Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN OKSIGENASI

DOSEN PENGAMPU: DEWI SARI PRATIWI., S.Kep., Ns., M.Kes

DISUSUN OLEH:

NAMA : ILA ILDALIA TUMBA SAPPA


NIM : P202201211
KELAS : A4 KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MANDALAYA WALUYA
KENDARI
2022
1
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau
fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon
dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal
pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel
(Wahit Iqbal Mubarak, 2018). 
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme
untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal
elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O 2 ruangan setiap kali bernapas
(Wartonah Tarwanto, 2018).

2. FISIOLOGI OKSIGEN
Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:
a. Menghirup udara (inpirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui saluran
pernapasan sampai ke paru-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada naik/lebih
besar, tekanan rongga dada turun/lebih kecil.

b. Menghembuskan udara (ekspirasi)


Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan pasif
yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume rongga dada
turun/lebih kecil, tekanan rongga dada naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan:
1. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau
dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa faktor:
- Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat, maka
tekanan udaranya semakin rendah.
- Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
- Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk mengembang di sebut
dengan compliance. Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO²
atau kontraksinya paru-paru.
2. Difusi
2
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-paru dan
CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu:
- Luasnya permukaan paru-paru.
- Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses
penebalan.
- Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana O² dari
alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O² dalam rongga
alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena vulmonalis.
- Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus  dan mengikat HB.
3. Transportasi gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan tubuh
dan CO² jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
- curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
- kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah secara
keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.

3. ETIOLOGI
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi
menurut NANDA (2013), yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas tulang dan
dinding dada, nyeri, cemas, penurunan energy atau kelelahan, kerusakan
neuromuscular, kerusakan muskoloskeletal, kerusakan kognitif atau persepsi, obesitas,
posisi tubuh, imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan
membrane kapiler-alveoli.

4. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Faktor Fisiologi
- Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
- Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas
atas.

3
- Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2
terganggu.
- Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka, dan
lain-lain.
- Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyalit kronik seperti TBC paru.
b. Faktor Perkembangan
- Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
- Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
- Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.
- Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang
mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
- Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
c. Faktor Perilaku
- Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi yang
buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak
menimbulkan arterioklerosis.
- Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
- Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
- Substansi abuse (alkohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi/Fe menurun
mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol, menyebabkan depresi pusat
pernapasan.
- Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
d. Faktor Lingkungan
- Tempat kerja
- Suhu lingkungan
- Ketinggian tempat dan permukaan laut.

5. PATOFISIOLOGI
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses ventilasi
(proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila
pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan
4
sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan
pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang
terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses
ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup,
afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas
(Brunner & Suddarth, 2002).

6. MANIFESTASI KLINIS
a. Suara napas tidak normal.
b. Perubahan jumlah pernapasan.
c. Batuk disertai dahak.
5
d. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
e. Dispnea.
f. Penurunan haluaran urin.
g. Penurunan ekspansi paru.
h. Takhipnea

7. TANDA DAN GEJALA


Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan oksigenasi.
Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan
nafas faring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek,
nafas dengan mulut, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi
nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang
tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2016).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi, hiperkapnea,
kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, sianosis, warna kulit abnormal
(pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal
frekuensi, irama dan kedalaman nafas (NANDA, 2016).

8. MASALAH KEBUTUHAN OKSIGEN


a. Hipoksia
Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat
defisiensi oksigen.
b. Perubahan Pola Nafas
- Takipnea, merupakan pernafasan dengan frekuensi lebih dari 24x/ menit karena paru-
paru terjadi emboli.
- Bradipnea, merupakan pola nafas yang lambat abnormal, ± 10x/ menit.
- Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengompensasi metabolisme yang terlalu tinggi
dengan pernafasan lebih cepat dan dalam sehingga terjadi jumlah peningkatan O2 dalam
paru-paru.
- Kussmaul, merupakan pola pernafasan cepat dan dangkal.
- Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup, serta
tidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam penggunaan O2.
6
- Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernafasan.
- Ortopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri.
- Stridor merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran nafas
c. Obstruksi Jalan Nafas
Merupakan suatu kondisi pada individu dengan pernafasan yang mengalami ancaman, terkait
dengan ketidakmampuan batuk secara efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh sekret yang
kental atau berlebihan akibat infeksi, imobilisasi, serta batuk tidak efektif karena penyakit
persarafan.
d. Pertukaran Gas
Merupakan kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas baik O2 maupun CO2
antara alveoli paru-paru dan sistem vaskular.

9. PENATALAKSANAAN
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
o Pembersihan jalan nafas
o Latihan batuk efektif
o Suctioning
o Jalan nafas buatan
b. Pola Nafas Tidak Efektif
o Atur posisi pasien ( semi fowler )
o Pemberian oksigen
o Teknik bernafas dan relaksasi
c. Gangguan Pertukaran Gas
o Atur posisi pasien ( posisi fowler )
o Pemberian oksigen
o Suctioning
Latihan Napas
Latihan napas merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveoli atau
memelihara pertukaran gas, mencegah atelektaksis, meningkatkan efisiensi batuk, dan dapat
mengurangi stress.

Prosedur Kerja :
7
 Cuci tangan
 Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
 Atur posisi (duduk atau terlentang)
 Anjurkan untuk mulai latihan dengan cara menarik napas terlebih dahulu melalui
hidung dengan mulut tertutup.
 Kemudian anjurkan pasien untuk menahan napas sekitar 1-1,5 detik dan disusul
dengan menghembuskan napas melalui bibir dengan bentuk mulut seperti orang
meniup.
 Catat respon yang terjadi
 Cuci tangan 

Latihan Batuk Efektif 


Latihan batuk efektif merupakan cara melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan
batuk secara efektif untuk membersihkan jalan napas (laring, trachea, dan bronkhiolus) dari
sekret atau benda asing.

Prosedur Kerja :

 Cuci tangan
 Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
 Atur posisi dengan duduk di tepi tempat tidur dan membungkuk ke depan
 Anjurkan untuk menarik napas, secara pelan dan dalam, dengan menggunakan
pernapasan diafragma.
 Setelah itu tahan napas selama ± 2 detik 
 Batukkan 2  kali dengan mulut terbuka
 Tarik napas dengan ringan
 Istirahat
 Catat respons yang terjadi
 Cuci tangan

Pemberian oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan memberikan oksigen ke dalam paru-paru
melalui saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat
8
melalui tiga cara yaitu melalui kanula, nasal, dan masker. Pemberian oksigen tersebut
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia.
Persiapan Alat dan Bahan :

 Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier


 Nasal kateter, kanula, atau masker
 Vaselin,/lubrikan atau pelumas ( jelly)

Prosedur Kerja :

 Cuci tangan
 Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
 Cek flowmeter dan humidifier
 Hidupkan tabung oksigen
 Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kondisi pasien.
 Berikan oksigen melalui kanula atau masker
 Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga, setelah itu
berikan lubrikan dan masukkan.
 Catat pemberian dan lakukan observasi.
 Cuci tangan

Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan melakukan postural drainage, clapping, dan
vibrating pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan untuk meningkatkan efisiensi pola
pernapasan dan membersihkan jalan napas.

Persiapan Alat dan Bahan :

 Pot sputum berisi desinfektan


 Kertas tisu
 Dua balok tempat tidur (untuk postural drainage)
 Satu bantal (untuk postural drainage)

Prosedur Kerja :
9
Postural drainage

 Cuci tangan
 Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
 Miringkan psien ke kiri (untuk membersihkan bagian paru-paru kanan)
 Miringkan pasien ke kanan (untuk membersihkan bagian paru-paru kiri)
 Miringkan pasien ke kiri dengan tubuh bagian belakang kanan disokong satu bantal
(untuk membersihkan bagian lobus tengah)
 Lakukan postural drainage ± 10-15 menit
 Observasi tanda vital selama prosedur 
 Setelah pelaksanaan postural drainage, dilakukan clapping, vibrating, dan suction.
 Lakukan hingga lendir bersih
 Catat respon yang terjadi
 Cuci tangan

Clapping 

 Cuci tangan
 Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
 Atur posisi pasien sesuai dengan kodisinya
 Lakukan clapping dengan cara kedua tangan perawat menepuk  punggung pasien
secara bergantian hingga ada rangsangan batuk. 
 Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung sputum
pada pot sputum.
 Lakukan hingga lendir bersih
 Catat respon yang terjadi
 Cuci tangan

Vibrating 

 Cuci tangan
 Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
 Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya
 Lakukan vibrating dengan menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan
meminta pasien untuk mengularkan napas perlahan-lahan. Untuk itu, letakkan kedua 10
tangan di atas bagian samping depan dari cekungan iga dan getarkan secara perlahan-
lahan. Hal tersebut dilakukan secara berkali-kali hingga pasien ingin batuk dan
mengeluarkan sputum.
 Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung sputum di
pot sputum.
 Lakukan hingga lendir bersih
 Catat respon yang terjadi
 Cuci tangan

Pengisapan Lendir 
Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu
mengeluarkan sekret atau lendir secara sendiri. Tindakan tersebut dilakukan untuk
membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigenasi.

Persiapan Alat dan Bahan :

 Alat pengisap lendir dengan botol yang berisi larutan desinfektan


 Kateter pengisap lendir
 Pinset steril
 Dua kom berisi larutan akuades/NaCl 0,9% dan larutan desinfektan
 Kasa steril
 Kertas tisu

Prosedur Kerja :

 Cuci tangan
 Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.
 Atur pasien dalam posisi terlentang dan kepala miring ke arah perawat
 Gunakan sarung tangan
 Hubungakan kateter penghisap dengan selang penghisap
 Hidupkan mesin penghisap
 Lakukan penghisapan lendir dengan memasukan kateter pengisap ke dalam kom
berisi akuades atau NaCl 0,9% untuk mencegah trauma mukosa.
 Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap
11
 Tarik lendir dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 detik
 Bilas kateter dengan akuades atau NaCl 0,9%
 Lakukan hingga lendir bersih
 Catat respon yang terjadi
 Cuci tangan.

10. ALAT-ALAT OKSIGENASI DAN FUNGSINYA


1. Oxygen mask (oksigen masker)
Aliran oksigen melalui alat ini sekitar 5-8lt/menit dengan konsentrasi 40-60%.
Cara pemasangan :

 Terangkan prosedur pada klien


 Atur posisi yang nyaman pada klien (semi fowler)
 Hubungkan selang oksigen pada sungkup muka sederhana dengan humidiflier.
 Tepatkan sungkup muka sederhana, sehingga menutupi hidung dan mulut klien
 Lingkarkan karet sungkunp kepada kepala klien agar tidak lepas
 Alirkan oksigen sesuai kebutuhan.  

Fungsi:

 Tidak berbeda dengan sungkup yang lain, hanya saja pada pemakaian sungkup dengan
reservoir non rebreathing ini dapat dicapai tekanan partial oksigen pada inspirasi lebih
tinggi yaitu 90 %. Digunakan aliran oksigen 10-12 L/menit

Keuntungan

 Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari nasal kanula


 system humidifikasi dapat ditingkatkan

Kerugian

 Umumnya tidak nyaman bagi klien


 Membuat rasa panas, sehingga mengiritasi mulut dan pipi
 Aktivitas makan dan berbicara terganggu
12
 Dapat menyebabkan mual dan muntah, sehingga dapat menyebabkan aspirasi
 Jika alirannya rendah dapat menyebabkan penumpukan karbondioksida

2. Nasal kanula/Binasal kanula


Alatnya sederhana dapat memberikan oksigen dengan aliran 1-6lt/menit dan
konsentrasi oksigen sebesar 24%-44%.
Cara pemasangan :

 Terangkan prosedur pada klien


 Atur posisi klien yang nyaman (semi fowler)
 Atur peralatan oksigen dan humidiflier
 Hubungkan kanula dengan selang oksigen ke humidiflier dengan aliran oksigen yang
rendah,beri pelicin(jelly) pada kedua ujung kanula.
 Masukan ujung kanula ke lubang hidung
 Fiksasi selang oksigen
 Alirkan oksigen sesuai yang diingiinkan.

Fungsi :

 Nasal Kanula adalah alat bantu pernafasan untuk menyalurkan oksigen dalam bentuk
selang
 yang bening dan lentur

Keuntungan

 Toleransi klien baik


 Pemasangannya mudah
 Klien bebas untuk makan dan minum
 Harga lebih murah

Kerugian 

 Mudah terlepas
 Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%
13
 Suplai oksigen berkurang jika klien bernafas lewat mulut
 Mengiritasi selaput lender, nyeuri sinus

3. Nebulizer Mask
Fungsi nebulizer :

 Bermanfaat untuk mengatasi masalah dengan saluran pernapasan seperti batuk, pilek
atau asma.
 Untuk mengeluarkan lender/dahak.
 Pengobatan lewat alat ini lebih efektif dari obat-obatan minum, karena langsung dihirup
masuk ke paru-paru, sehingga dosis yang dibutuhkan lebih kecil, otomatis juga lebih
aman.

Cara pemakaian :

 Persiapan Alat Nebulizer


 Obat pentolin 1 ampul sesuai indikasi
 Kapas alkohol untuk membersihkan masker nebulizer

Prosedur pelaksanaan
Tahap pra interaksi:

 Mengecek program terapi


 Mencuci tangan
 Menyiapkan alat

Tahap orientasi:

 Memberi salam kepada pasien


 Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
 Menanyakan kesiapan pasien

Tahap kerja:

 Jaga privacy klien


 Mengatur posisi klien dalam posisi duduk
14
 Dekatkan troly obat dan peralatan
 Pastikan alat dalam kondisi baik
 Bersihkan masker nebulizer dengan kapas alcohol
 Masukkan obat pentolin sesuai dosis yang telah ditentukan dokter misalnya 1/3 ampul
tiap 6 jam
 Hubungkan nebulizer dengan kontak listrik
 Hidupkan nebulizer dengan cara menekan tombol on
 Pastikan uap keluar dari nebulizer
 Pasangkan masker pada klien, jika klien berumur <1 tahun minta bantuan pada orang
tua untuk mempertahankan posisi masker. Sebaliknya pada anak – anak ajarkan dan
motivasi untuk memegang sendiri masker dan  bernafas melalui mulut dengan cara
ambil nafas lambat, dalam dan kemudian menahan nafas selama beberapa detik pada
akhir mengambil nafas

4. Rebreathing Mask
Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen mencapai 99% dengan aliran 8
– 12 liter/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi

Keuntungan :

 Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan selaput
lendir.

Kerugian

 Kantong oksigen bisa terlipat.


 masker non rebreathing

15
B. PATHWAYS

Proses pertukaran gas

difusi ventilasi transport

tergantung obstruksi Perubahan volume sekuncup,


afterload, preload, dan
kontraktilitas miokard

Gangguan Ketidakefektifan Gangguan pola


pertukaran gas jalan napas napas

16

Anda mungkin juga menyukai