Anda di halaman 1dari 9

Diagnosis Pasien dengan keluhan BAB Bercampur Darah

Krisna Fernanda Suryaputra


102017103 /
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Email : krisna.2017fk103@civitas .ukrida.ac.id
Abstrak
Tubuh manusia mempunyai sistem pencernaan yang dimana penyakit yang melibatkan sistem
tersebut masih sering terjadi di Indonesia. Salah satu penyakit yang melibatkan sistem
pencernaan adalah Inflammatory Bowel Disease (IBD) yang merupakan radang di saluran cerna
bawah, namun penyebab dari penyakit ini masih belum jelas. Gejala klinis klasik penyakit ini
adalah diare kronik yang dapat disertai dengan darah. Banyak pemeriksaan yang dapat dilakukan
untuk menunjang diagnosis. Tatalaksana diberikan dengan tujuan menghentikan peradangan dan
mencegah komplikasi lebih lanjut.

Kata Kunci : IBD, diare

Abstract

The human body has a digestive system in which diseases that involve this system still frequently
occur in Indonesia. One of the diseases that involves in digestive system is Inflammatory Bowel
Disease (IBD) which is an inflammation in the lower digestive tract, however the cause f this
disease is still unclear. The classic clinical sign of this disease are chronic diarrhea that can be
accompanied with blood. There are a lot of examination that can be done to work on diagnosis.
The treatment given has a purpose to stop the inflammation and prevent further complication.

Key words:IBD, diarrhea

Latar Belakang

Tubuh manusia terdiri dari banyak organ yang masing-masing memiliki fungsinya untuk

dilaksanakan. Fungsi-fungsi ini bergunak untuk mempertahankan homeostasis dalam tubuh.

Apabila terdapat infeksi dan peradangan, fungsi ini akan mengalami gangguan terutama proses

pencernaan, dimana penyerapan nutrisi dapat terganggu. Penyakit yang melibatkan saluran

1
pencernaan sering dialami masyarakat Indonesia, sehingga diperlukan edukasi untuk masyarakat

tentang tatalaksana serta pencegahan penyakit tersebut.

Skenario

Seorang perempuan berusia 35 tahun datang ke poliklinik umum dengan keluhan saat

BAB kotorannya bercampur darah berwarna merah segar sejak 3 hari yang lalu.

Identifikasi istilah yang tidak diketahui

Tidak ada istilah yang tidak diketahui.

Rumusan Masalah

Perempuan berusia 35 tahun dengan keluhan saat BAB kotorannya bercampur darah

berwarna segar sejak 3 hari yang lalu.

Anamnesis

BAB kotorannya bercampur darah berwarna segar segar 4-5x, volume 1/2 – 1 gelas

mineral sejak 3 hari yang lalu. Sejak 3 minggu yang lalu BABnya encer 3-4x/hari, disertai

dengan nyeri hilang timbul bagian bawah. Diare sering dialami dan hilang timbul sejak 3 tahun

yang lalu dan jika ada diare bisa berlangsung 1-2 minggu. Tidak ada daging menonjol yang

keluar dari anus saat BAB.

Working Diagnosis

2
Working diagnosis yang diambil berdasarkan pemeriksaan dan anamnesis adalah

inflammatory bowel disease (IBD) yang terdiri dari beberapa jenis seperti ulcerative colitis dan

Crohn’s disease.

Etiologi

Sampai saat ini tidak ada penyebab yang pasti. Namun, beberapa pendapat menyatakan

bahwa pasti terjadi defek immunologis pada epitel usus, sehingga membuat reaksi inflamasi

abnormal. Beberapa hal yang dapat menyebabkan defek imunologis ini antara lain genetik,

lingkungan, dan mikroba. Suatu penilitian menemukan bahwa terdapat lebih dari 160 locus gen

yang berkaitan dengan penyakit ini, dimana mereka merubah respon umum ke mikroba normal

yang terdapat pada usus.1,2,3

Epidemiologi

Secara global, penyakit ini sering terjadi negara-negara Eropa dan Amerika. Di Indonesia

sendiri belum ada studi epidemiologi terhadap penyakit ini. Namun, di beberapa rumah sakit

masih ditemukan beberapa kasus walaupun dalam jumlah kecil. (lihat gambar 1) Penyakit IBD

cenderung mengenai orang-orang berumur 20 tahun hingga 40 tahun. Tidak ada perbedaan

antara laki-laki dan wanita.1,2

Patogenesis

Secara singkat, IBD merupakan disregulasi respon imunologik mukosa terhadap antigen

mikroba komensal (flora normal) usus pada host.(lihat gambar 2)

Gambaran Klinik

3
Pada umumnya, gambaran klinik yang paling sering pada IBD adalah diare kronik

dengan atau tidaknya darah dan nyeri perut. Gejala-gejala lain antara lain, demam, gangguan

nutrisi karena anoreksia (tidak mau makan), nausea(mual), dan muntah. IBD mempunyai 2 jenis

yaitu Crohn’s disease dan colitis ulseratif. Hal yang membedakan kedua jenis ini adalah lokasi

terjadinya inflamasi. Pada kolitis ulseratif, umumnya terjadi di kolon sehingga dapat

menimbulkan megakolon toksik.1,3

Beberapa manifestasi klinis ekstraintestinal antara lain arthritis, pyoderma gangrenosum,

erythema nodosum, dan kolangitis(radang saluran empedu).1,4

Diagnosis

Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan penurunan berat badan karena gangguan nutrisi.

Selain itu, rebound tenderness/ Blumberg sign karena bisa jadi terdapat perforasi/abses. Regio

perianal diperiksa untuk mencari abses atau fistula. Lesi kulit yang bermakna pada penyakit ini

antara lain erythema nodosum dan pyoderma gangrenosum.3

Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan peningkatan C-reactive protein/CRP,

laju endap darah/LED, trombositosis, dan leukositosis, namun leukositosis tidak dapat dijadikan

indicator untuk diagnosis. Dapat ditemukan juga penurunan kadar serum albumin dan

hemoglobin. Pemeriksaan kultur tinja terhadap bakteri pathogen/parasit juga dapat dilakukan dan

diharapkan hasilnya negative.3,4

Endoskopi mempunyai peran penting dalam diagnosis dan penatatalaksanaan kasus IBD.

Pada dasarnya, KU (ulcerative colitis) melibatkan mukosa kolon secara difus dan kontinu

4
dimulai dari rectum menyebar sama proximal (colon). Pada PC (penyakit Crohn), sifatnya ialah

transmural, segmental, dan dapat terjadi pada saluran cerna bagian atas.1

Pada KU secara makroskopis, lesi tampak difus dan terdapat batas tegas antara bagian

yang normal dan sakit. Selain itu, terlihat merah dan granuler, serta ulkus luas yang dasarnya

lebar. Dapat ditemukan juga pulau-pulau mukosa regenerasi yang menonjol ke lumen

membentuk peninggian disebut pseudopolip. Secara mikroskopis, terdapat peradangan mukosa,

abses kripta, dan granuloma tidak ditemukan.(lihat gambar 3)

Pada PC, secara makroskopis, dinding usus menebal akibat edema, peradangan, fibrosis,

dan hipertrofi muskularis propria. Selain itu, penyakit ada pada daerah yang terpisah sehingga

terjadi skip lesions dan cobblestone.(lihat gambar 4) Secara mikroskopis, dapat ditemukan

bantak neutrofil yang merusak epitel kripta dan membentuk abses kripta. Kerusakan mukosa

kronik disebabkan oleh distorsi, atrofi, dan metaplasia. Dapat juga diemukan ulkus dan

granuloma nonkaseosa.5 (lihat gambar 5)

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari IBD antara lain perdarahan divertikuler, infeksi colitis, anorectal

bleeding, colorectal ca, dan TB usus.1,6(lihat tabel 1)

Tabel 1. Perbandingan IBD dengan Penyakit Lainnya.

IBD Perdarahan Colitis infeksi Anorectal Colorectal ca Tb usus

divertikuler bleeding

5
Penyebab masih kurangnya serat Penyebabnya Penyebabnya merokok, Mycobacterium

tidak jelas dan residu dalam banyak banyak, alkohol, tuberculosae

makanan sehingga seperti contohnya penambahan

menyebabkan amuba, hemoroid dan berat badan dan

perubahan milieu shigella, fisura ani genetik.

interior kolon E.coli

tertentu.

Diare kronik, bisa Nyeri perut kiri Bervariasi Bervariasi Gejala : tinja Nyeri perut

ada/tidak ada kuadran kiri tergantung tergantung berdarah, kronik tidak khas,

darah, kadang bawah, demam, penyebabnya. penyebab kelelahan, gejala diare ringan

demam, dan leukositosis. Namun anemia seperti bercampur darah,

anoreksia, kurang biasanya pucat dan nafas kadang

gizi. Dapat disertai cepat dan konstipasi,

menjalar ke yang dengan turunnya berat anoreksia, demam

lain demam badan ringan, berat

badan turun, dan

teraba massa pada

abdomen kanan

bawah

Gambaran lab, Kolonoskopi Kultur tinja Bervariasi Endoskopi Kuman

endoskopi, mungkin tergantung ditemukan pada

6
histopatologi dapat penyebab. jaringan

ditemukan Endoskopi

kista, uji

serologi.

Tatalaksana

Mengingat bahwa etiologi dan patogenesis dari penyakit ini kurang jelas, maka tujuan

dari pengobatan ialah mengurangi inflamasi dan mencegah komplikasi.

Pengobatan umum diberikan metronidazole dengan dosis 3 x 400 mg/hari atau

ciprofloxacin 2 x 500 mg/hari. Konstituen bersifat antioksidan juga ditemukan bermanfaat

seperti glutamin dan asam lemak rantai pendek.1

Obat golongan lain yang dapat dipakai adalah kortikosteroid seperti prednisone 40-60

mg/hari selama 3 minggu. Selain itu, dapat juga diberikan obat golongan imunosupresif seperti

azatiophrine 2-2.5 mg/kg/hari.1,5

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi dengan perjalanan penyakit adalah perforasi usus, stenosis

usus akibat fibrosis, megakolon toksik, perdarahan, dan degenerasi maligna.1

Prognosis

Prognosis dipengaruhi oleh banyak tidaknya komplikasi, namun biasanya ini merupakan

penyakit bersifat remisi.1

7
Kesimpulan

Inflammatory Bowel Disease (IBD) merupakan suatu penyakit radang di saluran cerna

bawah yang sampai saat ini penyebabnya masih belum diketahui secara pasti. Gambaran klinik

dari penyakit ini pada umumnya adalah diare kronik yang bisa disertai dengan darah disertai

dengan gejala lain seperti demam dan anoreksia. Untuk mendiagnosis seseorang terkena penyakit

ini dapat dilakukan pemeriksaan fisik, laboratorium, endoskopi, dan histopatologi. Ketika kita

mendiagnosa seseorang menderita penyakit ini, tidak menutup kemungkinan pasien tersebut

menderita penyakit lain yang mirip seperti perdarahan divertikuler, infeksi colitis, anorectal

bleeding, colorectal ca, dan TB usus. Tujuan dari tatalaksana pengobatan IBD mengurangi

inflamasi dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

Daftar Pustaka

1. Djojoningrat D. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 2: Inflammatory bowel disease. Edisi

ke-6. InternaPublishing: Jakarta Pusat;2017.

2. Schumacher HR, Chen LX. Harrison’s principle of internal medicine : Inflammatory

bowel disease. 20th edition. McGraw-Hill Education: New York; 2018.

3. Knights D, Lassen KG, Xavier RJ. Advances in inflammatory bowel disease

pathogenesis: linking host genetics and the microbiome. Gut. 2013;62(10):1505–1510.

doi:10.1136/gutjnl-2012-303954 Diunduh pada tanggal 10 May 2019. Diunduh dari

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3822528/

4. Runge MS, Greganti MA. Netter’s internal medicine. 2nd edition. Elsevier: Canada; 2008.

5. Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Buku ajar patologi robbins. Edisi ke-9. Elsevier:

Singapura; 2015.

8
6. Kuipers EJ, Grady WM, Lieberman D, et al. Colorectal cancer. Nat Rev Dis Primers.
2015;1:15065. Published 2015 Nov 5. doi:10.1038/nrdp.2015.65

Anda mungkin juga menyukai