antara organisme dan lingkungan eksternalnya.
4. Kontrol Respirasi
Sistem kontrol respirasi diatur oleh kerja sistem saraf pusat, yang
meliputi pengontrolan secara sadar (volunter) dan secara tidak sadar
(involunteer).
a. Secara sadar, pusat pengontrolan respirasi berada di pusat kesadaran
pada korteks.
b. Secara tidak sadar, pusat pengontrolan respirasi berada di medulla
oblongata dan pons varolli.
C. Homeostasis
Homeostasis merupakan kemampuan tubuh untuk mempertahankan
lingkungan di dalam tubuh secara konstan. Homeostasis pada saluran pernapasan
dilakukan dengan pertukaran gas dan regulasi pH darah.
1. Pertukaran Gas
Pertukaran gas dilakukan oleh paru-paru dengan menghilangkan
karbondioksida dan menggantinya dengan oksigen yang dibutuhkan oleh
organ. Energy yang dihasilkan dari pertukaran gas berguna untuk
menjalankan fungsi-fungsi tubuh seperti kondusif saraf dan kontraksi otot.
2. Pernapasan Perut
Mekanisme pernapasan perut melibatkan aktifitas otot-otot diafragma
yang membatasi rongga perut dan rongga dada.
a. Proses Inspirasi
Pada fase ini terjadi kontraksi otot diafragma sehingga rongga
dada membesar. Kontraksi otot diafragma mengakibatkan tekanan di
dalam rongga dada menjadi lebih kecil dari tekanan di luar, sehingga
udara luar yang kaya oksigen masuk ke dalam tubuh. Mekanisme
inspirasi pernapasan perut adalah sebagai berikut:
Otot diafragma berkontraksi → otot diafragma yang melengkung
menjadi mendatar → volume rongga dada membesar → paru-paru
mengembang → tekanan udara dalam paru-paru lebih kecil dari tekanan
udara di luar → udara masuk.
b. Proses Ekspirasi
Fase ekspirasi merupakan fase relaksasi otot diafragma (kembali
ke bentuk semula), yang diikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga
rongga dada menjadi kecil. Mekanisme ekspirasi pernapasan perut
adalah sebagai berikut:
b. Tekak (Faring)
Faring adalah daerah dimana terjadi persilangan antara jalur
untuk sistem pernapasan dan pencernaan. Faring memiliki panjang
kurang lebih 5 inci memanjang dari dasar tenggorokan sampai
esofagus. Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara
yang keluar masuk dan juga sebagai jalan makanan dan minuman yang
ditelan. Selain itu, faring juga berfungsi sebagai penyaring, pengatur
tekanan, dan juga dapat mengatur kelembaban udara yang masuk.
Udara ini akan diteruskan ke batang tenggorokan (trakea). Faring
terletak di depan cervical vertebrata dan terdiri atas tiga bagian yaitu:
1) Nasofaring
Nasofaring adalah bagian faring yang terletak pada bagian
belakang rongga hidung. Nasofaring merupakan satu-satunya
bagian faring yang hanya dapat dilalui oleh udara, sedangkan
bagian faring lainnya dapat dilalui oleh udara maupun makanan.
Nasofaring berasal dari dua kata, yaitu naso yang artinya hidung
dan faring yang artinya tenggorokan, oleh karena itu nasofaring
juga dikenal sebagai saluran hidung-tenggorok. Nasofarig
memiliki ukuran lebar dan panjang masing berkisar antara 2-4
cm. Nasofaring berfungsi untuk mengatur tekanan udara dari
lingkungan luar dan membunuh bakteri yang terbawa dari
lingkungan luar.
2) Orofaring
Orofaring merupakan bagian faring yang terletak di
belakang rongga mulut. Orofaring dapat dilewati udara dan
makanan sehingga berperan dalam sistem pernapasan dan sistem
f. Paru-paru (Pulmo)
Paru-paru merupakan organ pernapasan utama berbentuk kerucut,
terdiri atas jaringan elastik yang berpori-pori seperti spons dan berisi
udara. Paru-paru terletak di dalam rongga toraks (dada) sebelah kanan
dan kiri yang dipisahkan oleh jantung, diatas diafragma.
Struktur paru-paru tersusun dari 300 juta alveolus. Setiap alveolus
mengandung 1 lapisan sel epitel skuamosa (pipih) dan dikelilingi oleh
pembuluh kapiler. Di dalam paru-paru, bronki bercabang menjadi
tubulus-tubulus kecil yang dikenal sebagai bronkiolus. Bronkiolus terus
bercabang menjadi pembuluh lebih kecil dan akhirnya membentuk
cabang terkecil yaitu bronkiolus terminal. Bronkiolus terminal
bercabang lagi membentuk duktus alveoralis dan berakhir pada sarkus
alveoralis.
Paru-paru terdiri dari dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo
dekster) dan paru-paru kiri (pulmo sinister). Paru-paru kanan terdiri dari
lobus superior, lobus intermedia, dan lobus inferior. Paru-paru kiri
terdiri dari lobus superior dan inferior.
Paru-paru dibungkus oleh selaput pleura, sedangkan
pleuraparietalis melekat pada dinding rongga koraks. Paru-paru
mengembang karena ada udara masuk, maka selaput pleura yang basah
dan halus kemudian bergeser satu sama lain dengan mudah, sehingga
terhindar dari kerusakan akibat gesekan.
2. Tabung Udara
G. Studi Kasus
Terdapat dua studi kasus yang berkaitan dengan sistem pernapasan, yaitu
asma, psikosomatis, dan dipnea.
1. Asma
a. Aspek Fisik
Asma adalah gangguan pada rongga saluran pernapasan yang
diakibatkan oleh kontraksi otot polos pada trakea dan mengakibatkan
penderita sulit bernapas. Ditandai dengan kontraksi yang kaku dari
b. Aspek Psikologis
Stres menimbulkan perubahan psikologis pada tubuh seseorang.
Perubahan tersebut kemudian memaksa tubuh mereka memproduksi
histamin dan leukotrin dalam jumlah besar. Reaksi inilah yang
kemudian menyebabkan penegangan otot-otot di sekitar saluran nafas
yang memicu timbulnya serangan asma. Perubahan keadaan emosi
yang cepat bisa pula memaksa tubuh untuk berkoordinasi dengan cepat.
Hal ini menempatkan tubuh pada situasi yang sulit dan dengan beban
mental yang berat. Keadaan psikologis tersebut bisa memicu serangan
asma yang drastis, bahkan pada seseorang yang cenderung tenang
sekalipun.
2. Psikosomatis
a. Aspek Fisik
Psikosomatis dapat menyebabkan terjadinya sakit kepala,
berkeringat, nyeri lambung dan dapat menyebabkan seseorang terkena
penyakit asma.
b. Aspek Psikologis
Psikosomatik adalah suatu kondisi atau gangguan ketika pikiran
mempengaruhi tubuh, hingga memicu munculnya keluhan fisik..
3. Dipnea
a. Aspek Fisik
Dipnea menurut definisi American Thoracic Society (ATS)
didefinisikan sebagai pengalaman subyektif ketidaknyamanan dalam
bernapas yang terdiri dari berbagai sensasi yang bervariasi dalam
intensitas secara kualitatif.
REFERENSI
Harlan, J. (2018). Biopsikologi. Depok: Universitas Gunadarma.
Editor:
Raysha Agustini, S.Psi., M.Si
Disusun Oleh: