Anda di halaman 1dari 6

Laporan Pendahuluan

A. Definisi
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau
fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon
dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada
tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel. 
(Wahit Iqbal Mubarak, 2007).
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O²). Kebutuhan fisiologis
oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai
organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan
berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan
meninggal. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di gunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai
organ atau sel. Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap
hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan dalam mempertahakan
kelangsungan metabolisme sel. Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang adekuat.
Respirasi juga berarti gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai
O² ke seluruh tubuh dan pembuangan CO² (hasil pembakaran sel). Terapi oksigen
merupakan salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari
terapi oksigen adalah untuk memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah
sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada miokardium.

B. FISIOLOGI OKSIGEN
Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:
1.  Menghirup udara (inpirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui saluran
pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada naik/lebih
besar, tekanan rongga dada turun/lebih kecil.
2. Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan pasif yaitu
terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume rongga dada
turun/lebih kecil, tekanan rongga dada naik/lebih besar.

Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu
ventilasi, difusi dan transportasi.
1.  Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau
dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa factor:
a.  Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat,
maka tekanan udaranya semakin rendah.
b. Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
c.  Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk mengembang di
sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk
mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.

2. Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-paru dan
CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu
a. Luasnya permukaan paru-paru.
  

b. Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan


interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi prosses difusi apabila terjadi
proses penebalan.
c. Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana O²
dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O² dalam
rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena vulmonalis.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus  dan mengikat HB.

3. Transportasi gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan tubuh
dan CO² jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
a. Curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah secara
keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.

C. Pathway/Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-
paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan
baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang
menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke
jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain
kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti
perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002).

D. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Faktor Fisiologi
a. Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
b. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas
bagian atau
c. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport
  

O2 terganggu.
d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka, dan
lain-lain.
e. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyalit kronik seperti TBC paru.
2.  Faktor Perkembangan
a. Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
b.  Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
c. Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.
d. Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress
yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
e. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi
yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang
tinggi lemak menimbulkan arterioklerosis.
b. Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan
koroner.
d. Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi/Fe
menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol, menyebabkan depresi
pusat pernapasan.
e. Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
4. Faktor Lingkungan
a. Tempat kerja
b. Suhu lingkungan
c. Ketinggian tempat dan permukaan laut.

E. Manifestasi Klinis
1. Suara napas tidak normal.
2. Perubahan jumlah pernapasan.
3. Batuk disertai dahak.
4. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
5. Dispnea
6. Penurunan haluaran urin.
7. Penurunan ekspansi paru.
8. Takhipnea

F. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pemasukan oksigen yang tidak
adekuat.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan beban kerja ventrikel

G. Intervensi
a. Diagnosa 1
1. Kaji bunyi paru, frekuensi, kedalaman, usaha nafas, dan produksi sputum.
2. Identifikasi kebutuhan insersi jalan nafas, dan siapkan klien untuk tindakan
ventilasi mekanik sesuai indikasi
3. Monitor vital sign tiap …jam, adanya sianosis, dan efektifitas pemberian oksigen
yang dilembabkan.
4. Jelaskan penggunaan alat bantu yang dipakai klien : oksigen, mesin penghisap,
dan alat bantu nafas
5. Ajarkan tehnik nafas dalam, batuk efektif
6. Lakukan tindakan untuk mengurangi konsumsi oksigen : kendalikan demam,
nyeri, ansietas, dan tingkatkan periode istirahat yang adekuat
7. Kolaborasi dgn Tim medis : pemberian O2, obat bronkhodilator, terapi nebulizer /
inhaler, insersi jalan nafas
8. Manajemen Elektrolit & Asam-basa
9. Pertahankan kepatenan IV line, dan balance cairan
10. Monitor status mental, elektrolit, dan abnormalitas serum
11. Monitor tanda-tanda gagal nafas : hasil AGD abnormal, kelelahan
12. Berikan terapi oksigen sesuai indikasi
13. Monitor status neurologi dan atau neuromuskular : tingkat kesadaran dan adanya
kebingungan, parestesia, kejang
14. Kolaborasi dengan Tim medis untuk pemeriksaan AGD, pencegahan dan
penanganan asidosis dan alkalosis: Respiratorik & Metabolik
Hemodynamic regulation
15. Monitor status hemodinamik: saturasi oksigen, nadi perifer, capillary refill, suhu
dan warna ekstremitas, edema, distensi JVP
16. Kolaborasi dgn Tim Medis untuk obat vasodilator dan atau vasokonstriktor

b. Diagnosa 2
1. Kaji tekanan darah, sianosis,status pernafasan dan status mental
2. Kaji toleransi aktivitas : mulainya nafas pendek, nyeri, palpitasi, atau pusing
3. Monitor denyut jantung, irama dan nadi
4. Monitor efektifitas pemberian O2
5. Monitor status mental: gelisah, cemas
6. Atur posisi tidur sesuai kondisi klien.
7. Hindari Valsafa Manuver : mengejan, bersin, menahan bowel, menahan bab/bak
8. Jelaskan penggunaan, dosis, efek samping pengobatan kepada klien dan keluarga
9. Berikan informasi meliputi pembatasan aktifitas, perubahan diet kepada klien dan
keluarga.
10. Kolaborasi : medis (untuk pemberian terapi antiaritmia, nitrogliserin, vasodilator,
anti koagulan, terapi cairan & oksigenasi), sosial pastoral, ahli gizi.
Perawatan sirkulasi
11. Monitor tanda kelebihan cairan, asupan cairan, haluaran urine
12. Monitor denyut perifer, pengisian kapiler, suhu, dan warna ekstremitas
13. Auskultasi bunyi paru untuk mengetahui adanya ronchi basah, atau bunyi
tambaha
14. Monitor tanda vital
15. Monitor TTV tiap ……….. jam.
16. Monitor tanda vital saat klien berbaring, duduk, berdiri, sebelum, selama, dan
sesudah klien aktifitas..

Anda mungkin juga menyukai