Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI

ASRIANI
PO7120421004

PRECEPTOR RUANGAN PRECEPTOR INSTITUSI

POLTEKKES KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
2021
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR
OKSIGENASI
A. Konsep Kebutuhan Dasar

1. Pengertian

Oksigenasi adalah suatu proses untuk mendapatkan O2 dan


mengeluarkan CO2. Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan
kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya dan untuk
aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak
mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak
dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal. Oksigen memegang
peranan penting dalam semua prosestubuh secara fungsional. Tidak
adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami
kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu,
kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat
vital bagi tubuh. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari
kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada
salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan
mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari terhadap
pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang
biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami
gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan
pada saluran pernapasan. Pada kondisi ini, individu merasakan
pentingnyaoksigen. (Mutaqin, 2012)
2. Anatomi

Sistem pernafasan meliouti paru-paru dan jalan nafas. Berkat jalan


nafas, udara dapat keluar masuk dari hidung dan paru-paru saat bernafas.
(Mutaqin, 2012)
Sistem tubuh yang berperan dalam membantu dalam pemenuhan
kebutuhan oksigenasi adalah saluran pernafasan bagian atas dan saluran
pernafasan bagian bawah. (Mutaqin, 2012)
Saluran pernapasan bagian atas, terdiri atas:
a. Hidung, proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui
hidung.
b. Esophagus.
c. Laring, merupakan saluran pernapasan setelah faring.
d. Epiglotis, merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup
laring saat proses menutup.
Saluran nafas bagian bawah, terdiri atas :

a. Trakhea, merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira


ketinggian vertebrae torakalis kelima.
b. Bronkhus, merupakan kelanjutan dari trakhea yang bercabang
menjadi bronchus kanan dan kiri.
c. Bronkiolus, merupakan saluran percabangan setelah bronchus.
d. Alveoli, merupakan kantung udara tempat terjadinya pertukaran
oksigen dengan karbondioksida.
e. Paru-Paru (Pulmo), paru-paru merupakan organ utama dalam
sistem pernapasan.

Secara anatomi,systemrespirasi terbagi menjadi dua, yaitu saluran


pernafasan dan parenkim paru. Saluran pernafasan dimulai dari organ
hidung, mulut, trakea, bronkus sampai bronkiolus. Didalam rongga
toraks, bronkus bercabang menjadi dua kanan dan kiri. Bronkus
kemudian bercabang-cabang menjadi bronkiolus. Bagian parenkim
paru berupa kantong-kantong yang menempel di ujung bronkiolus
yang disebut alveolus (bila 1) atau alveoli (bila banyak). (Mutaqin,
2012)
3. Fisiologi
Fisiologis Oksigenasi terdiri dari:
a. Ventilasi Ialah masuknya oksigen (O2) atmosfer ke dalam alveoli dan
keluarnya CO2 dari alveoli ke atmosfer yang terjadi saat respirasi
(inspirasi dan ekspirasi).
b. Difusi Gas Difusi adalah bergeraknya gas O2 dan CO2 atau partikel
lain dari area yang bertekanan rendah. Dalam difusi gas ini, organ
pernafasan yang berperan penting adalah alveoli dan darah.
c. Transportasi Gas Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke
jaringan dan dari jaringan ke paru dengan bantuan aliran darah
(Mutaqin, 2012).
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
a. Faktor fisiologi
1) Penurnan kapasitas pembawa oksigen
2) Penurunan kapasitas oksigen di inspirasi
3) Hipovolemia
4) Peningkatan laju metabolisme
5) Kondisi yang memperngaruhi gerakan dinding dada
b. Faktor perkembangan
1) Bayi prematur
2) Bayi dan todler
3) Anak usia sekolah dan remaja
4) Dewasa muda dan dewasa pertengahan
5) Lansia
c. Faktor perilaku
1) Nutrisi
2) Latihan fisik
3) Merokok
4) Penyalahgunaan substansi
d. Faktor lingkungan
1) ansietas
4. Perubahan fungsi pernafasan
a. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam
paru-paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat
disebabkan karena :
1) Kecemasan
2) Infeksi/sepsis
3) Keracunan obat-obatan
4) Ketidakseimbangan asam basa seperti pada asiodosis metabolic.
Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, nafas pendek,
nyeri dada (chest pain), menurunkan konsentrasi, disorientasi, tinnitus.
b. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adeluat untuk
memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2
dengan cukup. Biasanya terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps paru).
Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala,
penurunan keasadaran, disorientasi, kardiakdistritmia,
ketidakseimbangan elektrolit, kejang dan kariadk arrest.
c. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2
yang diispirasi atau meningkatkan pengguanaan O2 pada tingkat
seluler. Hipoksia dapat disebabkan oleh :
1) Menurunnya hemoglobin
2) Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung
3) Ketidakmampuan jaingan mengikat O2 seperti pada keracunan
sianida
4) Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti
pneumonia
5) Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok
6) Kerusakan/gangguan ventilasi
Tanda-tanda hipoksia anatara lain : kelelahan, kecemasan,
menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan cepat
dan dalam, sianosis, sesak nafas, dan clubbing (Dian, 2014)
5. Pemeriksaan Fisik
a. Persiapan
1) Perkenalan diri
2) Jelaskan prosedur
b. Inspeksi
1) Pemeriksaan yang dilakukan dengan pengamatan
2) Kelainan dari alat pernafan
3) Kelainan paru menyebabkan gejala diluar paru
4) Kelainan alat diluar alat pernafasan yang mengganggu pernafasan
- Sianosis
- Edema muka
- Bendungan vena leher
5) Inspeksi dalam 2 fase :
- Melihat torak dalam keadaan statis
- Melihat torak dalam keadaan dinamis
c. Auskultasi
Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup
mendengarkan suara nafas normal, suara tambahan (abnormal), dan
suara.
Suara nafas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan
nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih.
d. Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ
yang ada disekitarnya dan pengembangan (ekskursi) diafragma.
e. Palpasi
Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit dan
mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi).
Palpasi thoraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat
inspeksi seperti : massa, lesi, bengkak.
Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien mengeluh nyeri.
Vocal premitus : getaran dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara
f. Prosedur
1) Pemeriksaan dada
2) Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang
lainnya
3) Catat jumlah irama, kedalam pernafasan, dan kesimetrisan
pergerakan otot bantu pernafasan
4) Kaji kinfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior
(AP) dengan diameter lateral/tranvesal (T).
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan fungsi paru
b. Pemeriksaan gas darah arteri
c. Oksimetri
d. Pemeriksaan sinar X dada
e. Bronkoskopi
f. Endoskopi
g. Fluoroskopi
h. CT-SCAN
7. Tindakan Penanganan
a. Terapi Oksigen
b. Nebulazer
c. Fisioterafi dada
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
b. Keluhan utama
- Batuk
- Peningkatan produksi sputum
- Dispnea
- Hemoptysis
- Mengi
- Chest pain
c. Riwayat penyakit saat ini
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat penyakit keluarga
f. Pemeriksaan fisik
1) Mata
- Lesi kuning pada kelopak mata (hiperlipidemia)
- Konjungtiva pucat (anemia)
- Konjungtiva sianosis (hipoksemia)
2) Hidung
- Pernapasan dengan cuping hidung
- Membran mukosa sianosis (penurunan oksigen)
- Bernapas dengan mengerutkan mulut (dikaitkan dengan
penyakit paru kronik)
3) Kulit
- Sianosis perifer (vasokontriksi)
- Sianosis secara umum (hipoksemia)
- Penurunan turgor (dehidrasi)
4) Jari dan kuku
- Sianosis perifer (kurangngnya suplai O2 ke perifer)
- Clubbing finger ( hipoksemia kronik)
5) Dada dan thoraks
- Inspeksi (Dada diinspeksi terutama mengenai postur, bentuk,
dan kesimetrisan ekspansi serta keadaan kulit)
- Palpasi (Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan
pergerakan dada, mengobservasi abnormalitas,
mengidentifikassi keadaan kulit, dan mengetahui taktil
fermitus.
- Perkusi
- Auskultasi (Biasanya pada penderita tuberkulosis paru
didapatkan bunyi napas tambahan (ronkhi) pada sisi yang sakit)

g. Periksaan penunjang
Menurut Muttaqin (2012) untuk memastikan diagnosa pasien TB
paru dengan gangguan kebutuhan oksigenasi diantaranya:
1) Pemeriksaan Rontgen Thoraks
Pada hasil pemeriksaan rontgen thoraks, sering didapatkan
adanya suatu lesi sebelum ditemukan adanya gejala awal dan
sebelum pemeriksaan fisik menemukan kelainan pada paru.
2) CT – Scan (Computerized Tomography Scanner)
Pemeriksaan CT – Scan dilakukan untuk menemukan
hubungan kasus TB inaktif/stabil yang ditunjukan dengan adanya
gambar garis-garis fibrotik. Sebagaimana pemeriksaan rontgen
thoraks, penentuan bahwa kelainan inaktif dapat hanya
berdasarkan pada temuan CT- Scanpada pemeriksaan tunggal,
namun selalu dihubungkan dengan kultur sputum yang negatif
dan periksaan secara serial setiap hari.
3) Pemeriksaan Laboratorium
Bahan pemeriksaan untuk bakteri mycrobacterium tuberculosis
berupa sputum pasien. Sebaiknya sputum diambil pada pagi hari
dan yang pertama keluar. Jika sulit didapatkan maka sputum
dikumpulkan selama 24 jam.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Gangguan penyampihan ventilator
c. Gangguan pertukaran gas
d. Gangguan ventilasi spontan
e. Pola nafas tidak efektif
f. Resiko aspirasi (SDKI, 2016)
3. Perencanaan Keperawatan

N Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


O
1 Bersihan jalan nafas Bersihan jalan nafas Latihan batuk
tidak efektif - Batuk efektif efektif
meningkat 1. Identifikasi
- Produksi sputum kemampuan batuk
menurun 2. Monitor adanya
- Mengi menurun retensi sputum
- Wheezing 3. Buang sekret pada
menurun tempat sputum
- Mekonium (pada 4. Jelaskan tujuan
neonatus) dan prosedur atuk
menurun efektif
Manajemen jalan
nafas
1. Monitor pola
nafas
2. Monitor bunyi
nafas
3. Berika oksigen,
jika perlu
4. Ajarkan teknik
batuk efektif
5. Kolaorasi
pemberian
bronkodilator, jika
perlu
Pemantauan
respirasi
1. Monitor frekuensi
irama, kedalaman,
dan upaya nafas
2. Monitor pola nafas
3. Auskultasi suara
nafas
4. Dokumentasikan
hasil pemantauan
Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
2 Gangguan Penyapihan Penyapihan
penyapihan Ventilator ventilasi mekanik
ventilator - Penggunaan otot 1. Monitor tanda-
bantu nafas tanda kelelahan
menurun otot pernafasan
- Nafas mengap- 2. Posisikan pasien
mengap menurun semi fowler
- Nafas dalam 3. Ajarkan cara
menurun pengontrolan nafas
- Frekuensi nafas pada saat
membaik penyapihan
- Nilai gas darah 4. Kolaborasi
arteri membaik pemberian obat
yang
meningkatkan
kepatenan jalan
nafas dan
pertukaran gas
Pemantauan
respirasi
1. Monitor frekuensi
irama, kedalaman,
dan upaya nafas
2. Monitor pola nafas
3. Auskultasi suara
nafas
4. Dokumentasikan
hasil pemantauan
5. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
3 Gangguan Pertukaran gas Pemantauan
pertukaran gas - Dispnea menurun respirasi
- Bunyi nafas 1. Monitor frekuensi
tambahan irama, kedalaman,
menurun dan upaya nafas
- Takikardi 2. Monitor pola nafas
membaik 3. Auskultasi suara
nafas
4. Dokumentasikan
hasil pemantauan
5. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
Terapi oksigen
1. Monitor kecepatan
aliran oksigen
2. Monitor posisi alat
terapi oksigen
3. Siapkan dan atur
peralatan
pemberian oksigen
4. Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan
oksigen di rumah
5. Kolaborasi
penentuan dosis
oksigen

4 Gangguan ventilasi Ventilasi spontan Dukungan ventilasi


spontan - Pengunaan otot 1. Identiffikasi
bantu nafas adanya kelelahan
menurun otot bantu nafas
- PCO2 membaik 2. Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
3. Berikan oksigenasi
sesuai kebutuhan
4. Ajarkan
melakukan teknik
relaksasi nafas
dalam
5. Ajarkan teknik
batuk efektif
Pemantauan
respirasi
5. Monitor frekuensi
irama, kedalaman,
dan upaya nafas
6. Monitor pola nafas
7. Auskultasi suara
nafas
8. Dokumentasikan
hasil pemantauan
9. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
5 Pola nafas tidak Pola nafas Manajemen jalan
efektif - Frekuensi nafas nafas
membaik 1. Monitor pola
- Kedalaman nafas nafas
membaik 2. Monitor bunyi
- Pemanjangan fase nafas
ekspirasi 3. Berika oksigen,
jika perlu
4. Ajarkan teknik
batuk efektif
5. Kolaorasi
pemberian
bronkodilator, jika
perlu
Pemantauan
respirasi
1. Monitor frekuensi
irama, kedalaman,
dan upaya nafas
2. Monitor pola nafas
3. Auskultasi suara
nafas
4. Dokumentasikan
hasil pemantauan
5. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
Daftar Pustaka

Muttaqin, A. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan

Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Dian Anggraeni. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Sdr.H Dengan Oksigenasi et

Cause Efusi Pleura Di Ruangan Cempaka RSUD Banyumas. Purwokerto:

Fakultas Ilmu Kesehatan.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

Jakarta Selatan: DPP, PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria

Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai