Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

“HAK ASASI MANUSIA, DEMOKRASI, DAN PANCASILA


DALAM PERSPEKTIF ISLAM”

Dosen Pengampu: Ulpan S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh:
KELOMPOK VII

INDRI APRISILIA SAFITRI ( P202201193)


ASRIYANTI POLINGAI ( P202201202)
NURUL AULIA ( P202201198)
ARDIYANSYAH ( P202201210)
WA ODE ASTIKA ( P202201176)

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2022

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
insayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah agama tentang hak asasi
manusia,demokrasi,dan pancasila dalam perspektif Islam.
Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya, Oleh karena itu dengan segala kekurangan dalam
makalah ini kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah agama ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang hak asasi manusia, demokrasi,dan
pancasila dalam perspektif Islam memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Kendari, November 2022


Penulis

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN 5
A. Hak Asasi Manusia Menurut Pandangan Agama Islam 5
B. Demokrasi dalam Pandangan Agama Islam 5
C. Pancasila dalam Pandangan Agama Islam 6
BAB III PENUTUP 9
A. Kesimpulan 9
B. Saran 9

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah yang
penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang
diberikan secara bebas dari masyarakat dewasa. Demokrasi ialah bentuk pemerintahan di mana
semua warga negaranya memiliki hak yang sama untuk pengambilan keputusan yang dapat
mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara ikut serta-baik secara
langsung atau melalui perwakilan-dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.
Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, adat dan budaya yang memungkinkan adanya
praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.
Demokrasi juga merupakan seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan beserta
praktik dan prosedurnya. Demokrasi mengandung makna penghargaan terhadap harkat dan
martabat manusia.
Landasan demokrasi mencakup kebebasan berkumpul, kebebasan berserikat dan
kebebasan berbicara, inklusivitas dan kebebasan politik, kewarganegaraan, persetujuan dari
yang terperintah, hak suara, kebebasan dari perampasan pemerintah yang tidak beralasan atas
hak untuk hidup, kebebasan, dan kaum minoritas.
Demokrasi Islam adalah ideologi politik yang berusaha menerapkan prinsip-prinsip
Islam ke dalam kebijakan publik dalam kerangka demokrasi. Teori politik Islam menyebutkan
tiga ciri dasar demokrasi Islam: pemimpin harus dipilih oleh rakyat, tunduk pada syariah, dan
berkomitmen untuk mempraktekkan "syura", sebuah bentuk konsultasi khusus yang dilakukan
oleh Nabi Muhammad SAW yang dapat ditemukan dalam berbagai hadits dengan komunitas
mereka Negara-negara yang memenuhi tiga ciri dasar tersebut antara lain Iran dan Malaysia.
Afghanistan, Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab adalah contoh negara yang tidak
menganut prinsip demokrasi Islam meski negara- negara Islam, karena negara-negara ini tidak
mengadakan pemilihan. Pelaksanaan demokrasi Islam berbeda di negara-negara mayoritas
muslim, karena interpretasi syariah berbeda-beda dari satu negara ke negara lain, dan
penggunaan syariah lebih komprehensif di negara-negara di mana syariah menjadi dasar bagi
undang-undang negara.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hak asasi manusia menurut pandangan agama Islam?
2. Bagaimana demokrasi dalam pandangan agama Islam?
3. Bagaimana pancasila dalam pandangan agama Islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hak asasi manusia menurut pandangan agama Islam.
2. Untuk mengetahui demokrasi dalam pandangan agama Islam.
3. Untuk mengetahui dalam pandangan agama Islam.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hak Asasi Manusia Menurut Pandangan Agama Islam


Hak Asasi Manusia Hak asasi manusia adalah hak manusia yang paling mendasar dan
melekat padanya di manapun ia berada. Tanpa adanya hak ini berarti berkuranglah harkatnya
sebagai manusia yang wajar.
Hak asasi manusia adalah suatu tuntutan yang secara moral dapat dipertangun jawabkan,
suatu hal yang sewajarnya mendapat perlindungan hukum. Dalam mukadimah Deklarasi
Universal Hak-hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) dijelaskan
mengenai hak asasi manusia sebagai : “Pengakuan atas keseluruhan martabat alami manusia dan
hak-hak yang sama dan tidak dapat dipindahkan kepada orang lain dari semua anggota keluarga
kemanusiaan adalah dasar kemerdekaan dan keadilan di dunia”.
5 Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang umum
dikenal. Dalam Islam seluruh hak asasi merupakan kewajiban bagi negara maupun individu
yang tidak boleh diabaikan. Oleh karena itu, negara bukan saja menahan diri dari menyentuh
hak-hak asasi tersebut, melainkan juga mempunyai kewajiban untuk melindungi dan menjamin
hak-hak tersebut.
Hak asasi manusia dalam Islam tertuang secara transenden untuk kepentingan manusia,
lewat syari’ah Islam yang diturunkan melalui wahyu. Menurut syari’ah, manusia adalah makhluk
bebas yang mempunyai tugas dan tanggung jawab, dan karenanya ia juga mempunyai hak dan
kebebasan. Dasarnya adalah keadilan yang ditegakkan atas dasar persamaan atau egaliter, tanpa
pandang bulu. Artinya, tugas yang diemban tidak akan terwujud tanpa adanya kebebasan,
sementara kebebasan secara eksistensial tidak terwujud tanpa adanya tanggung jawab itu sendiri.

B. Demokrasi dalam pandangan agama Islam


Demokrasi sendiri berasal dari bahasa Yunani, demos yang artinya rakyat atau khalayak
manusia, dan kratia yang artinya hukum. Secara etimologis, demokrasi berarti pemerintahan oleh
rakyat. Lantas, bagaimana demokrasi dalam pandangan Islam? Demokrasi memang bukan
diktum suatu agama, namun tidak sulit menghubungkannya dengan ajaran Islam.
Demokrasi adalah bentuk maju atau sistematika dari cara-cara rakyat untuk
bermusyawarah. Jelas di dalam Islam ada prinsip bermusyawarah dalam memutuskan pengaturan
hal-hal yang bersifat kepentingan umum.
Demokrasi menuntut suatu perubahan, sejalan dengan perkembangan kesadaran manusia
yang selalu ingin mengadakan perbaikan

5
Allah berfiman dalam surat Al Maidah ayat 44:
Innaa anzalnat-tauraata fiihaa hudaw wa nur, yahkumu bihan-nabiyyunallaziina aslamu
lillaziina haadu war-rabbaaniyyuna wal-ahbaaru bimastuhfizu ming kitaabillaahi wa kaanu 'alaihi
syuhadaa`, fa laa takhsyawun-naasa wakhsyauni wa laa tasytaru bi`aayaatii samanang qaliilaa,
wa mal lam yahkum bimaa anzalallaahu fa ulaa`ika humul-kaafirun
Artinya:
"Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan
cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh
nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta
mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi
saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-
Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan

C. Pancasila dalam Pandangan Agama Islam


Pancasila adalah bagian ajaran agama untuk menjunjung tinggi nilai-nilai perdamaian dan
persamaan hak serta pengamalan agama dalam konteks bernegara. Dengan begitu, mengamalkan
nilai-nilai pancasila berarti mengamalkan nilai yang diajarkan agama. Nilai-nilai dalam pancasila
yang sesuai dengan ajaran Islam dapat diidentifikasikan dalam ajaran Islam. Hal ini dapat kita
lihat pada sila pertama–Ketuhanan Yang Maha Esa
- Nilai Syariat Islam dalam Tiap Sila Pancasila
Banyak kalangan yang menghendaki agama mayoritas–Islam–menjadi dasar egara, tetapi
hal itu ditentang oleh kelompok lain yang menilai bahwa ada hak-hak pemeluk agama lain yang
minoritas. Sangat penting untuk mengakui bahwa ada kelompok minoritas dari kewarganegaraan
sehingga tidak terjadi diskriminasi. Sila pertama ini ditetapkan sebagai degeneratif dari
pembentukan Islam. Sila pertama ini menjamin hak-hak pemeluk agama lain, sejauh agama itu
diakui oleh negara. Membangun Indonesia merdeka bukan berdasar atas kesamaan keagamaan,
tetapi berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa yang menganugerahi bangsa Indonesia
dengan kemerdekaan.
a. Sila pertama ini memang diakui baik secara langsung maupun tidak langsung adalah
cerminan dari ajaran Islam. Tuhan dalam agama Islam adalah Esa, tidak ada yang
menandingi ataupun menyekutui-Nya. Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung arti bahwa
meskipun Indonesia bukan negara agama, tetapi agama merupakan nilai luhur yang
dijunjung tinggi dalam penyelenggaraan negara. Penduduk yang beragama tentu memiliki
ajaran luhur yang menjadikan pemeluknya selalu berada dalam kebaikan dan kebenaran
selama mengikuti ajaran agamanya. Indonesia bukanlah negara sekuler yang tidak
mengakui agama dalam pemerintahannya, dan bukan negara agama yang menjadikan
agama mayoritas sebagai agama negara. Melainkan, sebagai negara berketuhanan Yang
Maha Esa yang mengakui agama sebagai spirit dalam penyelenggaraan negara.
b. Sila Kedua; Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila kedua dari Pancasila ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia menghargai dan
menghormati hak-hak yang melekat dalam diri pribadi manusia tanpa terkecuali. Jika

6
hubungan manusia dengan Tuhannya ditunjukkan pada sila pertama, maka hubungan
sesama manusia ditunjukkan pada sila kedua. Konsep Hablum min an-nass (hubungan
sesama manusia) dalam bentuk saling menghargai sesama manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan yang beradab. Tidak ada perbedaan dalam hak dan kewajiban sebagai
sesama manusia ciptaan Tuhan, artinya tidak boleh ada diskriminasi antar umat manusia.
Berperilaku adil dalam segala hal merupakan prinsip kemanusian yang terdapat dalam sila
kedua Pancasila, prinsip ini terlihat dalam ayat al-Qur’an surat al-Maa’idah, ayat 8 yang
artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran). Karena Allah, menjadi saksi dengan adil dan janganlah sekali-
kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Maa’idah [5]: 8)
c. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia
Persatuan Indonesia yang merupakan bunyi sila ketiga Pancasila menunjukkan kepada
dunia bahwa persatuan merupakan dasar dibentuknya negara Indonesia. Persatuan Indonesia
bukan dalam arti sempit saja, tetapi dalam arti luas bahwa seluruh penduduk Indonesia diikat
oleh satu kesatuan geografis sebagai negara Indonesia. Adapun konsep persatuan dalam
bingkai ajaran Islam meliputi Ukhuwah Islamiyah (persatuan sesama muslim) dan juga
Ukhuwah Insaniyah (persatuan sebagai sesama manusia). Kedua konsep tersebut hendaknya
berjalan beriringan agar tercipta masyarakat yang harmonis dan jauh dari perpecahan dan
pertikaian karena perbedaan agama, suku, maupun ras. Islam selalu menganjurkan
pentingnya persatuan sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an; “Dan berpeganglah kamu
semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah
akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-
orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Q.S. Ali Imran [3]: 103). “Orang-orang
beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu, damaikanlah (perbaikilah hubungan)
antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”
(Q.S. al-Hujurat [49]: 10).
d. Sila Keempat; Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmad Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan dan Perwakilan
Sila keempat Pancasila yang menekankan pentingnya kehidupan yang dilandasi oleh
musyawarah memang selaras dengan nilai luhur dalam ajaran Islam. Sikap bijak dalam
menyelesaikan suatu masalah adalah dengan bermusyawarah. Musyawarah merupakan jalan
terbaik dalam mencari solusi dimana masing-masing pihak berdiri sama tinggi tanpa ada
perbedaan. Hasil dari musyawarah pun merupakan kesepakatan bersama yang harus
dijalankan dengan penuh keikhlasan. Konsep Islam mengenai musyawarah dalam
menyelesaikan sebuah permasalahan dikenal dengan nama syuura (musyawarah). Konsep ini
tercermin dalam beberapa surat dalam al-Qur’an, salah satunya dalam Surat Ali Imron, ayat

7
159: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu tlah
membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imron [3]: 159). “Dan (bagi) orang-
orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan
mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka.” (QS. asySyuura [42]: 38)
e. Sila Kelima; Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dalam setiap sila Pancasila ternyata mengandung nilai-nilai keIslaman, sebagaimana sila
kelima yang mengisyaratkan adanya keadailan dalam proses penyelenggaraan negara.
Keadilan yang dapat dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali oleh adanya
perbedaan agama, ras, dan sebagainya. Ajaran Islam memuat berbagai konsep mengenai
keadilan, baik adil terhadap diri sendiri maupun orang lain. Sebagai agama yang rahmatan lil
alamin, misi besar Islam adalah implementasi keadilan dalam segala sendi kehidupan. Oleh
sebab itu, Islam memerintahkan umat muslim untuk selalu berbuat adil dalam segala hal dan
menghindari pertikaian serta permusuhan agar tatanan sosial masyarakat dapat tercipta
dengan baik. Sila kelima yang menekankan pada keadilan sosial sejatinya merupakan
cerminan dari konsep Islam mengenai keadilan. Mengenai keadilan dalam ajaran Islam
dapat dilihat pada al-Qur’an; “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran.” (Q.S. anNahl [16]: 9

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sumber nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia terletak pada Pancasila sila ke 1 yaitu,
Ketuhanan Yang Maha Esa. Yang mengatur hubungan manusia dengan manusia maupun dengan
sang Pencipta. dan menjadi pedoman hidup sehari hari
Hubungan antara Pancasila dan Islam sangatlah saling melengkapi. Bahkan semua yang
diatur dalam Pancasila sudah tentu baik juga menurut pandangan Islam.
Mewujudkan Negara yang Berbasis Agama dan Pancasila tidaklah sesulit yang dibayang-
kan sebelumnya. kuncinya hanya terletak pada perilakukita sebagai warga Negara yang
sesuai dengan peraturan atau ideologi bangsa(Pancasila dan Islam). Dan pada pendidikan yang
bermoral baik untukgenerasi penerus kita.

B. Saran
1. Sebagai umat Islam hendaknya memahami hukum Islam dengan baik ,karena hukum ini
mengantur berbagai kehidupan umat Islam untuk mencapai kemaslahatan
2. Setiap manusia hendaknya menjungjung tinggi hak asasi manusia ,karena hak ini sebagai
dasar yang melekat pada diri manusia

Anda mungkin juga menyukai