Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE HEMORAGIC

A. Konsep Penyakit
1. Anatomi dan Fisiologi
Otak mengendalikan semua fungsi tubuh. Otak merupakan pusat dari
keseluruhan tubuh. Jika otak sehat, maka akan mendorong kesehatan tubuh serta
menunjang kesehatan mental. Sebaliknya, apabila otak terganggu, maka
kesehatan tubuh dan mental bisa ikut terganggu.
Seandainya jantung atau paru-paru berhenti bekerja selama beberapa
menit, masih bisa bertahan hidup. Namun jika otak berhenti bekerja selama satu
detik saja, maka tubuh mati. Itulah mengapa otak disebut sebagai organ yang
paling penting dari seluruh organ di tubuh manusia.
Selain paling penting, otak juga merupakan organ yang paling rumit.
Membahas tentang anatomi dan fungsi otak secara detail bisa memakan waktu
berhari-hari. Oleh karena itu disini kita akan membahas anatomi dan fungsi otak
secara garis besarnya saja sekedar membuat paham bagian-bagian dan fungsi otak
sendiri.
Otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
a. Cerebrum (Otak Besar)\
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga
disebut dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan.
Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan
binatang.
Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir,
analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan
visual. Kecerdasan intelektual atau IQ Anda juga ditentukan oleh kualitas
bagian ini. 
b. Cerebellum (Otak Kecil)
Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala,
dekat dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak
fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh,
mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh.
Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian
gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil,
gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya. 
Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada
sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi,
misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam
mulutnya atau tidak mampu mengancingkan baju.
c. Brainstem (Batang Otak)
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau
rongga kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung
atau sumsum tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar
manusia termasuk pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh,
mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar
manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya bahaya.
Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya.
Oleh karena itu, batang otak sering juga disebut dengan otak reptil. Otak
reptil mengatur “perasaan teritorial” sebagai insting primitif. Contohnya
anda akan merasa tidak nyaman atau terancam ketika orang yang tidak
Anda kenal terlalu dekat dengan anda.
d. Limbic System (Sistem Limbik)
Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang
otak ibarat kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah.
Bagian otak ini sama dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering
disebut dengan otak mamalia. Komponen limbik antara lain hipotalamus,
thalamus, amigdala, hipocampus dan korteks limbik. Sistem limbik
berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon, memelihara
homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa senang,
metabolisme dan juga memori jangka panjang. 
2. Definisi Penyakit
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di
otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke
hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga
terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun (Ria Artiani, 2009).
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009).
3. Pathway

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Angiografi cerebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurism atau malformasi vaskular.
b. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragi pada subarakhnoid atau perdarahan pada
intrakranial.
c. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya
secara pasti.
d. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar
terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami
lesi dan infark akibat dari hemoragik.
e. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls listrik dalam
jaringan otak.

5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain:
a. Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central
jaringan otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa
diselematkan, tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan sebanyak
mungkin area iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan aliran darah
yang adekuat dengan mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan
frekuensi) serta tekanan darah.
b. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi
kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.
c. Pengobatan
 Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan
perdarahan pada fase akut.
 Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa
trombolitik/emobolik.
 Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
d. Penatalaksanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran
darahotak. Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga
menderita beberapapenyulit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit
kardiovaskularyang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum
sehingga saluranpernafasan dan kontrol ventilasi yang baik dapat
dipertahankan.

B. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif:
 Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralisis.
 Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
Data obyektif :
 Perubahan tingkat kesadaran
 Perubahan tonus otot  ( flaksid atau spastic),  paraliysis
( hemiplegia ) , kelemahan umum.
 Gangguan penglihatan
b. Sirkulasi
Data Subyektif:
 Riwayat penyakit jantung (  penyakit katup jantung, disritmia,
gagal jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia.
Data obyektif:
 Hipertensi arterial
 Disritmia, perubahan EKG
 Pulsasi : kemungkinan bervariasi
 Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
c. Integritas ego
Data Subyektif:
 Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif:
 Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesedihan,
kegembiraan
 Kesulitan berekspresi diri
d. Eliminasi
Data Subyektif:
Inkontinensia, anuria
Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ),  tidak adanya suara
usus ( ileus paralitik )
e. Makan/ minum
Data Subyektif:
 Nafsu makan hilang
 Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK
 Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
 Riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif:
 Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan
faring )
 Obesitas ( faktor resiko )
f. Sensori neural
Data Subyektif:
 Pusing / syncope  ( sebelum CVA / sementara selama TIA )
 Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral  atau perdarahan sub
arachnoid.
 Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati
 Penglihatan berkurang
 Sentuhan  : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas
dan pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )
 Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif:
 Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan ,
gangguan tingkah laku (seperti: letargi, apatis, menyerang) dan
gangguan fungsi kognitif
 Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua
jenis stroke, genggaman tangan tidak seimbang, berkurangnya
reflek tendon dalam  ( kontralateral )
 Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
 Afasia  ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif/ kesulitan berkata-kata, reseptif / kesulitan berkata-kata
komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
 Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran,
stimuli taktil
 Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
 Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada
sisi ipsi lateral
g. Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
 Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data Obyektif:
 Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial

h. Respirasi
Data Subyektif:
 Perokok ( faktor resiko )
Tanda:
 Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas
 Timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur
 Suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
i. Keamanan
Data Obyektif:
 Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
 Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek,
hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
 Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang
pernah dikenali
 Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi
suhu tubuh
 Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap
keamanan, berkurang kesadaran diri
j. Interaksi social
Data Obyektif:
 Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
 Pengajaran / pembelajaran
Data Subjektif :
 Riwayat hipertensi keluarga, stroke
 Penggunaan kontrasepsi oral
 Pertimbangan rencana pulang
 Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi
 Bantuan untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan ,
perawatan diri dan pekerjaan rumah
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran
darah ke otak terhambat
b. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke
otak
c. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan
kerusakan neurovaskuler
d. Kerusakan mobilitas fisik  berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
e. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik
f. Resiko Aspirasi berhubungan dengan  penurunan kesadaran
g. Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran
h. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.

3. Intervesi Keperawatan

Diagnosa
No Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Monitorang neurologis
Perfusi jaringan tindakan keperawatan1.    Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan
serebral  b.d aliran selama 3 x 24 jam, bentuk  pupil
darah ke otak diharapkan suplai2.    Monitor tingkat kesadaran klien
terhambat. aliran darah keotak3.    Monitir tanda-tanda vital
lancar dengan kriteria4.    Monitor keluhan nyeri kepala, mual,
hasil: muntah
          Nyeri kepala /5.    Monitor respon klien terhadap pengobatan
vertigo berkurang6.    Hindari aktivitas jika TIK meningkat
sampai de-ngan7.    Observasi kondisi fisik klien
hilang
          Berfungsinya Terapi oksigen
saraf dengan baik 1.    Bersihkan jalan nafas dari sekret
          Tanda-tanda vital2.    Pertahankan jalan nafas tetap efektif
stabil
3.    Berikan oksigen sesuai intruksi
4.    Monitor aliran oksigen, kanul oksigen dan
sistem humidifier
5.    Beri penjelasan kepada klien tentang
pentingnya pemberian oksigen
6.    Observasi tanda-tanda hipo-ventilasi
7.    Monitor respon klien terhadap pemberian
oksigen
8.    Anjurkan klien untuk tetap memakai
oksigen selama aktifitas dan tidur
2 Kerusakan Setelah dilakukan
1.    Libatkan keluarga untuk membantu
komunikasi verbal tindakan keperawatan memahami / memahamkan informasi dari /
b.d penurunan selama  3 x 24 jam, ke klien
sirkulasi ke otak diharapkan klien
2.    Dengarkan setiap ucapan klien dengan
mampu untuk penuh perhatian
berkomunikasi lagi
3.    Gunakan kata-kata sederhana dan pendek
dengan kriteria hasil: dalam komunikasi dengan klien
          dapat menjawab
4.    Dorong klien untuk mengulang kata-kata
pertanyaan yang
5.    Berikan arahan / perintah yang sederhana
diajukan perawat setiap interaksi dengan klien
          dapat mengerti
6.    Programkan speech-language teraphy
dan memahami
7.    Lakukan speech-language teraphy setiap
pesan-pesan melalui interaksi dengan klien
gambar
          dapat
mengekspresikan
perasaannya secara
verbal maupun
nonverbal
3 Defisit perawatan Setelah dilakukan
1     Kaji kamampuan klien untuk perawatan diri
diri; tindakan keperawatan
2     Pantau kebutuhan klien untuk alat-alat
mandi,berpakaian, selama 3x 24 jam, bantu dalam makan, mandi, berpakaian dan
makan, diharapkan toileting
kebutuhan mandiri
3     Berikan bantuan pada klien hingga klien
klien terpenuhi, sepenuhnya bisa mandiri
dengan kriteria hasil:4     Berikan dukungan pada klien untuk
          Klien dapat menunjukkan aktivitas normal sesuai
makan dengan kemampuannya
bantuan orang lain 5    
/ Libatkan keluarga dalam pemenuhan
mandiri kebutuhan perawatan diri klien
          Klien dapat mandi
de-ngan bantuan
orang lain
          Klien dapat
memakai pakaian
dengan bantuan orang
lain / mandiri
          Klien dapat
toileting dengan
bantuan alat
4 Kerusakan Setelah dilakukan
1     Ajarkan klien untuk latihan rentang gerak
mobilitas fisik b.d tindakan keperawatan aktif pada sisi ekstrimitas yang sehat
kerusakan selama 3x24 jam,
2     Ajarkan rentang gerak pasif pada sisi
neurovas-kuler diharapkan klien ekstrimitas yang parese / plegi dalam
dapat melakukan toleransi nyeri
pergerakan fisik
3     Topang ekstrimitas dengan bantal untuk
dengan kriteria hasil : mencegah atau mangurangi bengkak
          Tidak terjadi
4     Ajarkan ambulasi sesuai dengan tahapan
kontraktur otot dan dan kemampuan klien
footdrop 5     Motivasi klien untuk melakukan latihan
          Pasien sendi seperti yang disarankan
berpartisipasi dalam
6     Libatkan keluarga untuk membantu klien
program latihan latihan sendi
          Pasien mencapai
keseimbangan saat
duduk
          Pasien mampu
menggunakan sisi
tubuh yang tidak
sakit untuk
kompensasi
hilangnya fungsi pada
sisi yang parese/plegi
5 Resiko kerusakan Setelah dilakukan
1     Beri penjelasan pada klien tentang: resiko
integritas kulit b.d tindakan perawatan adanya luka tekan, tanda dan gejala luka
immobilisasi fisik selama 3 x 24 jam, tekan, tindakan pencegahan agar tidak
diharapkan pasien terjadi luka tekan)
mampu mengetahui
2     Berikan masase sederhana
dan  mengontrol          Ciptakan lingkungan yang nyaman
resiko dengan kriteria          Gunakan lotion, minyak atau bedak
hasil : untuk pelicin
          Klien mampu          Lakukan masase secara teratur
menge-nali tanda dan          Anjurkan klien untuk rileks selama
gejala  adanya resiko masase
luka tekan           Jangan masase pada area kemerahan utk
          Klien mampu menghindari kerusakan kapiler
berpartisi-pasi dalam          Evaluasi respon klien terhadap masase
pencegahan resiko
3     Lakukan alih baring
luka tekan (masase          Ubah posisi klien setiap 30 menit- 2 jam
sederhana, alih ba-          Pertahankan tempat tidur sedatar
ring, manajemen mungkin untuk mengurangi kekuatan
nutrisi, manajemen geseran
tekanan).           Batasi posisi semi fowler hanya 30 menit
          Observasi area yang tertekan (telinga,
mata kaki, sakrum, skrotum, siku, ischium,
skapula)
4     Berikan manajemen nutrisi
          Kolaborasi dengan ahli gizi
          Monitor intake nutrisi
          Tingkatkan masukan protein dan
karbohidrat untuk memelihara ke-
seimbangan nitrogen positif
5     Berikan manajemen tekanan
          Monitor kulit adanya kemerahan dan
pecah-pecah
          Beri pelembab pada kulit yang kering
dan pecah-pecah
          Jaga sprei dalam keadaan bersih dan
kering
          Monitor aktivitas dan mobilitas klien
          Beri bedak atau kamper spritus pada area
yang tertekan
           
6 Resiko Aspirasi Setelah dilakukan Aspiration Control Management :
berhubungan tindakan perawatan          Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk
dengan penurunan selama 3 x 24 jam, dankemampuan menelan
tingkat kesadaran diharapkan tidak          Pelihara jalan nafas
terjadi aspirasi pada          Lakukan saction bila diperlukan
pasien dengan kriteria          Haluskan makanan yang akan diberikan
hasil :           Haluskan obat sebelum pemberian
          Dapat bernafas
dengan
mudah,frekuensi
pernafasan normal
          Mampu
menelan,mengunyah
tanpa terjadi aspirasi

7 Resiko Injuri Setelah dilakukan Risk Control Injury


berhubungan tindakan perawatan          menyediakan lingkungan yang aman
dengan penurunan selama 3 x 24 jam, bagi pasien
tingkat kesadaran diharapkan tidak          memberikan informasi mengenai cara
terjadi trauma pada mencegah cedera
pasien dengan kriteria          memberikan penerangan yang cukup
hasil:           menganjurkan keluarga untuk selalu
          bebas dari cedera menemani pasien
          mampu
menjelaskan factor
resiko dari
lingkungan dan cara
untuk mencegah
cedera
          menggunakan
fasilitas kesehatan
yang ada
8 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Respiratori Status Management
efektif tindakan perawatan          Pertahankan jalan nafas yang paten
berhubungan selama 3 x 24 jam,          Observasi tanda-tanda hipoventilasi
dengan penurunan diharapkan pola nafas          Berikan terapi O2
kesadaran pasien efektif dengan          Dengarkan adanya  kelainan suara
kriteria hasil : tambahan
- Menujukkan jalan          Monitor vital sign
nafas paten ( tidak
merasa tercekik,
irama nafas normal,
frekuensi nafas
normal,tidak ada
suara nafas tambahan
- Tanda-tanda vital
dalam batas normal
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.  Jakarta :
Salemba Medika
___________. Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic. Diakses pada tanggal 6 Februari 2012 di
http://nursingbegin.com/askep-stroke-hemoragik/
___________. Konsep Teori Stroke Hemoragik. Diakses pada tanggal 6 Februari 2012
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/
http://lpkeperawatan.blogspot.com/2014/01/laporanpendahuluan-stroke-hemoragik

Anda mungkin juga menyukai