Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DISPNEU

DI SUSUN OLEH:

NAMA : DEWI YULIANA

NPM : 1814401120028

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

2018/2019

LAPORAN PENDAHULUAN
DYSPNEA

A. ANATOMI FISIOLOGI
a. Anatomi saluran nafas
( Muttaqin,2009 )

b. Fisiologis
1. Organ-organ pernafasan
1. Hidung
Merupakan saluran udara pertama yang mempunyai 2 lubang,
dipisahkan oleh sekat hidung. Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang
berfungsi untuk menyaring dan menghangatkan udara (Mutaqqin,
2009).

2. Faring
Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
terdapat di dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut
sebelah depan ruas tulang leher. Terdapat epiglotis yang berfungsi
menutup laring pada waktu menelan makanan (Mutaqqin, 2009).

3. Laring (pangkal tenggorok)


Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara
terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra
servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya (Mutaqqin,
2009).

4. Trakea (batang tenggorok)


Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin
yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku
kuda (huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh sel bersilia yang
berfungsi untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk
bersama-sama dengan udara pernafasan. Percabangan trakea
menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina (Mutaqqin, 2009).

5. Bronkus (cabang tenggorokan)


Merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri dari 2 buah pada
ketinggian vertebra torakalis IV dan V (Mutaqqin, 2009).

6. Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung hawa (alveoli). Alveoli ini terdiri dari sel-
sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya  90
meter persegi, pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara
(Mutaqqin, 2009).

2. Fisiologis pernafasan
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara yang
mengandung oksigen dan menghembuskan udara yang banyak
mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.
Adapun guna dari pernafasan yaitu mengambil O 2 yang dibawa oleh
darah ke seluruh tubuh untuk pembakaran, mengeluarkan CO2
sebagai sisa dari pembakaran yang dibawa oleh darah ke paru-paru
untuk dibuang, menghangatkan dan melembabkan udara. Pada
dasarnya sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara
yang menghangatkan udara luar agar bersentuhan dengan membran
kapiler alveoli. Terdapat beberapa mekanisme yang berperan
memasukkan udara ke dalam paru-paru sehingga pertukaran gas
dapat berlangsung. Fungsi mekanis pergerakan udara masuk dan
keluar dari paru-paru disebut sebagai ventilasi atau bernapas.
Kemudian adanya pemindahan O2 dan CO2 yang melintasi membran
alveolus-kapiler yang disebut dengan difusi sedangkan pemindahan
oksigen dan karbondioksida antara kapiler-kapiler dan sel-sel tubuh
yang disebut dengan perfusi atau pernapasan internal (Mutaqqin,
2009).

Proses pernafasan :

Proses bernafas terdiri dari menarik dan mengeluarkan nafas.


Satu kali bernafas adalah satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi.
Bernafas diatur oleh otot-otot pernafasan yang terletak pada sumsum
penyambung (medulla oblongata). Inspirasi terjadi bila muskulus
diafragma telah dapat rangsangan dari nervus prenikus lalu
mengkerut datar. Ekspirasi terjadi pada saat otot-otot mengendor dan
rongga dada mengecil. Proses pernafasan ini terjadi karena adanya
perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.

Proses fisiologis pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari


udara ke dalam jaringan-jaringan dan karbondioksida dikeluarkan ke
udara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama
adalah ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan ke
luar paru-paru. Stadium kedua adalah transportasi yang terdiri dari
beberapa aspek yaitu difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-
paru (respirasi eksterna) dan antara darah sistemik dengan sel-sel
jaringan, distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar dan
penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveolus-alveolus dan
reaksi kimia, fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah.
Stadium akhir yaitu respirasi sel dimana metabolit dioksida untuk
mendapatkan energi dan karbon dioksida yang terbentuk sebagai
sampah proses metabolisme sel akan dikeluarkan oleh paru-paru
(Mutaqqin, 2009).

B. DEFINISI
Dyspnea atau sesak nafas adalah perasaan sulit bernapas yang terjadi
ketika melakukan aktivitas fisik. Sesak napas merupakan gejala dari beberapa
penyakit dan dapat bersifat akut atau kronis. Sesak napas dikenal juga dengan
istilah “Shortness Of Breath”. ( Ikawati,2011 )

Pengertian dispnea menurut Djojodibroto (2009) dispnea adalah gejala


subjektif berupa keinginan penderita untuk meningkatkan upaya untuk
mendapatkan udara pernapasan. Karena dispnea sifatnya subjektif sehingga
dispnea tidak dapat diukur.
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan
napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat
ditemukan pada penyakit kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru
interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru
(emfisema, bronkitis, asma), kecemasan. (Ward 2009 ).

Dyspnea atau sesak nafas di bedakan menjadi 2 yaitu :


1. Dyspnea akut dengan awal yang tiba-tiba merupakan penyebab umum
kunjungan ke ruang gawat darurat. Penyebab dyspnea akut
diantaranya penyakit pernapasan (paru-paru dan pernapasan), penyakit
jantung atau trauma dada.
2. Dyspnea kronis (menahun) dapat disebabkan oleh asma, Penyakit
Paru Obstruktif Kronis (PPOK), emfisema, inflamasi paru-paru,
tumor, kelainan pita suara.
C. PATHWAY ( NANDA 2012 )

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan memantau analisa gas darah


arteri dan pemeriksaan diagnostik foto thorak, EKG

E. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan Umum Dispnea
a. Memposisikan pasien pada posisi setengah duduk atau berbaring
dengan bantal yang tinggi
b. Diberikan oksigen sebanyak 2-4 liter per menit tergantung derajat
sesaknya
c. Pengobatan selanjutnya diberikan sesuai dengan penyakit yang
diderita
2. Terapi Farmako
a. Olahraga teratur
b. Menghindari alergen
c. Terapi emosi
3. Farmako
a. Quick relief medicine
b. Pengobatan yang digunakan untuk merelaksasi otot-otot saluran
pernapasan, memudahkan pasien bernapas dan digunakan saat
serangan datang. Contoh : bronkodilator
c. Long relief medicine
d. Pengobatan yang digunakan untuk menobati inflamasi pada sesak
nafas, mengurangi odem dan mukus berlebih, memberikan kontrol
untuk jangka waktu yang lama. Contoh : Kortikosteroid bentuk
inhalasi.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama: klien mengeluh sesak nafas, nyeri dada.
b. Riwayat penyakit sekarang: asma, CHF, AMI, ISPA.
c. Riwayat penyakit dahulu: pernah menderita asma, CHF, AMI, ISPA,
batuk.
d. Riwayat penyakit keluarga: mendapatkan data riwayat kesehatan
keluarga pasien
3. Pola Kesehatan Fungsional
Hal-hal yang dapat dikaji pada gangguan oksigenasi adalah :
a. Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatan
Bagaimana perilaku individu tersebut mengatasi masalah kesehatan ,
adanya faktor risiko sehubungan dengan kesehatan yang berkaitan
dengan oksigen.
b. Pola metabolik-nutrisi
Kebiasaan diit buruk seperti obesitas akan mempengaruhi oksigenasi
karena ekspansi paru menjadi pendek. Klien yang kurang gizi,
mengalami kelemahan otot pernafasan.

c. Pola eliminasi
Perubahan pola defekasi (darah pada feses, nyeri saat devekasi),
perubahan berkemih (perubahan warna, jumlah, ferkuensi)
d. Aktivitas-latihan
Adanya kelemahan atau keletihan, aktivitas yang mempengaruhi
kebutuhan oksigenasi seseorang. Aktivitas berlebih dibutuhkan
oksigen yang banyak. Orang yang biasa olahraga, memiliki
peningkatan aktivitas metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen.
e. Pola istirahat-tidur
Adanya gangguan oksigenasi menyebabkan perubahan pola istirahat.
f. Pola persepsi-kognitif
Rasa kecap lidah berfungsi atau tidak, gambaran indera pasien
terganggu atau tidak, penggunaaan alat bantu dalam penginderaan
pasien.
g. Pola konsep diri-persepsi diri
Keadaan social yang mempengaruhi oksigenasi seseorang (pekerjaan,
situasi keluarga, kelompok sosial), penilaian terhadap diri sendiri
(gemuk/ kurus).
h. Pola hubungan dan peran
Kebiasaan berkumpul dengan orang-orang terdekat yang memiliki
kebiasaan merokok sehingga mengganggu oksigenasi seseorang.
i. Pola reproduksi-seksual
Perilaku seksual setelah terjadi gangguan oksigenasi dikaji
j. Pola toleransi koping-stress
Adanya stress yang memengaruhi status oksigenasi pasien.
k. Keyakinan dan nilai
Status ekonomi dan budaya yang mempengaruhi oksigenasi, adanya
pantangan atau larangan minuman tertentu dalam agama pasien.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran: kesadaran menurun
b. TTV: peningkatan frekuensi pernafasan, suhu tinggi
c. Head to toe
1) Mata: Konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva sianosis
(karena hipoksemia), konjungtiva terdapat petechie ( karena emboli
atau endokarditis)
2) Mulut dan bibir: Membran mukosa sianosis, bernafas dengan
mengerutkan mulut
3) Hidung : Pernafasan dengan cuping hidung
4) Dada: Retraksi otot bantu nafas, pergerakan tidak simetris antara
dada kanan dan kiri, suara nafas tidak normal.
5) Pola pernafasan: pernafasan normal (apneu), pernafasan cepat
(tacypnea), pernafasan lambat (bradypnea)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan oksigenasi
adalah:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus
banyak.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi atau
hiperventilasi
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi ventilasi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN ( Nanda NIC NOC 2013 )
NO
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX
I Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama a. Manajemen Jalan Napas
1) Buka jalan napas pasien 1. Ventilasi maksimal
3x24 jam, klien dapat mencapai bersihan jalan
2) Posisikan pasien untuk
membuka area atelectasis.
napas yang efektif, dengan kriteria hasil:
memaksimalkan 2. Posisi membantu
Respiratory Status: Airway patency ventilasi. memaksimalkan ekspansi paru
3) Identifikasi Pasien
N Awa Tujuan dan menurunkan upaya
Indikator 1 2 3 4 5 untuk perlunya
o l pernafasan.
1. Pengeluaran 2 √ pemasangan alat jalan 3. Mencegah
sputum pada jalan napas buatan obstruksi/aspirasi.
4) Keluarkan secret 4. Penurunan bunyi nafas
napas
2. Irama napas sesuai 2 √ dengan suction dapat menunjukan atelektasis.
5) Auskultasi suara napas,
yang diharapkan Ronki menunjukan akumulasi
3. Frekuensi 2 √ catat bila ada suara
secret/ketidakmampuan untuk
pernapasan sesuai napas tambahan
membersihkan jalan nafas
6) Monitor rata-rata
yang diharapkan yang dapat menimbulkan
respirasi setiap
Keterangan: penggunaan otot aksesoris
pergantian shift dan
1. Keluhan ekstrim pernafasan dan peningkatan
2. Keluhan berat setelah dilakuakan
3. Keluhan sedang kerja pernafasan.
tidakan suction
4. Keluhan ringan b. Suksion Jalan Napas
5. Tidak ada keluhan 1. Mencegah
1) Auskultasi jalan napas obstruksi/aspirasi. Penghisapan
sebelum dan sesudah dapat diperlukan bila pasien
suction tidak mampu mengeluarkan
2) Informasikan keluarga
secret.
tentang prosedur 2. Penurunan bunyi nafas dapat
suction menunjukan atelektasis.
3) Berikan O2 dengan 3.Ventilasi maksimal membuka
menggunakan nasal area atelektasis dan
untuk memfasilitasi meningkatkan gerakan secret
suksion nasotrakheal kedalam jalan nafas besar
4) Hentikan suksion dan
untuk dikeluarkan.
berikan oksigen bila 4.Mencegah pengeringan
Pasien menunjukkan mukosa, membantu
bradikardi peningkatan pengenceran sekret
saturasi oksigen
6. Pemasukan tinggi cairan
5) Atur intake untuk
membantu untuk
cairan mengoptimalkan
mengencerkan sekret,
keseimbangan.
6) Jelaskan pada pasien membuatnya mudah
dan keluarga tentang dikeluarkan.
penggunaan peralatan :
O2, Suction, Inhalasi.
II Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama a. Manajemen Jalan Napas Airway management
1) Buka jalan napas 1) Pengkajian merupakan
3x24 jam, klien dapat mencapai napas efektif,
Pasien dasar dan data dasar
dengan kriteria hasil:
2) Posisikan Pasien untuk
berkelanjutan untuk memantau
Respiratory Status: Ventilation memaksimalkan
perubahan dan mengevaluasi
N Awa Tujuan ventilasi.
Indikator intervensi.
1 2 3 4 5 3) Identifikasi Pasien
o l 2) Memposisikan pasien
1. Auskultasi suara 2 √ untuk perlunya
semi fowler supaya dapat
napas sesuai pemasangan alat jalan
2. Bernapas mudah 2 √ bernafas optimal.
3. Tidak didapatkan 2 √ napas buatan 3) Deteksi terhadap
4) Keluarkan secret
penggunaan otot pertukaran gas dan bunyi
dengan suction
tambahan tambahan serta kesulitan
5) Auskultasi suara napas,
bernafas (ada tidaknya
catat bila ada suara
Vital sign Status dispneu) untuk memonitor
napas tambahan
N Awa Tujuan 6) Monitor penggunaan intervensi.
Indikator 1 2 3 4 5
o l 4) Dapat
1. Tanda Tanda vital 2 √ otot bantu pernapasan
7) Monitor rata-rata memperbaiki/mencegah
dalam rentang
respirasi setiap memburuknya hipoksia
normal (tekanan 5) Memberikan rasa
pergantian shift dan
darah, nadi, nyamandan mempermudah
setelah dilakuakan
pernafasan) pernapasan
Keterangan: tidakan suction 6) Deteksi status respirasi
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang Vital sign monitoring
4. Keluhan ringan 1) Manifestasi distres
5. Tidak ada keluhan
pernapasan tergantung
Vital sign monitoring
1) Observasi adanya tanda pada/indikasi derajat
tanda hipoventilasi keterlibatan paru dan status
2) Monitor adanya
kesehatan umum
kecemasan pasien 2) Takikardia biasanya
terhadap oksigenasi ada sebagai akibat
3) Monitor vital sign
demam/dehidrasi tetapi dapat
4) Informasikan pada
sebagai respons terhadap
pasien dan keluarga
hipoksemia
tentang tehnik relaksasi
3) Selama periode waktu
untuk memperbaiki
ini, potensial komplikasi fatal
pola nafas.
(hipotensi/syok) dapat terjadi.
5) Ajarkan bagaimana
4) Perubahan frekuensi
batuk efektif
jantung atau TD menunjukkan
6) Monitor pola nafas
bahwa pasien mengalami
pasien mengalami nyeri,
khusunya bila alasan lain untuk
perubahan tanda vital telah
terlihat.
III Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
1) Posisikan pasien untuk
x 24 jam kerusakan pertukaran pasien teratasi 1. Ventilasi maksimal
memaksimalkan
dengan kriteria hasil: membuka area atelectasis.
Respiratory Status : Gas exchange ventilasi
2. Posisi membantu
Keseimbangan asam Basa, Elektrolit 2) Pasang mayo bila perlu
Respiratory Status : ventilation 3) Lakukan fisioterapi memaksimalkan ekspansi paru
Vital Sign Status
dada jika perlu dan menurunkan upaya
N Awa Tujuan 4) Keluarkan sekret
Indikator pernafasan.
1 2 3 4 5 dengan batuk atau
o l
3.Mencegah obstruksi/aspirasi.
1. Mendemonstrasika 2 √ suction
4. Penurunan bunyi nafas dapat
n peningkatan 5) Auskultasi suara nafas,
menunjukan atelektasis. Ronki
ventilasi dan catat adanya suara
menunjukan akumulasi
oksigenasi yang tambahan
6) Atur intake untuk secret/ketidakmampuan untuk
adekuat
2. Memelihara 2 √ cairan mengoptimalkan membersihkan jalan nafas yang
kebersihan paru keseimbangan. dapat menimbulkan
7) Monitor respirasi dan
paru dan bebas penggunaan otot aksesoris
status O2
dari tanda tanda pernafasan dan peningkatan
8) Catat pergerakan
distress pernafasan kerja pernafasan.
dada,amati
5. Pemasukan cairan yang
kesimetrisan,
banyak membantu
penggunaan otot
mengencerkan sekret,
3. Mendemonstrasika 2 √ tambahan, retraksi otot membuatnya mudah
n batuk efektif dan supraclavicular dan dikeluarkan.
suara nafas yang intercostal
9) Monitor suara nafas,
bersih, tidak ada
seperti dengkur
sianosis dan
10) Monitor pola nafas :
dyspneu (mampu
bradipena, takipenia,
mengeluarkan
kussmaul,
sputum, mampu
hiperventilasi, cheyne
bernafas dengan
stokes, biot
mudah, tidak ada 11) Auskultasi suara nafas,
pursed lips) catat area penurunan /
4. AGD dalam batas 2 √ tidak adanya ventilasi
normal dan suara tambahan
5. Status neurologis 2 √ 12) Monitor TTV, AGD,
dalam batas elektrolit dan ststus
normal mental
Keterangan: 13) Observasi sianosis
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat khususnya membran
3. Keluhan sedang mukosa
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
DAFTAR PUSTAKA

Djojodibroto, D. 2009. Respiratory ( Respiratory Medicine). Jakarta : EGC

Ikawati, Z. 2011. Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksanaan. Yogyakarta :


Bursa Ilmu.

Muttaqin, A. (2009). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika

NANDA. (2012). NANDA Internasional: Diagnosis keperawatan definisi dan


klasifikasi. Jakarta: EGC.

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan


KeperawatanBerdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2.
Jakarta:EGC

Ward,Jeremy P.T. 2009. At Glance SISTEM RESPIRASI Edisi Kedua. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai