Anda di halaman 1dari 3

Nama: Luh Made Artha Herawati

Npm 019013668
Dosen bu Eva Marvia
Matakuliah KMB 2

1. 8 Prinsip Etika Keperawatan dan contohnya


1. Autonomy (Autonomi)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwaindividu mampu berpikir secara logis dan 
mampumembuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampumemutuskan sesuatu dan orang 
lain harusmenghargainya.Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasanindividu yan
g menuntut pembedaan diri, dan perawatharuslah bisa menghormati dan menghargaikeman
dirian ini. Salah satu contoh yang tidakmemperhatikan otonomi adalah memberitahukan klie
nbahwa keadaanya baik, padahal terdapat gangguanatau penyimpangan
2. Beneficence (Berbuat Baik)
Prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan hal yangbaik sesuai dengan ilmu dan kiat kep
erawatan dalammelakukan pelayanan keperawatan.Contoh perawat menjelaskan klien deng
an penyakit jantung tentang program latihan untuk memperbaikikesehatan secara umum, tet
api perawat menasehatiuntuk tidak dilakukan karena alasan resiko serangan jantung.Hal ter
sebut merupakan penerapan prinsip beneficence.Walaupun memperbaiki kesehatan secara 
umumadalah suatu kebaikan, namun menjaga resikoserangan jantung adalah prioritas kebai
kan yangharuslah dilakukan.

3. Justice (Keadilan)
Nilai ini direfleksikan ketika perawat bekerja sesuai ilmudan kiat keperawatan dengan memp
erhatikan keadilansesuai standar praktik dan hukum yang berlaku.Contoh ketika perawat din
as sendirian dan ketika ituada klien baru masuk serta ada juga klien rawat yangmemerlukan 
bantuan perawat maka perawat harusmempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor tersebut
kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.
4. Non-maleficence (tidak merugikan)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cederafisik dan psikologis pada klien.Contoh ke
tika ada klien yang menyatakan kepadadokter secara tertulis menolak pemberian transfused
arah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena)membuat keadaan klien semakin memburu
k dan dokterharus mengistrusikan pemberian transfuse darah. Akhirnya transfusi darah ridak 
diberikan karena prinsibeneficence walaupun pada situasi ini juga terjadipenyalahgunaan pri
nsi nonmaleficince.
5. Veracity (Kejujuran)
Nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harusdimiliki oleh seluruh pemberi layana
n kesehatan untukmenyampaikan kebenaran pada setia klien untukmeyakinkan agar klien m
engerti. Informasi yangdiberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif.Kebenaran merup
akan dasar membina hubungansaling percaya. Klie memiliki otonomi sehingga merekaberha
k mendapatkan informasi yang ia ingin tahu.
Contoh Ny. A masuk rumah sakit dengan berbagaimacam fraktur karena kecelakaan mobil, 
suaminya jugaada dalam kecelakaan tersebut dan meninggal dunia.Ny. A selalu bertanya-
tanya tentang keadaan suaminya.Dokter ahli bedah berpesan kepada perawat untukbelum 
memberitahukan kematian suaminya kepadaklien perawat tidak mengetahui alasan tersebut 
daridokter dan kepala ruangan menyampaikan intruksidokter harus diikuti. Perawat dalam h
al ini dihadapkanoleh konflik kejujuran.
6. Fidelity (Menepati janji)
Tanggung jawab besar seorang perawat adalahmeningkatkan kesehatan, mencegah penyak
it,memulihkan kesehatan, dan meminimalkanpenderitaan.Untuk mencapai itu perawat harus 
memiliki komitmenmenepati janji dan menghargai komitmennya kepadaorang lain.
7. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijagaprivasi klien. Dokumentasi tentang k
eadaan kesehatanklien hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatandan peningkatan kes
ehatan klien. Diskusi tentang kliendiluar area pelayanan harus dihindari.
8. Accountability (Akuntabilitasi)
 Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakanseorang professional dapat dinilai d
alam kondisi tanpaterkecuali.Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri,profesi, kli
en, sesama teman sejawat, karyawan, dan
masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obatkepada klien perawat dapat digugat oleh 
klien yangmenerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif,dan masyarakat yang menu
ntut kemampuanprofessional.

2. Kesimpulan penelitian tentqng:


1. perkemihan

Menurut analisa peneliti yang telah diteliti banyaknya responden yang tidak patuh
tinggi dikarenakan kurangnya dukungan keluarga untuk memberikan perhatian terhadap
pasien kurang, serta kurangnya informasi yang di dapat keluarga untuk mengetahui tindakan
terhadap pengobatan pasien, keluarga kurang peduli dengan kebutuhan dan keinginan yang
berkaitan dengan kelancaran program diet.
Kurangnya dukung keluarga terhadap pasien akan berpengaruh langgsung pada
kepatuhan diet. Sehingga hal ini beresiko terhadap kesehatan dan dapat berakibat buruk
terhadap kondisi pasien. Berdasarkan hal tersebut diharapkan kepada pihak tenaga kesehatan
agar terus meningkatkan pemberian informasi tentang pentingnya dukungan keluarga bagi
kepatuhan diet pada pasien gagal ginjal kronik dalam melakukan diet.
2. Persyarafan
Menurut asumsi peneliti bahwa penelitian yang diberikan terhadap kemampuan keluarga
dalam perawatan pasca stroke dirumah maka sangatlah bermakna. Maka dari itu pasien dan
keluarga akan lebih bersamangat dalam mengikuti pembelajaran dischrge planning ini
sehingga memberikan dukungan yang maksimal terhadap pasien dalam proses
penyembuhanya. Sehingga pasien merasa diperhatika ditengah-tengah keluraga dan
mendapatkan moril maupun sprituil dalam kehidupan keluraga.

3. Muskuloskeletal
Adanya hubungan yang signifikan antara posisi kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada
pekerja pengelasan serta menunjukkan tingkat hubungan korelasi yang sedang.

Saran yang diberikan untuk perusahaan adalah pihak management mengevaluasi stasiun kerja
yang biasa ditempati oleh pekerja pengelasan, kemudian mengadakan perombakan stasiun kerja
guna memperkecil risiko keluhan muskuloskeletal selain itu juga bisa memberikan pelatihan atau
training khusus mengenai pengelasan kepada pekerja pengelasan. Training berguna untuk
menambah wawasan mengenai pekerjaan pengelasan, posisi kerja maupun postur tubuh yang
ergonomis dalam pengelasan serta langkah-langkah yang tepat pada proses pengelasan guna
mengurangi risiko keluhan muskuloskeletal.

4. Integumen

1. Ada hubungan Personal Hygiene dengan kejadian pioderma pada Balita (1-5 Tahun) di
Desa Pulau Jambu Wilayah Kerja Puskesmas Kuok Tahun 2018.

2. Ada hubungan Sanitasi Lingkungan dengan kejadian pioderma pada Balita (1-5 Tahun)
di Desa Pulau Jambu Wilayah Kerja Puskesmas Kuok Tahun 2018.

3. Tidak ada hubungan Riwayat Penyakit Kulit dengan kejadian pioderma pada Balita (1-5
Tahun) di Desa Pulau Jambu Wilayah Kerja Puskesmas Kuok Tahun 2018.

Anda mungkin juga menyukai