Anda di halaman 1dari 13

PRAKTEK KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI
DI RUANG KENANGA RSUD SLEMAN

Disusun Oleh :
SULISTIARNI
3216099

PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2016

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI
DI RUANG KENANGA RSUD SLEMAN

Disahkan pada
Hari/ tanggal :
Oleh

Mahasiswa

Pembimbing Klinik/CI

Pembimbing Akademik

Sulistiarni

Christina Dwi Eni., SST

Deby Zulkarnain
Rahadian Syah., MMR

A. KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA OKSIGENASI


1. Definisi
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O).
Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia
yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk
mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau
sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka
akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan
biasanya pasien akan meninggal. Kebutuhan oksigenasi merupakan
kebutuhan dasar manusia yang di gunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai
organ atau sel. Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar
300 cc oksigen setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit.
Respirasi berperan dalam mempertahakan kelangsungan metabolisme
sel. Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang adekuat. Respirasi juga
berarti gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses
suplai O ke seluruh tubuh dan pembuangan CO (hasil pembakaran
sel). Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan dalam
mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk
memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil
menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada miokardium.
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam
sistem (kimia atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna
dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme
sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air.
Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh
akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel.
(Wahit Iqbal Mubarak, 2007).
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam
kehidupan manusia, dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam
proses metabolism sel tubuh. Kekurangan oksigan bisa menyebabkan
hal yangat berartibagi tubu, salah satunya adalah kematian. Karenanya,

berbagai upaya perlu dilakukan untuk mejamin pemenuhan kebutuhan


oksigen tersebut, agar terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya
pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan garapan perawat tersendiri,
oleh karena itu setiap perawat harus paham dengan manisfestasi
tingkat pemenuhan oksigen pada klienya serta mampu mengatasi
berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut.
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan
Struktur Sistem Pernafasan
a. Sistem pernafasan Atas
Sistem pernafasaan atas terdiri atas mulut,hidung, faring, dan
laring. Pada hidung udara yang masuk akan mengalami
penyaringan, humidifikasi, dan penghangatan. Faring merupakan
saluran yang terbagi dua untuk udara danmakanan. Faring terdiri
atas nasofaring dan orofaring yang kaya akan jaringan limfoid
yang berfungsi menangkap dan dan menghancurkan kuman
pathogen yang masuk bersama udara.Laring merupakan struktur
yang merupai tulang rawan yang bisadisebut jakun. Selain
berperan

sebagai

penghasil

suara,

laring

juga

berfungsi

mempertahankan kepatenan dan melindungi jalan nafas bawah dari


air dan makanan yang masuk.
b. Sistem pernafasan Bawah
Sistem pernafasaan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru
yang dilengkapi dengan bronkus, bronkiolus, alveolus, jaringan
kapiler paru dan pleura. Trakea merupakan pipa membran yang
dikosongkan oleh cincinkartilago yang menghubungkan laring dan
bronkus utama kanan dan kiri.
Paru-paru ada dua buah teletak di sebelah kanan dan kiri. Masingmasing paru terdiri atas beberapa lobus (paru kanan 3 lobus dan
paru kiri 2 lobus) dan dipasok oleh satu bronkus. Jaringan-jaringn
paru sendiri terdiri atas serangkain jalan nafas yang bercabangcabang, yaitu alveoulus, pembuluh darah paru, dan jaringan ikat
elastic. Permukaan luar paru-paru dilapisi oleh dua lapis pelindung

yang disebut pleura. Pleura pariental membatasi toralk dan


permukaan diafragma, sedangkan pleura visceral membatasi
permukaan luar paru. Diantara kedua lapisan tersebut terdapat
cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas guna mencegah
gerakan friksi selama bernafas.
Berdasarkan tempatnya proses pernafasan terbagi menjadi dua
yaitu:
1). Pernapasan eksternal
Pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada
keseluruhan proses pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan
eksternal dan sel tubuh. Secara umum proses ini berlangsung
dalam tiga langkah, yakni :
a) Ventilasi pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru
melalui proses ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas
antara lingkungan eksternal dan alveolus. Proses ventilasi ini
dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu jalan napas yang
bersih, system saraf pusat dan system pernapasan yang utuh,
rongga toraks yang mampu mengembang dan berkontraksi
dengan baik, serta komplians paru yang adekuat.
b) Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen masuk

alveolar,

proses

proses

pernapasan berikutnya adalah difusi oksigen dari alveolus ke


pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah pergerakan
molekul dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke
area berkonsentrasi atau bertekanan rendah. Proses ini
berlangsung di alveolus dan membran kapiler, dan
dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan
tekanan gas.
c) Transpor oksigen dan karbon dioksida
Tahap ke tiga pada proses pernapasan adalah tranpor gasgas pernapasan. Pada proses ini, oksigen diangkut dari paru

menuju jaringan dan karbon dioksida diangkut dari jaringan


kembali menuju paru.
2)

Pernapasan internal
Pernapasan internal (pernapasan jaringan) mengaju pada
proses metabolisme intra sel yang berlangsung dalam
mitokondria, yang menggunakan oksigen dan menghasilkan
CO2 selama proses penyerapan energi molekul nutrien. Pada
proses ini darah yang banyak mengandung oksigen dibawa ke
seluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik. Selanjutnya
terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler sistemik dan sel
jaringan. Seperti di kapiler paru, pertukaran ini juga melalui
proses difusi pasif mengikuti penurunan gradien tekanan
parsial.

3. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan
oksigenasi

menurut

NANDA

(2015),

yaitu

hiperventilasi,

hipoventilasi, deformitas tulang dan dinding dada, nyeri, cemas,


penurunan energy,/kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan
muskoloskeletal, kerusakan kognitif / persepsi, obesitas, posisi tubuh,
imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan
membrane kapiler-alveoli.
4. Faktor predisposisi
a. Faktor Fisiologi
Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada

obstruksi saluran napas bagian atas.


Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan

transport O2 terganggu.
Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu

hamil, luka, dan lain-lain.


Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti
pada kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal,
penyakit kronik seperti TBC paru.

b. FaktorPerkembangan
Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan

surfaktan.
Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran

pernapasan dan merokok.


Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan

paru-paru.
Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi

paru menurun.
c. Faktor Perilaku
Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan
ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya
ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan

arterioklerosis.
Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah

perifer dan koroner.


Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan
intake

nutrisi/Fe

menurun

mengakibatkan

penurunan

hemoglobin, alcohol, menyebabkan depresi pusat pernapasan.


Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat

d. Faktor Lingkungan
Tempat kerja
Suhu lingkungan
Ketinggian tempat dan permukaan laut.
5. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan
trasportasi. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang
masuk dan keluar dari dan keparu-paru), apabila pada proses ini
terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan
sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang

menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen


dari

alveoli

kejaringan)

yang

terganggu

akan

menyebabkan

ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses


ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan
volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga
dapat mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002).
Fungsi sistem jantung ialah menghantarkan oksigen, nutrien, dan
subtansi lain ke jaringan dan membuang produk sisa metabolisme
selular melalui pompa jantung, sistem vaskular sirkulasi, dan integritas
sistem lainnya. Namun fungsi tersebut dapat terganggu disebabkan
oleh penyakit dan kondisi yang mempengaruhi irama jantung,
kekuatan kontraksi, aliran darah melalui kamar-kamar pada jantung,
aliran darah miokard dan sirkulasi perifer. Iskemia miokard terjadi bila
suplai darah ke miokard dari arteri koroner tidak cukup dalam
memenuhi kebutuhan oksigen organ. Selain itu, perubahan fungsi
pernapasan juga menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi.
Hiperventilasi merupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebih, yang
dibutuhkan untuk mengeliminasi karbondioksida normal di vena, yang
diproduksi melalui metabolisme seluler. Hipoventilasi terjadi ketika
ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh
atau mengeliminasi CO2 secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar
menurun, maka PaCO2 akan meningkat. Sementara hipoksia adalah
oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat jaringan.
6. Manifestasi klinis
Suara napas tidak normal.
Perubahan jumlah pernapasan.
Batuk disertai dahak.
Penggunaan otot tambahan pernapasan.
Dispnea.
Penurunan haluaran urin.
Penurunan ekspansi paru.
Takhipnea
7. Tanda dan gejala

Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda


gangguan oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot
nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan nafas faring (nafas cuping
hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, nafas
dengan mulut, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anteriorposterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi
tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi
gangguan oksigenasi (NANDA, 2015).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,
hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan,
sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia,
hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan
kedalaman nafas.
B. PENGKAJIAN
Fokus Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
1) Masalah keperawatan yang pernah dialami
Pernah mengalami perubahan pola pernapasan.
Pernah mengalami batuk dengan sputum.
Pernah mengalami nyeri dada.
Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala di
atas.
2) Riwayat penyakit pernapasan
Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan
lain-lain ?
Bagaimana frekuensi setiap kejadian?
3) Riwayat kardiovaskuler
Pernah mengalami penyakit jantung (gagal jantung, gagal ventrikel
kanan,dll) atau peredaran darah.
4) Gaya hidup
Merokok , keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Mata
konjungtiva pucat (karena anemia)
konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)

konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau

endokarditis)
2. Kulit
Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah

3.

4.

5.
6.
7.

perifer)
Penurunan turgor (dehidrasi)
Edema.
Edema periorbital.
Jari dan kuku
Sianosis.
Clubbing finger.
Mulut dan bibir
Membrane mukosa sianosis
Bernapas dengan mengerutkan mulut.
Hidung
Pernapasan dengan cuping hidung.
Vena leher
Adanya distensi / bendungan.
Dada
Retraksi otot Bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas

pernapasan, dispnea, obstruksi jalan pernapasan).


Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.
Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara

melewati saluran/rongga pernapasan)


Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
Suara napas tidak normal (creklerlr/rales, ronkhi, wheezing,

friction rub/pleural friction)


Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness)
8. Pola pernapasan
Pernapasan normal(eupnea)
Pernapasan cepat (tacypnea)
Pernapasan lambat (bradypnea)
c. Pemeriksaan penunjang
EKG
Echocardiography
Kateterisasi jantung
Angiografi
C. DIAGNOSIS
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan oksigenasi
adalah:

a.
b.
c.
d.

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas


Gangguan pertukaran gas
Ketidakefektifan pola nafas
Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap

sumbatan arteri.
e. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
factor-faktor listrik, penurunan karakteristik miokard.
f. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan , iskemik,
kerusakan otot jantung, penyempitan / penyumbatan pembuluh
darah arteri koronaria.
g. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran
darah ke alveoli atau kegagalan utama paru, perubahan membran
alveolar- kapiler (atelektasis , kolaps jalan nafas/ alveolar edema
paru/efusi, sekresi berlebihan / perdarahan aktif ).
h. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen miocard dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrotik
jaringan miocard ditandai dengan gangguan frekuensi jantung,
tekanan darah dalam aktifitas, terjadinya disritmia, kelemahan
umum.
D. RENCANA INTERVENSI
N
O
D
X
1

TUJUAN
NOC

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama x 24 jam
diharapkan bersihan jalan
napas
efektif
sesuai
dengan kriteria:
1. Memiliki RR dalam
batas normal
2. Memiliki irama
pernafasan yang
normal
3. Mampu mengeluarkan
sputum dari jalan nafas
4. Bebas dari suara nafas
tambahan

INTERVENSI
NIC

1.

Tentukan kebutuhan suction


oral dan atau trakheal
2.
Auskultasi suara nafas
sesudah dan sebelum melakukan
suction
3.
Informasikan kepada klien
dan keluarga tentang suction
4.
Monitor status oksigen
pasien (tingkat SaO2 dan SvO2)
dan status hemodinamik (tingkat
MAP [mean arterial pressure]
dan irama jantung) segera
sebelum, selama dan setelah
suction
5.
Perhatikan tipe dan jumlah
sekresi yang dikumpulkan

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama.X24
jam
diharapkan pola napas
efektif dengan kriteria :
1.
Memiliki
RR
dalam batas normal
2.
Mampu inspirasi
dalam
3.
Memiliki
dada
yang
mengembang
secara simetris
4.
Dapat
bernafas
dengan mudah
5.
Tidak
menggunakan otot-otot
tambahan
dalam
bernafas
6.
Tidak mengalami
dispnea

1.

Monitor rata-rata, irama,


kedalaman dan usaha respirasi
2.
Perhatikan pergerakan dada,
amati kesemetrisan, penggunaan
oto-otot aksesoris, dan retraksi
otot supraklavikuler dan
interkostal
3.
Monitor respirasi yang
berbunyi, seperti mendengkur
4.
Monitor pola pernafasan:
bradipneu, takipneu,
hiperventilasi, respirasi
Kussmaul, respirasi CheyneStokes, dan apneustik Biot dan
pola taxic
5.
Perhatikan lokasi trakea
6.
Monitor peningkatan
ketidakmampuan istirahat,
kecemasan, dan haus udara,
perhatikan perubahan pada SaO2,
SvO2, CO2 akhir-tidal, dan nilai
gas darah arteri (AGD), dengan
tepat

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama .X 24 jam
diharapkan pertukaran gas
baik dengan kriteria :
1.
Dapat bernafas
dengan mudah
2.
Tidak mengalami
dispnea
3.
Tidak mengalami
sianosis
4.
Tidak mengalami
somnolen
5.
Memiliki perfusi
ventilasi yang
seimbang

1.

Setelah
dilakukan Energy Management
tindakan
keperawatan 1.
Kaji perasaan verbal tentang
selama x 24 jam
kecukupan energy
diharapkan tidak terjadi 2.
Kaji penyebab kelelahan

Posisikan klien untuk


memaksimalkan potensi
ventilasinya.
2.
Identifikasi kebutuhan klien
akan insersi jalan nafas baik
aktual maupun potensial.
3.
Lakukan terapi fisik dada
4.
Auskultasi suara nafas,
tandai area penurunan atau
hilangnya ventilasi dan adanya
bunyi tambahan
5.
Monitor status pernafasan
dan oksigenasi, sesuai kebutuhan

intoleransi aktivitas sesuai


kriteria:
Activity Tolerance
1. Frekuensi jantung
dalam rentang normal
saat
merespon
aktivitas
2. Frekuensi
napas
dalam rentang normal
saat
merespon
aktivitas

seperti nyeri, pengobatan, dll


Monitor
intake
nutrisi
secara adekuat sebagai sumber
energy
4.
Monitor laporan pola tidur
pasien serta lamanya tidur berapa
jam
5.
Batasi stimulasi lingkungan
seperti cahaya dan kebisingan
untuk relaksasi
6.
Anjurkan bedrest atau batasi
kegiatan seperti meningkatkan
waktu periode tidur / istirahat
7.
Ajarkan pada pasien atau
keluarga tanda tanda kelelahan
dan
anjurkan
mengurangi
aktivitas.
3.

DAFTAR PUSTAKA
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.
Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta
Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta
Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul. 2007. Kebutuhan Dasar. Jakarta : EGC
Nanda International (2015). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2015-2017.
Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta
Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 5, United States Of America: Mosby
Elseveir Acadamic Press, 2004.
Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United States Of
America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.

Anda mungkin juga menyukai