Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

OLEH :
WAWAN DWI HADI PUTRA
ABU TOYIB
DENY FIRDAUS

PRODI S1 PROGRAM B KEPERAWATAN


STIKES MATARAM
MATARAM
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-
Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebutuhan
Dasar Manusia. Di samping itu, penulis juga berharap makalah ini mampu
memberikan kontribusi dalam menunjang pengetahuan berbagai pihak
khususnya para mahasiswa.
Dengan terselesaikannya makalah ini, penulis mengucapkan
terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Amin Ya
Rabbal Alamin.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam


kehidupan manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam
proses metabolisme sel. Kekurangan oksigen akan menimbulkan
dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian. Karenanya,
berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan
dasar ini terpenuhi dengan baik. mekanisme dasar pernapasan meliputi:
1) ventilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara antara alveoli
dan atmosfir; 2) difusi dari oksigen dan karbondioksida antara alveoli
dan darah; 3) transpor oksigen dan karbondioksida dalam darah dan
cairan tubuh ke dan dari sel; 4) pengaturan ventilasi (Priyanto, 2010).

Dalam pelaksanaannya, pemenuhan kebutuhan dasar tersebut


masuk ke dalam bidang garapan tenaga medis. Karenanya, setiap tenaga
medis harus paham dengan manifestasi tingkat pemenuhan oksigen
pada kliennya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait
dengan pemenuhan kebutuhan tersebut. Untuk itu, tenaga medis perlu
memahami secara mendalam konsep oksigenasi pada manusia.
Hasil penelitian dari 24 orang diperoleh hasil 14 orang perawat
berkemampuan “cukup baik” atau sekitar 58,3%. Serta 10 orang
perawat berkemampuan “baik” dalam melakukan pemberian terapi
oksigen atau sekitar 41,6%. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa
kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan perlu
ditingkatkan lagi sesuai dengan SOP.( Bachtiar“PELAKSANAAN PEMBERIAN
TERAPI OKSIGEN PADA PASIEN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN” Jurnal

Keperawatan Terapan.vol. 1 no. 2, September 2015, hal. 48 )


1.2 RUMUSAN MASALAH
A. Apa pengertian oksigenasi?
B. Apa tujuan oksigenasi?
C. Bagaimana proses oksigenasi?
D. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen?
E. Apa sajakah alat yang dibutuhkan untuk melakukan oksigenasi?
F. Bagaimana prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen?
G. Apa sajakah hal yang perlu diperhatikan mengenai oksigenasi?
1.3 TUJUAN
A. Untuk mengetahui pengertian oksigenasi.
B. Untuk mengetahui tujuan oksigenasi.
C. Untuk mengetahui proses oksigenasi.
D. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan
oksigen.
E. Untuk mengetahui alat-alat yang dibutuhkan untuk melakukan
oksigenasi.
F. Untuk mengetahui prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen.
G. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai
oksigenasi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Materi
A. Pengertian Oksigenasi

Oksigenasi adalah proses penambahan O2 ke dalam sistem


(kimia atau fisika). Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna
dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme
sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air.
Akan tetapi, penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada
tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap
aktivitas sel.
B. Tujuan Oksigenasi

Fungsi utama oksigenasi adalah untuk memperoleh O2 agar


dapat digunakan oleh sel-sel tubuh du an mengeluarkan CO2 yang
dihasilkan oleh sel. Saat bernapas, tubuh mengambil O2 dari
lingkungan untuk kemudian diangkut ke seluruh tubuh (sel-selnya)
nelalui darah guna dilakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa
pembakaran berupa CO2 akan kembali diangkut oleh darah ke paru-
paruntuk dibuang ke lingkungan karena tidak berguna lagi oleh
tubuh.
C. Proses Oksigenasi
1. Oksigenasi Eksternal
Oksigenasi/ pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner)
mengacu pada keseluruhan pertukaran O2 dan CO2 antara
lingkungan eksternal dan sel tubuh. Secara umum, proses ini
berlangsung dalam tiga langkah, yakni ventilasi pulmoner,
pertukaran gas alveolar, serta transpor oksigen dan karbon
dioksida.
1) Ventilasi pulmoner. Saat bernapas, udara bergantian
masuk-keluar paru-paru melalui proses ventilasi sehingga
terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan
alveolus. Prosesn ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu jalan napas yang bersih, sistem saraf pusat dan
sistem pernapasan yang utuh, rongga toraks yang mampu
mengembang dan berkontraksi dengan baik, serta komplians
paru yang adekuat.
2) Pertukaran gas alveolar. Setelah oksigen memasuki
alveolus, proses pernapasan berikutnya adalah difusi oksigen
dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah
pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau bertekanan
tinggi ke area berkonsentrasi atau bertekanan rendah. Proses
ini berlangsung di alveolus dan membran kapiler, dan
dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan
tekanan gas.
3) Transpor oksigen dan karbon dioksida. Tahap ketiga pada
proses pernapasa adalah transpor gas-gas pernapasan. Pada
proses ini, oksigen diangkut dari paru-paru menuju jaringan
dan karbon dioksida diangkut dari jaringan kembali menuju
paru.
a. Transpor O2. Proses ini berlangsung pada sistem jantung
dan paru-paru. Normalnya, sebagian besar oksigen (97%)
berikatan lemah dengan hemoglobin dan diangkut ke seluruh
jaringan dalam bentuk oksihemoglobin (HbO2), dan sisanya
terlarut dalam plasma. Proses ini dipengaruhi oleh ventilasi
(jumlah O2 yang masuk ke paru) dan perfusi (aliran darah
ke paru dan jaringan). Kapasitas darah yang membawa
oksigen dipengaruhi oleh jumlah O2 dalam plasma, jumlah
hemoglobin (Hb), dan ikatan O2 dengen Hb.
b. Transpor CO2. Karbon dioksida sebagai hasil
metabolisme sel terus-menerus diproduksi dan diangkut
menuju paru dalam tiga cara: (1) sebagian besar karbon
dioksida (70%) diangkut dalam sel darah merah dalam

bentuk bikarbonat ( ); (2) sebanyak 23% karbon

dioksida berikatan dengan hemoglobin membentuk

karbaminohemoglobin ( ); dan (3) sebanyak 7%

diangkut dalam bentuk larutan di dalam plasma dan dalam


bentuk asam karbonat.
2. Oksigenasi Internal
Pernapasan internal (pernapasan jaringan) mengacu pada
proses metabolisme intrasel yang berlangsung dalam
mitokondria, yang menggunakan O2 dan menghasilkan CO2
selama proses penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses
ini, darah yang banyak mengandung oksigen dibawa ke seluruh
tubuh hingga mencapai kapiler sistemik. Selanjutnya terjadi
pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler sistemik dan sel jaringan.
Seperti di kapiler paru, pertukaran ini juga melalui proses difusi
pasif mengikuti penurunan gradien tekanan parsial.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen


1. Faktor Fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh terhadap
kebutuhan oksigen seseorang. Kondisi ini lambat laun dapat
memengaruhi fungsi pernapasannya.
a. Penurunan kapasitas angkut O2. Secara fisiologis, daya
angkut hemoglobin untuk membawa O2 ke jaringan adalah
97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu
apabila terdapat kegangguan pada tubuh. Misalnya,
padapenderita anemia atau pada saat terpapar zat beracun.
Kondisi tersebut dapat mengakibatkan penurunan kapasitas
pengikatan O2.
b. Penurunan konsentrasi O2 inspirasi. Kondisi ini dapat terjadi
akibat penggunaan alat terapi pernapasan dan penurunan
kadar O2 lingkungan.
c. Hipovolemia. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume
sirkulasi darah akibat kehilangan cairan ekstraseluler yang
berlebihan (misalnya pada penderita shock atau dehidrasi
berat).
d. Peningkatan laju metabolik. Kondisi ini dapat terjadi pada
kasus infeksi dan demam yang terus menerus yang
mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya, tubuh
mulai memecah persediaan protein dan menyebabkan
penurunan massa otot.
e. Kondisi lainnya. Kondisi yang memengaruhi pergerakan
dinding dada seperti kehamilan, obesitas, abnormalitas
muskuloskeletal (misalnya pectus excavatum dan kifosis),
trauma, penyakit otot, penyakit susunan saraf, gangguan saraf
pusat, dan penyakit kronis.
2. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem pernaqpasan dapat menyediakan
kadar oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Akan tetapi, pada kondisi sakit tertentu, proses oksigenasi
tersebut dapat terhamba sehingga dapat mengganggu pemenuhan
kebutuhan oksigen tubuh. Kondisi tersebut antara lain gangguan
pada sistem pernapasan dan kardiovaskular, penyakit kronis,
penyakit obstruksi pernapasan atas, dll.
3. Faktor Perkembangan
Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang
memengaruhi sistem pernapaan individu.
a. Bayi prematur. Bayi yang lahir prematur beresiko menderita
penyakit membran hialin yang ditandai dengan
berkembangnya membran serupa hialin yang membatasi
ujung saluran pernapasan. Kondisi ini disebabkan oleh
produksi surfaktan yang masih sedikit karena kemampuan
paru dalam menyintesis surfaktan baru berkembang pada
trimester akhir.
b. Bayi dan anak-anak. Kelompok usa ini beresiko mengalami
infeksi saluran napas atas, seperti faringitis, influenza,
tonsilitis, dan aspirasi benda asing (misalnya makanan,
permen, dll).
c. Anak usia sekolah dan remaja. Kelompok usia ini beresiko
mengalami infeksi saluran napas akut akibat kebiasaan buruk,
seperti merkokok.
d. Dewasa muda dan parubaya. Kondisi stres, kebiasaan
merokok, diet yang tidak sehat, kurang berolahraga,
merupakan faktor yang dapat meningkatan resiko penyakit
jantung dan paru pada kelompok usia ini.
e. Lansia. Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan
perubahan pada fungsi normal pernapasan, seperti penurunan
elastisitas paru, pelebaran alveolus, dilatasi saluran bronkus,
dan kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi paru
sehingga berpengaruh pada penurunan kadar O2.
4. Faktor Perilaku
Perilaku keseharian individu dapat berpengaruh terhadap fungsi
pernapasannya. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga,
kondisi emosional, dan penggunaan zat-zat tertentu secara tidak
langsung akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan oksigen
tubuh.
a. Nutrisi. Kondisi berat badan berlebih atau obesitas dapat
menghambat eskpansi paru, sedangkan malnutrisi berat dapat
mengakibatkan pelisutanotot pernapasan yang akan
mengurangi kekuatan kerja pernapasan.
b. Olahraga. Latihan fisik akan meningkatkan aktifitas
metabolik, denyut jantung, dan kedalaman serta frekuensi
pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Ketergantungan zat adiktif. Penggunaan alkohol dan obat-
obat berlebihan dapat mengganggu proses oksigenasi. Hal ini
terjadi karena: (1) alkohol dan obat-obatan dapat menekan
pusat pernapasan dan susunan saraf pusat sehingga
mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman pernapasan. ;
(2) penggunaan narkotika dan analgesik terutama morfin dan
meperidin, dapat mendepresi pusat pernapasan sehingga
menurunkan laju dan kedalaman pernapasan.
d. Emosi. Perasaan takut, cemas, dan marah yang tidak
terkontrol akan merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi
ini menyebabkan peningkatan denyut jantung dan frekuensi
pernapasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Selain
itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalaman
pernapasan.
e. Gaya hidup. Kebiasaan merokok dapat memengaruhi
pemenuhan kebutuhan oksigen seseorang. Merokok dapat
menyebabkan gangguan vaskularisasi perifer dan penyakit
jantung. Selain itu, nikotin yang terkandung dalam rokok
mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan
koroner..
5. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan, seperti ketinggian, suhu serta polusi udara
dapat memengaruhi proses oksigenasi.
a. Suhu. Faktor suhu (panas atau dingin) dapat berpengaruh
terhadap afinitas atau kekuatan ikatan Hb dan O2. Dengan
kata lain, suhu lingkungan juga bisa memengaruhi kebutuhan
oksigen seseorang.
b. Ketinggian. Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan
pada tekanan udara sehingga tekanan oksigen juga ikut turun.
Akibatnya, orang yang tinggal di dataran yang tinggi
cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan
denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan
terjadi peningkatan tekanan oksigen.
c. Polusi. Polusi udara seperti asap atau debu sering kali
menyebabkan sakit kepala, pusing, batuk, tersedak, dan
berbagai gangguan pernapasan lain pada orang yang
menghisapnya. Para pekerja di pabrik abses atau bedak tabur
beresiko tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar zat-
zat berbahaya.

B. Alat-Alat yang dibutuhkan untuk Melakukan Oksigenasi

1. Flow meter : Alat yang digunakan untuk mengetahui adanya


sesuatu aliran material dalam suatu jalur aliran, dengan segala
aspek aliran itu sendiri, yang meliputi kecepatan aliran dan
total massa atau volume dari material yang mengalir dalam
jangka waktu tertentu. Dosis pemberiam oksigen (ukuran
oksigen yang diberikan 1-10)
2. Humidifier : Alat untuk menambah jumlah uap air di udara
dalam suatu ruangan atau aliran udara.alat ini berisi air DTT /
Aquades.
3. Tabung Oksigen :Sebuah alat bantu yang berisi gas oksigen
dan diberikan untuk mereka yang sedang mengalami
gangguan pernafasan akibat penyakit tertentu.
4. Manometer : alat yang berfungsi untuk mengukur tekanan
udara dalam ruang tertutup. Angka 0 menunjukkan oksigen
dalam tabung habis atau belum dinyalakan.

5. Nasal Kanula : Alat yang dapat memberikan oksigen dengan


aliran 1-6 liter per menit dan kosentrasi oksigen sebesar 24%
- 44%. Alat ini memberikan oksigen langsung ke hidung
melalu 2 cabang kecil, karena digunakan di dalam dan
pediatrik pasien dewasa sama sebagai suatu jenis dukungan
pernafasan.

6. Face Mask / Rebreathing Mask :

7. Non Rebreathing Mask : Non rebreathing mask menggunakan


alat serupa dengan partial rebreathing mask, ada kantong
penampung, namun pada alat ini juga terpasang dua katup
satu arah (one way valves). Katup pertama antara kantong
penampung dan masker, katup kedua pada pintu keluar di
kedua sisi masker. Tujuan kedua katup tersebut adalah agar
gas yang dihembuskan tidak masuk ke kantong penampung
saat ekspirasi, dan mencegah udara luar masuk kemasker saat
inspirasi.
8. Ambubag : Alat yang digunakan untuk memberikan tekanan
pada sistem pernafasan pasien yang henti nafas atau yang
nafasnya tidak kuat.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan tentang fungsi kardiopulmonar klien harus
mencakup :
1. Riwayat keperawatan harus berfokus pada kemampuan klien dalam
memenuhi kebutuhan oksigen. Riwayat keperawatan untuk
mengkaji fungsi keperawatan.
a. Keletihan
Keletihan merupakan sensasi subjektif, yaitu klien
melaporkan bahwa ia kehilangan daya tahan.
b. Dispnea
Merupakan tanda klinis hipoksia dan termanifestasi
dengan sesak napas. Dispnea merupakan sensasi subjektif pada
pernapasan yang sulit dan tidak nyaman.
c. Batuk
Batuk merupakan pengeluaran udara dari paru-paru yang
tiba-tiba dan dapat didengar.
d. Mengi
Mengi disebabkan oleh gerakan udara berkecepatan
tinggi melalui jalan nafas yng sempit.
e. Nyeri
Nyeri jantung tidak menyertai variasi pernapasan. Nyeri
ini paling sering terjadi di sisi kiri dada dan menyebar. Nyeri
pericardium, merupakan akibat inflamasi kantong perikardium,
biasanya tidak menyebar dan dapat terjadi saat inspirasi.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengkaji tingkat
oksigenasi jaringan klien yang meliputi evaluasi keseluruhan
sistem kardiopulmonar.
a. Inspeksi
- Warna membran mukosa
- Penampilan umum
- Tingkat kesadaran
- Keadekuatan sirkulasi sistemik
- Pola pernapasan
- Gerakan dinding dada.
b. Palpasi
- Dinding thorak, adakah pulsasi, rasa nyeri, tumor, cekungan
?
- Pengembangan dinding horak, bandingkan kiri dan kanan
- Taktil fremitus
Getaran meningkat pneumonia, penumpukan secret,
atelektasis yang belum total, infark atau fibrosis paru.
Sedangkan getaran menurun pleural effusion,
pneumothorak, penebalan pleura, emphysema atau
sumbatan bronchus.
c. Perkusi
macam suara ketukan:
sonor.
Suara yang normal terdengar diseluruh lapangan paru-paru.
Redup
Suara yang timbul akibat adanya konsolidasi paru (pemadatan)
: tumor, atalektasis, cairan.
Hipersonor
Suara yang ditimbulkan lebih keras dibandingkan dengan suara
sonor. Akibat adanya udara berlebihan di paru-paru,
pneumothorak, emphysema paru.
Tympani
Akibat adanya udara dalam suatu kantong atau ruang
tertutup.
suara yang terdengar nyaring seperti kalau kita memukul
gendang.
Kalau terdengar di dinding thorak artinya tidak normal.
Normalnya terdengar dibawah diafragma kiri dimana
terletak lambung dan usus besar.
Teknik perkusi
1. Jari tengah diletakkan di dinding thorak
2. Ujung jari tengah tangan yang lain mengetuk dibagian distal
jari tengah yang berada di dinding thorak
3. Gerakan mengetuk hanya dari pergrlangan tangan, setelah
mengetuk segera diangkat.
4. Bandingkan kiri dan kanan.
5. Mulai mengetuk dari bagian atas paru, kemudian menurun.
d. Auskultasi
- Auskultasi sistem kardiovaskuler meliputi : pengkajian
dalam mendeteksi bunyi S1 dan S2 normal/tidak normal,
bunyi murmur, serta bunyi gesekan. Auskultasi juga
digunakan untuk mengidentifikasi bunyi bruit di atas
arteri karotis, aorta abdomen, dan arteri femoral.
- Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan
gerakan udara disepanjang lapangan paru. Suara napas
tambahan terdengar, jika suatu daerah paru mengalami
kolaps, terdapat cairan atau terjadi obstruksi.

3. Pemeriksaan Diagnostik
a. EKG, menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung,
mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung.
b. Pemeriksaan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi
respond jantung terhadap stres fisik. Pemeriksaan ini
memberiakn informasi tentang respond miokard terhadap
peningkatan kebutuhan oksigen dan menentukan keadekuatan
aliran darah koroner.
c. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan
oksigenasi ; pemeriksaan fungsi paru, BGA.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan
gangguan batuk.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pemasukann oksigen
yang tidak adekuat.
3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas.
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan
gangguan batuk.

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan


(NANDA) ( NOC ) (NIC )

Ketidak efektifan  Status Respirasi : jalan Manajemen jalan nafas


pembersihan jalan nafas nafas paten/lancar  Jaga kepatenan jalan nafas : buka jalan nafas,
 Status Respirasi suction, fisioterapi dada sesuai indikasi
berhubungan dengan : :Ventilasi  Identifikasi kebutuhan insersi jalan nafas
Obstruksi Jalan nafas efektif buatan
Data Subyektif
 Status Respirasi :
 Monitor pemberian oksigen, vital sign
Klien mengatakan : tiap ....... jam
Pertukaran gas Efektif
 Sesak nafas  Tidak terjadi aspirasi
 Monitor status respirasi : adanya suara nafas
tambahan.
 Sputum tak bisa keluar
Data Obyektif Setelah dilakukan asuhan  Identifikasi sumber alergi : obat,makan an,
keperawatan selama …… x 24 dll, dan reaksi yang biasa terjadi
 Batuk tidak efektif
jam :  Monitor respon alergi selama 24 jam
 Dispnea /Orthopnea/
Sianosis  Klien mampu  Ajarkan/ diskusikan dgn klien/keluraga untuk
mengidentifikasi dan mencegah menghindari alergen
 Perubahan ritme &
faktor yang dapat menghambat  Ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk efektif
frekuensi pernafasan
 Gelisah
jalan nafas  Pertahankan status hidrasi untuk menurunkan
 Menunjukkan jalan nafas viskositas sekresi
 Suara nafas tambahan : yang paten : klien tidak merasa  Kolaborasi dgn Tim medis : pemberian O2,
rales ,crakles,ronkhi, tercekik, tidak terjadi aspirasi,
wheezing obat bronkhodilator, obat anti allergi, terapi
frekuensi pernafasan dalam nebulizer, insersi jalan nafas, dan
 Sputum produktif rentang normal : pemeriksaan laboratorium: AGD
 Karakteristik sputum: Respirasi: Penghisapan jalan nafas
…… Dewasa:16-20/mnt
 Tentukan kebutuhan penghisapan sekret
 TD… mmHg N :….  Tidak ada suara nafas melalui oral maupun tracheal
x/mnt abnormal
 Monitor saturasi oksigen klien dan status
RR……. x mnt S.…. C  Mampu mengeluarkan hemodinamik selama dan setelah
sputum dari jalan nafas penghisapan
 Menunjukkan pertukaran  Catat tipe dan jumlah sekresi
gas efektif Pencegahan Aspirasi
- pH : 7.35 – 7.45
 Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk,
- PaCO2 : 35 – 45 % muntah dan kemampuan menelan.
- PaO2 : 85 – 100 %  Tinggikan posisi kepala tempat tidur 30-45
derajad setelah makan, untuk mencegah
- BE : + 2 s/d – 2 meq/L aspirasi dan mengurangi dispnea.
- SaO2 : 96-97 % ( perifer)
 Tidak ada dyspnea dan
sianosis, mampu bernafas Nama Perawat
dengan mudah
 Menunjukkan ventilasi
adekuat
( .............................................)
 Ekspansi dinding dada
simetris, tidak ada : penggunaan
otot-otot nafas tambahan,
retraksi dinding dada, nafas
cuping hidung, dyspnea, taktil
fremitus
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pemasukann oksigen
yang tidak adekuat.
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan
(NANDA) ( NOC ) (NIC )
Tgl : Jam :
Gangguan pertukaran gas  Status respirasi : Manajemen jalan nafas
berhubungan dengan : Pertukaran gas adekuat  Kaji bunyi paru, frekuensi, kedalaman,
 Status respirasi : Ventilasi usaha nafas, dan produksi sputum.
pemasukan oksigen yang efektif  Identifikasi kebutuhan insersi jalan
tidak adekuat  Keseimbangan elektrolit nafas, dan siapkan klien untuk tindakan
dan asam basa ventilasi mekanik sesuai indikasi
Data Subyektif
Klien mengatakan :
 Monitor vital sign tiap ...jam, adanya
Setelah dilakukan asuhan sianosis, dan efektifitas pemberian oksigen
 Sakit kepala keperawatan selama …. x 24 yang dilembabkan.
 Gangguan penglihatan / jam :  Jelaskan penggunaan alat bantu yang
visual : pandangan kabur  Menunjukkan pertukaran gas dipakai klien : oksigen, mesin penghisap, dan
 Kelelahan efektif alat bantu nafas
 Sesak nafas
- pH : 7.35 – 7.45  Ajarkan tehnik nafas dalam, batuk
- PaCO2 : 35 – 45 % efektif
 Merasa kebingungan
 Lakukan tindakan untuk mengurangi
- PaO2 : 85 – 100 % konsumsi oksigen : kendalikan demam,
Data Obyektif
- BE : + 2 s/d – 2 meq/L nyeri, ansietas, dan tingkatkan periode
 Dispnea
istirahat yang adekuat
 Takikardi - SaO2 : 96-97 %
 Kolaborasi dgn Tim medis : pemberian
 Sianosis  Tidak ada dyspnea dan O2, obat bronkhodilator, terapi nebulizer /
 Gelisah sianosis, mampu bernafas inhaler, insersi jalan nafas
dengan mudah
 Hipoksia(penurunan PO2) Manajemen Elektrolit & Asam-basa
 Hiperkarbia(peningkatan  Menunjukkan ventilasi  Pertahankan kepatenan IV line, dan balance
adekuat, ekspansi dinding cairan
PCO2)
dada simetris, suara nafas
 Irama / frekuensi kedalaman bersih, tidak ada :
 Monitor status mental, elektrolit, dan
nafas abnormal penggunaan otot-otot nafas abnormalitas serum
 Tensi ………. mmHg tambahan, retraksi dinding  Monitor tanda-tanda gagal nafas : hasil AGD
 RR …………. x /mnt dada, nafas cuping hidung, abnormal, kelelahan
 Nadi ………x/mnt dyspnea, taktil fremitus  Berikan terapi oksigen sesuai indikasi
 SpO2 …………. %  TTV dalam batas normal  Monitor status neurologi dan atau
 Menunjukkan orientasi neuromuskular : tingkat kesadaran dan
 AGD / BGA abnormal
kognitif baik, dan status adanya kebingungan, parestesia, kejang

mental adekuat  Kolaborasi dengan Tim medis untuk
 Menunjukkan keseimbangan pemeriksaan AGD, pencegahan dan
elektrolit dan asam basa penanganan asidosis dan alkalosis:
Na : 135 – 145 meq/L Respiratorik & Metabolik
Hemodynamic regulation
Cl : 100-106 meq /L
 Monitor status hemodinamik: saturasi
K : 3,5 – 5.5 meq/L oksigen, nadi perifer, capillary refill, suhu
dan warna ekstremitas, edema, distensi JVP
Mg :1,5 – 2,5 meq / L
 Kolaborasi dgn Tim Medis untuk obat
Ca : 8,5- 10,5 meq /L vasodilator dan atau vasokonstriktor
BUN : 10-20 mg/dl Nama Perawat

( ..........................................)
3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas.
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan
(NANDA) ( NOC ) (NIC )
Ketidakefektifan pola  Status pernafasan : ventilasi Manajemen Jalan Nafas
nafas berhubungan adekuat  Atur posisi tidur untuk
memaksimalkan ventilasi.
dengan :  Status Tanda Vital Stabil  Jaga kepatenan jalan nafas: suction,
batuk efektif
Setelah dilakukan asuhan  Kaji TTV, dan adanya sianosis
 Hiperventilasi keperawatan :selama ..... x 24 jam  Pertahankan pemberian O2 sesuai
 Hypoventilasi  Sesak nafas berkurang sampai kebutuhan
 Deformitas tulang, dengan hilang  Kaji adanya penurunan ventilasi dan
dinding dada  Ekspirasi dada simetris bunyi nafas tambahan, kebutuhan
 Penurunan energi /  Tidak ada penggunaan otot bantu insersi jalan nafas: ET, TT
kelelahan: Anemia pernafasan, tidak ada nafas pendek  Tentukan lokasi dan luasnya krepitasi
 Disfungsi neuro  Bunyi nafas tambahan tidak ada di tulang dada
muscular: GBS (wheezing, ronchi, ....)  Kaji peningkatan kegelisahan, ansietas
 Kerusakan  Tidak ada nyeri dan cemas dan tersengal-sengal
musculoskeletal:  TTV dalam batas normal;  Monitor pola pernafasan (Bradipnea,
Cedera Tulang
- Suhu: 36,3-37,4 C takipnea, hiperventilasi): kecepatan,
Belakang irama, kedalaman, dan usaha respirasi
- Nadi: Bayi: 140x /menit
 Posisi tubuh yg tidak Anak 2th: 120x /menit  Monitor tipe pernafasan : Kusmaul,
sesuai Anak 4th: 100x /menit Cheyne Stokes, Biot
 Nyeri Anak 10-14th:85- 90x /mnt.  Ajarkan teknik relaksasi kpd klien dan
 Obesitas Laki2dewasa:60-70x/ menit keluarga.
Premp.dewasa:70-85x /mnt
Dewasa : 80-85x /menit
 Kolaborasi Tim medis : untuk
Data Subyektif program terapi, pemberian oksigen,
- TD :
Klien mengatakan : obat bronkhodilator, obat nyeri cairan,
Bayi syst. 60-80 mmHg
nebulizer, tindakan/ pemeriksaan
 Sesak nafas Anak > 10th: 90/60 mmHg
medis, pemasangan alat bantu nafas,,
Umur 10-30 th: 110/75 mmHg
 Nafas pendek dan fisioterapi
Umur 30-40 th: 125/85 mmHg
 Cemas Umur 40-60 th: 140/90 mmHg  ..................................
Data Obyektif Umur > 60 th: 150/90 mmHg
 Penurunan tekanan - Eupnoe (pernafasan normal) Nama Perawat
inspirasi/ekspirasi - Respirasi:
 Penggunaan otot bantu Bayi: 30-50xmenit
nafas Balita: 30-40x/menit
Anak: 22x/menit
 Nafas cuping hidung Dewasa: 10-18 x/ mnt ( ............................................)
 Ekspirasi memanjang
 Pernafasan nasal faring
 Dyspnea/Orthopnea
 RR: …...... x mnt
 Nadi: …..... x mnt
 Tipe Pernafasan :
Kusmaul, Biot,
Cheynestokes.

D. EVALUASI
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan
gangguan batuk.
a. Klien mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat
menghambat jalan nafas
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten
c. Menunjukkan pertukaran gas efektif
d. Menunjukkan ventilasi adekuat
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pemasukann
oksigen yang tidak adekuat.
a. Menunjukkan pertukaran gas efektif
b. Menunjukkan ventilasi adekuat
c. TTV dalam batas normal
d. Menunjukkan keseimbangan elektrolit dan asam basa

3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi jalan


napas.
a. Sesak nafas berkurang sampai dengan hilang
b. Tidak ada nyeri dan cemas
c. TTV dalam batas normal;
BAB 4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Oksigenasi adalah proses penambahan O2 ke dalam sistem
(kimia atau fisika). Fungsi utama oksigenasi adalah untuk memperoleh
O2 agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeluarkan CO2
yang dihasilkan oleh sel. Saat bernapas, tubuh mengambil O2 dari
lingkungan untuk kemudian diangkut ke seluruh tubuh (sel-selnya)
melalui darah guna dilakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa
pembakaran berupa CO2 akan kembali diangkut oleh darah ke paru-
paru untuk dibuang ke lingkungan karena tidak berguna lagi oleh tubuh.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen antara lain:
faktor fisiologis, fakktor perilaku, status kesehatan, faktor
perkembangan, faktor lingkungan Alat-alat yang dibutuhkan untuk
melakukan oksigenasi antara lain: flow meter, humudifer, tabung
oksigen, manometer, nasal kanula, face mask / rebreathing Mask, non
rebreathing mask, ambubag.

4.2 SARAN
Dalam mepelajari materi makalah ini diharapakan mahasiswa
dapat mengacu pada referensi asuhan keperawatan minimal apdatenya
tiga tahun series, sehingga perubahan refensi, penambahan referensi
yang ada didalamnya dapat kita jadikan pedoman baru dalam
menerapkan Asuhan Keperawatan

DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar. (2015) “PELAKSANAAN PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN PADA PASIEN

GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN” Jurnal Keperawatan Terapan.vol. 1 no. 2, hal. 48 )

, Darwanto, tjahaya P, & Juni Priyanto,. (2010). Atlas Prasitologi Kedokteran.


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Nanda. ( 2015 ). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klarifikasi 2015-2017
Edisi 10 Editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai