Anda di halaman 1dari 14

Mekanisme Respirasi pada Saluran Pernapasan Bawah

Richard Harris
Kelompok: A4
Email: richard.2017fk193@civitas.ukrida.ac.id
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6, RT 5/RW 2, Duri Kepa, Jakarta Barat 11510
Abstrak

Salah satu sistem organ dalam tubuh manusia yang memegang peranan penting dalam
menjaga kelangsungan hidup adalah sistem organ pernapasan. Sistem organ pernapasan
adalah sistem yang kompleks dimana sistem ini mempertahankan aktivitas seluler dalam
organisme. Pernapasan adalah peristiwa dimana terjadinya pertukaran antara gas oksigen dan
gas karbon dioksida yang terjadi di paru. Udara mengalir ke paru-paru melewati suatu saluran
pernapasan yang terbagi menjadi saluran napas atas dan bawah. Pernapasan dikendalikan
oleh suatu pusat kendali napas yang berada di batang otak. Proses masuk dan keluarnya udara
kedalam tubuh kita disebabkan karena adanya perbedaan gradien tekanan antara atmosfer
dengan paru. Sistem pernapasan sendiri dapat mengalami gangguan yang terjadi akibat
menyempitnya saluran pernapasan.
Kata Kunci: Pernapasan, Saluran napas bawah, Kendali napas, Gangguan pernapasan

Abstract
One of the organ systems in the human body that plays an important role in maintaining
survival is the respiratory system of the organs. The respiratory organ system is a complex
system in which the system retains cellular activity within the organism. Breathing is an
event in which the exchange of oxygen gas and carbon dioxide gas occurs in the lungs. Air
flows into the lungs through a respiratory tract divided into upper and lower airways.
Breathing is controlled by an airway control center located in the brain stem. The process of
entry and discharge of air into our bodies is caused by the difference in pressure gradient
between the atmosphere and the lungs. The respiratory system itself may be susceptible to
interference from narrowing of the respiratory tract.
Keywords: Breathing, Lower respiratory tract, Respiratory control, Respiratory disorders

Pendahuluan

Kehidupan manusia adalah kehidupan yang kompleks dimana banyak faktor yang
dapat mempengaruhi kehidupan itu sendiri. Salah satu faktor yang mempengaruhi kehidupan
manusia adalah faktor dari tubuh manusia itu sendiri. Seperti yang telah kita ketahui, tubuh
manusia tersusun dari bermilyar-milyar sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda-
beda.1-3 Semua sel-sel itu akan menyusun suatu bentuk yang lebih kompleks yang dinamakan
sebagai sebuah jaringan.4 Semua jaringan itu akan membentuk suatu organ, yang pada
akhirnya semua organ itu akan saling berkolaborasi dalam suatu sistem yang sangat teliti dan
terampil dalam menjalankan proses kehidupan.4,5
Salah satu sistem organ dalam tubuh manusia yang memegang peranan penting dalam
menjaga kelangsungan hidup adalah sistem organ pernapasan. Sistem organ pernapasan
adalah sistem yang kompleks dimana sistem ini mempertahankan aktivitas seluler dalam
organisme. Diketahui bahwa sistem pernapasan akan menyuplai oksigen (O 2) dalam tekanan
tertentu yang disesuaikan dengan tekanan luar, kemudian ditukarkan dengan karbon dioksida
(CO2) melalui suatu mekanisme pertukaran gas yang disebut sebagai difusi. 6 Proses ini akan
berjalan serta-merta tanpa menggunakan energi.6,7 O2 dan CO2 dipertukarkan secara pasif,
bergantung pada tekanan dan konsentrasi masing-masing gas tersebut. 6 Namun, tubuh
manusia memiliki suatu konsolidasi yang ideal dimana tekanan oksigen di paru-paru selalu
lebih tinggi dari karbon dioksida, sehingga proses difusi ini akan selalu terjadi selama
manusia hidup. Oksigen yang didifusikan ke kapiler darah itulah yang akan digunakan oleh
tubuh untuk mempertahankan homeostasis.8,9

Struktur Makroskopik Saluran Nafas Bawah

Trakea, atau yang biasa disebut sebagai saluran udara, adalah suatu saluran yang
menghubungkan laring dan paru-paru, dimana trakea ini akan berfungsi dalam penyaluran
udara yang berasal dari luar tubuh ke dalam paru-paru. 10 Trakea tersusun dari 16-20 cincin
trakea (cartilagines tracheales) yang akan membentang dari laring, tepatnya di sebelah
inferior dari cartilago cricoidea menuju ke arah paru-paru dan diselingi oleh jaringan ikat
yang disebut Lig. anularia.11 Cincin trakea berbentuk huruf C yang terbuka ke arah belakang,
dan bagian yang kosong ini akan diisi oleh jaringan ikat dan otot polos, yaitu M. trachealis,
salah satu otot polos yang berfungsi untuk mengatur besar kecilnya otot trakea. 12 Trakea akan
10,11
membentang dari ketinggian C6 sampai ke Th5. Trakea akan bercabang menjadi dua,
yaitu pada bagian bifurcatio tracheae setinggi Th6, menjadi bronkus principalis dekster dan
sinister, di sebelah inferior dari angulus sterni.10.11

Gambar 1. Trakea Pandangan Anterior16


Gambar 2. Trakea Pandangan Posterior16
Trakea akan berbatasan dengan beberapa bagian organ tubuh yang berada di dalam
rongga thorax. Di sebelah anterior, bagian cervical trakea akan tertutup oleh kulit, fascia
cervicalis superficialis dan fascia pretrachealis, kemudian disilang oleh arcus venosus juguli
dan ditutup oleh M. Sternothyroideus dan M. Thyrohyoideus yang saling bertumpang tindih.13
Di sebelah posterior terdapat oesophagus yang memisahkan trakea dengan columna
vertebralis.14,15 Di sebelah anterolateralnya, terdapat glandula thyroidea yang turun sampai ke
cincin trakea 2 atau 3, A. carotis communis dan A. thyroidea inferior.13

Gambar 3. Trakea dan Perbatasannya16


Bronkus

Bronkus, adalah saluran utama udara yang merupakan kelanjutan dari trakea. Bronkus
tersusun dari tulang rawan hialin seperti pada trakea, namun bentuknya berbeda. Pada bagian
trakea, bentuk tulang rawannya adalah bentuk huruf C, sedangkan pada bagian bronkus,
tulang rawan hialinnya berbentuk spiral terputus-putus.6 Bronkus merupakan hasil
percabangan trakea di bagian bifurcatio tracheale setinggi Th6, kemudian menjadi bronkus
principalis dekster dan bronkus principalis sinister.10,11 Bronkus pada akhirnya akan
mengalami percabangan setelah masuk ke dalam paru-paru, sebagai bronkus sekunder, tersier
atau segmentorum dimana setiap bronkus ini akan memberikan udara pada tiap-tiap segmen
paru yang hanya dimasuki oleh bronkus tertentu saja.10

Bronkus principalis dekster lebih lebar, pendek, dan lebih vertical dan curam
dibandingkan dengan bronkus principalis sinister. Bronkus principalis dekster akan
memasuki paru setinggi kira-kira Th5. Bronkus principalis dekster dibagi menjadi tiga
bronkus sekunder. Ketiga bronkus sekunder ini akan mengalirkan udara ke masing-masing
lobus pada paru kanan, dimana kita mengetahui terdapat tiga lobus pada paru kanan. 10,11 Vena
azygos akan melewati di bagian posteriornya, dan arteri pulmonalis kanan akan berjalan di
bagian superiornya kemudian ke bagian anteriornya. Pada bagian ini juga terdapat bronkus
eparterialis atau bronkus lobaris superior kanan, dimana hal ini akan menyebabkan paru
kanan pada bagian hilus pulmonis akan memiliki dua lubang, tempat masuknya bronkus
utama kanan dan bronkus eparterialis.11,12

Bronkus principalis sinister lebih kecil dalam ukuran dan diameternya, namun lebih
panjang dari bronkus principalis dekster., sekitar 5 cm lebih panjang. Hal ini dikarenakan
terdapat arcus aortae yang melewati bagian superior dari bronkus principalis sinister
sehingga seakan-akan, seiring dengan waktu, bronkus kiri akan menyesuaikan.15 Bronkus
principalis sinister akan melewati bagian depan esophagus, duktus thoracicus dan aorta
descendens. Bronkus principalis sinister tidak memiliki cabang eparterialis. Bronkus
principalis sinister akan dibagi menjadi dua bronkus sekunder yang masing masing akan
memasuki lobusnya masing-masing yaitu lobus superior dan inferior.10
Gambar 4. Bronkus Principalis Dekster dan Sinister16

Bronkiolus

Bronkiolus merupakan percabangan dari bronkus tersier dimana bronkiolus ini dapat
dengan mudah dibedakan dari bronkus tersier karena dindingnya tidak lagi memiliki tulang
rawan hialin. Epitel yang membungkus bagian dalam bronkiolus sama dengan baigan
atasnya, yaitu epitel torak bersilia dan berubah menjadi epitel kubus bersilia seiring dengan
ukuran bronkiolus yang semakin mengecil.10 Diameter bronkiolus kira-kira kurang dari atau
sama dengan 1 mm. Dindingnya yang tidak lagi ditutupi oleh tulang rawan hialin akan
menempel pada bagian dalam paru dan ditopang ukurannya dengan serat elastis. Pada
bronkiolus ini juga terdapat lapisan otot polos yang dapat berkontraksi oleh rangsangan
parasimpatis.1,6 Bronkiolus yang semakin mengecil akan menjadi bronkiolus terminalis
dimana pada bagian inilah batas terakhir dimana tidak terjadi pertukaran gas atau hanya
berfungsi sebagai saluran napas. Bronkiolus terminalis akan melakukan percabangan ke-17
untuk menjadi bronkiolus respiratorius sampai pada akhirnya menjadi alveolus di
percabangan ke-23.6
Alveolus
Alveolus adalah bagian terakhir dari ductus alveolaris, yang merupakan tempat
pertukaran gas utama yang berada di dalam parenkim paru. Alveolus dibatasi oleh sel
alveolar tipis atau pneumocyte type I. Alveolus akan membentuk dinding yang membatasi
antar alveolus yaitu septum interalveolar.11
Pada alveolus, selain pneumocyte type I, terdapat pneumocyte type II yang akan
berfungsi untuk menghasilkan surfaktan yang berguna dalam pengembangan paru saat
inspirasi.1,7 kemudian pneumocyte type III, yang juga disebut sel debu berfungsi dalam
fagositosis atau makrofag. Bagian yang terpenting dalam alveolus adalah kapiler dimana
kapiler ini merupakan anastomosis antara A. pulmonalis yang miskin O 2 dengan V.
pulmonalis yang kaya O2. Pada kapiler inilah O2 dan CO2 berdifusi sederhana untuk proses
respirasi tubuh.1,6
Struktur Mikroskopik Saluran Nafas Bawah

Struktur dari sistem pernapasan secara fungsional terbagi atas dua bagian. Pertama, bagian
konduksi yang terdiri atas rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronchus, bronkiolus,
dan bronkioles terminalis. Bagian ini berfungsi untuk menyediakan sarana untuk udara keluar
masuk dan mengondisikan udara yang masuk. Kedua, bagian respiratorik (tempat
berlangsungnya pertukaran gas) yang terdiri dari ductus alveolaris, saccus alveolaris, dan
alveoli.17
Trakea merupakan saluran kaku yang panjangnya 10-12 cm dimana tetap terbuka
trakea yang disebabkan oleh serangkaian tulang rawan yang berbentuk tapal kuda (huruf C)
berjumlah kira-kira 20.18 Pada permukaan posterior dari trakea terdapat suatu berkas otot
polos (M. Trachealis) dan jaringan fibroelastis yang melekat pada perikondrium. Kontraksi
dari M. Trachealis menyebabkan penyempitan pada lumen trakea dan meningkatkan
kecepatan pengeluaran udara pada trakea sehingga membantu pengeluaran mukus iritan
melalui batuk.17 (lihat gambar 5)
Gambar 5: Makroskopis Trakea
Leeson CR, Leeson TS, Paparo AA. Buku ajar histologi (textbook of histology).
Bronkus memiliki tulang rawan hialin yang sudah tidak berbentuk huruf C melainkan
terdiri dari lempeng-lempeng tulang rawan hialin dimana sel epitel yang membatasinya
adalah sel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Pada bronkus terdapat juga kelenjar
seromukosa. Bronkus terbagi atas dua, yaitu bronkus intrapulmonar dan ekstrapulmonar. 18
(lihat gambar 6)

Gambar 6: Makroskopis Bronkus


Mescher AL. Histologi dasar junqueira. Ed 12

Pada bronkiolus sel epitelnya masih berupa epitel bertingkat silindris bersilia, tetapi
semakin memendek dan sederhana menjadi epitel selapis silindris atau selapis kuboid di
bronkiolus terminalis. Bronkiolus memiliki sel clara yang aktif bermitosis dan mempunyai
fungsi pertahanan penting. Bronkiolus memiliki cabang yang merupakan peralihan antara
bagian konduksi dan bagian respiratorik yaitu brankiolus respiratorik. Dinding dari
bronkiolus respiratorius diselingi oleh banyak alveolus tempat terjadinya pertukaran gas.17
bronkiolus respiratorius bercabang menjadi ductus alveolaris yang sepenuhnya
dilapisi oleh muara alveoli. Ductus alveolaris bermuara ke atrium di dua saccus alveolaris
atau lebih. Saccus alveolaris merupakan sekelompok dari alveolus. Alveoli letaknya
berhimpitan sehingga setiap tidak setiap alveoli memiliki dindingnya sendiri. Setiap alveoli
dipisahkan oleh septum interalveolaris.18 (lihat gambar 7)
Gambar 7: Makroskopis bronkiolus respiratorius
Mescher AL. Histologi dasar junqueira. Ed 12
Alveolus terdiri atas dua tipe sel, yaitu sel pneumosit tipe I dan tipe II. Sel pneumosit
tipe I merupakan sel yang menempati 97% dari alveolus dan berfungsi mencegah perembesan
cairan jaringan ke dalam ruang udara. Sel pneumosit tipe II merupakan sel yang berfungsi
untuk menghasilka surfaktan paru. Alveolus juga terdapat makrofag yang disebut sel debu.17

Mekanisme pernapasan (Inspirasi dan Ekspirasi)

Paru-paru merupakan struktur elastis yang akan mengempis seperti balon dan
mengeluarkan semua udara yang ada melalui trakea bila tidak kekuatan yang
mempertahankan pengembangannya.19 Udara mengalir masuk dan keluar dari paru karena
disebabkan perbedaan gradien tekanan antara alveolus dan atmosfer yang berbalik arah
secara bergantian karena ditimbulkan oleh aktivitas siklik otot pernapasan.8
Setiap paru ditutup oleh suatu kantong pleura yang pada bagian interiornya
merupakan rongga pleura. Rongga pleura berisi cairan pleura yang melumasi permukaan
pleura ketika pleura parietalis (pleura dinding dada) dan pleura viseralis (pleura paru) saling
bergesekkan sewaktu pergerakan napas.1 Pleura memiliki tekanan intrapleura yang
merupakan tekanan cairan pada ruang sempit antara pleura parietalis dan pleura viseralis. 19
Tekanan intrapleura biasanya lebih rendah daripada tekanan atmosfer dimana sekitar 756
mmHg. Terkanan kadang disebut juga sebgai tekanan -4 mmHg karena selisih nya terhadap
tekanan atmosfer yang 760 mmHg.8
Terdapat tekanan lain selain dari tekanan intrapleura yang berperan penting dalam
ventilasi, yaitu tekanan atmosfer dan tekanan intra-alveolus atau intrapulmonal yang
merupakan tekanan di dalam alveolus. Tekanan intra-alveolus dapat diubah dengan
mengubah volume paru sehingga dapat terjadinya suatu inspirasi yang membuat tekanan
intra-alveolus lebih kecil daripada tekanan atmosfer dan ekspirasi yang merupakan peristiwa
sebaliknya. Hal ini sesuai dengan hukum boyle dimana saat suhu konstan, tekanan
berbanding terbalik dengan volume.8 (lihat gambar 8)
Gambar 8: Tekanan yang penting dalam ventilasi
Sherwood L. Human physiology: from cells to system. Ed 9

Perubahan dari volume paru tersebut dank arena tekanan intra-alveolus tersebut secara
tak langsung dapat disebabkan oleh otot-otot pernapasan. Otot-otot yang paling penting pada
inspirasi adalah otot diafragma yang dipersarafi saraf frenikus sebagai otot inspirasi utama
dan otot intercostalis eksternal yang dipersarafi saraf intercostalis. Otot-otot ini mengangkat
rangka dada sehingga membuat rongga dada menjadi membesar sewaktu inspirasi
berlangsung.19 Terdapat juga otot inspirasi tambahan sewaktu lebih banyak lagi udara yang
dimasukan sehingga rongga toraks semakin membesar, yaitu otot sternokleidomastoideus dan
skalenus.8
Sewaktu ekspirasi terjadi relaksi terhadap otot-otot inspirasi dimana diafragma
kembali ke posisi aslinya berbentuk kubah dan otot intercostalis eksterenal melemas sehingga
rongga dada turun. Hal ini membuat paru yang semula teregang mengalami rekoil ke ukuran
prainspirasinya karena sifat elastik mereka. Keadaan ini membuat volume menjadi kecil dan
tekanan pada intra-alveolus menjadi meningkat diatas dari tekanan atmosfer sehingga
menyebabkan udara keluar dari paru-paru sehingga ekspirasi bersifat pasif. Pada saat
melakukan ekspirasi kuat maka barulah dibutuhkan otot berupa otot dinding abdomen dan
otot intercostalis internus.8 (lihat gambar 9)
Gambar 9: Otot-Otot Pernapasan
Sherwood L. Human physiology: from cells to system. Ed 9
Volume dan Kapasitas Paru

Rata-rata pada orang dewasa sehat udara maksimal yang dapat ditampung oleh paru
sekitar 5,7 liter pada pria (wanita 4,2 liter). 8 Ventilasi paru dapat dipelajari dengan cara
mencatat volume udara masuk dan keluar paru dengan menggunakan spirometer. Pada grafik
yang ada saat pengukuran terbentuk 4 volume dan 4 kapasitas. Volume tersebut, yaitu:
pertama, Volume Tidal (VT) yang merupakan volume udara masuk dan keluar pada setiap
kali pernapasan normal dengan nilai rerata 500 mL. Kedua, Volume Cadangan Inspirasi
(VCI) yaitu volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah dan diatas volume tidal
dengan nilai rerata 3000 mL. Ketiga, Volume Cadangan Ekspirasi (VCE) yang merupakan
volume udara ekstra yang dapat diekspirasi setalah ekspirasi normal dengan rerata 1000 mL.
Keempat, Volume Residu (VR) yang merupakan udara yang tersisa setelah ekspirasi paling
kuat dengan nilai rerata 1200 mL.19
Kapasitas paru meliputi: pertama, Kapasitas Insipirasi (KI) yang merupakan volume
udara normal yang dapat dihirup pada ekspirasi tenang normal (KI = VCI + VT) dengan nilai
rerata 3500 mL. kedua, Kapasitas Residu Fungsional (KRF) yang merupakan volume udara
di paru pada akhir ekspirasi pasif normal (KRF = VCE + VR) dengan nilai rerata 2200 mL.
Ketiga, Kapasitas Vital (KV) yang merupakan volume udara yang dapat dikeluarkan dalam
satu kali bernapas setelah inspirasi maksimal (KV = VCI + VT + VCE) dengan nilai rerata
4500 mL. Keempat, Kapasitas Paru Total (KPT) yang merupakan volume udara maksimal
yang dapat ditampung.dengan nilai rerata 5700 mL.8 (lihat gambar 10).
Gambar 10: Volume dan Kapasitas Paru
Sherwood L. Human physiology: from cells to system. Ed 9
Transpor Gas
Oksigen diserap oleh darah di paru dan diangkut ke jaringan untuk digunakan oleh
sel. Sebaliknya, CO2 dihasilkan oleh sel dan harus diangkut ke paru untuk dikeluarkan.
Secara fisik O2 yang terlarut dalam plasma sangatlah sedikit hanya sekitar 1.5% sedangkan
O2 paling banyak diangkut dengan cara berikatan dengan hemoglobin (Hb) sekitar 98.5%.1
Perpindahan O2 dan CO2 berlangsung secara difusi dimana disebabkan oleh adanya
perbedaan tekanan parsial, dimana dari alveoli ke dalam darah dan dari darah ke jaringan.19
Karbondioksida diangkut oleh darah dalam tiga cara. Pertama, larut secara fisik sama
seperti halnya O2 tetapi CO2 lebih larut dibandingkan dengan O2 dan sekitar 10% CO2 yang
larut dalam plasma. Kedua, terikat dengan hemoglobin sehingga membentuk karbamino
hemoglobin (HbCO2) dan sekitar 30% yang terikat. Ketiga, terbentuk sebagai ion bikarbonat
(HCO3-) dengan mengubah 60% CO2, dalam reaksi pertamanya CO2 akan berikatan dengan
H2O untuk membentuk asam karbonat H2CO3. Sebagian asam karbonat akan terurai menjadi
ion hidrogen (H+) dan ion bikarbonat (HCO3-) .Hal ini semakin dipercepat dengan adanya
enzim eritrosit karbonat anhidrase. Ion bikarbonat yang menumpuk akan berdifusi dari
eritrosit ke plasma karena perbedaan gradient konsentrasinya dan ion Cl- akan masuk ke sel
darah merah untuk memulihkan netralitas listrik.21
Terdapat dua efek yang terjadi dalam transport gas, yaitu efek bohr dan efek Haldane.
Efek bohr dan Haldane dijelaskan oleh fakta bahwa deoksihemoglobin adalah asam yang
lebih lemah daripada oksihemoglobin. Deoksihemoglobin lebih siap menerima ion hidrogen
yang dibebaskan oleh pemisahan asam karbonat, sehingga memungkinkan lebih banyak
karbondioksida yang diangkut dalam bentuk ion bikarbonat.21
Dalam tubuh kita terdapat sistem buffer. Buffer tersebut meliputi buffer bikarbonat,
fosfat, dan protein yang termasuk didalamnya terdapat hemoglobin. Sistem bikarbonat
merupakan sistem penyangga yang buruk, oleh karena itu kehadiran hemoglobin membuat
penyangga menjadi lebih baik. Peningkatan konsentrasi bikarbonat lebih besar dengan lebih
banyak hemoglobin karena sebagai karbon dioksida ditambahkan buffer oleh hemoglobin.
Sebagian besar ion bikarbonat yang terbentuk oleh disosiasi ini dapat berpindah ke plasma.
Nilai penyangga plasma di hadapan hemoglobin adalah empat sampai lima kali lipat dari
plasma yang dipisahkan dari eritrosit.21 (lihat gambar 10)

Gambar 11: Transpor Gas


Levitzky MG. Pulmonary physiology. Ed 5
Efek Tahanan Jalan Napas
Resistensi atau penghambatan terhadap jalan napas paling besar diperankan oleh jari-
jari saluran napas penghantar. Resistensi menjadi hambatan yang sangat penting terhadap
aliran udara ketika lumen saluran napas menyempit akibat penyakit. Efek ini dapat
disebabkan oleh penyakit seperti sewaktu kita pilek, kita sangat susah dalam bernapas karena
saluran hidung menyempit dan terdapat mucus yang menghambat aliran udara. Keadaan lebih
parah lagi dapat berupa penyakit paru obstruktif dimana meningkatkan kesulitan dalam
ekspirasi.8 (lihat gambar 12)
Gambar 12: Penyakit Paru Obstruktif
Sherwood L. Human physiology: from cells to system. Ed 9

Fungsi paru obstruktif ditandai dengan adanya pengurangan pada kapasitas vital paru
hal ini disebabkan karena berkurang rasio daripada volume ekspirasi paksa dalam 1 detik
pertama. Hal ini dapat terjadi pada bronchitis kronik dan nfisema serta asma.20

Kesimpulan

Pernapasan dapat terjadi karena adanya udara yang mengalir masuk ke paru-paru dan
keluar dari paru-paru. Udara mengalir kedalam paru disebabkan karena adanya perbedaan
gradien tekanan antara atmosfer dengan paru, disamping hal itu pernapasan kita juga
dikendalikan oleh bagian-bagian yang terdapat di batang otak. Paru sendiri termasuk ke
dalam sistem saluran pernapasan bawah. Saat udara telah berada di dalam paru maka akan
terjadi pertukaran gas oksigen di paru dengan karbondioksida kapiler darah dengan cara
difusi. Oksigen tersebut akan diangkut ke jaringan untuk proses metabolisme tubuh. Sistem
pernapasan sendiri dapat mengalami gangguan, dimana gangguan tersebut berupa
penghambatan pada jalan napas.

Daftar Pustaka
1. Ramadhani D, Ong HO, editors. Fisiologi manusia: Dari sel ke sistem. 8th ed.
Diterjemahkan dari: Sherwood L. Introduction to human physiology. 8 th ed. Jakarta:
EGC; 2012. P. 4-6.
2. Albert B, Johnson A, Lewis J, Morgan D, Raff M, Robert K, et al. Molecular biology of
the cell. 6th ed. New York: Garland Science; 2015. P. 1-4, 963-6.
3. Goodman SR. Medical cell biology. 3rd ed. California: Elsevier; 2012. P. 1-6.
4. Clark DP, Pazdernik NJ. Molecular biology. 2nd ed. Oxford: Elsevier; 2013. P. 3-9.
5. Karp G. Cell and molecular biology. Concepts and experiments. Oxford. P. 19.
6. Barrett KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. Ganong’s review of medical physiology.
24th ed. Chicago: McGraw-Hill Companies,Inc.; 2012. p. 621-40.
7. Silverthorn DE. Human physiology an integrated approach. 6 th ed. Boston: Pearson
Education, Inc.; 2013. p. 568-625.
8. Sherwood L. Human physiology; From cells to systems. 9 th ed. Boston: Cengage
Learning; 2016.
9. Kennelly PJ, Murray RK. Red blood cells. From: Harper’s illustrated biochemistry. 30th
ed. New York: McGraw Hill; 2015. p. 689-99.
10. Ross, Michael. Histology a text and atlas 5th ed. London: Wojciech Pawlina; 2010. p.
617
11. Paulsen F, Washcke J. Sobotta, General anatomy and musculoskeletal system. 23 rd ed.
Munchen: EGC; 2010.
12. Standring S. Gray’s Anatomy; The anatomical basis of clinic practice. London: Elsevier;
2016.
13. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC, 2007.
14. Gunardi S. Anatomi sistem pernapasan. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2009.
15. Ferdinand F, Ariwibowo M. Praktis belajar biologi. Jakarta: PT Grafindo Media
Pratama;2010: h. 120-1.
16. Netter FH. Atlas of human anatomy. 6th ed. Philadelphia: Saunders; 2014.
17. Mescher AL. Histologi dasar junqueira. Ed 12. Jakarta: EGC; 2011. h.292-300
18. Leeson CR, Leeson TS, Paparo AA. Buku ajar histologi (textbook of histology). Jakarta:
EGC; 1996. h.405-7
19. Hall JE. Guyton dan hall buku ajar fisiologi kedokteran. Ed 12. Singapura: Elsevier;
2016. h. 460-94.
20. Saminan. Efek obstruksi pada saluran pernapasan terhadap daya kembang paru. Jurnal
Kedokteran Syiah Kuala April 2016;16(1):37.
21. Levitzky MG. Pulmonary physiology. United States of America: The McGraw-Hill
Companies; 1999. h.170-1.

Anda mungkin juga menyukai