Abstrak
Untuk bertahan hidup, makhluk hidup perlu bernapas untuk mendapat suplai gas oksigen untuk
metabolisme sel. Pernapasan sendiri terdiri dari 2 jenis yaitu pernapasan eksternal dan
pernapasan internal. Mekanisme dasar pernapasan adalah perpindahan gas dari daerah dengan
tekanan tinggi ke tekanan rendah, baik pernapasan eksternal dan internal. Pernapasan eksternal
adalah pertukaran gas O2 dan CO2 antara paru-paru dengan lingkungan luar. Pernapasan internal
adalah pertukaran gas O2 dan CO2 antara alveolus dan kapiler paru dan antara pembuluh kapiler
dengan jaringan. Efek dekompresi merupakan salah satu contoh dari pertukaran gas yang terjadi
saat tekanan turun. Dekompresi dapat menyebabkan penyakit dekompresi yang dapat
membahayakan nyawa seseorang.
Abstract
To survive, organisms need to breath to get supply of oxygen gas for cell metabolism. Breathing
itself has 2 types which are external breathing and internal breathing. The basic mechanism of
breathing is the movement of gas from area with high pressure to lower pressure, either its
external breathing or internal. External breathing is the exchange of O 2 gas and CO2 between the
lungs and external environment. Internal breathing is the exchange of O 2 gas and CO2 between
the alveoli and the capillary of lungs also between the capillary and tissues. Decompression
effect is one of the example of gaseous exchange when pressure is decreasing. Decompression
can cause decompression sickness which can endanger someone’s life.
1
Latar Belakang
Untuk dapat bertahan hidup, makhluk hidup memerlukan bernapas agar mendapatkan suplai gas
oksigen untuk metabolisme sel. Jika terjadi kekurangan oksigen, metabolisme sel akan
terhambat, namun tubuh manusia dapat bereaksi akan masalah itu dengan cepat sehingga suplai
oksigen masih bisa didapati. Pernapasan makhluk hidup diatur oleh sistem respirasi. Selain
mengatur pernapasan, sistem respirasi juga berperan dalam transport gas di tubuh makhluk hidup
agar suplai gas oksigen yang diperlukan dapat disebarkan ke seluruh tubuh. Sistem respirasi ini
harus dipelihara agar dapat berfungsi dengan baik, namun ada kalanya suatu aktivitas dapat
Skenario
kali menyelam, para mahasiswa tersebut memberanikan diri menyelam tanpa didampingi oleh
seorang instruktur. Pada kedalaman 10 m di bawah permukaan laut, tanpa dihindari, mereka
berjumpa dengan seekor ikan hiu. Karena panik, seorang mahasiswa segera naik ke atas berusaha
mencapai permukaan laut secepat mungkin. Beberapa saat setelah kembali ke kapal, mahasiswa
tersebut mengeluh sakit di persendian dan otot, mual-mual, dan kram. Mahasiswa tersebut segera
2
Identifikasi istilah yang tidak diketahui
Hyperbaric medicine atau yang lebih dikenal sebagai hyperbaric oxygen therapy adalah
suatu metode memberikan gas oksigen murni dalam tekanan atmosfer tinggi dalam suatu tabung
Rumusan Masalah
Seorang mahasiswa mengeluh sakit di persendian dan otot-otot, mual-mual dan kram
Hipotesis
Mekanisme Pernapasan
Pernapasan merupakan proses pertukaran gas oksigen (O2 ) dan karbon dioksida (CO2).
Pernapasan sendiri terbagi menjadi 2 jenis yaitu pernapasan eksternal dan pernapasan internal.
dioksida (CO2) antara lingkungan eksternal dan paru-paru. Udara mengalir dari daerah dengan
tekanan tinggi ke tekanan rendah menuruni gradien tekanan. Gradien tekanan berubah ketika
menarik napas (inspirasi) dan menghembuskan napas (ekspirasi). Perubahan ini utamanya
disebabkan oleh perubahan siklik tekanan intra-alveolus atau tekanan di paru-paru. Tekanan
3
intra-alveolus dapat diubah dengan mengubah volume, sesuai hukum Boyle. Perubahan volume
Pada saat inspirasi tenang, otot-otot inspirasi utama yaitu diafragma dan m. intercostalis
eksternal akan bekerja.2,3 Kontraksi otot-otot ini akan membuat rongga toraks membesar.
Intercostalis. Pada saat diafragma dalam keadaan relaksasi, ia berbentuk kubah yang menonjol ke
atas, lalu ketika kontraksi terjadi, diafragma akan turun dan memperbesar volume rongga toraks.
Sedangkan, m. intercostalis eksternal akan memperbesar volume rongga toraks dalam dimensi
lateral (kanan-kiri).2 (lihat gambar 1) Pembesaran volume rongga toraks ini membuat tekanan
intra-alveolus menurun, lebih kecil dibandingkan tekanan udara di atmosfer. Sehingga udara
akan masuk dari lingkungan luar ke dalam paru-paru menuruni gradien tekanan, sesuai hukum
4
Boyle.
Selain inspirasi tenang, terdapat juga inspirasi dalam, yang dimana lebih banyak udara
yang akan dihirup. Untuk itu, volume rongga toraks harus lebih besar dari volume pada inspirasi
tenang. Oleh karena itu, selain otot-otot utama inspirasi, otot inspirasi tambahan akan ikut
berkontraksi sekarang untuk menambah volume tersebut. Otot-otot inspirasi tambahan antara lain
5
sternum dan dua iga pertama, sehingga memperbesar bagian atas rongga toraks.2 M.
cabang langsung dari plexus cervicalis dan plexus brachialis.5 (lihat gambar 2)
Pada ekspirasi tenang, tidak ada otot yang bekerja. Otot-otot inspirasi utama hanya akan
berelaksasi dan kembali ke posisi awalnya.2 Sifat rekoil elastik paru, dinding dada, dan struktur
abdomen akan menekan udara keluar dengan mengecilkan volume rongga toraks, sehingga
tekanan intra-alveolar akan lebih tinggi dibanding tekanan di atmosfer dan udara akan keluar
menuruni gradien tekanan. Ekspirasi dapat menjadi aktif agar dapat mengosongkan paru-paru
lebih tuntas. Untuk itu, diperlukan otot-otot ekspirasi yaitu m. abdominalis dan m. intercostalis
intercostalis internal akan menarik iga turun ke dalam sehingga secara keseluruhan volume
6
Gambar 3 : Mekanisme Inspirasi Tenang.2
Pernapasan internal/seluler merupakan pertukaran gas O2 dan CO2 antara alveolus dengan
kapiler paru dan antara pembuluh kapiler dengan jaringan. Pertukaran gas terjadi didasari dengan
gradien tekanan parsial dan berlangsung secara pasif sederhana, menuruni gradien tekanan
parsial.2 Selain itu, tekanan parsial yang ditimbulkan kedua jenis gas berbanding lurus dengan
Darah yang masuk ke kapiler paru adalah darah vena yang dimana kaya akan CO 2 dan
miskin O2, sehingga tekanan parsial CO2 (PCO2) lebih tinggi dibandingkan O2 (PO2). Darah vena ini
akan terpajan ke udara alveolus yang dimana PO2 alveolus lebih tinggi dibandingkan di darah,
terbalik dengan PCO2 alveolus yang lebih rendah daripada di darah. Oleh karena itu, O2 akan
berdifusi dari alveolus ke kapiler paru menuruni gradien tekanan parsial O2. Difusi berlangsung
sampai equilibrium dan PO2 yang meninggalkan alveolus sama dengan tekanan di alveolus.
7
Sedangkan pada CO2 akan terjadi kebalikannya, dimana CO2 akan berdifusi ke alveolus dari
Darah yang meninggalkan paru-paru kaya akan gas O2 dan miskin CO2. Ketika darah
sampai ke jaringan, hal yang terjadi terbalik. Pada jaringan, sel secara aktif akan terus
menggunakan O2 untuk respirasi dan bertahan hidup, sehingga PCO2 akan lebih tinggi karena terus
diproduksi oleh metabolisme sel. Sehingga PO2 jaringan akan lebih rendah dibanding di kapiler
jaringan dan PCO2 jaringan lebih tinggi dibanding pada kapiler. Hasilnya ialah gas O2 akan
berdifusi dari kapiler menuju jaringan dan CO 2 akan berdifusi keluar dari jaringan ke darah
8
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan pertukaran gas antara lain
gradien tekanan parsial, luas permukaan membran, ketebalan membran, dan konstanta difusi.
Kecepatan transfer gas terutama dipengaruhi oleh gradien tekanan parsial gas. Kecepatan
pemindahan akan bertambah jika gradien tekanan parsial juga tinggi. Laju pertukaran gas
berbanding lurus dengan luas permukaan membran pertukaran gas. Lalu, semakin tebal membran
perturakan gas, semakin lambat laju pertukaran gas terjadi. Laju pertukaran gas juga berbanding
lurus dengan konstanta difusi. Konstanta difusi adalah konstanta yang berkaitan dengan
Efek Dekompresi
Efek dekompresi sangat berkaitan dengan hukum Henry dan hukum Dalton. Hukum
Henry menyebutkan bahwa gas dapat terlarut dalam cairan bila gas tersebut diberi tekanan.7
Hukum Dalton menyatakan tekanan total gas adalah jumlah tekanan masing-masing komponen
gas.8
9
Dekompresi adalah pembuangan tekanan, terutama pada penyelam bawah laut.9 Bila
seseorang turun ke dalam laut, tekanan sekelilingnya akan naik. Setiap 10 m, tekanan akan naik
sebesar 1 atm. Sehingga, ketika seseorang bernapas pada kedalaman lautan, lebih banyak
molekul gas O2 dan N2 yang terhisap sesuai hukum Henry dan hukum Dalton. Ekstra molekul O2
dan CO2 akan selalu termetabolisme. Sehingga akan lebih banyak CO 2 yang keluar dibanding
yang dihisap, begitu juga sebaliknya pada O 2. Namun, lain halnya terhadap gas N2, gas N2 tidak
termetabolisme oleh sel. Oleh karena itu, N 2 akan tetap larut di seluruh jaringan tubuh sampai
tekanan di paru turun cukup rendah agar N2 dapat keluar. Keluarnya N2 ini juga memerlukan
Ketika penyelam naik ke permukaan, tekanan di sekitar akan turun. Penurunan tekanan
disekitar akan membuat gas N2 keluar dari jaringan. Gas N2 akan keluar dalam bentuk
dapat menyebabkan beberapa penyakit dekompresi seperti bends yang terjadi di persendian.
Beberapa gejalanya adalah rasa sakit di persendian, paralasis, kolaps, hilang kesadaran, dan rasa
Pasien dimasukan kedalam tangki bertekanan tinggi lalu tekanan tersebut akan diturunkan secara
bertahap sampai tekanan normal di permukaan laut. Penurunan bertahap dilakukan agar gas N 2
yang keluar dari jaringan tubuh sebagai gelembung keluar secara bertahap, sehingga gelembung
Kesimpulan
10
Mahasiswa yang menyelam itu mengalami penyakit dekompresi karena naik ke
permukaan laut terlalu cepat, sehingga N2 yang keluar dari jaringan berupa gelembung
masuknya gas di sistem respirasi didasarkan oleh gradien tekanan. Gas akan berpindah dari
Daftar Pustaka
http://www.jpad.com.pk/index.php/jpad/article/view/534
2. Sherwood L. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi ke-8. Jakarta : EGC; 2012.
3. Hall JE. Guyton dan Hall buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-12. Philadelphia :
Elsevier; 2011
11
9. Kumala P. Kamus saku kedokteran dorland. Edisi ke-25. Jakarta: EGC; 1998
12