OLEH :
NI KADEK INDAH LESTARI
NIM. 2214901099
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN
KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI : BERSIHAN JALAN NAFAS
TIDAK EFEKTIF
6. Patofisiologi
Menurut Alimul Hidayat 2009 mengatakan proses pemenuhan kebutuhan
oksigenasi tubuh terdiri atas tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi gas, dan
transportasi gas (Taebenu, 2019).
a. Ventilasi
Yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir ke paru-paru atau
sebaliknya. Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada
perbedaan tekanan antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada
inspirasi, dada mengembang, diafragma turun, dan volume paru
bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi:
- Tekanan udara atmosfir
- Jalan nafas yang bersih
- Pengembangan paru yang adekuat
b. Difusi
Yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara
alveolus dan kapiler paru-paru. Proses keluar masuknya udara yaitu
dari darah yang bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan
tekanan/konsentrasi yang lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat
tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat
rapat, membran ini kadang disebut membran respirasi. Perbedaan
tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi
membran respirasi sangat mempengaruhi proes difusi. Secara normal
gradien tekanan oksigen angtara alveoli dan darah yang memasuki
kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi:
- Luas permukaan paru
- Tebal membran respirasi
- Jumlah darah
- Keadaan/jumlah kapiler darah
- Afinitas
- Waktu adanya udara di alveoli
c. Transportasi
Yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh
dan sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.
Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan
karbondioksida harus ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-
paru. Secara normal 97% oksigen akan berikatan dengan hemoglobin
di dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan sebagai
oksihemoglobin. Sisanya 3% ditransportasikan ke dalam cairan
plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju tranportasi:
- Curah jantung (cardiac Output / CO)
- Jumlah sel darah merah
- Hematokrit darah
- Latihan (exercise)
- Keadaan pembuluh darah
- Dasar-dasar mekanik oksigenasi
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan oksigenasi yaitu :
a. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran
gas secara efisien.
b. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane
kapileralveolar dan keadekuatan oksigenasi.
c. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
d. Pemeriksaan sinar x dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses
abnormal.
e. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel
sputum/benda asing yang menghambat jalan nafas.
f. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
g. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung
dan kontraksi paru.
h. CT-Scan
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.
10. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi padabersihan jalan napas tidak efektif jika
tidak ditangani antara lain.
a. Hipoksemia
Merupakan keadaan di mana terjadi penurunan konsentrasi oksigen
dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi oksigen arteri (SaO2) di bawah
normal (normal PaO2 85-100 mmHg, SaO2 95%).
b. Hipoksia
Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak
adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi
oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada
tingkat seluler.
c. Gagal napas
Merupakan keadaan dimana terjadi kegagalan tubuh memenuhi
kebutuhan karena pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara
adekuat sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas karbondioksida dan
oksigen.
d. Perubahan pola napas
Frekuensi pernapasan normal pada anak berbeda pada masing –
masing usia.
Frekuensi Pernapasan Rata– Rata
Normal Anak Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi
Bayi baru lahir 35-40 x /menit
Bayi (6 bulan) 30-50 x /menit
Todler (2 tahun) 25-32 x /menit
Anak-anak 20-30 x /menit
(Sumber : Bararah & Jauhar, 2013)
Pada keadaan normal frekuensi pernapasan anak sesuai dengan tabel
diatas, dengan irama teratur serta inspirasi lebih panjang dari ekspirasi
yang disebut eupneu. Perubahan pola napas adalah suatu keadaan
dimana frekuensi pernapasan tidak berada pada rentang normal.
Perubahan pola napas dapat berupa hal – halsebagai berikut.
1) Dispneu, yaitu kesulitan bernapas
2) Apneu, yaitu tidak bernapas atau berhenti bernapas
3) Takipneu, pernapasan yang lebih cepat dari normal
4) Bradipneu, pernapasan lebih lambat dari normal
5) Kussmaul, pernapasan dengan panjang ekspirasi dan inspirasi
sama, sehinggapernapasan menjadi lambat dan dalam.
6) Cheyney-stokes, merupakan pernapasan cepat dan dalam
kemudian berangsur – angsur dangkal dan diikuti periode apneu
yang berulang secara teratur.
7) Biot, adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa apneu
denganperiode yang tidak teratur
B. Tinjauan Teori Askep Kebutuhan Dasar Oksigenasi : Bersihan Jalan
Nafas Tidak Efektif
1. Pengkajian Keperawatan
a. Biodata pasien (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik
secara fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu
dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap
terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang
masalahnya/penyakitnya.
c. Riwayat perkembangan
1) Neonatus : 30 - 60 x/mnt
2) Bayi : 44 x/mnt
3) Anak : 20 - 25 x/mnt
4) Dewasa : 15 - 20 x/mnt
5) Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
e. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya :
merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor
alergen dll.
f. Riwayat Keperawatan
Pengkajain riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigen
meliputi; ada atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan (gangguan
hidung dan tenggorokan), seperti epistaksis (kondisi akibat
luka/kecelakaan, penyakit rematik akut, sinusitis akut, hipertensi,
gangguan pada sistem peredaran darah dan kanker), obstruksi nasal (
akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor, dan influenza), dan
keadaan lain yang menyebabkan gangguan pernapasan. Pada tahap
pengkajian keluhan atau gejala, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
keadaan infeksi kronis dari hidung, sakit pada daerah sinus, otitis
media, keluhan nyeri pada tenggorokan, kenaikan suhu tubuh hingga
sekitar 38,50 C, sakit kepala, lemas, sakit perut hingga muntah-muntah
(pada anak- anak), faring berwarna merah, dan adanya edema.
h. Sakit Dada
Pengkajian terhadap sakit dada dilakukan untuk mengetahui bagian
yang sakit, luas, intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit,
perubahan nyeri dada apabila posisi pasien berubah, serta ada atau
tidaknya hubungan antara waktu inspirasi dan ekspirasi dengan rasa
sakit.
i. Pengkajian Fisik
1) Inspeksi, pengkajian ini meliputi:
a) Pertama, penentuan tipe jalan napas, seperti menilai apakah
napas spotan melalui hidung, mulut, oral, nasal, atau
menggunakan selang endotrakeal atau trachcostomi,
kemudian menentukan status kondisi seperti kebersihan, ada
atau tidaknya sekret, pendarahan, bengkak, atau obstruksi
mekanik;
b) Kedua, perhitungan frekuensi pernapasan dalam waktu
satu menit ( umumnya wanita bernapas lebih cepat) yaitu 20
kali permenit orang dewasa, kurang dari 30 kali permenit
pada anak-anak, pada bayi pernapasan kurang dari 50 kali per
menit.
c) Ketiga, pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu torakal,
abdominal dan kombinasi dari keduanya.
d) Keempat, pengkajian irama pernapasan, yaitu menelaah
masa inspirasi dan ekspirasi. Pada keadaan normal ekspirasi
lebih lama dari inspirasi yaitu 2:1 pada orang sesak napas
ekspirasi lebih cepat. Dalam keadaan normal perbandingan
frekuensi pernapasan dan prekuensi nadi adalah 1:1
sedangkan pada orang yang keracunan barbiturat
perbandinganya adalah 1:6. Kaji ritme/irama pernapasan
yang secara normal adalah reguler atau irregular.
(1) Cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian
menjadi lambat dan kadang diselingi apnea.
(2) Kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau
pernapasan biot yaitu pernapasan yang ritme maupun
amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea.
e) Kelima, pengkajian terhadap dalam/ dangkalnya pernapasan.
Pada pernapasan dangkal dinding toraks hampir kelihatan
tidak bergerak ini biasanya dijumpai pada pasien penderita
emfisema.
2) Palpasi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan seperti nyeri
tekan yang dapat timbul akibat luka, peradangan setempat,
metastasis tumor ganas, pleuritis, atau pembengkakan dan benjolan
pada dada. Melalui palpasi dapat diteliti gerakan dinding toraks
pada saat ekspirasi dan inspirasi terjadi. Kelainan pada paru, seperti
getaran suara atau fremitus vokal, dapat dideteksi bila terdapat
getaran sewaktu pemeriksa meletakkan tangannya sewaktu pasien
berbicara. Getaran yang terasa oleh tangan pemeriksa dapat juga
ditimbulkan oleh dahak dalam bronkus yang bergetar pada waktu
inspirasi dan ekspirasi atau oleh pergeseran antara membran pleura
pada pleuritis.
3) Perkusi
Pengkajian ini dilakukan untuk mengkaji suara normalnya suara
perkusi paru. Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi
pulmoner, organ yang ada di sekitarnya, dan pengembangan
(ekskursi) diafragma. Jenis suara perkusi ada dua jenis yaitu:
a) Suara perkusi normal
• Resonan (sonor): dihasilkan pada jaringan paru-paru
dannormalnya bergaung dan bersuara rendah.
• Dullness: dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru
• Tympany: dihasilkan di atas perut yang berisi udara
umumnya bersifat musical.
b) Suara perkusi abnormal
• Hiperresonan: bergaung lebih rendah dibandingkan dengan
resonan dan timbul pada bagian paru-paru yang abnormal
berisi udara.
• Flatness: nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat
didengar pada perkusi daerah paha, dimana seluruh areanya
berisi jaringan.
4) Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna
mencangkup mendengar suara napas normal dan suara tambahan
(abnormal).Suara napas normal dihasilkan dari getaran udara
ketika melalui jalan napas dari laring ke alveoli dan bersifat bersih.
Jenis suara napas normal adalah:
a) Bronchial
Sering juga disebut tubular sound karena suara ini dihasilkan
oleh udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdngar
keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase
ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi dan tidak ada jeda
di antara kedua fase tersebut (E > I). Normal terdengar di atas
trachea atau daerah lekuk suprasternal.
b) Bronkovesikular
Merupakan gabungan dari suara napas bronkhial dan vesikular.
Suaranya terdengar nyaring dengan intensitas sedang. Inspirasi
sama panjang dengan ekspirasi (E = I). Suara ini terdengar di
daerah dada dimana bronkus tertutupoleh dinding dada.
c) Vesikular
Merdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi
lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan
(E < I).
Jenis suara napas tambahan adalah:
a) Wheezing: terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan
karakter suara nyaring, musical, suara terus-menerus yang
disebabkan aliran udara melalui jalan napas yang menyempit.
b) Ronchi: terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter
suara terdengar perlahan, nyaring, dan suara mengorok terus-
menerus. Berhubungan dengan sekresi kental dan
peningkatan produksi sputum.
c) Pleural fiction rub: terdengar saat inspirasi dan ekspirasi.
Karakter suara kasar, berciut, dan suara seperti gesekan akibat
dari inflamasi pada daerah pleura. Sering kali pasien
mengalami nyeri saat bernapas dalam.
d) Crackles, dibagi menjadi dua jenis yaitu:
(1) Fine crackles: setiap fase lebih sering terdengar saat
inspirasi. Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat
udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau
bronkhiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.
(2) Coarse crackles: lebih menonjol saat ekspirasi.
Karakter suara lemah, kasar, suara gesekan
terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan
napas yang besar. Mungkin akan berubah ketika pasien
batuk.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan fase kedua pada proses
keperawatan. Pada fase diagnose, dilakukan penginterpretasi data
pengkajian dan mengidentifikasi masalah kesehatan, risiko, dan kekuatan
pasien serta merumuskan pernyataandiagnosa. Pernyataan diagnosa pada
penelitian ini yang harus didapat adalah diagnosa yang berdasar pada
masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif.
Pada masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif memiliki
tanda gejalan mayor atau tanda dan gejala yang harus ada minimal satu
serta tanda gejala minor atau tanda gejala pendukung (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2016)
a. Tanda gejala mayor
1) Data subjektif
Tidak ada data subjektif yang tersedia pada masalah
keperawatan bersihanjalan napas tidak efektif.
2) Data objektif
a) Batuk tidak efektif
b) Tidak mampu batuk
c) Sputum berlebih
d) Mengi atau wheezing dan atau ronchi kering
e) Mekenium di jalan napas (pada neonates)
3. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan fase dari proses keperawatan
yang penuh pertimbangan dan sistematis serta mencakup pembuatan
keputusan untuk menyelesaikan masalah.
a. Nursing Outcome Classification (NOC)
Pada masalah bersihan jalan napas tidak efektif, hasil intervensi
menurut NOC adalah status pernapasan : kepatenan jalan napas
(Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2016).
Indikator keberhasilan tindakan pada NOC antara lain :
1) Frekuensi pernapasan normal pada anak 20-30x/menit, anak usia
dibawah 2 tahun 25-32x/menit, bayi kurang dari 6 bulan 30-
50x/menit.
2) Irama pernapasan teratur
3) Kedalaman inspirasi normal
4) Suara auskultasi nafas normal (vesikuler)
5) Saturasi oksigen dalam rentang normal (95-99%)
6) Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
7) Tidak ada sianosis (Nurjannah, 2018)
4. Implementasi
Implementasi merupakan bagian aktif dalam asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat sesuai denga rencana tindakan. Tindakan
ini bersifat intelektual, teknis, dan interpersonal berupa berbagai upaya
untuk memuhi kebutuhan dasar manusia. Tindakan yang dilakukan
meliputi, tindakan keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan
kesehatan/keperawatan, tindakan medis yang dilakukan oleh perawat
atau tugas limpah.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah fase kelima dari proses keperawatan. Evaluasi
merupakan aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan dan terarah ketika
pasien dan professional kesehatan menentukan kemajuan pasien menuju
pencapaian tujuan/ hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan.
Evaluasi ini akan menentukan apakah intervensi keperawatan harus
diakhiri, dilanjutkan ataupun dirubah. Evaluasi yang diharapkan menurut
NOC antara lain (Moorhead et al., 2016).
a. Frekuensi pernapasan normal pada anak 20-30x/menit, anak usia
dibawah 2 tahun 25-32x/menit, bayi kurang dari 6 bulan 30-
50x/menit.
b. Irama pernapasan teratur
c. Kedalaman inspirasi normal
d. Suara auskultasi nafas normal (vesikuler)
e. Saturasi oksigen dalam rentang normal (95-99%)
f. Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
g. Tidak ada sianosis
Putri, N., (2018). Asuhan Keperawatan Pada By. R Dengan Pneumonia Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di Ruang Lambu Barakati Anak Rsu
Bahteramas Prov. Sultra (Doctoral Dissertation, Poltekkes Kemenkes
Kendari). Diakses : 08/11/2022 pada http://repository.poltekkes-kdi.ac.id