Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI

DI RUANG KENANGA RSUD KRATON KAB. PEKALONGAN

Disusun oleh :

Nama : Dian Wahyu Ningrum

NIM : P1337420120049

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMETRIAN KESEHATAN SEMARANG


2022

I. HALAMAN JUDUL : Laporan Pendahuluan Praktik Klinik Keperawatan


Dasar pada Pasien dengan Gangguan Oksigenasi.

II. KONSEP DASAR


A. DEFINISI
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen, kebutuhan
dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh,
untuk mempertahankan hidup, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel.
Oksigen adalah salah satu kebutuhan yang paling vital bagi tubuh. Apabila
kekurangan oksigen berlangsung lebih dari 5 menit, maka terjadi kerusakan
sel otak secara permanen. Selain itu oksigen digunakan oleh sel untuk
mempertahankan kelangsungan metabolisme sel. Oksigen akan digunakan
dalam metabolism sel agar berfungai secara optimal. Dalam keadaan biasa
manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24 jam) atau
sekitar 0,5 cc tiap menit.
Menurut Andarmoyo (2012) oksigenasi merupakan kebutuhan dasar
manusia yang paling mendasar. Keberadaan oksigen merupakan salah satu
komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme dan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Dalam
kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi tidak terlepas dari
peranan fungsi sistem pernafasan dan kardiovaskular yang menyuplai
kebutuhan oksigen tubuh.
Menurut Fitriani (2015) keberadaan oksigen merupakan salah satu
komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme dan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal
elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali bernapas dari
atmosfer. Oksigen untuk kemudian diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.
Respirasi berperan dalam mempertahankan kelangsungan
metabolisme sel. Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang adekuat.
Respirasi juga berarti gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam
proses suplai O2 ke seluruh tubuh dan pembuangan CO2 (hasil pembakaran
sel). Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan dalam
mempertahankan oksigenasi. Tujuan darai terapi oksigen adalah untuk
memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan
upaya bernafas dan mengurangi stress pada miokardium.

B. PROSES OKSIGENASI
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh
beberapa faktor :
1) Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu
tempat, maka tekanan udaranya semakin rendah.
2) Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
3) Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk
mengembang disebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah
kemampuan untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksinya paru-paru.
b. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen dari alveoli ke kapiler
paru-paru dan CO2 dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1) Luasnya permukaan paru-paru.
2) Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel
alveoli dan interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi
apabila terjadi proses penebalan.
3) Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2. Hal ini dapat terjadi
sebagaimana O2 dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi
karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari pada
tekanan O2 dalam darah vena vulmonalis.
4) Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus  dan mengikat HB.
c. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan
tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Proses ini dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu :
1) Curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
2) Kondisi pembuluh darah
3) Latihan (exercise)
4) Perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan
(hematokrit)
5) Elitrosit dan kadar Hb

C. ETIOLOGI
Gangguan pemenuhan oksigenasi disebabkan oleh berbagi faktor,
diantaranya sebagai berikut :
a. Hiperventilasi
Upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar
pernafasan lebih cepat dan dalam. Tanda dan gejalanya yaitu takikardia,
nafas pendek, nyeri dada, menurunnya konsentrasi, disorientasi.
b. Hipoventilasi
Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi
penggunaan O2 tubuh atau mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasanya
terjadi pada etelektasis (kolaps paru). Tanda dan gejalanya nyeri kepala,
penurunan kesadaran, disorientasi, kardiak disritmia,
ketidakseimbangan elektrolit, kejang dan kardiak arrest.
c. Hipoksia
Kondisi tidak tercukupinya pemenuhan O2 dalam tubuh akibat dari
defisiensi O2 yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 di sel.
Tanda dan gejalanya kelelahan, kecemasan, menurunnya kemampuan
konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan cepat dan dalam, sianosis,
sesak nafas dan clubbing finger.
d. Hipoksemia
Hipoksemia adalah keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi
oksigen dalam pembuluh arteri. Hipoksemia bisa terjadi karena
kurangnya tekanan parsial O2 (PaO2) atau kurangnya saturasi oksigen
(SaO2) dalam pembuluh arteri. Seseorang dikatakan hipoksemia apabila
tekanan darah parsial pada pembuluh arterinya kurang dari 50 mmHg.

D. PATOFISIOLOGI
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan
trasportasi. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang
masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat
obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan
tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan
pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke
jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran
gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada
transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan
kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas (Brunner
& Suddarth, 2002).

E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


1) Usia 
Perubahan yang terjadi karena penuaan yang mempengaruhi sistem 
pernapasan gangguan akibat perubahan seperti infeksi, stress 
fisik/emosional, pembedahan, anestesi, atau prosedur lain. Perubahan
perubahan tersebut adalah :  
a. Dinding dada dan jalan napas menjadi lebih kaku dan kurang  elastis  
b. Jumlah pertukaran udara menurun  
c. Refleks batuk dan kerja silia berkurang  
d. Membran mukosa menjadi lebih kering dan lebih rapuh 
e. Terjadi penurunan efisiensi sistem imun  
f. Terjadi penurunan kekuatan otot  
g. Jika osteoporosis, maka keadekuatan ekspansi paru menurun  h.
Penyakit refluks gastroesofagus dapat meningkatakan resiko  aspirasi
2) Lingkungan
Semakin tinggi permukaan tanah, semakin rendah PO2 dalam 
pernapasan individu. Akibatnya, orang yang tinggal pada daerah  dataran
tinggi mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan  denyut nadi
serta kedalaman pernapasan. polusi udara seperti asap, sering kali
mengalami seperti rasa tersengat pada mata, sakit kepala,  pusing, batuk,
ataupun tersedak. Kemudian juga suhu udara.
3) Gaya hidup
Aktivitas fisik, olahraga, dan Pekerjaan meningkatan frekuensi dan 
kedalaman pernapasan, serta meningkatkan suplai oksigen di dalam 
tubuh. Sebaliknya, pada orang yang tidak banyak beraktivitas ,  ekspansi
alveolar akan menurun dan pola napas dalam tidak mampu  berespons
secara efektif terhadap stresor pernapasan. 
4) Status kesehatan
5) Medikasi
Obat yang menyebabkan efek ini adalah hipnotik- sedatif  benzodiazepin
dan obat antiansietas.
6) Stres
Beberapa orang dapat mengalami hiperventilasi sebagai respons 
terhadap stress. 

F. MANIFESTASI KLINIS
a. Suara napas tidak normal.
b. Perubahan jumlah pernapasan.
c. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
d. Dispnea.
e. Penurunan haluaran urin.
f. Penurunan ekspansi paru.
g. Takhipnea

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik  yang dapat dilakukan untuk mengetahui
adanya gangguan oksigenasi yaitu:
a) Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas
secara efisien.
b) Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane
kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
c) Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
d) Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses
abnormal.
e) Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda
asing yang menghambat jalan nafas.
f) Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
g) Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan
kontraksi paru.
h) Rongent Dada
Dapat menunjukan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi
atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal
i) Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan / penurunan fungsi ginjal ,
terapi diuretik.

III. PATHWAYS
IV. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
Berhubungan dengan :
a. penurunan energi
b. kelemahan
c. infeksi trakheobronkhial
d. obstruksi
e. sekresi
f. kerusakan persepsi atau kognitif
g. trauma
Ditandai dengan :
a. suara napas abnormal: rales, crackles, ronkhi, wheezing
b. perubahan irama dan kedalaman pernapasan
c. takhipea
d. efektif/inefektif batuk dengan atau tanpa sputum
e. dispnea
f. kesulitan bersuara
2. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
Berhubungan dengan : 
a. ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi;
b. kerusakan alveoli;
c. pemasukan oksigen tidak adekuat.
Ditandai dengan :
a. bingung;
b. somnolen;
c. gelisah;
d. iritabilitas;
e. tidak mampu mengeluarkan sekresi;
f. hiperkapnea, hipoksia;
g. sianosis;
h. Nilai gas darah abnormal
3. Pola napas tidak efektif (D.0005)
Berhubungan dengan :
a. kerusakan neuromuscular;
b. nyeri;
c. kerusakan musculoskeletal;
d. kerusakan persepsi atau kognitif;
e. kecemasan;
f. penurunan energi;
g. kelemahan
Ditandai dengan :
a. dispnea;
b. napas pendek;
c. takhipnea;
d. fremitus;
e. nasal flaring (pernapasan cuping hidung);
f. perubahan kedalaman pernapasan;
g. pernapasan pursed-lip atau;
h. ekspirasi panjang;
i. peningkatan diameter anteroposterior;
j. penggunaan otot-otot asesoris;
k. perubahan bentuk dada;
l. posisi tubuh. 

V. PERENCANAAN (Nursing Care Plane)

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Intervensi

1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan Latihan batuk efektif


tidak efektif (D.0001) keperawatan diharapkan (I.01006)
bersihan jalan  napas efektif Observasi :
(L.01001) dengan kriteria - identifikasi kemampuan
hasil:  batuk
a) batuk efektif membaik dan - monitor adanya retensi
suara nafas yang bersih, tidak sputum
ada  sianosis dan dyspneu - monitor input dan output
(mampu mengeluarkan cairan (mis. jumlah dan
sputum, mampu  bernafas karakteristik)
dengan mudah, tidak ada Terapeutik :
pursed lips) - atur posisi semi fowler
b) produksi sputum menurun - pasang perlak dan
c) Menunjukkan jalan nafas bengkok di pangkuan
yang paten (klien tidak pasien
merasa  tercekik, irama nafas, - buang sekret pada
frekuensi dan pola nafas tempat sputum
normal, tidak  ada suara nafas
abnormal) Edukasi :
- jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
- anjurkan tarik napas
dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8
detik
- anjurkan mengulangi
tarik napas dalam hingga
3 kali
- anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke 3

2. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi


(D.0005) keperawatan diharapkan pola (I.01014)
napas  efektif sehingga Observasi :
inspirasi dan atau ekspirasi - monitor frekuensi,
memberikan ventilvsi  irama, kedalaman dan
adekuat (L.01004) dengan upaya napas
Kriteria Hasil : - monitor kemampuan
a. Ventilasi meningkat batuk efektif
b. Penggunaan otot bantu - monitor adanya produksi
napas menurun sputum
c. Pemanjangan fase Terapeutik :
ekspirasi menurun - atur interval pemantauan
d. Pasien mampu respirasi sesuai kondisi
mengeluarkan sputum, pasien
bernafas dengan mudah,  - dokumentasikan hasil
dan tidak ada pursed lips pemantauan
dan cuping hidung Edukasi :
e. Menunjukkan jalan nafas - jelaskan tujuan dan
yang paten (frekuensi prosedur pemantauan
pernafasan dan 
kedalaman napas normal,
tidak ada suara nafas
abnormal)
f. Tanda Tanda vital normal
(tekanan darah, nadi,
pernafasan)

3. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas (I.
(D.0003) keperawatan diharapkan 01011)
gangguan  pertukaran gas Observasi :
dapat teratasi, dan oksigenasi - monitor nada napas
dan atau eliminasi CO2  pada - monitor bunyi napas
membrane alveolus kapiler tambahan
normal (L.01003) dengan - monitor sputum
kriteria  hasil: Terapeutik :
a. Klien menunjukkan - pertahankan kepatenan
peningkatan ventilasi dan jalan napas dengan head-
oksigenasi yang  adekuat tilt dan chin-lift
b. Memelihara kebersihan -posisikan semi fowler
paru paru dan bebas dari atau fowler
tanda tanda  distress - berikan minum hangat
pernafasan - lakukan penghisapan
c. tidak ada sianosis & lendir kurang dari 15 detik
dyspneu, mampu - keluarkan sumbatan
bernafas dengan mudah,  benda padat dengan forsep
tidak ada bunyi nafas McGill
tambahan, nafas cuping Edukasi :
hidung - anjurkan asupan cairan
d. tingkat saturasi PCO2 2000 ml/hari , jika tidak
dan PO2 membaik kontraindikasi
e. Tanda tanda vital, pH - ajarkan teknik batuk
arteri, dan pola napas efektif
normal 
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakrta :  EGC


Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul. 2007. Kebutuhan Dasar. Jakarta : EGC
Perry, P. 2010. Fundamental Keperawatan. Buku 3 Edisi 7. Alih  Bahasa: Diah Nur.
Jakarta: EGC
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi  dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Tarwonto dan Wartonah.2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Asuhan Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai