Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA

I MADE SUKARBA
NIM : PO7120422156

PRECEPTOR RUANGAN PRECEPTOR INSTITUSI

POLTEKKES KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
2022
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR

OKSIGENASI

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

Oksigen merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Oksigen

merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat

dibutuhkan dalam metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon

dioksida, energi, dan air. Akan tetapi, penambahan CO2 yang melebihi

batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna

terhadap aktivitas sel. Hal ini menunjukkan bahwa oksigen merupakan hal

yang sangat penting bagi manusia (Ambarwati, 2014).

Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh

tubuh bersama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen.

Oksigen merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit

ke semua proses penting tubuh seperti pernapasan, peredaran, fungsi otak,

membuang zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan sel dan

jaringan, serta pembiakan hanya berlaku apabila terdapat banyak oksigen.

Oksigen juga merupakan sumber tenaga yang dibutuhkan untuk

metabolisme tubuh (Atoilah & Kusnadi, 2013).

Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam

sistem tubuh baik itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan

kedalam tubuh secara alami dengan cara bernapas. Pernapasan atau

respirasi merupakan proses pertukaran gas antara individu dengan


lingkungan yang dilakukan dengan cara menghirup udara untuk

mendapatkan oksigen dari lingkungan dan kemudian udara dihembuskan

untuk mengeluarkan karbon dioksida ke lingkungan (Saputra, 2013).

2. Anatomi

Pemenuhan kebutuhan oksigen untuk tubuh sangat ditentukan oleh

adekuatnya berbagai sistem tubuh yaitu sistem pernapasan, sitem kardiovaskuler,

dan juga sistem hematologi (Tarwoto & Wartonah, 2011).

a. Sistem Pernapasan

Salah satu sistem tubuh yang berperan dalam oksigenasi adalah sistem

pernapasan atau sistem respirasi. Sistem respirasi dapat dibagi menjadi dua

bagian, yaitu sistem pernapasan atas yang terdiri dari hidung, faring, serta

laring dan sistem pernapasan bawah yang terdiri dari trakea dan paru-paru

(Saputra, 2013).

1) Hidung, proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara

melalui hidung.

2) Esophagus.

3) Laring, merupakan saluran pernapasan setelah faring.

4) Epiglotis, merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup

laring saat proses menutup (Mutaqin, 2012).


Saluran nafas bagian bawah, terdiri atas :

a. Trakhea, merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira

ketinggian vertebrae torakalis kelima.

b. Bronkhus, merupakan kelanjutan dari trakhea yang bercabang

menjadi bronchus kanan dan kiri.

c. Bronkiolus, merupakan saluran percabangan setelah

bronchus.

d. Alveoli, merupakan kantung udara tempat terjadinya

pertukaran oksigen dengan karbondioksida.

e. Paru-Paru (Pulmo), paru-paru merupakan organ utama dalam

sistem pernapasan (Mutaqin, 2012).

Sistem pernapasan atau respirasi memiliki peran sebagai penjamin

ketersediaan oksigen untuk proses metabolisme sel-sel dalam tubuh dan

pertukaran gas. Dalam sistem respirasi oksigen diambil dari atmosfir, dan

kemudian dibawa ke paru-paru sehingga terjadi pertukaran gas oksigen dan

karbon dioksida di dalam alveoli, selanjutnya oksigen akan di difusi masuk

ke kapiler darah untuk digunakan oleh sel dalam proses metabolisme. Proses

pertukaran gas di dalam tubuh disebut dengan proses oksigenasi (Tarwoto &
Wartonah, 2011).

b. Sistem Kardiovaskuler

Menurut Tarwoto & Wartonah (2011), Sistem kardiovaskuler ikut

berperan dalam proses oksigenasi ke jaringan tubuh yang berperan dalam

proses transfortasi oksigen. Oksigen ditransfortasikan ke seluruh tubuh

melalui aliran darah. Adekuat atau tidaknya aliran darah ditentukan oleh

normal atau tidaknya fungsi jantung. Kemampuan oksigenasi pada jaringan

sangat ditentukan oleh adekuatnya fungsi jantung. Fungsi jantung yang baik

dapat dilihat dari kemampuan jantung memompa darah dan terjadinya

perubahan tekanan darah. Sistem kardiovaskuler ini akan saling terkait

dengan sistem pernapasan dalam proses oksigenasi.

c. Sistem Hematologi

Sistem hematologi terdiri dari beberapa sel darah, salah satu sel darah

yang sangat berperan dalam proses oksigenasi adalah sel darah merah,

karena di dalam sel darah merah terdapat hemoglobin yang mampu mengikat

oksigen. Hemoglobin adalah molekul yang mengandung empat subunit

protein globular dan unit heme. Setiap molekul Hb dapat mengikat empat

molekul oksigen dan akan Poltekkes Kemenkes Padang membentuk ikatan

oxy-hemoglobin (HbO2) ( Tarwoto & Wartonah, 2011).

3. Fisiologi

Fisiologis Oksigenasi terdiri dari:

a. Ventilasi Ialah masuknya oksigen (O2) atmosfer ke dalam alveoli dan

keluarnya CO2 dari alveoli ke atmosfer yang terjadi saat respirasi

(inspirasi dan ekspirasi).

b. Difusi Gas Difusi adalah bergeraknya gas O2 dan CO2 atau partikel
lain dari area yang bertekanan rendah. Dalam difusi gas ini, organ

pernafasan yang berperan penting adalah alveoli dan darah.

c. Transportasi Gas Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke

jaringan dan dari jaringan ke paru dengan bantuan aliran darah

(Mutaqin, 2012).

Faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi

a. Faktor fisiologi

1) Penurnan kapasitas pembawa oksigen

2) Penurunan kapasitas oksigen di inspirasi

3) Hipovolemia

4) Peningkatan laju metabolisme

5) Kondisi yang memperngaruhi gerakan dinding dada

b. Faktor perkembangan

1) Bayi prematur

2) Bayi dan todler

3) Anak usia sekolah dan remaja

4) Dewasa muda dan dewasa pertengahan

5) Lansia

c. Faktor perilaku

1) Nutrisi

2) Latihan fisik

3) Merokok

4) Penyalahgunaan substansi
d. Faktor lingkungan

1) ansietas

4. Perubahan fungsi pernafasan

a. Hiperventilasi

Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam

paru-paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat

disebabkan karena :

1) Kecemasan

2) Infeksi/sepsis

3) Keracunan obat-obatan

4) Ketidakseimbangan asam basa seperti pada asiodosis metabolic.

Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, nafas pendek,

nyeri dada (chest pain), menurunkan konsentrasi, disorientasi, tinnitus.

b. Hipoventilasi

Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adeluat untuk

memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2

dengan cukup. Biasanya terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps paru).

Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala,

penurunan keasadaran, disorientasi, kardiakdistritmia,

ketidakseimbangan elektrolit, kejang dan kariadk arrest.

c. Hipoksia

Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2

yang diispirasi atau meningkatkan pengguanaan O2 pada tingkat


seluler. Hipoksia dapat disebabkan oleh :

1) Menurunnya hemoglobin

2) Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung

3) Ketidakmampuan jaingan mengikat O2 seperti pada keracunan

sianida

4) Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti

pneumonia

5) Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok

6) Kerusakan/gangguan ventilasi

Tanda-tanda hipoksia anatara lain : kelelahan, kecemasan,

menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan cepat

dan dalam, sianosis, sesak nafas, dan clubbing (Dian, 2016)

5. Pemeriksaan Fisik

a. Persiapan

1) Perkenalan diri

2) Jelaskan prosedur

b. Inspeksi

1) Pemeriksaan yang dilakukan dengan pengamatan

2) Kelainan dari alat pernafan

3) Kelainan paru menyebabkan gejala diluar paru

4) Kelainan alat diluar alat pernafasan yang mengganggu pernafasan

- Sianosis

- Edema muka
- Bendungan vena leher

5) Inspeksi dalam 2 fase :

- Melihat torak dalam keadaan statis

- Melihat torak dalam keadaan dinamis

c. Auskultasi

Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup

mendengarkan suara nafas normal, suara tambahan (abnormal), dan

suara.

Suara nafas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan

nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih.

d. Perkusi

Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ

yang ada disekitarnya dan pengembangan (ekskursi) diafragma.

e. Palpasi

Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan

mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit dan

mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi).

Palpasi thoraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat

inspeksi seperti : massa, lesi, bengkak.

Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien mengeluh nyeri.

Vocal premitus : getaran dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara

f. Prosedur

1) Pemeriksaan dada
2) Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang

lainnya

3) Catat jumlah irama, kedalam pernafasan, dan kesimetrisan

pergerakan otot bantu pernafasan

4) Kaji kinfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior

(AP) dengan diameter lateral/tranvesal (T).

6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan fungsi paru

b. Pemeriksaan gas darah arteri

c. Oksimetri

d. Pemeriksaan sinar X dada

e. Bronkoskopi

f. Endoskopi

g. Fluoroskopi

h. CT-SCAN

7. Tindakan Penanganan

a. Terapi Oksigen

b. Nebulazer

c. Fisioterafi dada
B. Konsep Keperawatan Teori

1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas

Identitas klien yang perlu dikaji meliputi nama, jenis kelamin, tanggal

lahir, nomor register, usia, agama, alamat, status perkawinan, pekerjaan, dan

tanggal masuk rumah sakit.

b. Keluhan utama

- Batuk

- Peningkatan produksi sputum

- Dispnea

- Hemoptysis

- Mengi

- Chest pain

c. Riwayat penyakit saat ini

d. Riwayat penyakit dahulu

e. Riwayat penyakit keluarga

Perlu dikaji adanya riwayat keluarga yang memiliki penyakit serupa.

f. Pemeriksaan fisik

1) Mata

- Lesi kuning pada kelopak mata (hiperlipidemia)

- Konjungtiva pucat (anemia)

- Konjungtiva sianosis (hipoksemia)

2) Hidung

- Pernapasan dengan cuping hidung


- Membran mukosa sianosis (penurunan oksigen)

- Bernapas dengan mengerutkan mulut (dikaitkan dengan

penyakit paru kronik)

3) Kulit

- Sianosis perifer (vasokontriksi)

- Sianosis secara umum (hipoksemia)

- Penurunan turgor (dehidrasi)

4) Jari dan kuku

- Sianosis perifer (kurangngnya suplai O2 ke perifer)

- Clubbing finger ( hipoksemia kronik)

5) Dada dan thoraks

- Inspeksi (Dada diinspeksi terutama mengenai postur, bentuk,

dan kesimetrisan ekspansi serta keadaan kulit)

- Palpasi (Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan

pergerakan dada, mengobservasi abnormalitas,

mengidentifikassi keadaan kulit, dan mengetahui taktil fermitus.

- Perkusi, bunyi perkusi bisa resona, hiperresonan, dullness .

- Auskultasi (Biasanya pada penderita tuberkulosis paru

didapatkan bunyi napas tambahan (ronkhi) pada sisi yang sakit)

g. Pemeriksaan penunjang

Menurut Muttaqin (2012) untuk memastikan diagnosa pasien TB

paru dengan gangguan kebutuhan oksigenasi diantaranya:

1) Pemeriksaan Rontgen Thoraks


Pada hasil pemeriksaan rontgen thoraks, sering didapatkan

adanya suatu lesi sebelum ditemukan adanya gejala awal dan

sebelum pemeriksaan fisik menemukan kelainan pada paru.

2) CT – Scan (Computerized Tomography Scanner)

Pemeriksaan CT – Scan dilakukan untuk menemukan

hubungan kasus TB inaktif/stabil yang ditunjukan dengan adanya

gambar garis-garis fibrotik. Sebagaimana pemeriksaan rontgen

thoraks, penentuan bahwa kelainan inaktif dapat hanya

berdasarkan pada temuan CT- Scanpada pemeriksaan tunggal,

namun selalu dihubungkan dengan kultur sputum yang negatif

dan periksaan secara serial setiap hari.

3) Pemeriksaan Laboratorium

Bahan pemeriksaan untuk bakteri mycrobacterium tuberculosis

berupa sputum pasien. Sebaiknya sputum diambil pada pagi hari

dan yang pertama keluar. Jika sulit didapatkan maka sputum

dikumpulkan selama 24 jam.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif

b. Gangguan penyampihan ventilator

c. Gangguan pertukaran gas

d. Gangguan ventilasi spontan

e. Pola nafas tidak efektif (SDKI, 2016)

3. Perencanaan Keperawatan
N Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
O
1 Bersihan jalan nafas Bersihan jalan nafas Latihan batuk
tidak efektif - Batuk efektif efektif
meningkat 1. Identifikasi
- Produksi sputum kemampuan
menurun batuk
- Mengi menurun 2. Monitor adanya
- Wheezing retensi sputum
menurun 3. Buang sekret
- Mekonium (pada pada tempat
neonatus) sputum
menurun 4. Jelaskan tujuan
dan prosedur atuk
efektif
Manajemen jalan
nafas
1. Monitor pola
nafas
2. Monitor bunyi
nafas
3. Berika oksigen,
jika perlu
4. Ajarkan teknik
batuk efektif
5. Kolaorasi
pemberian
bronkodilator,
jika perlu
Pemantauan
respirasi
1. Monitor
frekuensi irama,
kedalaman, dan
upaya nafas
2. Monitor pola
nafas
3. Auskultasi suara
nafas
4. Dokumentasikan
hasil pemantauan
Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
2 Gangguan Penyapihan Penyapihan
penyapihan Ventilator ventilasi mekanik
ventilator - Penggunaan otot 1. Monitor tanda-
bantu nafas tanda kelelahan
menurun otot pernafasan
- Nafas mengap- 2. Posisikan pasien
mengap menurun semi fowler
- Nafas dalam 3. Ajarkan cara
menurun pengontrolan
- Frekuensi nafas nafas pada saat
membaik penyapihan
- Nilai gas darah 4. Kolaborasi
arteri membaik pemberian obat
yang
meningkatkan
kepatenan jalan
nafas dan
pertukaran gas
Pemantauan
respirasi
1. Monitor
frekuensi irama,
kedalaman, dan
upaya nafas
2. Monitor pola
nafas
3. Auskultasi suara
nafas
4. Dokumentasikan
hasil pemantauan
5. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
3 Gangguan Pertukaran gas Pemantauan
pertukaran gas - Dispnea menurun respirasi
- Bunyi nafas 1. Monitor
tambahan frekuensi irama,
menurun kedalaman, dan
- Takikardi upaya nafas
membaik 2. Monitor pola
nafas
3. Auskultasi suara
nafas
4. Dokumentasikan
hasil pemantauan
5. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
Terapi oksigen
1. Monitor
kecepatan aliran
oksigen
2. Monitor posisi
alat terapi
oksigen
3. Siapkan dan atur
peralatan
pemberian
oksigen
4. Ajarkan pasien
dan keluarga cara
menggunakan
oksigen di rumah
5. Kolaborasi
penentuan dosis
oksigen

4 Gangguan ventilasi Ventilasi spontan Dukungan


spontan - Pengunaan otot ventilasi
bantu nafas 1. Identiffikasi
menurun adanya kelelahan
- PCO2 membaik otot bantu nafas
2. Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
3. Berikan
oksigenasi sesuai
kebutuhan
4. Ajarkan
melakukan teknik
relaksasi nafas
dalam
5. Ajarkan teknik
batuk efektif
Pemantauan
respirasi
5. Monitor
frekuensi irama,
kedalaman, dan
upaya nafas
6. Monitor pola
nafas
7. Auskultasi suara
nafas
8. Dokumentasikan
hasil pemantauan
9. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
5 Pola nafas tidak Pola nafas Manajemen jalan
efektif - Frekuensi nafas nafas
membaik 1. Monitor pola
- Kedalaman nafas nafas
membaik 2. Monitor bunyi
- Pemanjangan fase nafas
ekspirasi
3. Berika oksigen,
jika perlu
4. Ajarkan teknik
batuk efektif
5. Kolaorasi
pemberian
bronkodilator,
jika perlu
Pemantauan
respirasi
1. Monitor
frekuensi irama,
kedalaman, dan
upaya nafas
2. Monitor pola
nafas
3. Auskultasi suara
nafas
4. Dokumentasikan
hasil pemantauan
5. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Fitri Respati. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta : Dua

Satria Offset.Ernawati. 2012. Konsep dan Aplikasi Keperawatan Dalam Pemenuhan

Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : TIM.

Atoilah, Elang Mohamad dan Engkus Kusnadi. 2013. Askep pada Klien dengan

Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Garut : In Media.

Muttaqin, A. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan

Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Dian Anggraeni. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Sdr.H Dengan Oksigenasi et

Cause Efusi Pleura Di Ruangan Cempaka RSUD Banyumas. Purwokerto:

Fakultas Ilmu Kesehatan.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

Jakarta Selatan: DPP, PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria

Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Saputra, Lyndon. 2013. Catatan Ringkas : Kebutuhan Dasar Manusia. Tanggerang

Selatan : Binarupa aksara publisher.

Tarwoto & Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai